PRODUKSI GAS IN VITRO ASAM AMINO METIONIN TERPROTEKSI DENGAN SERBUK MIMOSA SEBAGAI SUMBER CONDENSED TANNIN (CT)

dokumen-dokumen yang mirip
Nova Dwi Kartika, U. Hidayat Tanuwiria, Rahmat Hidayat. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI TERHADAP NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT RANSUM DOMBA EKOR TIPIS

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

UJI KUALITAS JERAMI JAGUNG FERMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN CAIRAN RUMEN KERBAU SECARA IN VITRO

NILAI NUTRISI PAKAN KOMPLIT BERBASIS JERAMI FERMENTASI UNTUK RUMINANSIA SECARA IN VITRO

PENGARUH PROBIOTIK KHAMIR TERHADAP FERMENTASI DALAM CAIRAN RUMEN SECARA IN VITRO

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) NUTRISI DAN PAKAN RUMINANSIA PTN 2301

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

Uji Degradabilitas Pakan Komplit yang Mengandung Daun Chromolaena odorata secara In- Vitro

Evaluasi Biofermentasi Rumen Sapi Peranakan Ongole yang Diberi Pakan Berserat

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN in vitro RANSUM YANG DIBERI UREA MOLASSES MULTINUTRIENT BLOCK ATAU SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

PENGARUH JERAMI JAGUNG DAN SUPLEMEN PAKAN MULTI-NUTRIEN (SPM) TERHADAP PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO

Pengaruh Suplementasi Daun Sengon (Albazia falcataria) Terhadap Kecernaan dan Fermentabilitas Bagasse Hasil Amoniasi Secara In Vitro

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Ampas Tahu terhadap Kadar NH 3 dan VFA Cairan Rumen (In Vitro)

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

PENGARUH CAIRAN RUMEN KERBAU DAN DI AMINO BUTYRIC ACID (DABA) PADA NILAI NUTRISI DAUN Acacia vilosa SECARA IN VITRO

PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK PADA PAKAN TERNAK RUMINANSIA TERHADAP KECERNAAN, KONSENTRASI NH 3, DAN VFA SECARA IN-VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Roosena Yusuf. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda Kaltim ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS ISOLAT MIKROBA RUMEN KERBAU YANG DISIMPAN PADA SUHU RENDAH

FERMENTABILITAS RANSUM TERNAK RUMINANSIA BESAR YANG DIBERI EKSTRAK CURCIN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) SKRIPSI JUNIASTICA

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI PAKAN SECARA IN SACCO

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Kecernaan in-vitro Ransum Berbasis Limbah Jagung Amoniasi dengan Berbagai Rasio Konsentrat untuk Ruminansia

FERMENTABILITAS DAN DEGRADABILITAS

PENGARUH PENGERINGAN DAUN TURI (Sesbania grandiflora) TERHADAP DEGRADASI BAHAN KERING DAN PROTEIN DALAM RUMEN

HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN LAJU DEGRADASI RUMPUT GAJAH DAN TANAMAN LEGUMINOSA DI DALAM RUMEN

Pengaruh Penggantian Rumput dengan Pelepah Sawit Ditinjau dari Segi Kecernaan dan Fermentabilitas Secara In Vitro Gas

PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK DALAM PAKAN TERHADAP KONSUMSI, KECERNAAN DAN RETENSI N PADA SAPI PERAH LAKTASI

PENGARUH PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP DENGAN TANIN TERHADAP KONSENTRASI AMONIA, PRODUKSI PROTEIN TOTAL DAN PERSENTASE RUMEN

Sains Peternakan Vol. 6 (1), Maret 2008: ISSN S. D. WIDYAWATI

M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

PENGARUH PENGGUNAAN UREA-MINYAK DALAM RANSUM TERHADAP ph, KECERNAAN BAHAN KERING,BAHAN ORGANIK, DAN KECERNAAN FRAKSI SERAT PADA SAPI PO

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

K. A. P. Hartaja, T. H. Suprayogi, dan Sudjatmogo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

KARAKTERISTIK CAIRAN RUMEN DOMBA LOKAL JANTAN YANG DIBERI PAKAN KOMPLIT BERBASIS LIMBAH TANAMAN JAGUNG DAN SORGHUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Dedak Padi Kukus dan Suplementasi MHA (Methionine Hidroxy Analog) terhadap Kecernaan Nutrien Ransum Domba Lokal Jantan

EFEK BEBERAPA METODA PENGOLAHAN LIMBAH DAUN KELAPA SAWIT TERHADAP KANDUNGAN GIZI DAN KECERNAAN SECARA IN-VITRO.

UJI FERMENTASI IN VITRO TERHADAP PENGARUH SUPLEMEN PAKAN DALAM PAKAN KOMPLIT

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

PRODUKSI DAN KECERNAAN IN-VITRO RUMPUT GAJAH PADA BERBAGAI IMBANGAN PUPUK NITROGEN DAN SULFUR

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

KONSUMSI DAN KECERNAAN JERAMI JAGUNG MANADO KUNING DAN JERAMI JAGUNG HIBRIDA JAYA 3 PADA SAPI PO

Efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea terhadap ketersediaan NH 3, volatile fatty acid dan protein total secara in vitro

PENGARUH PROTEKSI PROTEIN BUNGKIL KELAPA SAWIT DENGAN TANIN TERHADAP FERMENTABILITASNYA SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

PROTEKSI MINYAK IKAN LEMURU, MINYAK KELAPA SAWIT, DAN BUNGKIL SAWIT TERHADAP ph DAN NH 3 DALAM RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

PENGARUH KANDUNGAN ENERGI DALAM KONSENTRAT TERHADAP KECERNAAN SECARA IN VIVO PADA DOMBA EKOR GEMUK

Transkripsi:

PRODUKSI GAS IN VITRO ASAM AMINO METIONIN TERPROTEKSI DENGAN SERBUK MIMOSA SEBAGAI SUMBER CONDENSED TANNIN (CT) Amiril Mukmin 1, Hendrawan Soetanto 2, Kusmartono 2, Mashudi 2 1 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian UNISKA Kediri 2 Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya E-mail: amil.lima.87@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai bulan Desember 2009 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap efektivitas serbuk mimosa sebagai sumber CT dalam melindungi asam amino metionin dari proses degradasi di dalam rumen dengan menggunakan parameter produksi gas secara in vitro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metionin Novus dan serbuk mimosa. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan/kelompok. P0: metionin + 0% CT; P1: metionin + 6% CT; P2: metionin + 8% CT; P3: metionin + 10% CT. Keempat perlakuan tersebut diamati produksi gas secara in vitro pada masa inkubasi 2, 4, 8, 12, 16, 24, 36 dan, 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CT pada mehionin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) tehadap produksi gas. Produksi gas pada masa inkubasi 48 jam dari masing-masing perlakuan adalah P0 23,58 ml/500mg BK; P1 22,37 ml/500mg BK; P2 21,54 ml/500mg BK; dan P3 20,62 ml/500mg BK. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa serbuk mimosa dapat digunakan sebagai sumber CT untuk memproteksi metionin dari degradasi oleh mikroba rumen. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan metionin terproteksi di dalam ransum terhadap produktivitas ternak. Kata kunci: Metionin, condensed tannin (CT), produksi gas in vitro ABSTRACT The aim of this research was to evaluate the effect mimosa powder as CT source to protect methionine from degradation using in-vitro gas production technique. Four treatments were assigned in a Randomized Block Design: T0 = methionine + 0% CT; T1 = methionine + 6% CT; T2 = methionine + 8% CT; T3 = methionine + 10% CT. Gas production was measured at time intervals and terminated after 48 hour incubation. The results showed that gas production was decreased as the level CT increased. The corresponding values for gas production at 48 hour were respectively 23.58 ml/500mg (P0); 22.37 ml/500mg (P1); 21.54 ml/500mg (P2); and 20.62 ml/500mg (P3). It can be concluded that mimosa powder can be used as CT source to protect methionine from rumen microbes degradation. It is suggested to do further studies on the effect of adding protected methionine in a complete ration on animal production. Keyword: Methionine, condensed tannin (CT), in-vitro gas production J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 36

PENDAHULUAN Protein merupakan zat makanan esensial yang diperlukan ternak untuk mendukung banyak fungsi yang meliputi pergantian jaringan tubuh, pertumbuhan, dan sintesis protein susu. Sumber protein yang dimanfaatkan untuk kepentingan hidup dan berproduksi ternak ruminansia berasal dari dua sumber yaitu protein mikroba dan protein pakan. Protein mikroba berasal dari sel tubuh mikroba rumen yang disintesis di dalam rumen, sedangkan protein pakan merupakan protein dari pakan yang lolos dari degradasi rumen. Protein pakan di dalam rumen dibedakan menjadi dua yaitu protein yang terdegradasi mikroba dan protein yang lolos degradasi mikroba. Degradasi protein di dalam rumen menghasilkan asam amino yang apabila tidak digunakan oleh mikroba rumen akan didegradasi lebih lanjut menjadi asam lemak terbang (VFA), ammonia (NH 3 ) dan karbondioksida (CO 2 ). NH 3 yang terbentuk merupakan sumber nitrogen utama bagi pertumbuhan dan sintesis protein mikroba. Kemampuan mikroba rumen dalam mensintesis protein mikroba adalah terbatas, namun selama masih ada protein yang dapat didegradasi di dalam rumen, proses degradasi oleh mikroba akan terus berlanjut meskipun kadar NH 3 sudah melebihi kebutuhannya. Kelebihan produksi NH 3 akan diserap dalam darah melalui dinding rumen dan dibawa ke hati yang akan diubah menjadi urea. Salah satu upaya untuk melindungi protein pakan dari degradasi mikroba rumen adalah dengan penambahan senyawa tannin, khususnya tanin yang terkondensasi atau yang disebut dengan condensed tannin (CT). McLeod (1974) menyatakan bahwa ikatan CT dengan protein stabil pada ph diantara 3,5 7,0, akan tetapi ikatan tersebut menjadi tidak stabil dan terurai pada ph di bawah 3 dan di atas 8. Artinya dalam kondisi di rumen ikatan CT-protein sangat stabil dan menjadi labil saat tiba di abomasum, sehingga potensi ini bisa digunakan untuk mendapatkan nilai by pass protein yang tinggi. Metionin merupakan salah satu asam amino esensial bagi ternak, sehingga ketersediannya di dalam pakan sangat dibutuhkan untuk menunjang berlangsungnya produksi. Penelitian tentang proteksi protein menggunakan CT telah banyak dilakukan dan terbukti mampu menurunkan tingkat degradasi di dalam rumen. Barry and Forss (1983) menyimpulkan bahwa imbangan antara protein : CT yang terbaik adalah 11 : 1 sampai 16 : 1. Serbuk mimosa adalah produk impor dari Afrika Selatan yang biasa digunakan sebagai sumber CT dalam proses penyamakan kulit. Penelitian tentang perlindungan asam amino metionin menggunakan CT belum banyak dilaporkan, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana produksi gas secara in vitro dari asam amino metionin yang terproteksi dengan serbuk mimosa sebagai sumber CT. MATERI DAN METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Metionin Novus (metionin yang diproduksi oleh Novus International, Inc., Missouri, USA) J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 37

2. Mimosa ME (serbuk mimosa produksi Afrika Selatan) 3. Cairan rumen (berasal dari sapi PFH betina berfistula) 4. Bahan kimia untuk analisa produksi gas secara in vitro. Novus sesuai dengan perlakuan kemudian dihomogenkan. Variabel yang Diukur Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah produksi gas secara in vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah: P0 : metionin + 0% CT P1 : metionin + 6% CT P2 : metionin + 8% CT P3 : metionin + 10% CT Persiapan sampel Sampel dianalisa kandungan BK, BO, Metionin (untuk metionin Novus) dan CT (untuk serbuk mimosa). Serbuk mimosa ditambahkan pada Metionin HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi gas merupakan hasil proses fermentasi BO yang terjadi dalam rumen (Ella dkk., 1997). Jumlah gas yang dibebaskan ketika bahan pakan diinkubasikan secara in-vitro dalam cairan rumen berhubungan erat dengan kecernaan pakan (Menke et al.,1979). Pengukuran produksi gas secara periodik selama 48 jam dilakukan untuk mengetahui seberapa besar gas yang dihasilkan pada waktu-waktu tertentu (jam ke-2, 4, 8, 12, 16, 24, 36, dan 48). Pengaruh perlakuan terhadap produksi gas secara in-vitro dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan produksi gas in-vitro (ml/500mg BK) pada tiap-tiap perlakuan Perlakuan Produksi gas (ml/500mg BK) pada masa inkubasi (jam) 2 4 8 12 16 24 36 48 P0 10,79 c 17,40 d 18,98 d 20,24 c 20,83 b 21,66 d 22,83 c 23,58 c P1 10,34 bc 16,32 c 18,25 c 19,34 c 20,10 b 20,77 c 21,70 b 22,37 b P2 9,72 b 15,59 b 17,60 b 18,60 b 19,19 a 19,86 b 20,78 ab 21,54 ab P3 8,92 a 14,98 a 17,00 a 18,09 a 18,68 a 19,10 a 20,03 a 20,62 a Keterangan : a d Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap produksi gas. Semakin tinggi penambahan serbuk mimosa pada metionin Novus maka gas yang dihasilkan semakin rendah. Produksi gas yang rendah menunjukkan bahwa BO yang didegradasi oleh mikroba juga sedikit, sebagaimana yang dinyatakan oleh Hermanto dkk. (1991), bahwa laju produksi gas berkorelasi positif dengan kecernaan BO dan konsumsi BO tercerna. Produksi gas setelah masa inkubasi 48 jam menunjukkan bahwa nilai yang paling tinggi dicapai pada P0 (23,58 ml/500mg BK) yang kemudian diikuti secara berurutan P1 (22,37 ml/500mg BK), P2 (21,54 ml/500mg J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 38

BK), dan yang paling rendah P3 (20,62 ml/500mg BK). P3 adalah asam amino dengan penambahan CT paling tinggi (10%), artinya penambahan serbuk mimosa berpengaruh menurunkan produksi gas secara in-vitro. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pengaruh penambahan CT pada metionin Novus tidak hanya terlihat pada masa inkubasi 48 jam saja, namun pada semua masa inkubasi yang diamati menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan CT volume gas yang dihasilkan semakin rendah. Ella dkk (1997) menyatakan bahwa produksi gas terjadi setelah 8-10 jam masa inkubasi ketika mikroba mulai aktif. Produksi gas akan mencapai puncak pada inkubasi 24 jam pertama, selanjutnya laju produksi gas mengalami penurunan hingga saat 96 jam dan akhirnya mencapai nol. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 1 di atas tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Pada hasil penelitian, produksi gas sudah terjadi sejak pengamatan jam ke-2 masa inkubasi. Laju produksi gas tertinggi terjadi pada pengamatan jam ke-2 dan ke- 4 masa inkubasi. Kondisi ini disebabkan karena pakan yang diberikan berupa asam amino yang sangat mudah didegradasi oleh mikroba rumen. Widiawati dan Thalib (2008) menyatakan bahwa jumlah dan pola dari produk akhir fermentasi pakan oleh mikroba rumen tergantung kepada jenis pakan yang dikonsumsi. Laju produksi gas dapat dihitung menggunakan program Naway menurut petunjuk rskov dan McDonald (1979) seperti yang dikutip oleh Kamalak dkk. (2004) dengan persamaan P = a + b (1-e - ct ). Parameter P merupakan produksi gas (ml) pada masa inkubasi t, a adalah produksi gas dari partikel pakan yang terlarut (ml), b adalah produksi gas dari bagian pakan yang tidak larut tetapi berpotensi terfermentasi (ml), (a+b) adalah potensi produksi gas (ml), dan c adalah laju konstan produksi gas selama masa inkubasi (ml/jam). Nilai parameter a, b, a+b, dan c yang diperoleh dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2. Analisa statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter b dan a+b, namun berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap parameter a dan c. Parameter a adalah produksi gas dari partikel pakan yang terlarut. Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai parameter a paling tinggi dicapai pada P1 (0,1453 ml/500mg BK), yang kemudian diikuti secara berurutan P2 (0,1243 ml/500mg BK), P0 (0,1226 ml/500mg BK), dan P3 (0,0637 ml/500mg BK). P1 dan P2 yang merupakan metionin Novus dengan penambahan CT masing-masing 6% dan 8% memiliki nilai parameter a yang lebih tinggi daripada P0 (metionin Novus tanpa perlakuan). Kondisi ini dimungkinkan karena pada P1 dan P2 ikatan ionik antara metionin dan Ca terlepas akibat penambahan aquades (pada saat pencampuran metionin Novus dan serbuk mimosa) dan jumlah CT yang ditambahkan tidak mencukupi untuk mengikat kembali metionin yang terlepas dari Ca tersebut sehingga partikel pakan yang terlarut menjadi lebih tinggi dari P0 yang tidak diberi penambahan aquades. Nilai parameter b tertinggi tercapai pada P0 (21,6923 ml/500mg BK) yang kemudian diikuti secara berurutan P1 (20,7152 ml/500mg BK), P2 (19,9144 ml/500mg BK), dan P3 (19,3237 ml/500mg BK). Nilai parameter b yang J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 39

tinggi menunjukkan tingginya partikel pakan yang tidak terlarut tetapi berpotensi terfermentasi di dalam rumen sehingga menghasilkan gas. Nilai parameter a+b menunjukkan pola yang seirama dengan parameter b, yaitu tertinggi tercapai pada P0 (21,8149 ml/500mg BK) yang kemudian diikuti secara berurutan P1 (20,8605 ml/500mg BK), P2 (20,0387 ml/500mg BK), dan P3 (19,3874 ml/500mg BK). Nilai parameter a+b yang tinggi menunjukkan bahan pakan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan gas. Parameter b dan a+b bernilai semakin kecil dengan semakin tingginya penambahan CT (P3, 10%CT). Kondisi ini membuktikan bahwa CT mampu menurunkan tingkat degradasi asam amino metionin di dalam rumen. Wallace et al., (2002) menyatakan bahwa CT mempunyai sifat mengikat protein sehingga bisa dianggap menguntungkan karena mampu melindungi protein pakan dari proses degradasi yang berlebihan di dalam rumen sehingga meningkatkan jumlah protein yang siap diserap di usus halus. Penambahan CT cenderung menurunkan nilai parameter c meskipun secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05). Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa P0 memiliki nilai yang paling tinggi (0,3424 ml/jam) yang kemidian diikuti secara berurutan P1 (0,3365 ml/jam), P2 (0.3307 ml/jam) dan P3 (0.3187 ml/jam). Nilai c yang tinggi menunjukkan bahwa pakan tersebut didegradasi dengan cepat dalam satuan waktu tertentu ( rskov dan McDonald, 1979). Hasil pendugaan produksi gas menggunakan parameter a, b, dan c dari Tabel 2 dengan persamaan P = a + b (1-e - ct ) dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 2. Nilai parameter a, b, a+b dan c dari pengukuran gas secara in vitro pada masing masing perlakuan Parameter P a (ml/500mg BK) B (ml/500mg BK) a+b (ml/500mg BK) c (ml/jam) P0 0,1226 a ± 0,0620 21,6923 c ± 0,8603 21,8149 c ± 0,8252 0,3424 a ± 0,0123 P1 0,1453 a ± 0,1074 20,7152 b ± 0,8359 20,8605 b ± 0,7430 0,3365 a ± 0,0088 P2 0,1243 a ± 0,1704 19,9144 a ± 0,4376 20,0387 ab ± 0,2947 0,3307 a ± 0,0307 P3 0,0637 a ± 0,2152 19,3237 a ± 0,5889 19,3874 a ± 0,3826 0,3187 a ± 0,0289 Keterangan : a a d Superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 40

produksi gas kumulatif (ml/500mg BK) 25 20 15 10 5 P0 P1 P2 P3 0 masa inkubasi (jam) 0 10 20 30 40 50 60 Gambar 1. Grafik hasil pendugaan hubungan antara produksi gas kumulatif (ml/500mg BK) dengan masa inkubasi (jam) pada masing-masing perlakuan KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa serbuk mimosa dapat digunakan sebagai sumber CT untuk memproteksi metionin dari degradasi oleh mikroba rumen. Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh penambahan metionin terproteksi di dalam ransum terhadap produktivitas ternak. DAFTAR PUSTAKA Arora, S. P., 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. UGM press. Jogjakarta. Barry, T. N. and D. A. Forss, 1983. The Conndensed Tannin Content of Vegetative Lotus pedunculatus, Its Regulation By Fertilizer Application and Effect Upon Protein Solubility. Journal of Science of Food and Agriculture 34:1047 Blummel, M, H. Steinges, and H. Becker, 1997. The Relationship Between In- Vitro Gas Production, In-Vitro Mikrobial Massa Yield And 15 N. Incorporation And Implication for The Prediction of Voluntary Feed Intake of Roughages. J Nutr. Brit. 77: 911-921 Church, D. C., 1979. Digestive Physiology and nutrition of Ruminant. 1 st Edition Metropolitan Printing Co. Portland Oregon.. 1984. Livestock Feeds and Feeding. 3 th Edition. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New Jersey. Czerkwaski, J. W., 1986. An Introduction to Rumen Studies. Pergamon Press. Oxford. UK Ella, A., S. Hardjosoewigyo, T. R. Wiradayawan, dan M. Winugroho, 1997. Pengukuran Produksi Gas dari Hasil Fermentasi Beberapa Jenis Leguminosa Pakan. Seminar Nasional Ilmu-ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Indonesia: 151-152. Hermanto, E. R. rskov, Soebarinoto and J. V. Bruchem, 1991. In-vitro Gas Production as a Predictor of Digestibility and Voluntary Intake of J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 41

Rice Straw. In: Livestock and Feed Development in The Tropic. Editor: M. N. M. Ibrahim, R. De jong, J. V. Bruchem, and H. Purnomo, Procedings of The International Seminar held at Brawijaya university Malang, Indonesia. 239-244 Hungate, R.E., 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York. Iburg, M. and P. Lebzien, 2000. Requirements of lactating dairy cows for leucine and methionine at the duodenum. Livestock Production Science Vol.62. 2 : 155-168. Kamalak, A., O. Canbolat, Y. Gurbuz, O. Ozay, C. O. Ozkan, and M. Sakarya, 2004. Chemical Composition and In Vitro Gas Production Characteristics of Several Tannin Containing Tree Leaves. Kahramanmaras Sutcu Imam University, Faculty of Agriculture, Department of Animal Nutrition, Kahramanmaras, turkey. Livestock Research for Rural Development 16:6 Liman, 2006. Manipulasi Bioproses dalam Rumen dan Pascarumen Untuk Meningkatkan Kecernaan Zat-Zat Makanan dan Penampilan Ternak Kambing. Lampung University Library. Makkar, H. P. S., M. Blummel, and K. Becker, 1995. Formation of Complexes Between Polyvinyl Pyrolidones or Plyethylene Glycols and Tannin and Their Implication in Gas Production and True Digestibility in In-Vitro Techniques. Journal of Nutrition. British. 73:897-913 Makkar, H. P. S., 2003.Quantification of Tannins in Tree and Shurb Foliage. Kluwer Academic Publisher. London Mangan, J. L., 1988. Nutritional Effect of Tannins in Animal Feed. Nutrition Research Review 1:209. McDonal, P., R. A. Edwards, and J. F. D. Greenhalgh, 1988. Animal Nutrition. 4 th Edition. Longman Group. U. McLeod, M. N., 1974. Plant Tannins: Their Role in Forage Quality. Nutrition Abstracts and Review 44:803. Menke, K. H., L. Roab, A. Salewski, H. Steingass, D. Fritz, and W. Schnider, 1979. The Estimation of The Digestibility and Metabolizable Energy Content of Ruminant Feedingstuff from The Gas Production When They are Incubated With Rumen Liquor In-Vitro. J. Agric. Sci. Camb. 3:217-222 Min, B. R., W. C. McNabb, T. N. Barry and J. S. Peters, 2000. Solubilization and Degradation of Ribulose-1,5- bisphospate Carboxylase/Oxygenase (EC.4.1.1.39; Rubisco) Protein From White Clover (trifolium repens) and Lotus corniculatus by Rumen Microorganisms and Effect of Condensed Tannins on These Processed. J. Agric. Sci. 134:305-317. NRC, 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle. 7 th Revised Edition. New York. USA. rskov, E. R., 1982. Processing and Preservation of Cereals and Protein Concentrates In Word Animal Science. Elsevier Science Publisher Amsterdam Oxford New York - Tokyo rskov, E. R. and M. Ryle, 1990. Energy Nutrition in Ruminants. Elsevier Applied Science. London Preston, T. R., 1995. Tropical Animal Feeding. FAO. Roma Rogers, J. A., S. B. Pierce-Sandner, A. M. Papas, C. E. Polan, C. J. Snifen, T. V. Muscato, C. R. Staples, and J. H. Clark, 1989. Production Responses of Dairy Cows Fed Various Amounts Of Rumen-Protected Methionine and Lysine. J. Dairy Sci. 72: 1800-1817. J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 42

Schwab, C. G., C. K. Bozak, N. L. Whitehouse, and V. M. Olson, 1992. Amino Acid Limitation and Flow to Duodenum at Four Stages af Lactation. 2. Extent of Lysine and Methionine Limitation. Journal of Dairy Science. 75:3503-3518 Sun, T., X. Yu, S. L. Li, Y. X. Dong, and H. T. Zhang, 2009. Responses of Dairy Cows to Supplemental Highly Digestible Rumen Undegradable Protein and Rumen-Protected Forms of Methionine. Asian - Australasian Journal of Animal Sciences. Uchida, K., P. Mandebvu, C. S. Ballard, C. J. Sniffen, and M. P. Carter, 2003. Effect of Feeding Methionine Supplements With Different Rumen Escape Values on Performance of High Producing Dairy Cows in Early Lactation. Elsevier. Animal Feed Science and Technology 107: 1 14 VanSoest, P. S, 1994. Nutritional Ecology of the Ruminant. Book Inc. Oregon Waghorn, G. C., A. Jhon, W. T. Jones, and I. D. Shelton, 1987. Nutritive Value of Lotus corniculatus Containing Low and Medium Concentration of Condensed Tannins for Sheep. Proceeding of New Zealand Sociaty of Animal Production. 52:89. Wallace, R. J., N. R. McEwan, F. M. McIntosh, B. Teferedegne and C. J. Newbold, 2002. Natural Product as Manipulators of Rumen Fermentation. Asian-Australian Journal Animal Science. 15:1458-1468. Widiawati, Y. dan A. Thalib, 2008. Comparison of Fermentation Kinetics (In Vitro) of Grass and Shrub Legume Leaves: The Pattern of Gas Production, Organic Matter Degradation, ph and NH 3 Production. http://balitnak.litbang.deptan.go.id/ind ex.php?option=com_content&task=vie w&id=72&itemid=56. Diakses tanggal 30 September 2008 Yitnosumarto, S., 1993. Percobaan Perancangan, Analisis dan Interpretasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 36-43, 2014 43