GEOLOGI DAERAH PEGUYANGAN DAN POTENSI SUMBERDAYA BAHAN GALIAN PASIR DAERAH LENGGERONG KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

GEOLOGI DAERAH PAPRINGAN DAN SEKITARNYA KECAMATAN TEMAYANG KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PAJENG DAN SEKITARNYA KECAMATAN GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR

GEOLOGI DAN GERAKAN TANAH DAERAH LARANGAN DAN SEKITARNYA KECAMATAN LARANGAN DAN KETANGGUNGAN, KABUPATEN BREBES, PROPINSI JAWA TENGAH

Umur dan Lingkungan Pengendapan Umur Satuan Batupasir-Batulempung berdasarkan hasil analisis foraminifera kecil yaitu N17-N20 atau Miosen

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Subsatuan Punggungan Homoklin

GEOLOGI DAN STUDI ENDAPAN TURBIDIT DAERAH CIWUNI DAN SEKITARNYA KECAMATAN KESUGIHAN KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Oleh :

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Oleh : Dian Rani, Mustafa Luthfi dan Nyoman Witasta. Abstrak

GEOLOGI DAERAH NEGARAJATI KEC. CIMANGGU, KAB. CILACAP, JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB 3 Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN STUDI ENDAPAN TURBIDIT FORMASI HALANG DAERAH PANINGKABAN DAN SEKITARNYA, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH Oleh:

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI DAN GEOTREK LINTASAN GUNUNG GORA WADUK MALAHAYU KECAMATAN BANJARHARJO KABUPATEN BREBES, PROVINSI JAWA TENGAH

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN POTENSI BATUAN BEKU ANDESIT DAERAH WOTGALIH DAN SEKITARNYA KECAMATAN JATINEGARA, KABUPATEN TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH.

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

GEOLOGI DAN ANALISIS GERAKAN TANAH DAERAH CIBEUREUM DAN SEKITARNYA KECAMATAN CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN, PROPINSI JAWA BARAT. Oleh.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geomorfologi Sungai Klawing Daerah Bobotsari, Kabupaten Purbalinggga, Jawa Tengah

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Transkripsi:

GEOLOGI DAERAH PEGUYANGAN DAN POTENSI SUMBERDAYA BAHAN GALIAN PASIR DAERAH LENGGERONG KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH Oleh Yulli Rahmawati, Singgih Irianto, dan Muhammad Agus Karmadi Abstrak Secara administratif daerah pemetaan mencakup daerah Peguyangan, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah. Dengan luas ± 10 Km. Secara geomorfologi memberikan kenampakkan bentang alam dalam 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Geomorfologi Dataran Lipatan dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Sementara pola aliran sungai yang dijumpai dan berkembang adalah pola aliran sungai trellis, rektangular dan anastomatik dengan jentera geomorfik muda, dewasa dan tua. Tatanan batuan dari yang tertua hingga termuda adalah Satuan Batupasir tufan selang-seling Batulempung sisipan Napal (Formasi Halang), berumur Miosen tengah-miosen akhir atau N 13 N 18 diendapkan pada lingkungan laut dalam. Satuan Batupasir gampingan selang-seling Batulempung (Formasi Tapak) berumur Pliosen atau N 19 -N 21 diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Hubungan stratigrafi antara kedua satuan ini selaras. Aluvial sungai yang terdiri dari material lepas lempung hingga bongkah merupakan endapan termuda yang ada didaerah penelitian. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa kekar, lipatan dan patahan. Kekar yang dijumpai jenis kekar gerus. Struktur perlipatan berupa struktur antiklin Peguyangan dan antiklin Ampelgading serta struktur sinklin Penggarit, sinklin Bantarbolang dan sinklin Kebongede. Struktur sesar yang dijumpai adalah sesar naik Peguyangan dan sesar-sesar mendatar Pegongsoran dan Payung. Keseluruhan struktur yang ada di daerah penelitian terjadi dalam satu perioda tektonik, yaitu pada kala Plistosen (N 22 ) dengan arah gaya utama N 8 º E dan N 188ºE atau relatif Utara-Selatan. Hasil kajian potensi bahan galian pasir dengan luasan 142 Ha menggunakan metode geolistrik yang terdapat di daerah penelitian didapatkan volume ketebalan pasir sebanyak 2. 304. 196,6 m 3. Kata-kata kunci : Peguyangan, Pemalang, Formasi Halang, Formasi Tapak, Potensi Bahan Galian Pasir, Metode Geolistrik Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 1

1. UMUM 2. KONDISI GEOLOGI Pemilihan daerah Peguyangan dan sekitarnya, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian karena secara geologi merupakan daerah perbukitan dengan arah umum barat timur yang terletak pada Zona Antiklinorium Bogor Serayu Utara Kendeng, kemudian daerah Peguyangan dan sekitarnya disusun oleh batuan sedimen yang mengalami perlipatan dan tersesarkan serta berada pada umur Tersier. Hal tersebut karena adanya proses tekanan di dalam bumi sehingga struktur geologi yang berkembang pun cukup rumit. Batuan yang terdapat di daerah penelitian disusun oleh Formasi Halang dan Formasi Tapak. Maka penulis melakukan penelitian geologi di daerah tersebut. Pada daerah penelitian penulis juga melakukan studi khusus tentang potensi sumberdaya bahan galian pasir, karena pada daerah penelitian banyak terdapat endapan alluvial yang luas dan memiliki nilai yang sangat ekonomis, lokasi ini berada di Sungai Waluh daerah penelitian. Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan roda empat dari bogor menuju Pemalang dengan jarak tempuh + 10 jam. Tetapi jika menggunakan kereta api dengan jarak tempuh ±7 jam. 2.1. Geomorfologi Berdasarkan ciri-ciri dari pembagian fisiografi Jawa Tengah (van Bemmelen, 1949), maka daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Antiklinorium Bogor Serayu Utara Kendeng karena secara umum morfologi daerah penelitian terdiri dari dataran dan perbukitan relatif landai, memanjang dengan arah umum barat laut - tenggara, bentuk ini dikontrol oleh struktur perlapisan batuan, dibeberapa tempat terlihat kenampakan morfologi yang dikontrol oleh perbedaan litologi oleh yang menempatinya. Proses pembentukan morfologi yang bekerja secara efektif di daerah penelitian adalah erosi oleh air. Berdasarkan pada konsep yang dikemukakan W.M Davis (1954) dan Thornbury W.D, (1969) yang meliputi aspek struktur, proses dan tahapan, maka geomorfologi daerah penelitian dikelompokkan menjadi 3 (tiga) Satuan Geomorfologi yaitu: 1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan. Satuan geomorfologi perbukitan lipatan patahan dikontrol oleh struktur geologi yang berupa perlipatan dan patahan terhadap batuan-batuan sedimen yang ada. Satuan geomorfologi ini menempati sekitar 50,18 % dari luas daerah penelitian, secara morfografi satuan ini berbentuk perbukitan dan lembah tersebar di bagian barat dan timur daerah penelitian. Bagian barat laut yang meliputi daerah Pegongsoran, Penggarit, Peguyangan, Lenggerong, Bantarbolang, dan bagian tenggara meliputi daerah Sokawati, Parunggalih, Payung, Cangak, Ampelgading. Satuan ini memperlihatkan relief landai hingga bergelombang dengan presentasi kemiringan lereng 7% hingga 15% (Van Zuidam,1985) dengan ketinggian 60-100 mdpl. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 2

Lembah Sinklin Cuesta Foto 2.1. Lembah Sinklin pada Satuan Geomorfologi Lipat Patahan. Foto diambil di daerah Desa Sokawati ke arah Barat N 257 E.Latar depan Geomorfologi Dataran Lipatan. Foto 2.3. Endapan aluvial yang terdapat pada S. Waluh desa Penggarit ke arah Utara dengan N 20 E. 2. Satuan Geomorfologi Dataran Lipatan Genetika pembentukan satuan geomorfologi ini adalah dikonntrol oleh lipatan (antiklin dan sinklin), penyebaran satuan ini mencakup 8.95 % dari luas daerah penelitian. Satuan ini menempati daerah Peguyangan, Lenggerong, Kebonggede, yang terletak dibagian barat daerah penelitian. Satuan ini memperlihatkan relief landai dengan persentasi kemiringan lereng 2% hingga 7% (Van Zuidam,1985) dengan ketinggian ketinggian 30 60 mdpl. Foto 2.2. Dataran Lipatan diambil di daerah Desa Peguyangan ke arah Utara dengan N 343 E. 3. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Genetika satuan geomorfologi dataran alluvial ini terbentuk sebagai hasil pengendapan sungai yang tersusun oleh material material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal, hingga bongkah. Satuan ini menempati 40.87 % dari luas daerah penelitian. Satuan ini menempati daerah Paduraksa, Penggarit, Sukowangi, Tegalan, Pener, Kedungsari, Sukosari, Payung dan Lenggerong berada pada ketinggian. Satuan ini dicirikan oleh bentang alam dataran dengan ketinggian < 30 mdpl dan kemiringan lereng berkisar 0% hingga 2% (Van Zuidam, 1985). 2.2. Stratigrafi Stratigrafi daerah penelitian terdiri atas 3 (tiga) satuan batuan, di mulai dari tua ke muda yaitu sebagai berikut : 1. Satuan Batupasir tufan selang seling Batulempung sisipan Napal. Satuan batuan ini menempati luas sekitar ± 40.69 % dari daerah penelitian. Satuan ini tersingkap baik di Kali Jangkar, Kali Jambe, Kali Bancetengah, Kali Palasari, Kali Kutukan, Kali Sanda, dan Sungai Waluh. Kedudukan lapisan satuan batuan ini pada umumnya memiliki jurus yang berarah N 92 E N 190 E dan N 264 E N 287 E dengan kemiringan batuan berkisar antara 5-80. Kedudukan ini membentuk lipatan antiklin dan sinklin. Secara umum singkapan ini memiliki kondisi singkapan segar hingga agak lapuk, dan didominasi oleh perselingan batupasir tufaan selang seling batulempung. Struktur sedimen yang dijumpai berupa pararel laminasi dan convolute. Pada bagian bawah didominasi oleh batulempung, semakin ke atas batupasir nya semakin menebal (thickening upward) dan batulempung semakin menipis, dengan ketebalan batulempung berkisar antara 0.7 cm sampai 16 cm, ketebalan pada batupasir tufan 5 cm 1,3 m sedangkan napal memiliki ketebalan 20 cm. Batupasir Tufan secara megaskopis, warna segar : abu abu sedang sampai coklat terang, warna lapuk : abu - abu gelap, ukuran butir : Pasir halus (0.125 mm) sampai pasir sedang (0.25 mm), menyudut tanggung, terpilah baik, kemas tertutup, non karbonatan, porositas buruk, komponen butir : Feldspar, Litik dan Kuarsa. Massa Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 3

dasar : Tuf. Semen : silica, kompak. Ketebalan lapisan antara 5cm 1.3m. Berdasarkan analisis petrografi, diperoleh nama Chiefly Volcanic Wacke (Gilbert, Pedoman Praktikum Petrografi 1953. Batulempung berwarna abu-abu gelap, butiran halus berukuran lempung (1/256 mm), bersifat silika, tersusun oleh mineral lempung. Dengan ketebalan lapisan antara 0.7-16 cm. Napal berwarna abu-abu terang, butiran halus berukuran lempung (1/256 mm), bersifat karbonatan, tersusun oleh mineral lempung. Dengan ketebalan 20 cm. Berdasarkan penyebaran foraminifera plankton pada bagian bawah didapat kisaran umur N 13, berdasarkan punahnya fosil Globigerinoides subquadratus dan awal munculnya Sphaeroidinella subdehiscens. Pada bagian tengah didapat kisaran umur N 14 berdasarkan atas punahnya fosil Globorotalia siakensis dan awal kemunculan fosil Globorotalia pseudomiceniica. Pada bagian atas didapat kisaran umur N 15 - N 18 berdasarkan atas punahnya fosil Globoquadrina dehiscens, Globigerina venezuelana dan awal kemunculan fosil Globorotalia immaturus. Dengan demikian kisaran umur Satuan Batuan Batupasir tufan Selang-seling Batulempung Sisipan Napal adalah N 13 - N 18 atau pada kala Miosen Tengah - Miosen Akhir. Foto 2. 4. Singkapan Batupasir tufan selangseling Batulempung. Lokasi pengamatan di kali Kutukan LP 242. Foto 2. 5. Singkapan Napal di Kali Bacin LP 248. 2. Satuan Batuan Batupasir gampingan selang - seling Batulempung. Satuan batuan ini menempati luas sekitar ± 18.44 % dari daerah penelitian. Dan pada peta geologi diberi warna hijau, satuan ini tersingkap baik di Kali Bacin, Kali Brengkok, Kali jangkar, dan Sungai Comal. Kedudukan lapisan satuan batuan ini pada umumnya memiliki jurus yang berarah N 80 E N 125 E dan N 270 E N 285 E dengan kemiringan batuan berkisar antara 7-60. Kedudukan ini membentuk lipatan antiklin dan sinklin. Pada umumnya singkapan ini tersingkap didaerah penelitian dengan kondisi singkapan agak lapuk dan memperlihatkan lapisan yang kurang baik, menyebar dari bagian barat sampai timur daerah penelitian. Pengukuran jurus dan kemiringan lapisan batuan dilakukan pada Batupasir gampingan. Satuan batuan ini disusun oleh Batupasir gampingan selang seling Batulempung dimana pada Batupasir gampingan memiliki ketebalan 23 cm- 47 cm dan Batulempung 5 cm 70 cm. Batupasir gampingan secara megaskopis, warna abu abu kecoklatan, ukuran butir pasir sedang (0.25 mm), menyudut tanggung hingga membulat tanggung, terpilah buruk, kemas terbuka, porositas baik, bersifat karbonatan, kompak. Ketebalan antara 5 30 cm. komponen butir : Feldspar, litik dan kuarsa,massa dasar : lempung, semen : karbonat. Berdasarkan analisis petrografi dari Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 4

batupasir, diperoleh nama Calcareous Lithik Arenit (Gilbert 1953). Batulempung berwarna abu-abu gelap, butiran halus berukuran lempung (1/256 mm), bersifat karbonatan, tersusun oleh mineral lempung, menyerpih dibeberapa tempat. Dengan ketebalan 5-70 cm. Berdasarkan penyebaran foraminifera plankton pada bagian bawah didapat kisaran umur N19 N20, berdasarkan punahnya fosil Sphaerodinella subdehiscens dan awal munculnya Pulleniotina primalis. Pada bagian atas didapat kisaran umur N 21 berdasarkan atas punahnya fosil Globigerinoides oblquus dan awal kemunculan fosil Globorotalia tosaensis. Dengan demikian kisaran umur Satuan Batuan Batupasir gampingan selang-seling Batulempung adalah N 19 N 21 atau pada kala Pliosen. pelapukan, kemudian tererosi dan terendapkan. Proses pengendapan satuan endapan ini masih berlangsung sampai sekarang. Berdasarkan pengamatan di lapangan, bahwa proses erosi, transportasi dan sedimentasi pada satuan ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Foto 2. 7. Endapan Aluvial dan Dataran Banjir Lokasi Sungai Comal Lp 252. 2.3 Struktur Geologi Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian dijumpai struktur geologi berupa kekar, perlipatan dan sesar. Foto 2. 6.Singkapan Batupaasir gampingan selang seling Batulempung Lokasi di kali Jambe LP 3.09. 3. Satuan Endapan Aluvial. Satuan ini tersebar di sekitar Kali Penaruban pada bagian utara di daerah penelitian serta Sungai Waluh, Sungai Comal, Kali Waren pada bagian Barat dan Utara di daerah penelitian. Satuan ini menempati sekitar ± 40.87 % dari luas daerah penelitian, satuan endapan ini umumnya menempati daerah datar. 1. Kekar a. Kekar Gerus (Shear Fracture) Kekar Gerus (Shear Fracture) adalah rekahan yang bidang bidangnya terbentuk karena adanya kecenderungan untuk saling bergeser, yang terbentuk akibat kompresi dimana bentuk rekahan membentuk sudut 25 115 dengan arah gaya, biasanya saling berpasangan. Satuan endapan ini disusun material aluvial sungai berukuran lempung, pasir sampai bongkah dengan bentuk menyudut Foto 2. 8. Kekar gerus (Shear Fracture) N200 E/30 dan N248 E/50. di daerah Payung tanggung sampai membulat, terdiri dari lokasi Pengamatan 334. konglomerat, batupasir dan batulempung yang berasal dari batuan yang mengalami Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 5

2. Perlipatan 2. 1. Antiklin a. Antiklin Peguyangan Antiklin ini berkembang di bagian tengah daerah penelitian yang memiliki arah barat timur, antiklin ini melewati Desa Peguyangan dan Desa Sukowati, dan panjang diperkirakan 7 km. Pada antiklin ini melipat Satuan Batuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang). Besar kemiringan lapisan yang membentuk antiklin ini adalah 15 o 16 o ke arah utara dan 18 o 25 o ke arah selatan. Dengan kemiringan sayap utara yang sama dengan sayap selatan maka jenis dari antiklin Peguyangan adalah simetri. b. Antiklin Ampelgading Antiklin ini berkembang di bagian tengah daerah penelitian yang memiliki arah barat timur meliputi Desa Peguyangan, Desa Lenggerong. Dan panjang diperkirakan 9 km. Pada antiklin ini melipat Satuan Batuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang). Besar kemiringan lapisan yang membentuk Antiklin ini adalah 42 o 46 o ke arah utara dan 9 o 18 o ke arah selatan. Dengan kemiringan sayap utara yang sama dengan sayap selatan maka jenis dari antiklin Ampelgading adalah asimetri. 2. 2. Sinklin a. Sinklin Penggarit Sinklin ini berkembang di bagian utara daerah penelitian yang memiliki arah barat timur, sinklin ini melewati Desa Penggarit. Dengan panjang diperkirakan 5 km. Pada antiklin ini melipat Satuan Batuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang). Besar kemiringan lapisan yang membentuk sinklin ini adalah 21 o 30 o ke arah utara dan 15 o 18 o ke arah selatan. Jenis sinklin asimetri dimana kemiringan sayap bagian utara dan sayap bagian selatan berbeda. b. Sinklin Bantarbolang Sinklin ini berkembang di bagian tengah daerah penelitian dengan arah barat timur yang meliputi Desa Peguyangan dan Desa Lenggerong. Dengan panjang diperkirakan 9 km.pada sinklin ini melipat Satuan Batuan Batupasir gampingan selang seling Batulempung (Formasi Tapak). Besar kemiringan lapisan yang membentuk sinklin ini adalah 15 o 46 o ke arah utara dan 18 o 42 o ke arah selatan. Sinklin ini merupakan sinklin simetris. c. Sinklin Kebongede Sinklin Kebongede ini berkembang di bagian selatan daerah penelitian yang meliputi Desa Kebongede dan Desa Sarwodadi. Dengan panjang diperkirakan 9 km. Pada sinklin ini melipat Satuan Batuan Batupasir gampingan selang seling Batulempung (Formasi Tapak). Besar kemiringan lapisan yang membentuk sinklin ini adalah 30 o 35 o ke arah utara dan 30 o 46 o ke arah selatan. Sinklin ini merupakan sinklin simetris. 2. 3. Sesar a. Sesar Naik Peguyangan Sesar Naik Peguyangan berkembang di bagian tengah di daerah penelitian sekitar Desa Peguyangan. Diperkirakan memanjang sejauh 6 km dengan arah umum barat - timur. Sesar ini mematahkan Satuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang). Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain : Perlapisan tegak pada batupasir tufaan selang seling batulempung yang dijumpai di lokasi pengamatan 139 dan 144 pada kali Sanda. Kemiringan batuan yang tegak ( dip berkisar 78-84 ). Zona hancuran Adanya pola kelurusan kontur dan sungai. Adanya antiklin di daerah sekitar Peguyangan Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 6

Foto 2. 10. Bidang sesar berupa gores-garis pada batupasir. Bidang sesar N 218 E/ 64, gores garis 61 (plunge), N 231 E (trend), dan pitch 16 Foto 2. 9. Perlapisan tegak Lp 144. Lokasi pengamatan Kali Sanda dengan kedudukan N 257⁰E/ 82⁰ b. Sesar Mendatar Pengongsoran Sesar mendatar Pegongsoran berkembang dibagian baratlaut di daerah penelitian sekitar Desa Pegongsoran. Diperkirakan memanjang sejauh 3 km dengan arah baratdaya- timurlaut. Sesar ini mematahkan Satuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang). Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain : Adanya pola kelurusan kontur dan Sungai. Bidang sesar berupa gores-garis pada batupasir. Bidang sesar N 218 E/ 64, gores garis 61 (plunge), N 231 E (trend), dan pitch 16. Adanya pergeseran (off set) lapisan batupasir pada lokasi pengamatan 124 Sungai Waluh, dengan kedudukan N 196 E/ 5. c. Sesar Mendatar Payung Sesar mendatar Payung berkembang dibagian tenggara di daerah penelitian sekitar Desa payung. Diperkirakan memanjang sejauh 4 km dengan arah baratdaya- timurlaut. Sesar ini mematahkan Satuan Batupasir tufaan selang seling Batulempung (Formasi Halang) dan Satuan Batupasir gampingan selang seling Batulempung (Formasi Tapak). Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain : Adanya pola kelurusan kontur dan Sungai. Adanya bentuk morfologi berupa triangular faset Arah strike yang tidak beraturan di Kali Kutukan. Bidang sesar berupa gores-garis pada batupasir. Bidang sesar N 214 E/ 42, gores garis 36 (plunge), N 193 E (trend), dan pitch 73. Kekar gerus (shear fracture) di daerah Payung lokasi Pengamatan 334, dengan arah umum N 219 0 E/42 0 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 7

Provinsi Jawa Tengah. Memiliki luas area ±142 Ha. 1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dibagi menjadi dua bagian yaitu : Metode pemetaan di atas permukaan. Metode pemetaan di bawah permukaan Foto 2. 11. Bidang sesar berupa gores-garis pada batupasir. Bidang sesar N 214 E/ 42, gores garis 36 (plunge), N 193 E (trend), dan pitch 73 3. POTENSI SUMBERDAYA BAHAN GALIAN PASIR Berdasarkan hasil dari pemetaan permukaan pada daerah Lenggerong yang merupakan bagian dari daerah penelitian, daerah ini secara geologi dan geomorfologi memiliki keterdapatan potensi endapan pasir alluvial yang melimpah. Pada saat ini perkembangan pembangunan sangat pesat. Oleh karena itu pasir alluvial ini sangat berguna sebagai bahan baku pokok dalam pembangunan. Pasir ini berguna sebagai bahan campuran untuk konstruksi bangunan. Untuk mengetahui cadangan atau potensi yang lebih terukur, metode yang digunakan yaitu metode geolistrik. Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur. Lokasi pengamatan geolistrik terletak di Desa Lenggerong, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, 2. Analisa Data Geolistrik Data dari hasil pengukuran berupa tahanan jenis listrik dari batuan untuk setiap interval/jarak pengukuran dihitung, menjadi tahanan jenis semu batuan. Data tahanan jenis semu tersebut diplot pada kertas dengan variable ( a ) sebagai kedalaman yang terdeteksi sedangkan variabel ( r ) sebagai tahanan jenis semu. Dengan cara demikian setiap titik duga geolistrik mempunyai grafik tahanan jenis semu lapangan, selanjutnya dengan cara curve matching setiap grafik tahanan jenis semu pada setiap titik diolah sehingga didapatkan tahanan jenis batuan sebenarnya untuk setiap lapisan yang ada, untuk membantu pengolahan data digunakan program komputer, dengan menggunakan software Progress (Lampiran Geolistrik). Data tahanan jenis lapisan batuan dibandingkan dengan batuan singkapan yang ada, sehingga dengan cara penafsiran dapat diketahui macam-macam lapisan batuan di lokasi ini. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 8

Tabel 3. 1. Perhitungan Volume Tanah Penutup Daerah Lenggerong, Kecamatan Bantarbolang. Kabupaten Pemalang. Provinsi Jawa Tengah. Kontur Ketebalan (m) Luas (m 2 ) Rasio Luas Beda Tinggi Rumus Volume (m 3 ) 2.9 1291 3743.9 2.9 2842 8241.8 2.8 26093 0.1089181 0.1 Piramidal 1877.320279 2.7 46761 0.55800774 0.1 Trapezo 2428.466667 2.6 66186 0.70650893 0.1 Trapezo 3764.9 2.5 88487 0.74797428 0.1 Trapezo 5155.766667 2.4 111716 0.79207097 0.1 Trapezo 6673.433333 2.3 138520 0.80649726 0.1 Trapezo 8341.2 2.2 169236 0.81850197 0.1 Trapezo 10258.53333 3.6 194 698.4 3.5 816 0.2377451 0.1 Piramidal 70.3937176 3.4 1658 0.49215923 0.1 Piramidal 181.8577166 3.3 2947 0.56260604 0.1 Trapezo 153.5 3.2 4769 0.61794926 0.1 Trapezo 257.2 3.1 7150 0.66699301 0.1 Trapezo 397.3 3 10127 0.70603338 0.1 Trapezo 575.9 2.9 13670 0.74081931 0.1 Trapezo 793.2333333 2.9 1525 4422.5 2.8 28299 0.53694477 0.1 Trapezo 1449.8 2.7 49424 0.57257608 0.1 Trapezo 2590.766667 2.6 76080 0.64963197 0.1 Trapezo 4183.466667 2.5 106902 0.71167986 0.1 Trapezo 6099.4 2.4 141872 0.75351021 0.1 Trapezo 8292.466667 2.3 184917 0.76721989 0.1 Trapezo 10892.96667 2.3 3478 7999.4 2.2 17842 0.1949333 0.1 Piramidal 1459.873317 2.2 247146 0.76228221 0.1 Trapezo 14518.03333 2.1 520718 0.47462542 0.1 Piramidal 56330.12914 2 683880 0.76141721 0.1 Trapezo 40153.26667 1.9 772008 0.88584574 0.1 Trapezo 48529.6 1.8 856060 0.90181529 0.1 Trapezo 54268.93333 1.7 927381 0.92309418 0.1 Trapezo 59448.03333 1.6 1002070 0.92546529 0.1 Trapezo 64315.03333 1.5 1081119 0.92688224 0.1 Trapezo 69439.63333 1.4 1140026 0.94832837 0.1 Trapezo 74038.16667 1.3 1193121 0.95549907 0.1 Trapezo 77771.56667 1.2 1239575 0.96252425 0.1 Trapezo 81089.86667 1.1 1287079 0.96309162 0.1 Trapezo 84221.8 1 1327432 0.9696007 0.1 Trapezo 87150.36667 0.9 1359694 0.9762726 0.1 Trapezo 89570.86667 0.8 1389806 0.97833367 0.1 Trapezo 91650 Volume Bahan Galian : 2. 304. 196,6 m 3 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 9

Tabel 3. 2. Perhitungan Volume Tanah Penutup Daerah Lenggerong, Kecamatan Bantarbolang. Kabupaten Pemalang. Provinsi Jawa Tengah. Kontur Ketebalan (m) Luas (m 2 ) Rasio Luas Beda Tinggi Rumus Volume (m 3 ) 2.9 1291 3743.9 2.9 2842 8241.8 2.8 26093 0.1089181 0.1 Piramidal 1877.320279 2.7 46761 0.55800774 0.1 Trapezo 2428.466667 2.6 66186 0.70650893 0.1 Trapezo 3764.9 2.5 88487 0.74797428 0.1 Trapezo 5155.766667 2.4 111716 0.79207097 0.1 Trapezo 6673.433333 2.3 138520 0.80649726 0.1 Trapezo 8341.2 2.2 169236 0.81850197 0.1 Trapezo 10258.53333 3.6 194 698.4 3.5 816 0.2377451 0.1 Piramidal 70.3937176 3.4 1658 0.49215923 0.1 Piramidal 181.8577166 3.3 2947 0.56260604 0.1 Trapezo 153.5 3.2 4769 0.61794926 0.1 Trapezo 257.2 3.1 7150 0.66699301 0.1 Trapezo 397.3 3 10127 0.70603338 0.1 Trapezo 575.9 2.9 13670 0.74081931 0.1 Trapezo 793.2333333 2.9 1525 4422.5 2.8 28299 0.53694477 0.1 Trapezo 1449.8 2.7 49424 0.57257608 0.1 Trapezo 2590.766667 2.6 76080 0.64963197 0.1 Trapezo 4183.466667 2.5 106902 0.71167986 0.1 Trapezo 6099.4 2.4 141872 0.75351021 0.1 Trapezo 8292.466667 2.3 184917 0.76721989 0.1 Trapezo 10892.96667 2.3 3478 7999.4 2.2 17842 0.1949333 0.1 Piramidal 1459.873317 2.2 247146 0.76228221 0.1 Trapezo 14518.03333 2.1 520718 0.47462542 0.1 Piramidal 56330.12914 2 683880 0.76141721 0.1 Trapezo 40153.26667 1.9 772008 0.88584574 0.1 Trapezo 48529.6 1.8 856060 0.90181529 0.1 Trapezo 54268.93333 1.7 927381 0.92309418 0.1 Trapezo 59448.03333 1.6 1002070 0.92546529 0.1 Trapezo 64315.03333 1.5 1081119 0.92688224 0.1 Trapezo 69439.63333 1.4 1140026 0.94832837 0.1 Trapezo 74038.16667 1.3 1193121 0.95549907 0.1 Trapezo 77771.56667 1.2 1239575 0.96252425 0.1 Trapezo 81089.86667 1.1 1287079 0.96309162 0.1 Trapezo 84221.8 1 1327432 0.9696007 0.1 Trapezo 87150.36667 0.9 1359694 0.9762726 0.1 Trapezo 89570.86667 0.8 1389806 0.97833367 0.1 Trapezo 91650 Volume Tanah Penutup : 1.093.499,041 m³ Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 10

Berdasarkan perhitungan sumberdaya pasir, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut: Total Luas Area : 142 Ha Volume Bersih Pasir : 2.304.196,6 m 3 Harga potensi sumberdaya pasir adalah : Harga pasir/ m 3 : Rp 200.000,- Jadi, harga potensi sumberdaya pasir dengan total luas area 142 Ha dan volume pasir 2.304.196,6 m 3 adalah Rp 460.839.200.000,- (empat ratus enam puluh milyar delapan ratus tiga puluh sembilan juta dua ratus ribu rupiah). 4. KESIMPULAN DAN DISKUSI Geomorfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh aspek struktur, proses, dan tahapan. Satuan Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 3 satuan yaitu Satuan Perbukitan Lipat Patahan, Satuan Dataran Lipatan dan Satuan Dataran Alluvial. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan berupa bukitbukit yang terbentuk akibat perlipatan dan patahan, Faktor pengontrol satuan geomorfologi ini diantaranya yaitu faktor litologi, faktor struktur dan faktor erosi. Kemudian Satuan Geomorfologi Dataran Lipatan lebih dikontrol oleh faktor erosi. Sedangkan pada Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial dipengaruhi oleh factor erosi dan sedimentasi. Pada daerah penelitian terdapat tiga pola aliran sungai yaitu pola aliran rectangular, trellis dan anastomatik. Stadium erosi sungai daerah yaitu stadium erosi dewasa dan gentera geomorfiknya masuk ke dalam gentera geomorfik muda, dewasa dan tua Satuan batuan daerah penelitian di bagi menjadi 3 satuan batuan dari tua ke muda yaitu Satuan Batuan Batupasir Tufan selang-seling Batulempung sisipan Napal Formasi Halang, Satuan Batuan Batupasir gampingan selangseling Batulempung Formasi Tapak dan Endapan Alluvial. Satuan Batuan Batupasir Tufan selang-seling Batulempung sisipan Napal Formasi Halang (N 13 - N 18 ), diendapkan pada lingkungan laut dalam dan mempunyai hubungan startigrafi yang selaras dengan Satuan Batuan Batupasir gampingan selang-seling Batulempung Formasi Tapak yang diendapkan pada laut dangkal (N 19 N 21 ). Mekanisme pembentukan sesar pada daerah penelitian diawali adanya gaya dari arah Utara Selatan, sehingga terbentuk perlipatan dengan arah relatif Timur - Barat, gaya tersebut terus bekerja sampai melampaui batas elastisitas batuan sehingga terjadilah pensesaran membentuk sesar naik dengan arah Barat Timur, kemudian gaya terus bekerja sehingga membentuk sesar mendatar dengan arah relatif Baratlaut Tenggara. PUSTAKA 1) Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff, Vol. 1A, Netherlands. 2) Kadarisman, D.S, 1997, Pedoman Praktikum Petrografi, Laboratorium Petrografi, Program Studi Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor. 3) Koesoemadinata, R.P., dan A. Pulunggono, 1975, Geology of The Sourthen to Tectonic Framework of Tertiary Sedimentary Basin of Western Indonesia, Geologi Indonesia, IAGI, Vol.2. 4) Luthfi, Mustafa, 2010, Prinsip - Prinsip Sedimentologi, Jurusan Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan, Bogor. 5) Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Geological Research and Development Center, Bandung. 6) M. Djuri, H. Samodra, T.C. Amin & S. Ghafoer (1996, Geologi Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 11

Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa skala 1:100.000). 7) Noor, Djauhari, 2010, Analisa Stratigrafi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Tekni, Universitas Pakuan, Bogor. 8) Noor, Djauhari, 2010, Geomorfologi, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Tekni, Universitas Pakuan, Bogor. 9) Sudjono. Martodjojo., dan A. Pulunggono, 1994, Geotektonik Pelau Jawa Sejak Akhir Mesozoik Hingga Kuarter, Makalah Seminar Geologi, Jurusan Teknik, Universitas Gajah Mada, yogyakarta. 10) Sukendar Asikin dkk, 1987, Tatanan Stratigrafi dan Posisi Tektonik Cekungan Jawa Tengah Utara selama zaman Tersier. 11) Syahrulyati, Teti dan Karmadi, M. A, 1994, Pedoman Praktikum Mikropaleontologi, Laboratorium Mikropaleontologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor 12) Syahrulyati, Teti dan Karmadi, M. A, 1994, Pedoman Praktikum Paleontologi, Laboratorium Paleontologi, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor. 13) Thornbury, William D., Principles of Geomorphology, Second Edition, John Willey and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto, 594 p. 14) Walker, R.G., James, N.P, 1978, Facies Models Respons to Sea Level Change, Geological Association of Canada, Kanada. PENULIS 1. Yulli Rahmawati, ST., Alumni (2014) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 2. Ir. Singgih Irianto, MSi., Staf Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. 3. Ir. Muhammad Agus Karmadi., Staf Dosen Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan. Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 12

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan 13