PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 2-6 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DI DESA MULYO AGUNG MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN ASI NON EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI 0-6 BULAN DI DESA GIRIPURWO, WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TAROKAN KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI UMUR 6 36 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS NORMAL 1-3 HARI TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RUANG NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

SIKAP IBU BEKERJA YANG MEMILIKI BAYI 0-6 BULAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR. Yanti 1, Ika Tristanti 2

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

Sugiarti dan Vera Talumepa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

Naili Nur Meifanna. Kata kunci : motorik halus, ASI, susu formula. Kepustakaan : 30 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk meningkatkan

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. kandungan dengan memberi nutrisi yang memadai pada ibu hamil. Pemberian nutrisi

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kebutuhan gizi secara kuantitatif

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

PERBEDAAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 6 BULAN YANG DIBERIKAN ASI DENGAN YANG DIBERIKAN MP-ASI DI KECAMATAN GUNUNGPATI

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban) H. Miftahul Munir STIKES NU TUBAN ABSTRAK ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama dan terbaik untuk bayi karena di dalam ASI terkandung zat-zat kekebalan, anti infeksi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang serta mengontrol terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai umur 4-6 bulan Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia, namun praktek pemberian ASI masih buruk terutama dalam pemberian ASI Eksklusif. Buruknya pemberian ASI ini dipicu oleh promosi susu formula dan MP-ASI di berbagai media dan SPK, serta kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI bagi kecerdasan dan kesehatan bayi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis adakah pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif dengan berat badan bayi umur 4-6 bulan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan desain penelitian One-shot Case Study, dimana pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling dengan tipe Simple Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dan lembar observasi untuk mengidentifikasi bayi yang diberi ASI Ekslusif, berat badan bayi umur 4-6 bulan, serta pengaruh antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 3 sampel, terdapat 16 bayi (50%) diberikan ASI Eksklusif dan 16 bayi (50%) diberi MP-ASI. Bayi yang diberi ASI Eksklusif secara keseluruhan memiliki berat badan normal, sedangkan bayi yang diberi MP-ASI sebanyak 14 bayi (87,50%) memiliki berat badan normal dan sebanyak bayi (1,50%) mengalami kegemukan. Dari hasil uji t berpasangan disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan. Melihat pentingnya pemberian ASI, maka hendaknya ASI Eksklusif diberikan pada bayi hingga umur 4-6 bulan demi tercapainya berat badan normal. Kata kunci : ASI Eksklusif, berat badan

PENDAHULUAN ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat digantikan dengan makanan lainnya dan tidak ada satu makanan pun yang dapat menyamai ASI, baik dalam kandungan gizinya, enzim, hormon maupun kandungan imunologik dan anti infeksi (Junior, 003). Meskipun menyusui bayi sudah menjadi budaya Indonesia, namun praktek pemberian ASI masih buruk, terutama dalam pemberian ASI Eksklusif, yaitu pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain (Hubertin, 004:5). Buruknya pemberian ASI ini dipicu oleh promosi susu formula dan MP-ASI di berbagai media dan Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) (Junior, 003). Serta kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya ASI bagi kecerdasan dan kesehatan bayi, dimana di dalam ASI terkandung zat-zat kekebalan, anti infeksi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang serta mengontrol terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas (IBI Johnson, 1994:46). Menurut Azrul (003), berdasarkan hasil penelitian tentang tumbuh kembang balita di Indonesia, menjelaskan bahwa pemberian MP-ASI bagi balita penting, karena selain mencukupi kekurangan gizi sejak janin dalam kandungan, ketidaktaatan sang ibu bayi memberikan ASI Eksklusif, MP-ASI juga dapat mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang pada balita, apabila diberikan pada bayi cukup bulan atau 6 bulan ke atas. Akan tetapi dalam kenyataannya pemberian MP-ASI yang terlalu dini terhadap bayi sering ditemukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti pemberian makanan berupa pisang, madu, air tajin, air gula, susu formula dan makanan lain sebelum bayi berumur 4 bulan. Buruknya pemberian ASI Eksklusif, terbatasnya persediaan pangan di tingkat rumah tangga serta terbatasnya akses balita sakit terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas menyebabkan lima juta bayi menderita gizi kurang. Padahal kekurangan gizi yang terjadi pada bayi akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan bahkan kematian. Menurut WHO, sekitar 13 bayi meninggal setiap tahunnya sebelum usia satu tahun, dimana lebih dari setengahnya terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk serta penyakit infeksi. (Junior, 003). Bukti-bukti penurunan penggunaan air susu ibu di negara-negara yang telah maju telah banyak dikemukakan, antara lain di Amerika, pada permulaan abad ke-0, kira-kira 71% bayi mendapat air susu ibu sampai umur kurang lebih 6 bulan, sedangkan tahun 1971, angka ini menurun menjadi 5% pada ibu-ibu dengan sosio ekonomi sedang dan 5% pada ibu-ibu dengan sosio ekonomi baik. Di Singapura pada tahun 1951, pada ibu-ibu dengan sosio ekonomi sedang dan baik, 48% bayi mendapatkan air susu ibu, sedangkan pada golongan sosio ekonomi rendah 71%. Pada tahun 1961, angka tersebut merosot menjadi masing-masing 8% dan 4% (Soetjiningsih, 1997:16). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 00, hanya 3,7 % bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi umur kurang dari bulan sebesar 64 %, antara sampai 3 bulan sebesar 45,5 %, antara 4 sampai 5 bulan sebesar 13,9 %, dan antara 6 sampai 7 bulan sebesar 7,8 %. Sementara itu cakupan pemberian susu formula dan MP-ASI meningkat 3 kali lipat dalam kurun waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 3,4% pada tahun 00. (Junior, 003). Maka untuk mengatasi hal tersebut dan untuk mencapai tumbuh kembang bayi secara optimal, WHO atau UNICEF menetapkan Global Strategy for Infant and Young Child Feeding yang di Indonesia ditindak lanjuti dengan penyusunan Strategi Nasional pemberian makanan bayi dan anak yang disesuaikan dengan UU No. 3 Tahun 00 tentang perlindungan anak yang mengacu pada Convention On the Right Of The Child yaitu dengan memberikan ASI dalam 30 menit setelah kelahiran, memberikan ASI Ekslusif sejak lahir sampai 6 bulan, memberikan MP-ASI yang bermutu sejak bayi umur 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI sampai umur tahun. (Junior, 003). Berdasarkan LB3 Gizi Puskesmas Kabupaten Tuban diketahui bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Plumpang tahun 006 tergolong rendah, yaitu sebesar 46% dari target sebesar 60%. Adapun daerah yang cakupan pemberian ASI Eksklusif masih tergolong rendah berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti dalam Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) tanggal 8 0 Januari 007, dalam 5 tahun terakhir meliputi Desa Sumberagung, Magersari, Ngrayung, Kepohagung, Jatimulyo, Penidon dan Trutup, yaitu + 15,49% dari 40 balita. Selain itu, wilayah kerja Puskesmas Plumpang menduduki peringkat kedelapan bayi yang mengalami kenaikan berat badan, yaitu sebesar 418 bayi dari 818 bayi yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. Melihat rendahnya pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Plumpang dan tingginya jumlah bayi yang mengalami kenaikan berat badan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah tentang pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One- shot Case Study yaitu denganmelakukan intervensi atau tindakan pada satu kelompok kemudian diobservasi pada variabel dependen setelah dilakukan intervensi. (Nursalam, 003 : 87). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi umur 4-6 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. Besar populasi di estimasi pada bulan April sampai Mei 007 adalah sebanyak 63 bayi. Sampel yang peneliti gunakan dalam penelitian ilmiah ini adalah bayi umur 4-6 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 3 responden (bayi) yang terdiri dari kelompok yaitu 16 bayi dilakukan intervensi dan 16 bayi yang lain tidak dilakukan intervensi. HASIL PENELITIAN 1. Data Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban, diperoleh data sebagai berikut : 1.1 Umur Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban pada Bulan

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa mayoritas responden berusia 4 bulan, yaitu sebanyak 6 bayi (81,5%). 1. Jenis Kelamin Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban pada Bulan Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 18 bayi (56,5%).. Data Khusus.1 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 4-6 Bulan Tabel 3 Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Umur 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban pada Bulan Pemberian ASI Jumlah Persentase No 1 Eksklusif ASI Eksklusif MP-ASI ( Σ ) 16 16 (%) 50 50 Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa dari 3 bayi umur 4-6 bulan, bayi yang diberi ASI Eksklusif dan MP-ASI memiliki persentase yang sama yaitu sebanyak 16 bayi (50%).. Berat Badan Bayi Umur 4-6 Bulan. Tabel 4 Berat Badan Bayi Umur 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Pukesmas Plumpang Kabupaten Tuban Pada Bulan No Berat badan terhadap tinggi badan Jumlah N % 1 Kurus sekali - - Kurus - - 3 Normal 30 93,75 4 Gemuk 6,5 Sumber : Tabulasi data hasil penelitian pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 4-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban pada bulan Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa bayi umur 4-6 bulan sebanyak 30 bayi (93,75%) memiliki berat badan normal. Tabel 5 Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif terhadap Berat Badan Bayi Umur 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Pukesmas Plumpang Kabupaten Tuban Pada Bulan Berat Badan Pemberia Kurus Jumlah No n ASI Kurus Normal Sekali Gemuk Eksklusif N % N % N % N % N % 1 ASI Eksklusif - - - - 16 100 - - 16 100 No Umur Jumlah ( Σ ) Persentase (%) 1 3 4 bulan 5 bulan 6 bulan MP-ASI - - - - 14 87,50 1,5 16 100 No Jenis Kelamin Jumluh ( Σ ) Persentase (%) 1 Laki-laki 18 56,5 Perempuan 14 43,75 Jumlah - - - - 30 93,75 6,5 3 100 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bayi berumur 4 6 bulan yang diberi ASI Eksklusif 100% memiliki berat badan normal yaitu sebanyak 16 bayi. ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis dengan uji t berpasangan (Paired t Test), α = 0,05, df = 15 ditetapkan t hitung = -,16 dan t tabel = +,131. Dengan interpretasi jika nilai t hitung berada di luar nilai t tabel maka Ho diterima dan H 1 ditolak, artinya Tidak ada pengaruh yang signifikan dan jika nilai t hitung berada di luar nilai t tabel maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya Ada pengaruh yang signifikan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai t hitung berada di luar nilai t tabel, maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya Ada pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. PEMBAHASAN 6 4 81,5 1,5 6,5 1. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 4-6 Bulan Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 63 bayi umur 4-6 bulan, diberi ASI Eksklusif adalah sebanyak 16 bayi (50%) dan bayi yang diberi MP-ASI sebanyak 16 bayi (50%). Dari data diatas jelas terlihat bahwa pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI pada bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban memiliki persentase yang sama. Tingginya pemberian ASI Eksklusif tersebut disebabkan karena pemerintah terus memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan dalam penerapan praktek pemberian ASI Eksklusif di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Swasta, Bidan Praktek Swasta, dan masyarakat. Salah satunya adalah di Rumah Bersalin Tritunggal Jakarta, dimana sejak tahun 1998 secara konsisten dilakukan berbagai langkah dan upaya mengenai penerapan konsep ASI Eksklusif pada praktisi bidang kebidanan secara khusus dan masyarakat umum mengenai manfaat terbesar ASI. Dalam observasi pada praktek ini diketahui bahwa dengan penatalaksanaan yang tepat, 99% ibu mampu memberikan ASI dan bahwa dengan memberi ASI saja sudah cukup tanpa harus memberi tambahan susu lain kepada bayi. (Hubertin, 004 : 1) Selain faktor di atas, rendahnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Kemungkinan faktor

penyebab tersebut diantaranya ialah pengaruh orang lain yang lebih dominan, misalnya orang tua, suami, tetangga, teman atau petugas kesehatan sendiri yang kurang tepat memberikan nasehat mengenai ASI dan menyusui, pengaruh iklan susu buatan dan makanan pendamping ASI, motivasi ibu berkurang karena kesibukan atau kerja dan sebagainya.. Identifikasi Berat Badan Bayi Umur 4-6 Bulan Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa bayi umur 4-6 bulan sebanyak 30 bayi (93,75%) memiliki berat badan normal, sedangkan sebanyak bayi (6,5%) mengalami kegemukan. Dari data di atas terlihat jelas bahwa bayi di wilayah kerja Puskesmas Plumpang kabupaten Tuban umur 4-6 bulan mayoritas memiliki berat badan normal. Perbedaan kedua kondisi tersebut bisa disebabkan karena bayi memperoleh jenis makanan yang berbeda untuk dikonsmsi satu sama lain. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang yang pada akhirnya akan menyebabkan kegemukan. Atau bisa juga disebabkan karena lemak yang terkandung di dalam ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi sehingga tidak terjadi penimbunan lemak yang berlebihan pada bayi yang diberi ASI Eksklusif. (Hubertin, 004 : 18) Selain faktor di atas, perbedaan berat badan yang diberi ASI Eksklusif dan yang diberi MP-ASI pada bayi umur 4-6 bulan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor lain. Kemungkinan faktor tersebut adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor genetik tersebut diantaranya adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Sedangkan faktor lingkungan bisa disebabkan oleh gizi ibu pada waktu hamil, hormon, fungsi metabolisme, perawatan payudara dan lain-lain. 3. Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa bayi berumur 4 6 bulan yang diberi ASI Eksklusif 100% memiliki berat badan normal sebanyak 16 bayi (100%). Sedangkan bayi yang diberi MP-ASI sebanyak 14 bayi (87,50%) memiliki berat badan normal dan bayi (1,50%) mengalami kegemukan. Perbedaan kedua kondisi tersebut bisa disebabkan karena kandungan nutrisi ASI berbeda dengan MP-ASI. Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI mengandung enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida menjadi digliserida, sehingga sedikit sekali lemak yang tidak diserap oleh sistem pencernaan bayi. Sedangkan susu formula (MP-ASI) tidak mengandung enzim karena enzim akan rusak bila dipanaskan. Itu sebabnya, bayi akan sulit menyerap lemak susu formula dan menyebabkan bayi menjadi diare serta menyebabkan penimbunan lemak yang pada akhirnya akan berakibat kegemukan (obesitas) pada bayi. Selain itu, bayi yang mendapat makanan lain, misalnya nasi lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang. Terlalu banyak karbohidrat menyebabkan anak lebih mudah menderita kegemukan dengan segala akibatnya. Menurut Depkes RI (1994) menyebutkan bahwa di negara berkembang pemberian ASI Eksklusif dibanding susu formula (MP-ASI) pada bayi cukup bulan sampai usia 6 bulan, menunjukkan kecepatan pertumbuhan bayi yang sama. Teori tersebut didukung oleh Riordan (000 : 59), bahwa berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dan diberi susu buatan (MP-ASI) kira-kira sama dalam perubahan berat dan tinggi badan sampai usia 3 4 bulan. Akan tetapi pada literatur lain menyebutkan bahwa di negara maju, bayi yang menyusu secara murni (ASI Eksklusif) sampai usia 4-6 bulan memiliki pertumbuhan yang optimal (normal), dan justru pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu awal dapat menyebabkan obesitas. (Modul Manajemen Laktasi 9, 1994 : 1). Berdasarkan teori tersebut ternyata benar bahwa pemberian ASI Eksklusif berpengaruh terhadap berat badan bayi, dimana bayi yang diberi ASI Eksklusif 100% memiliki berat badan normal, sedangkan bayi yang diberi MP-ASI mayoritas memiliki berat badan normal sebesar 68,09% dan 3,81% mengalami kegemukan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan informasi ibu akan pentingnya ASI bagi kecerdasan dan kesehatan bayi, tradisi masyarakat di negara berkembang yang cenderung memberikan MP-ASI dini, tingginya promosi susu formula dan MP-ASI diberbagai media dan Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) serta faktor genetik atau bawaan, misalnya jenis kelamin, suku bangsa atau RAS, dapat mempengaruhi pertumbuhan (BB). Berdasarkan analisis dengan uji t berpasangan (Paired t Test), α = 0,05, df = 15 ditetapkan t hitung = -,16 dan t tabel = +,131. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai t hitung berada di luar nilai t tabel, maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya Ada pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. Bayi yang diberi ASI Eksklusif secara keseluruhan memiliki berat badan normal, dan tidak ada yang mengalami kegemukan (obesitas) bahkan kurang gizi. Sehingga ASI merupakan makanan utama, terbaik dan alami pertama untuk bayi yang diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. Karena di dalam ASI terkandung zat-zat kekebalan, anti infeksi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal (normal) serta mengontrol terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan, maka dalam penelitian ini secara umum dapat disimpulkan antara lain : 1. Pemberian ASI Eksklusif dan MP ASI pada bayi umur 4-6 di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban memiliki persentase yang sama.. Berat badan bayi umur 4-6 bulan yang diberi ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban secara keseluruhan adalah normal 3. Ada pengaruh antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (00). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Azrul. (003). Peningkatan Gizi Balita Melalui MP-ASI. Senin, 31 Maret 003. http://www.google.co.id. Budiarto, Eko. (001). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC : Departement of Nutrition. (003). Pemberian MT Makanan Untuk Anak Menyusu. EGC : Depkes RI. (1994). Bahan Bacaan Modul Manajemen Laktasi. Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Depkes RI. (00). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Depkes : Depkes RI. (003). Spesifikasi dan pedoman Pengelolaan MP-ASI Instan untuk Bayi Umur 6-11 Bulan. Depkes : Depkes. RI. (003). Buku KIA. Bakti Husada : Depkes. RI. (005). Instrumen Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan pada Balita dan Anak Prasekolah. EGC : IBI, Johnson. (1994). Panduan Kehamilan dan Masa Awal Menjadi Orang Tua. Johnson : Junior. (003). Hanya 3,7% Bayi Memperoleh ASI, http://www.google.co.id Nazir, Moch. (003). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia Ghalia Indonesia : Notoatmodjo, Soekidjo. (005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Notoatmodjo, Soekidjo. (003). Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Nursalam. (003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Riordan, Kathleen G. (000). Buku Saku Menyusui dan Laktasi. EGC : Sari Husada. (1998). KMS Sari Husada. Sari Husada :