ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

Perancangan Rumah Susun dengan Aspek Bioklimatik di Kota Malang

Pengembangan RS Harum

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah populasi manusia di Jakarta,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

RUMAH SUSUN DENGAN KONSEP BIOKLIMATIK DI KOTA MALANG ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

Pengembangan RS Harum

Rumah Sejahtera Susun untuk Buruh Pabrik di PIER dengan Konsep Bioklimatik

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

Perancangan Rumah Susun Buring 2 dengan Aspek Bioklimatik

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

IMPLEMENTASI DESAIN FASADE BANGUNAN ASRAMA MAHASISWA YANG MEMPADUKAN TUNTUTAN VISUAL DAN KENYAMANAN TERMAL DENGAN KONSEP ARSITEKTUR BIOKLIMATIK

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III ELABORASI TEMA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.2.1 Konsep Pencapaian Menuju Tapak

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

PENGARUH IKLIM DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PENERAPAN KONSEP SADAR ENERGI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR YANG BERKELANJUTAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Hemat Energi

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN. iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL.

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

MODUL I RPKPS DAN TUGAS BANGUNAN PINTAR PENGAMPU : DR. AGUNG MURTI NUGROHO ST, MT.

INSTRUKSI KERJA LABORATORIUM PEMBAYANGAN MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

Rumah Susun Sederhana dengan Penerapan Konsep Bioklimatik di Kecamatan Sukun, Malang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : Penghawaan alami, tata massa, bukaan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

Pengaruh Bukaan Jendela Terhadap Kinerja Termal Rumah Tinggal Tipe 40 di Kota Malang, Studi Kasus Rumah Tinggal Tipe 40 di Perumahan Griya Saxophone

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

EKOLOGI ARSITEKTUR : MENUJU PERANCANGAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI DAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif

Perancangan Wisma Atlet di Kota Malang dengan Penerapan Sistem Ventilasi Alami

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di susun oleh : FERIA ETIKA.A.

KAJIAN SISTEM BUKAAN KAMAR TIDUR ASRAMA BEIYUAN GXNU TERHADAP KENYAMANAN TERMAL DAN PENCAHAYAAN ALAMI RUANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

STUDI SISTEM PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI PADA TIPOLOGI UNDERGROUND BUILDING

Tempat Kebugaran Tubuh Di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ventilasi suatu bangunan merupakan salah satu elemen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

Pengaruh Shading Devices terhadap Penerimaan Radiasi Matahari Langsung pada Fasad Gedung Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

RUMAH SUSUN NELAYAN DENGAN KONSEP TANGGAP IKLIM DI ROMOKALISARI SURABAYA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

Gedung Kuliah Kedokteran Hewan Kampus II Universitas Brawijaya Dengan Konsep Bioklimatik

BAB III TINJAUAN KHUSUS

SEKOLAH NEGERI TERPADU (SD-SLTP)

RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar. Tema

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

Transkripsi:

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA Irawan Sandi Dana Ramadhan¹, Agung Murti Nugroho², Beta Suryokusumo S.² ¹Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya ²Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Alamat Email penulis: ir.sandi.dr@gmail.com ABSTRAK Penerapan aspek tanggap iklim pada perancangan SMK Multimedia ini dilatar belakangi oleh permasalahan kebutuhan sarana pendidikan yang ada di Kota Yogyakarta yang saat ini tengah berkembang dan tanggapan bangunan SMK Multimedia terhadap iklim. Penerapan green building pada SMK masih jarang diterapkan di Yogyakarta yang memiliki iklim tropis. Metode penelitian ini diawali dengan memaparkan masalah masalah iklim, masalah yang terkait pada tapak serta lingkungan sekitar, pola aktivitas pelaku dan kendala kendala yang terjadi pada SMK Multimedia. Selanjutnya hasil tersebut akan digunakan pada tahap perancangan SMK Multimedia. Terdapat standar khusus yang digunakan untuk ruangan laboratorium tanggap lingkungan, dimana laboratorium ini harus kedap dengan udara luar terutama debu yang nanti dapat merusak perangkat elektronik yang ada di dalam ruangan laboratorium. Dari lima unsur iklim, unsur yang dapat dimanfaatkan untuk desain tanggap iklim adalah dari unsur matahari. Unsur matahari digunakan untuk pencahayaan ke dalam ruangan namun dengan masuknya pencahayaan alami, radiasi matahari pun juga akan masuk ke dalamnya, sehingga perlu penanganan khusus dalam mendesain selubung bangunannya. Penekanan desain sekolah yang mampu berperan aktif dalam perbaikan lingkungan ini, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas keadaan lingkungan sekaligus pembentuk rasa nyaman pengguna dalam proses belajar mengajar. Kata kunci: sekolah, multimedia, tanggap iklim ABSTRACT Implementation of the climate response aspect in High school of Multimedia is motivated by the needs of educational facilities in Yogyakarta and responses to climate. The application of green building at high school building still rarely applied in Yogyakarta, which has a tropical climate. This research method begins by describing the problems of climate related issues at the site and the surrounding environment, activity patterns actors and the constraints that occur in Multimedia school. Furthermore, these results will be used at the design stage Multimedia School. There are specific standards that are used for laboratory room responsive to the environment, which is where the laboratory is to be meshed with the outside air, especially dust that later can damage electronic devices that exist in the laboratory. Of the five elements of the climate, the element that can be used for climate responsive design is the sun. Sun is used for lighting in the room, but with the inclusion of natural lighting, solar radiation will also be entered into it, so it needs special care in designing building envelope. The emphasis of the school design that is able to play an active role in the improvement of the environment, is expected to improve the effectiveness of the state of the environment as well as forming a sense of comfort in the teaching learning process. Keywords: school, multimedia, climate responsive

1. Pendahuluan Efek perubahan iklim bumi, yang dewasa ini kenaikan suhu bumi telah membuat banyak korban jiwa berjatuhan akibat gelombang panas, banjir, badai, kebakaran hutan, dan kekeringan ini menjadi latar belakang penerapan aspek tanggap iklim pada perancangan SMK Multimedia. Isu Pemanasan Global (Global Warming) menuntut berkembangnya peran Arsitek mengelola pembangunan yang dapat menyikapi berbagai permasalahan kota kedepannya, serta menciptakan perancangan yang tanggap lingkungan. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota pendidikan terdepan di Indonesia, yang mempunyai potensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga perlu mewadahi sarana pendidikan yang nantinya mampu menunjang Kota Yogyakarta menjadi daerah internasional, melalui sarana prasarana di bidang multimedia. Penerapan green building pada SMK masih jarang diterapkan di Yogyakarta yang memiliki iklim tropis. Penekanan desain sekolah yang mampu berperan aktif diharapkan dalam perbaikan lingkungan dimana disekolah juga membutuhkan peran lingkungan berlebih terkait dengan desain yang berkonsep tanggap iklim. Nantinya desain yang diusulkan mempunyai tujuan untuk meningkatkan efektivitas keadaan lingkungan sekaligus sebagai pembentuk rasa nyaman pada kegiatan belajar mengajar. Pada Sekolah Multimedia hal yang menjadikan berbeda dengan sekolah lainnya adalah di bagian laboratorium, khususnya di laboratorium multimedia. Terdapat peran khusus untuk menjadikan ruangan laboratorium tanggap dengan lingkungan, yang dimana pada laboratorium ini harus kedap dengan udara luar terutama debu yang nanti dapat merusak perangkat elektronik yang ada di dalam ruangan laboratorium. Dari lima unsur iklim, yaitu matahari, angin, suhu, kelembaban dan curah hujan hal yang paling bisa dimanfaatkan untuk desain tanggap iklim adalah dari unsur matahari. Unsur matahari digunakan untuk pencahayaan ke dalam ruangan namun dengan masuknya pencahayaan alami, radiasi matahari pun juga akan masuk ke dalamnya, sehingga perlu penanganan khusus dalam mendesain selubung bangunan. Perlunya kualitas yang baik dari pencahayaan dapat memberikan kenyamanan penghuni yang sedang menjalankan kegiatan di dalam laboratorium. Dari permasalahan tersebut diselesaikan dengan konsep arsitektur tanggap iklim yang merupakan konsep desain bangunan tanggap iklim terhadap tempat bangunan itu berada, tidak terkecuali penerapannya pada sekolah. Penerapan konsep tanggap iklim pada sekolah bisa diawali dengan penataan area sekeliling bangunan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk pemanfaatan pencahayaan dan penghawaan alami yang merupakan unsur dari konsep bangunan tanggap iklim dan lingkungan. 1.1 Kondisi Iklim Yogyakarta Kota Yogyakarta memiliki curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang terbilang sedang. Potensi air tanah dan keberadaan air permukaan satu daerah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan setiap daerah berbeda. Kota Yogyakarta termasuk kota dalam zona nyaman, dimana berada pada suhu thermal antara 23 28 C, dan kelembaban antara 55 79% yang didapat pada tabel dibawah ini. Namun keadaan kota Yogyakarta sendiri dapat berubah, karena perubahan kondisi lingkungan akibat pemanasan global yang saat ini masih belum teratasi. Selain itu kondisi desain bangunan saat ini yang tengah dibangun kurang dapat memperhatikan lingkungan, sehingga diperlukan solusi

desain yang dapat memberikan arahan untuk mengatasi permasalahan tersebut agar tidak lagi menjadi perusak atau pengubah keadaan yang lingkungan yang ada. 1.2 Arsitektur Tanggap Iklim Dalam proses perancangan arsitektur, pengaruh iklim dipusatkan pada aspek kenyamanan manusia pada suatu bangunan. Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur unsur iklim yang ada, sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan. Unsur unsur iklim tersebut adalah radiasi matahari, pergerakan udara, kelembaban udara, curah hujan dan suhu udara rata rata. Pengaruh lingkungan setempat berpengaruh pada karakter bentuk bangunan arsitektur dari segi energi yang tidak dapat diperbaharui, sebagaimana untuk penghematan energi sekaligus mengikuti pengaruh budaya di sekitarnya. Hal hal yang harus diperhatikan dalam mendesain dengan aspek tanggap iklim yaitu memperhatikan keuntungan matahari, meminimalkan perlakuan aliran panas, meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari, memperhatikan ventilasi, memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap. Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan setempat. Berdasarkan dari dua strategi desain penghindaran panas dan pendinginan alami dapat dijabarkan faktor penentu desain arsitektur tanggap iklim yang dapat digunakan dalam perancangan SMK Multimedia, dan disimpulkan menjadi beberapa poin poin parameter pada tabel berikut ini : Tabel 1. Parameter Bangunan SMK Multimedia Tanggap Iklim Proses No Pengendalian 1 Orientasi bangunan 2 Bukaan dan ventilasi 3 Shading devices Parameter - Bangunan mempunyai orientasi yang baik menghadap ke arah utara dan selatan agar tidak mendapatkan cahaya matahari secara langsung - Orientasi bangunan dengan sisi terpanjang menghadap arah angin yang paling mudah menerima udara - Orientasi bangunan terhadap angin yang paling baik adalah tegak lurus atau 45 - Kelembapan dapat dicegah dengan bertambahnya aliran angin dan sinar matahari yang masuk ke dalam bangunan - Peletakan bukaan pada area positif bangunan akan memasukkan angin ke dalam bangunan - Bukaan pada lantai bawah diletakan tinggi, karena arah angin meliuk ke bawah - Bukaan pada lantai atas di letakan rendah, karena arah angin masuk melambung ke atas - Arah masuk angin, letak inlet, dan outlet dikombinasikan agar aliran angin berjalan merata di seluruh ruangan - Jenis jendela pada sisi bangunan tegak lurus arah angin lebih baik menggunakan jendela berdaun tanpa sudut seperti jalusi, hung window, horizontal sliding, awning, basement, hooper, dan horizontal pivot - Sementara jendela pada sisi bangunan bersudut, bukaan dengan daun jendela bersudut lebih baik seperti casement atau vertical pivot. - Cara untuk memasukkan cahaya ke dalam ruang yakni sidelighting, toplighting dan atria - Struktur peletakan tanaman pada selubung bangunan dapat berupa dinding, secondary skin, dan lantai - Sebagai barrier, konfigurasi vegetasi tinggi rendah secara stabil lebih baik untuk proses filtrasi Jarak antara barrier dan bangunan/filter yang optimal adalah 0,5 2 kali tinggi bangunan

Proses No Pengendalian 4 Hubungan Terhadap Landscape 5 Membuat Ruang transisional Parameter - Tumbuhan dan landscape digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan eastetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk. - Ruang transisional dapat diletakkan di tengah dan sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara dan atrium. 2. Metode Metode penelitian ini diawali dengan memaparkan masalah masalah iklim, masalah yang terkait pada tapak serta lingkungan sekitar, pola aktivitas pelaku dan kendala kendala yang terjadi pada SMK Multimedia. Selanjutnya hasil tersebut akan digunakan pada tahap perancangan SMK Multimedia. Pada Sekolah Multimedia hal yang menjadikan berbeda dengan sekolah lainnya adalah khususnya pada laboratorium multimedia. Terdapat standar khusus untuk ruangan laboratorium yang tanggap dengan lingkungan, dimana pada laboratorium ini harus kedap dengan udara luar terutama debu. Dari lima unsur iklim, yaitu matahari, angin, suhu, kelembaban dan curah hujan hal yang dapat dimanfaatkan untuk desain tanggap iklim adalah dari unsur matahari. Unsur matahari digunakan untuk pencahayaan ke dalam ruangan namun dengan masuknya pencahayaan alami, radiasi matahari pun juga akan masuk ke dalamnya, sehingga perlu penanganan khusus dalam mendesain selubung bangunannya. 3. Hasil dan pembahasan 3.1 Analisis orientasi matahari Berdasarkan klimatologi BMKG, tingginya paparan matahari dan suhu di area ini, maka perlu diambil strategi desain dasar terutama pada bentuk bangunan dan bukaan untuk mengurangi beban pendinginan suatu bangunan. Gambar 1. Analisis orientasi sinar matahari dan angin

Kesimpulan yang didapat adalah area yang terkena paparan sinar adalah area yang menerima langsung radiasi matahari. Bentuk yang dipilih adalah bentuk yang memiliki perbandingan area terkena sinar (kurang dari sama dengan) area terbayangi dan memiliki efektivitas ruang tinggi yaitu bentuk persegi panjang. 3.2 Perletakan bukaan dan ventilasi Berdasarkan teori Boutlet (1987) perletakan bukaan jendela akan berpengaruh pada sirkulasi angin di dalam ruang, tergantung pada sudut kedatangan angin yang akan masuk seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 2. Inlet outlet pada bukaan dan ventilasi Untuk memperlancar pergerakan di dalam ruangan dibuatlah sebuah desain inlet outlet yang berbeda. Besaran Inlet lebih besar daripada outlet dimaksudkan agar udara yang masuk lebih besar karena tekanan udara yang masuk lebih besar daripada udara keluar, sehingga mudah dalam mengatur pergerakan udara di dalam ruangan. Gambar 3. Alternatif bukaan dan ventilasi Dari alternatif ke kempat adalah alternatif yang paling efektif karena udara dapat masuk melalui sisi kanan atau kiri dari bangunan, selain itu jendela ini tegak lurus dengan arah datangnya angin yang banyak datang dari sisi samping tapak. 3.3 Hubungan terhadap landscape Menurut Yeang (1996) yang mana bangunan tropis pada lantai dasar seharusnya bisa tetap terbuka untuk memberikan hubungan lantai dasar dengan lansekap. Maka massa akan dinaikan untuk memberikan aliran udara serta memberikan pola aliran angin keseluruh bangunan.

Gambar 4. Hubungan lansekap terhadap bangunan Lansekap memberikan kebutuhan ruangan menjadi nyaman dengan adanya aliran angin yang masuk ke dalam bangunan. Nantinya Letak vegetasi dapat menyesuaikan dengan massa bangunan yang akan didesain, sehingga dapat terintegrasi dengan keadaan iklim sekitar. Pada Bangunan sekolah terdapat perlakuan khusus yang menjadi pusat kegiatan belajar mengajar akan memerlukan kebutuhan vegetasi khusus untuk memberikan pendinginan pada bidang bangunan. 3.4 Ruang transisional Berdasarkan fungsi ruang yang telah di analisis, ruang sekolah yang mampu ditampung disetiap massa hanya sebanyak tiga lantai saja. Ruang transisional ini akan menjadi transisi angin masuk ke dalam setiap ruangan terutama dalam ruang kelas dan laboratorium. Maka Massa bangunan akan menjadi seperti gambar di bawah ini. Gambar 5. Sirkulasi udara pada ruang transisional Proses konsep ruang transisional ini berdasarkan kondisi tapak, orientasi matahari dan arah angin yang terdapat di dalam tapak. Proses pengolahan tata massa terlebih dahulu untuk mempermudah mendapatkan konsep sirkulasi, karena sirkulasi dalam tapak mengikuti pola perletakan massa yang telah ditetapkan berdasarkan arah pergerakan angin, dan pengerakan matahari. Sirkulasi yang digunakan yaitu sirkulasi linier, radial dan terpusat mengikuti tata massa dan fungsi masing masing bangunan. 3.5 Shading device Untuk membatasi radiasi matahari yang masuk diperlukan sebuat alat pembayangan yaitu shading device. Pada sekolah ini konsep shading device diperakukan untuk menghindari cahaya matahari langsung, karena pada ruang pembelajaran tidak

memerlukan terlalu banyak cahaya yang masuk dan menghindari terjadinya glare. Dengan adanya shading ini cahaya matahari nanti dapat memberikan potensi maksimal terutama cahaya diffuse yang memang diperlukan. Gambar 6. Analisis shading device Desain shading device merupakan hal yang paling penting mengingat pembahasan utama terletak pada selubung bangunan. Di laboratorium dikhususkan memperoleh perlakuan khusus karean pada ruangan ini iklim yang bisa dimaksimalkan adalah cahaya karena pada ruangan ini harus kedap akan udara dari luar. Hasil analisis yang didapat dari penentuan SBV dan SBH yang memperoleh hasil pada gambar di bawah ini. Gambar 7. SBV dan SBH di Kota Yogyakarta Tabel 2. Sudut Bayang yang Terbentuk Bagian Selatan dan Utara Bulan SBV SBH 09.00 12.00 15.00 09.00 12.00 15.00 Juni 40 70 106.5 5.8 53.1 100.9 September 56.1 88.8 128.5 34.1 83.6 127.9 Desember 75.2 105 138.9 72.4 152.4 159.3 Juni 140 110 73.5 107.6 126.9 79.1 September 123.6 90.9 51.2 145.4 94.7 51.6 Desember 104.8 75 41.1 107.6 27.6 20.7 3.6 Hasil desain Analisis konsep skematik sebelumnya akan ditransformasikan kedalam sebuah konsep. Kemudian dalam perancangan dilakukan tahapan dalam mendesain dimulai dari hasil analisis yang kemudian disintesakan yang akan menjadi sebuah hasil desain.

Gambar 8. Hasil desain SMK Multimedia tanggap iklim Konsep disesuaikan dengan kebutuhan ruang dan organisasi ruang yang telah dianalisis akan dilanjutkan dengan perletakan massa sesuai orientasi yang telah dikaji sebelumnya. Tata massa yang pertama terkait dengan paparan sinar matahari yang mengitari seluruh tapak dan juga arah angin yang masuk ke dalam tapak, sebagai salah satu solusi untuk desain tanggap iklim. Selain itu parameter tanggap iklim yang telah di bahas akan ditransformasikan ke dalam desain yang akan menghasilkan sebuah rancangan yang mampu selaras dengan lingkungan dan iklim. 4. Kesimpulan Dengan isu pemanasan global yang sangat tinggi maka diperlukannya desain yang mampu mengatasi masalah tersebut. Selain itu potensi iklim di Kota Yogyakarta yang belimpah dapat di optimalkan dengan kriteria desain tanggap iklim. Dalam penerapan aspek tanggap iklim ini, desain bangunan dapat berperan aktif dalam menanggapi keadaan lingkungan di daerah tersebut. Kriteria yang akan dipakai dalam desain sekolah ini yaitu, orientasi matahari, bukaan ventilasi, desain atap, hubungan terhadap lansekap, dan desain selubung bangunan. Dengan kajian ini diharapkan dengan konsep arsitektur tanggap iklim dapat menjadi solusi untuk masalah masalah lingkungan yang ada saat ini, selain itu juga bisa menjadi acuan desain dalam merancang desain bangunan di kawasan Kota Yogyakarta. Daftar Pustaka Boutet, Terry S. Controlling Air Movement. Frick, Heinz. 2006. Arsitektur Ekologis, Penerbit Kanisius Yogyakarta Priatman, Jimmy. 2003. Energy Conscious Design, Konsep dan Strategi Perancangan Bangunan di Indonesia, Jurnal Teknik Arsitektur Dimensi, Vol.31, No.1, Juli 2003 Subiyantoro, Haris, Pengelolaan Elemen Selubung Bangunan dalam Konsep Arsitektur Berkelanjutan Vale, Brenda and Robert Vale. 1991. Green Architectur, Design for a Sustainable Future, Thames and Hudson, London. Yeang, Ken. 1996. The Skyscraper Bioclimatically Considered, London, Academy Yeang, Ken. 1994. Bioclimatic Skyscrapers, London, Artemis London Ltd.