BAB I PENDAHULUAN. dalam menilai proses tumbuh kembang pasca kelahiran ditinjau dari segi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam lima tahun pertama kehidupannya (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah jumlah ibu hamil yaitu jiwa, dan menurut data Dinas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Dari hasil survei yang telah dilakukan, AKI telah menunjukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk memproduksi ASI bagi bayi yang akan dilahirkannya (Francin, 2005).

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGKAWANG TIMUR DAN UTARA KOTA SINGKAWANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dahlia Indah Amareta Jurusan Kesehatan, Prodi Gizi Klinik, Politeknik Negeri Jember ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dalam tujuan pembangunan Millenium Development Goals

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. keduanya menyatu membentuk sel yang akan tumbuh. Lama kehamilan

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut World Health Organization (WHO) (2008), angka prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat badan pada saat lahir adalah indikator yang penting dan reliabel dalam menilai proses tumbuh kembang pasca kelahiran ditinjau dari segi pertumbuhan fisik dan perkembangan status mentalnya (Maemunah, 2004). Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat badan pada saat lahir. Berat badan lahir juga dapat digunakan sebagai indikator umum untuk mengetahui status kesehatan, gizi dan sosial ekonomi dari negara maju dan negara berkembang (Budiman, 2011). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (kurang dari 2500 gram) menyumbang 42,5% - 56% kematian perinatal. Risiko kematian BBLR adalah 5-9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir normal (Budiman, 2011). BBLR berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit metabolik ketika dewasa (Budiman, 2011). Ibu hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR memiliki risiko terjangkit penyakit jantung karena mengalami peningkatan tekanan darah, glukosa, insulin, interleukin 6 (IL-6), dan konsentrasi CRP (C- reactive protein) (Budiman, 2011). Ketidaknormalan berat badan lahir seperti pada bayi dengan berat lahir berlebih (lebih dari 4 000 gram), dapat berisiko pada bayi maupun ibu dari bayi tersebut. Risiko bayi dengan berat badan lahir lebih adalah distosia pada saat persalinan dan kematian perinatal. Sedangkan pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih antara lain: perdarahan,

infeksi, dan pre-eklamsia (Budiman, 2011). Selain itu, bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit saat usia dewasa, misalnya kanker payudara pada wanita dan diabetes melitus tipe 2 (Budiman, 2011). Bayi lahir mati dan BBLR hingga saat ini masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada bayi baru lahir (Budiman, 2011). Angka BBLR di Indonesia meningkat dari 82,5% pada tahun 2010, menjadi 85% di tahun 2013 (RISKESDAS, 2013). Tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Jumlah tingkat kematian bayi di Indonesia 4,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi daripada Thailand. Angka kematian bayi di Indonesia adalah 34/1000 kelahiran hidup. Kelangsungan hidup bayi ditentukan oleh kondisi pertumbuhan janin di dalam rahim (Susanto, 2010). Sasaran pembangunan kesehatan Millenieum Development Goals adalah menurunkan 3/4 angka kematian Ibu dan menurunkan 2/3 angka kematian bayi. Sasaran pembangunan Milleneum Development Goals dapat dicapai dengan mengetahui penyebab kematian ibu di Indonesia (Wijaya, 2009). Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) me nduduki peringkat tertinggi ke tiga nasional dari proporsi anak dengan BBL <2500 gram dan panjang badan lahir <48 cm. Sedangkan jika diamati dari cakupan Ante-Natal Care (ANC), DIY menduduki peringkat ke dua setelah Bali dan memiliki kepatuhan konsumsi tablet zat besi (Ferum) tertinggi di Indonesia (RISKESDAS, 2013).

Ibu hamil dapat melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada dalam kondisi yang baik (Maemunah, 2004). Kecukupan gizi pada ibu hamil dapat terpenuhi dengan menjaga fisik dan pola hidup. Makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, menghindari konsumsi alkohol, dan tidak merokok, serta menjaga pola makan dengan baik merupakan cara untuk mempertahankan kondisi tubuh ibu hamil dan janin agar tetap sehat (Walker, 2012). Asupan nutrisi ibu hamil pada trimester I lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas asupan makanan (Arisman, 2009). Pada trimester pertama asupan nutrisi digunakan untuk pembentukan sistem saraf, jantung, dan organ reproduksi janin. Sedangkan pada trimester II dan trimester III pemenuhan kebutuhan nutrisi lebih mengutamakan kualitas dan kuantitas (Kasdu, 2004). Pada saat ibu hamil memasuki trimester III kecepatan pertumbuhan janin sangat cepat (Arisman, 2009). Pada trimester III bayi mengalami penambahan berat 200 gram/minggu (Blott, 2013) Terdapat hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil dengan BBL (Widyaningtya, 2013). Ibu hamil yang mengonsumsi zat besi (Fe) dan seng (Zn) secara adekuat akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (Mohammad, et al., 2011). Pola konsumsi tinggi nasi, ikan, dan sayur memiliki risiko rendah terhadap BBLR daripada ibu hamil yang memiliki pola konsumsi tinggi produk gandum, ikan dan telur (Hitomi, et al., 2012). Sedangkan kebiasaan konsumsi alkohol, kafein dan merokok dapat meningkatkan risiko BBLR (Yosihiro, et al., 2014). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pada ibu hamil trimester III dengan BBL khususnya di DIY.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan antara pola konsumsi pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 2. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jumlah energi pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 3. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jumlah protein pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 4. Apakah ada hubungan antara jenis makanan yang dikonsumsi pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 5. Apakah terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi beras pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 6. Apakah ada hubungan antar frekuensi konsumsi protein hewani pada ibu hamil trimester III terhadap BBL? 7. Variabel mana yang paling berpengaruh terhadap BBL? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola konsumsi pada ibu hamil trimester III dengan BBL. 2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi energi pada ibu hamil trimester III dengan BBL b. Mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi protein pada ibu hamil trimester III dengan BBL c. Mengetahui hubungan antar jenis makanan yang dikonsumsi pada ibu hamil trimester III terhadap BBL d. Mengetahui hubungan antar frekuensi konsumsi beras pada ibu hamil trimester III terhadap BBL e. Mengetahui hubungan antar frekuensi konsumsi protein hewani pada ibu hamil trimester III terhadap BBL f. Melihat variabel yang paling berpengaruh terhadap BBL D. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian maka manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat memberikan pemahaman mengenai keterkaitan antara pola konsumsi selama kehamilan dengan BBL serta memberikan pembelajaran cara pengambilan data pola konsumsi. 2. Bagi akademisi Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pengembangan teori dan pengetahuan mengenai hubungan antara pola konsumsi terhadap BBL, sehingga membuka pemikiran ke depan untuk

menemukan solusi agar kelahiran pada generasi mendatang semakin lebih baik. 3. Bagi pemerintah Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pemerintah tentang keterkaitan antara pola konsumsi dengan BBL serta pola konsumsi terhadap status gizi ibu hamil sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah. 4. Bagi penelitian mendatang Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian mendatang mengenai keterkaitan antara pola konsumsi terhadap status gizi ibu hamil dan BBL E. Keaslian Penelitian 1. Hitomi, et al., (2012) Melakukan penelitian yang berjudul Maternal dietary patterns in pregnancy and fetal growth in Japan: the Osaka Maternal and Child Health Study. Subjek dari penelitian ini adalah 803 wanita hamil di Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan desain Cohort Prospective, Ibu hamil dikelompokkan menjadi tiga kelompok pola konsumsi, yaitu: ibu hamil dengan pola konsumsi tinggi daging dan telur; tinggi produk gandum; dan ibu hamil dengan pola konsumsi tinggi nasi, ikan, dan sayur. Keluaran dari penelitian tersebut adalah pengamatan terhadap pengukuran antropometri pada bayi. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ibu hamil

dengan pola konsumsi tinggi produk gandum secara signifikan memiliki bayi dengan berat lahir rendah (p= 0,045) dan lingkar kepala lebih kecil (p= 0,036) dibandingkan dengan pola konsumsi pada kelompok tinggi daging dan telur dan pola konsumsi pada kelompok tinggi nasi, ikan dan sayur. Penelitian tersebut memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Kesamaan tersebut adalah pengamatan terhadap pengaruh pola konsumsi terhadap BBL. Sedangkan perbedaannya yaitu variabel yang diteliti, pada penelitian Hitomi, et al. (2012) variab el yang diteliti adalah keluaran kelahiran yang terdiri dari BBL, panjang badan, dan lingkar kepala pada bayi lahir. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis dilakukan pengamatan terhadap BBL saja. Pada penelitian tersebut, subjek yang digunakan oleh penulis adalah ibu hamil pada trimester III. Penilaian terhadap pola konsumsi pada penelitan ini berdasarkan pada terpenuhinya jumlah, jenis, dan frekuensi asupan gizi yang dikonsumsi ibu selama trimester III. 2. Penelitian ini dilakukan oleh Loy, et al., (2011) yang berjudul Higher intake of fruits and vegetables in pregnancy is associated with birth size. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengamati hubungan antara konsumsi micronutrient, buah, dan sayur terhadap BBL dan panjang badan bayi. Subjek penelitian tersebut adalah 100 ibu hamil berusia 19-40 tahun dengan usia kehamilan 28-38 minggu. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara asupan micronutrient dengan birth size, namun

hubungan antara konsumsi sayur dan buah bernilai signifikan terhadap birth size. Perbedaan penelitian Loy, et al. (2011) dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah desain penelitian yang digunakan. Desain yang digunakan oleh penulis adalah cohort prospective sedangkan desain yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Loy, et al. (2011) adalah cross sectional study. Perbedaan lain penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah determinan yang diamati. Pada penelitian tersebut variabel yang diamati adalah asupan sayur dan buah, sedangkan variabel yang diamati oleh penulis adalah pola konsumsi. Berdasarkan penelitian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa terdapat kaitan antara micronutrient dengan BBL, oleh karena itu konsumsi buah dan sayur dimasukkan sebagai salah satu variabel dalam definisi operasional oleh penulis. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Bimal, et al. (2012) dengan judul Maternal Fish Consumption and Prevention of Low Birth Weight in the Developing World diperoleh bahwa terdapat hubungan antara konsumsi ikan dengan BBL. Konsumsi tinggi ikan dapat menurunkan risiko BBLR, karena ikan merupakan sumber protein hewani dan micronutrient. Selain protein hewani dan micronutrient, minyak ikan juga mengandung PUFA dan DHA. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah desain penelitian yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah cohort prospective.

Sedangkan desain penelitian yang digunakan oleh Bimal, et al. (2012) adalah cross sectional. Perbedaan kedua terkait dengan determinan yang diamati. Pada penelitian yang dilakukan penulis, determinan yang digunakan adalah pola konsumsi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Bimal, et al. (2012) adalah konsumsi ikan. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmilawati (2012) yang berjudul: Hubungan Pola Makan Ibu Selama Hamil dengan Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir Bayi pada Golongan Keluarga Miskin di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2005, diperoleh hasil bahwa pola konsumsi berpengaruh terhadap BBL. Pola makan yang diteliti dalam penelitian tersebut adalah kebiasaan sarapan, kebiasaan makan manis, kelebihan konsumsi energi, dan kebiasaan makan-makanan olahan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah pola konsumsi yang ditekankan pada jumlah, jenis, dan frekuensi asupan makanan. Pola konsumsi atau kebiasaan makan seseorang dapat berpengaruh terhadap BBL. 5. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil Usia Remaja Selama Trimester III dengan Berat Badan Lahir. Penelitian tersebut dilakukan oleh Marselina (2008). Desain yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah cohort study dengan uji chi-square. Hasil dari penelitian tersebut adalah: peningkatan asupan energi, protein, dan peningkatan BB berhubungan dengan kenaikan BBL. Konsumsi energi berkorelasi

positif terhadap BBL dengan nilai r = 0,85. Sedangkan konsumsi protein berkorelasi positif terhadap BBL dengan r = 0,67. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada determinan yang diamati. Pada penelitian yang dilakukan oleh Marselina (2008) variabel yang diamati adalah jumlah asupan. Sedangkan variabel yang diamati dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jumlah, jenis, dan frekuensi asupan makanan.