ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

I. PENDAHULUAN. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan karena

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan badut yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis ikan badut

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan nila menurut Myers et al. (2006) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia. Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata. Class : Osteichtyes Sub.Class : Acanthopterygii Ordo : Percomorphy Sub Ordo : Percoidei Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis niloticus Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang berasal dari Sungai Nil di Benua Afrika. Secara umum, ikan nila mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik, dan sirip anal mempunyai jarijari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dadanya berwarna hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut ( venteral fin), sirip anus (anal fin), sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan perut yang berukuran kecil.

Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sedangkan sirip ekornya berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Arie, 2007). Morfologi ikan nila (O.niloticus) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) http://yunias19ocean.blogspot.com 2.1.2 Habitat dan Penyebaran Ikan nila (O. niloticus) memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik dengan lingkungan sekitarnya. Ikan nila (O. niloticus) juga memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau maupun dataran tinggi dengan suhu rendah. Ikan nila (O. niloticus) mampu hidup pada suhu 14-38 dengan suhu terbaik adalah 25-30. Hal yang paling berpengaruh dengan pertumbuhannya adalah salinitas atau kadar garam berkisar 0-29 % sebagai kadar maksimal untuk tumbuh dengan baik. Meskipun dapat hidup pada kadar garam sampai 35% namun ikan nila (O. niloticus) sudah tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik (Ramdhan, 2010). Sebagai organisme air, ikan nila memerlukan kadar oksigen terlarut dalam air. Kadar oksigen yang baik untuk pembesaran nila berkisar antara 3-5 ppm, sedangkan derajat keasaman (ph) berkisar 7-8. Kandungan CO 2 yang dapat

ditoleransi oleh ikan nila yaitu 25-30 ppm, sedangkan NH 3 dan H 2 S tidak boleh lebih dari 0,3 ppm (Santoso, 1996). Penyebaran ikan nila (O. niloticus) dimulai dari daerah asalnya yaitu Afrika bagian timur, seperti di Sungai Nil (Mesir), Danau Tanganyika, Chad, Nigeria dan Kenya. Ikan ini lalu dibawa orang ke Eropa, Amerika, negara-negara Timur Tengah dan Asia. Konon, ikan jenis ini telah dibudidayakan di 110 negara. Di Indonesia, ikan nila (O. niloticus) telah dibudidayakan di seluruh propinsi (Suyanto, 2010). 2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Ikan Nila Keunggulan ikan nila (O. niloticus) antara lain mudah berkembangbiak, pertumbuhannya cepat, ukuran badan relatif besar, tahan terhadap penyakit, dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan (Wardoyo,2007). Keunggulan yang dimiliki oleh ikan nila (O. niloticus) dapat terbukti dengan meningkatnya jumlah produksi ikan nila (O. niloticus) di Indonesia dari tahun 1993-2002. Produksi ikan nila (O. niloticus) dapat membuka prospek pasar yang luas, baik untuk pasar lokal maupun ekspor (Arie, 2007). Kelemahan ikan nila (O. niloticus) dapat dilihat dengan masih kurangnya jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan nila (O. niloticus) adalah biaya pakan yang tinggi dibandingkan produksi (Arie, 2007). 2.1.4 Pakan dan Pemberian Pakan Menurut Khairuman dan Amri (2008), ikan nila (O. niloticus) tergolong ikan pemakan segala (Omnivora), sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan. Pakan larva ikan nila adalah zooplankton seperti Rotifera,

Daphnia, serta alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Ikan nila dapat diberi pakan tambahan berupa dedak halus, bungkil kelapa, pellet dan ampas tahu. Pakan buatan untuk ikan nila umumnya mengandung protein sebesar 24-28%. Kebutuhan suplemen mikronutrien yang penting pada pakan ikan nila tidak diketahui dengan pasti jumlahnya. Ikan nila dapat menerima berbagai macam pakan bentuk pellet, baik pellet tepung, pellet basah, pellet yang tenggelam dan terapung. Ikan nila mampu memanfaatkan pakan dalam bentuk tepung secara efektif, meskipun tidak seluruh pakan tersebut dapat dimakan. Bentuk fisik pellet untuk pakan ikan nila perlu diperhatikan, terutama kestabilan dalam air dan ukurannya. Pakan harus stabil di dalam air agar bisa dikonsumsi ikan dan meminimalisasi hilangnya nutrisi melalui penghancuran dan pelarutan pakan (Lovell, 1998). Kandungan nutrisi ikan nila (0. niloticus) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pada pakan ikan nila (0reochromis niloticus) Nutrien Protein Larva 35% Benih konsumsi 25-30% Asam amino - Arginin - Histidin - Isoleusin - Leusin - Lysine - Metionin + Cystin - Phenilalanin + Tyrosin - Threonin - Tritopan - Valin Jumlah Yang Dibutuhkan 4,2% 1,7% 3,1% 3,4% 5,1% 3,2% (Cys 0,5) 5,5% (Tyr 1,8) 3,8% 1,0% 2,8% Lemak 6-10% Asam lemak essensial 0,5% - 18:2n-6 Fosfor <0,9% Karbohidrat 25% Digestible energy (DE) 2500 4300 Kkal/kg Sumber: BBAT Sukabumi (2005) dalam Indariyanti (2011) Ikan nila membutuhkan pellet yang berukuran lebih kecil dibandingkan channel catfish (Ictalurus punctatus) dan salmon (Salmo salar) pada ukuran ikan yang sama. Ikan nila lebih suka memakan pellet sedikit demi sedikit daripada langsung menelannya. Pellet dimasukkan ke dalam mulutnya selama beberapa menit sebelum akhirnya ditelan atau dimuntahkan. Jumlah konsumsi pakan ikan nila dipengaruhi oleh spesies, ukuran, suhu, frekuensi pemberian pakan dan ketersediaan pakan alami untuk ikan. Pakan untuk ikan nila berukuran 500 gr biasanya berbentuk pellet dengan diameter 3-4 mm dan panjang 6-10 mm. Pakan dalam bentuk tepung digunakan untuk ikan nila berukuran benih dan bentuk crumble untuk ikan nila berukuran fingerling (Lovell, 1998). Ikan nila aktif mencari makanan pada siang hari. Lokasi pencarian makanan untuk ikan nila pada stadia larva atau benih adalah di bagian perairan

yang dangkal, sedangkan ikan nila dewasa mencari makanan di tempat yang lebih dalam (Susanto,2003). 2.1.5 Pertumbuhan Menurut Effendie (1997), pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat badan pada waktu tertentu. Pertumbuhan adalah suatu indikator yang baik untuk melihat kondisi kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Pertumbuhan yang cepat pada ikan nila diperoleh dari ikan yang berkelamin jantan, ikan nila jantan tumbuh lebih cepat dengan pertumbuhan ratarata 2,1 gr / hari dibanding dengan ikan nila betina yang rata-rata hanya tumbuh 1,8 gr / hari, sehingga lebih ekonomis jika di dalam tambak hanya ditebar benih ikan nila berkelamin jantan (Suyanto,2010). Stadium hidup, umur dan ukuran ikan nila dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Stadium hidup, umur dan ukuran ikan nila Stadium hidup Umur Ukuran Telur baru dibuahi - 2,8 mm Telur baru menetas 1 hari 4-6 mm Burayak lepas dari mulut 7 hari 1,5-1,8 cm induk Benih 20 hari 3-5 cm Gelondongan kecil 30 hari 6-8 cm (8-10 g) Gelondongan besar 6 minggu 8 minggu 10-12 minggu 10-12 cm (12-20 g) 13-14 cm (25-30 g) 15-16 cm (40-50 g) Sumber: Suyanto (2010) 2.2 Kulit Pisang Kepok Menurut Retno dan Nuri (2011) pulau Jawa dan Madura mempunyai kapasitas produksi pisang kira-kira 180.153 ton pertahun. Dari keseluruhan jumlah tersebut terdapat jenis buah pisang yang sering diolah, salah satunya

adalah pisang kepok. Kulit pisang merupakan hasil buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya, yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas (Munadjim, 1983 dalam Herviana, 2011). Kulit buah pisang kepok biasanya oleh masyarakat hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan (Satria dan Ahda, 2008). Gambar 2: Pisang Kepok (Musa paradisiacal) http://deherbal.com Syarat suatu bahan pakan dapat digunakan adalah jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan, tidak beracun, tidak bersaing dengan konsumsi manusia dan memenuhi syarat gizi (Anggraeni dkk, 2010). Kulit pisang termasuk limbah pertanian yang mengandung komponen lignoselulosa (holoselulosa dan lignin) dan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi (Sumarsih, 2009) serta memiliki beberapa mineral penting antara lain: Ca 7 mg/100 g, Na 34 mg/100 g, P 40 mg/100 g, K 44 mg/100 g, Fe 0,93 mg/100 g, Mg 26 mg/100 g, S 12 mg/100 g (Essien, 2002). Komposisi kimia kulit pisang berbeda-beda berdasarkan tipenya yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Kimia Berdasarkan Tingkat Kematangan Kulit Pisang Kepok

Komposisi Kimia Tingkat Kematangan Kulit Pisang Kepok Hijau Hampir matang Matang Bahan kering (%) Protein kasar (%) Lemak kasar (%) Serat kasar (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%) Energi total (Kcal/kg) Tannin (%) 91,62 5,19 10,66 11,58 16,30 0,37 0,28 4383 6,84 92,38 6,61 14,70 11,10 14,27 0,38 0,29 4692 4,97 95,66 4,77 14,56 11,95 14,58 0,36 0,23 4592 4,69 (Sumber: Tartrakoon et al., 1999) 2.3 Kulit Pisang Terfermentasi Sebagai bahan baku pakan bagi ikan, kulit pisang masih memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi karena bahan nabati umumnya memiliki serat kasar yang sulit dicerna dan mempunyai dinding sel kuat yang sulit dipecahkan serta kandungan proteinnya yang rendah (Hepher, 1988 dalam Setyorini, 2011). Salah satu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi kulit pisang yaitu dengan fermentasi menggunakan probiotik. Probiotik yang digunakan dalam fermentasi mengandung mikroba proteolitik (Bacillus dan Stretomyces), mikroba selulolitik (Cellulomonas dan Actinomyces) dan mikroba amilolitik (Bacillus dan Amilomyces). Probiotik dengan dosis 4% selama tujuh hari dapat menurunkan kandungan serat kasar dari 19,0937% menjadi 14,6705% (Setyorini, 2011). 2.4 Pakan Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan pertimbangan pembuatannya. Pembuatan pakan sebaiknya didasarkan

pada pertimbangan kebutuhan nutrien ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Kebutuhan nutrient ikan meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pakan buatan yang disukai ikan, tidak mudah hancur di dalam air, dan aman bagi ikan (Liviawaty dan Afrianto, 2005). Menurut Amri dan Khairuman (2002), pemberian pakan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Pakan akan diproses dalam tubuh ikan dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya akan diserap untuk dimanfaatkan dalam membangun jaringan dan daging, sehingga pertumbuhan ikan akan terjamin. Fungsi lain dari pakan adalah untuk membantu mempercepat proses kematangan gonad sehingga proses reproduksi dapat dipercepat (Liviawaty dan Afrianto, 2005). 2.4.1 Pakan Berenergi Pakan berenergi adalah pakan buatan yang mempunyai kecernaan tinggi dan mengandung energi yang tinggi. Menurut Cho dan Cowey (1991), tujuan pemberian pakan berenergi adalah untuk mengurangi jumlah pakan yang dibutuhkan ikan di perairan. Pakan berenergi ditandai dengan kandungan energi yang tinggi jika di bandingkan dengan pakan biasa. Pakan berenergi dapat memberikan hasil yang baik untuk kualitas fisik, pakan dapat tahan lama dalam air, daya apung lebih baik, stabil di air, memberikan pertumbuhan yang bagus. Energi digunakan untuk proses pemeliharaan tubuh, seperti metabolisme seluler, pertumbuhan, reproduksi dan aktivitas fisik. Kebutuhan energi optimum dari pakan ikan atau udang penting untuk diperhatikan karena jika pakan mengandung sedikit energi, maka akan menurunkan pertumbuhan ikan atau

udang. Banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk jaringan di tubuh ikan dibagi dengan banyaknya energi dalam pakan yang dikonsumsi disebut retensi energi. Faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan energi ikan antara lain spesies ikan, pertumbuhan, ukuran, umur, aktivitas biologis, suhu dan tipe makanan (Hariati,1990 dalam Sari, 2009). Ikan mendapatkan energi dari pakan yang dikonsumsi dengan kandungan bahan yang dibutuhkan seperti protein, lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi. Kebutuhan energi dalam pakan diusahakan dalam keadaan seimbang, Kekurangan dan kelebihan energi dalam pakan dapat menurunkan pertumbuhan ikan (Sukoso, 2002). 2.5 Laju Pertumbuhan Harian Pertumbuhan adalah perubahan ikan, baik bobot badan maupun panjang, dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar, untuk pencernaan, serta untuk beraktivitas ( Yandes et al., 2003 dalam Firmani, 2006). Menurut Effendie (1997)), pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot, maupun volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan dengan pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Dalam badan ikan, energi dan protein yang berasal dari pakan berperan untuk pemeliharaan hidup, yaitu untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi Laju pertumbuhan adalah perbedaan pertumbuhan mutlak yang terukur berdasarkan urutan waktu. Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah rata-rata ukuran total

tiap umur, sedangkan pertumbuhan relatif adalah persentase pertumbuhan tiap selang waktu. Pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat dan akhirnya perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti (Mudjiman, 2004). Pola tersebut menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (Anggorodi 1994 dalam Firmani, 2006). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi pertumbuhan di antaranya keturunan, sex, umur dan penyakit. Faktor dari luar yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu makanan, suhu perairan, dan faktor kimia perairan (Andriani dkk, 2005). Kualitas air merupakan faktor lingkungan yang terdiri dari faktor fisika dan kimia. Faktor fisika meliputi suhu, cahaya dan pergerakan air. Faktor kimia meliputi ph dan alkalinitas, salinitas, karbon, nitrogen, fosfor, hidrogen sulfida, oksigen terlarut dan karbondioksida. Ikan termasuk hewan poikiloterm yaitu suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Mukti dkk, 2003). Pakan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Kebutuhan ikan terhadap pakan dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas. Kualitas pakan dapat dilihat berdasarkan kandungan nutrisinya yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kualitas pakan juga ditentukan oleh kemampuan ikan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi. Kualitas pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan oleh ikan yang tergantung spesies, umur dan jenis kelamin. Energi yang diperoleh dari pakan dimanfaatkan untuk menjaga atau memelihara tubuh, setelah itu digunakan untuk metabolisme tubuh,

pergerakan, perkembangan, pertumbuhan, proses-proses fisiologis, pemetangan gonad dan pemijahan (Liviawaty dan Afrianto, 2005). 2.6 Efisiensi Pakan Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan bobot dengan pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Menurut Sari (2009), untuk penghitungan efisiensi pakan setiap hari dilakukan penimbangan pakan yang diberikan dan kematian ikan selama penelitian ditimbang dan dihitung. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Susilo dkk., 2005). 2.7 Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila sampai umur dua bulan pemeliharaan bisa mencapai 70-90% (Suyanto,2002). Kematian benih ikan nila umumnya disebabkan oleh kualitas air yang jelek, terutama kandungan amoniak yang tinggi akibat kondisi air kolam yang kotor. Biasanya air kolam yang kotor disebabkan oleh sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran benih ikan nila. Oleh karenanya, air kolam harus dibersihkan agar kondisinya bersih sehingga jumlah benih yang mati dapat ditekan. Kelangsungan hidup benih ikan nila sampai masa panen mencapai 60-80% (Arie, 2007). 2.8 Kualitas Air Kualitas air baik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan secara optimal. Kualitas air yang penting yaitu suhu, oksigen terlarut, ph dan ammonia. Suhu berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan ikan dan

kecernaan pakan. Peningkatan suhu menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat menurunkan rasio konversi pakan dan dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme (Arie, 2007). Suhu air optimal yang dibutuhkan ikan nila yaitu 25-30 (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan membutuhkan oksigen untuk bernafas serta proses metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi yang digunakan dalam aktivitas seperti berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Ketersediaan oksigen terlarut sangat menentukan rasio konversi pakan dan laju pertumbuhan. Oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan yaitu minimal 3mg/l (Khairuman dan Amri, 2008). Derajat keasaman (ph) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Sifat senyawa di dalam air berupa asam dan basa, asam menghasilkan ion hidrogen (H + ) bila dilarutkan di dalam air, sedangkan basa bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidroksil (OH - ). Faktor yang mempengaruhi ph yaitu konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Kisaran ph yang diperlukan oleh ikan nila yaitu 6-9 (Arie, 2007). Ammonia merupakan senyawa beracun yang berbahaya bagi kehidupan ikan. Jenis ammonia ada dua yaitu NH 3 dan NH + 4. Ammonia yang berlimpah ditandai dengan terjadinya fitoplankton yang mati dan adanya penurunan ph karena kandungan karbondioksida meningkat. Batas ammonia dalam perairan yang dapat membahayakan ikan adalah tidak lebih dari 0,5 mg/liter air (Khairuman dan Amri, 2008).