JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: X E-5

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA KEPITING BAKAU

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

INTENSITAS DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI DESA LUBUK DAMAR, KABUPATEN ACEH TAMIANG

Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Program Studi Budidaya Perairan Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI KABUPATEN ACEH BESAR

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

Journal of Aquaculture Management and Technology Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 8-16 Online di :

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

EFEKTIFITAS PERASAN LARUTAN DAUN API-API

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

BAB III METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING RAJUNGAN (Portunus pelagicus L.) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

III. BAHAN DAN METODE

PARASIT PADA KEPITING BAKAU (Scylla spp.) HASIL TANGKAPAN DI PANTAI UTARA JAWA TENGAH. Skripsi

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

Ni Kadek Marina Dwi Cahyani

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Rata-rata laju pertumbuhan bobot, lebar karapas dan panjang karapas kebiting bakau, Scyla srerata selama penelitian.

SIDANG TUGAS AKHIR SB

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PEMBESARAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI TAMBAK DENGAN PEMBERIAN PAKAN BERBEDA

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

Analisis Parameter Dinamika Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

PREVALENSI DAN INTENSITAS EKTOPARASIT YANG MENYERANG GURAMI (Oshpronemus gouramy Lac.) DI BALAI BENIH IKAN RAMBIGUNDAM KABUPATEN JEMBER SKRIPSI.

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI BALAI BENIH IKAN KABUPATEN SAMOSIR

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.1 Tahun 2015

RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL)

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampai Desember Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Parasit

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) YANG DIBUDIDAYAKAN PADA TAMBAK KABUPATEN MAROS

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(Penaeus Monodon Fab.) ) di Tambak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

PENGENALAN UMUM BUDIDAYA KEPITING BAKAU

II. TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

MENENTUKAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPlTlNG BAKAU KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAH GAMET

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Akuatik Jurnal Sumberdaya Perairan 48 ISSN

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

HUBUNGAN KUALITAS AIR TERHADAP PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Metode Kerja Bahan dan peralatan pada pengamatan morfometri

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

Eksplorasi Mikorizaa Vesikular Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah Regosol di Pamekasan - Madura

STUDI BIOLOGI KEPITING DI PERAIRAN TELUK DALAM DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN KEMBUNG (Rastrelliger kanagurta) DI TEMPAT PELELANGAN IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

PEMERIKSAAN EKTOPARASIT PADA KOMODITAS UDANG DI BALAI KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS II SEMARANG,JAWA TENGAH

EFISIENSI BUDIDAYA KEPITING BAKAU Scylla serrata CANGKANG LUNAK PADA METODE PEMOTONGAN CAPIT DAN KAKI JALAN, POPEY, DAN ALAMI EKO HARIANTO

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH FISIOLOGI SERANGGA. DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH : Dr. RESTI RAHAYU

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. ikan dilakukan di keramba jaring apung Danau Limboto, Kecamatan Batudaa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan yang

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 3: Benih kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-5 Identifikasi dan Intensitas Ektoparasit pada Kepiting Bakau (Scylla serrata) Stadia Kepiting Muda di Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo M. Yusuf Irvansyah, Nurlita Abdulgani, dan Gunanti Mahasri Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 2 Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan Universitas Airlangga E-mail: Nurlitaabdulgani@bio.its.ac.id Abstrak Penelitian tentang jenis dan intensitas ektoparasit pada kepiting bakau (Scylla serrata) stadia kepiting muda di pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2012 dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis ektoparasit dan penghitungan intensitas ektoparasit yang menyerang karapaks, kaki jalan, kaki renang dan insang Scylla serrata stadia kepiting muda di pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Sampel Scylla serrata muda diambil di pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo pada hari kesepuluh setelah tebar Scylla serrata muda. Sampel Scylla serrata muda yang diambil sebanyak 150 ekor. Hasil pengamatan diperoleh 4 spesies Protozoa yaitu Zoothamnium sp., Carchesium sp., Epistylis sp. dan Vorticella sp. serta 1 spesies Arthropoda yaitu Octolasmis sp. Intensitas serangan ektoparasit pada karapaks 12.066 %, kaki renang 11.534 %, kaki jalan 11.139 % dan insang 65.259 %. Intensitas total serangan Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella sp., Carchesium sp. dan Octolasmis sp. sebesar 72.654 %. Kata Kunci Ektoparasit, Scylla serrata, Protozoa, Arthropoda, Intensitas, Salinitas, ph dan Suhu. K I. PENDAHULUAN EPITING bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai khususnya di hutan bakau (mangrove). Sumber daya hutan bakau yang membentang luas di seluruh kawasan pantai Nusantara, maka tidak heran jika Indonesia dikenal sebagai pengekspor kepiting dengan sekali panen mencapai 200 Kg yang membutuhkan waktu 1-2 bulan dibandingkan dengan negara-negara produsen kepiting lainnya [1]. Scylla serrata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar internasional, terutama kepiting yang sudah matang gonad dan sudah dewasa atau gemuk. Nilai ekonomis kepiting terus meningkat merangsang para petani untuk membudidayakannya di tambak. Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kepiting bakau adalah ketersediaan benih. Selama ini kebutuhan benih Scylla serrata seluruhnya masih mengandalkan hasil penangkapan di alam yang jumlahnya terbatas dan dipengaruhi oleh musim. Pada saat kondisi tersebut, salah satu cara untuk mengatasi penyediaan benih adalah melalui usaha pembenihan [1]. Pemicu terjadinya serangan ektoparasit antara lain adanya stress, kualitas air yang buruk, padat tebar serta ketidakseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan kuantitas produksi dalam satu areal budidaya. Kualitas air yang buruk atau tercemar dapat menurunkan imunitas dari Scylla serrata sehingga Scylla serrata mudah terserang parasit [2]. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sidoarjo dikarenakan adanya kuantitas produksi Scylla serrata dalam satu areal budidaya menurun ditandai dengan kematian Scylla serrata yang relatif tinggi serta kualitas air yang buruk, terutama di Kecamatan Sedati. Ektoparasit yang biasanya menyerang Scylla serrata antara lain berasal dari kelompok Protozoa terdiri dari genus Zoothamnium, Epistylis, Vorticella dan Carchesium [3] serta kelompok Arthropoda terdiri dari genus Octolasmis [4]. Perkembangan koloni ektoparasit akan lebih cepat dibandingkan endoparasit [5] seiring dengan kualitas air yang sangat buruk [2]. Mengingat potensi ekonomi yang tinggi dari budidaya Scylla serrata di pertambakan, kabupaten Sidoarjo dan masih adanya permasalahan tingkat serangan parasit pada budidaya pembesaran Scylla serrata, maka penelitian ini ingin mengidentifikasikan jenis ektoparasit dan penghitungan intensitas ektoparasit pada Scylla serrata stadia kepiting muda di pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. II. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2012 di pertambakan kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Identifikasi dan penghitungan intensitas ektoparasit dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-6 B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain tempat penampungan (bak penampungan), bak pewarnaan, botol fial, botol film, sectio set (Dissecting set), mikroskop, petri disk, preparat (Object glass), kaca penutup (Cover glass), pipet Volumetrik, pipet Pasteur dalam keadaan sudah melewati proses sterilisasi alat, bulp, ph universal indikator, salino refraktometer, termometer, sampel Scylla serrata muda yang hidup, Giemsa, Acetocarmine, Methanol, akuades dan tisu. C. Prosedur Kerja Pengambilan Sampel Pengambilan sampel Scylla serrata menggunakan metode pengambilan sampel secara acak yang dilakukan pada hari kesepuluh setelah tebar Scylla serrata muda. Sampel Scylla serrata muda yang diambil sebanyak 10% (Cholik dan Hanafi, 2006) dari jumlah populasi yang sudah dianggap mewakili dari seluruh populasi Scylla serrata muda di petak tambak yaitu 150 ekor. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Scylla serrata muda dengan ukuran lebar karapaks 4-6 cm dan umur 38 hari [2] Sampel ini diambil dengan menggunakan sarung tangan untuk mengurangi goresan pada karapaks dan organ Scylla serrata. Sampel dibawa ke laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya untuk diamati dan hasilnya didokumentasikan secara mikroskopis. Pemeriksaan Ektoparasit Organ yang diperiksa adalah karapaks, kaki jalan, kaki renang dan insang. Pemeriksaan bagian karapaks, kaki jalan dan kaki renang kemungkinan ditemukan kelompok Protozoa seperti Zoothamnium sp., Carchesium sp., Epistylis sp. dan Vorticella sp. sedangkan bagian organ insang kemungkinan ditemukan Octolasmis sp. Pemeriksaan dilakukan pada Scylla serrata segar, yang masih hidup atau baru mati. Hasil yang paling baik dilakukan pemeriksaan Scylla serrata segar atau yang masih hidup, dimana parasit lebih mudah dikenali karena masih hidup dan bergerak. Penghitungan Intensitas Ektoparasit Intensitas merupakan kuantitas yang diukur berdasarkan ukuran dari suatu objek yang diteliti oleh peneliti. Persamaan intensitas jenis ektoparasit dihitung dengan jumlah total parasit tertentu yang menginfeksi dibagi jumlah Scylla serrata yang terserang parasit tertentu. Intensitas ektoparasit dihitung dengan menggunakan hand tally counter pada tiap preparat dari hasil scrapping dan cawan. Penghitungan intensitas ektoparasit menggunakan rumus [6]: Intensitas (I) =Jumlah Total Parasit A yang Menginfeksi Jumlah Scylla serrata yang terserang Parasit A Pemeriksaan Kualitas Air Pemeriksaan kualitas air dilakukan dalam penelitian ini karena kondisi kualitas air yang buruk diketahui sebagai faktor pemicu serangan parasit pada Scylla serrata. Pemeriksaan kualitas air meliputi suhu, salinitas dan ph. Pemeriksaan suhu dengan menggunakan termometer. Pemeriksaan salinitas dengan menggunakan salino refraktometer. Pemeriksaan ph dengan menggunakan ph universal indikator. D. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif [7] dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi langsung dengan mengambil sampel Scylla serrata di Pertambakan, Desa Ngemplak, Kalanganyar, Sedati, Sidoarjo. Hasil identifikasi dan penghitungan intensitas ektoparasit pada Scylla serrata muda yang telah dimasukkan dalam kategori intensitas serangan parasit disajikan dalam tabel sebagaimana pada tabel 1. E. Analisa Data Tabel 1. Kategori Intensitas Serangan Parasit [6]). Karakteristik Prosentase Keterangan Intensitas Tinggi > 65% Parasit dapat menyebabkan stress hingga terjadi kematian pada inangnya. Intensitas Sedang 30 65% Parasit dapat menyebabkan stress, namun tidak dapat terjadi kematian pada inangnya. Intensitas Rendah 1 30 % Parasit tidak dapat menyebabkan stress dan kematian pada inangnya. Data yang telah diperoleh berupa hasil identifikasi dan penghitungan intensitas ektoparasit pada karapaks, kaki renang, kaki jalan dan insang Scylla serrata yang telah dimasukkan dalam kategori intensitas serangan parasit disajikan dalam tabel sebagaimana tabel 3. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu analisa data yang telah diperoleh secara sistematis dan terperinci dengan menggunakan bagan, diagram maupun tabel [7]. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Jenis Ektoparasit yang Ditemukan Pada Kepiting Bakau Muda di Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan hasil identifikasi, jenis ektoparasit yang ditemukan yaitu 4 spesies dari filum Protozoa antara lain Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella sp., Carchesium sp. dan 1 spesies dari filum Arthropoda yaitu Octolasmis sp. Zoothamnium sp. Zoothamnium sp. yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini memiliki ukuran tubuh 50-70 µm dengan morfologi berkoloni, berwarna keputih-putihan, menempel pada inangnya dengan myoneme, myoneme bercabang 2, kemudian dari bercabang 2 tumbuh tiap cabang sebanyak 2 cabang lagi hingga seterusnya. Zooid berbentuk globuler yang terdiri dari tangkai peristomial berbentuk globuler yang bersilia, vakuola kontraktil, vakuola makanan, mikronukleus dan makronukleus. Epistylis sp. Epistylis sp. yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini memiliki ukuran tubuh 45-49 µm dengan morfologi berkoloni,

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-7 berwarna keputih-putihan, mempunyai makronukleus kecil, bertangkai, tidak berkontraktil, sel mampu berkontaksi dan terdapat capsilia berpasangan. Zooid berbentuk memanjang yang terdiri dari tangkai peristomial berbentuk memanjang yang bersilia, vakuola makanan, mikronukleus dan makronukleus. Vorticella sp. Vorticella sp. yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini memiliki ukuran tubuh 80-90 µm dengan morfologi berkoloni, sel berwarna kekuningan atau kehijauan, menempel pada inangnya dengan myoneme, tangkai pipih dan silindris, peristome besar dan bersilia, memiliki makronukleus dan mikronukleus. Zooid berbentuk seperti lonceng terbalik yang terdiri dari tangkai peristomial berbentuk seperti bunga yang bersilia, vakuola kontraktil dan vakuola makanan. Carchesium sp. Carchesium sp. yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini memiliki ukuran tubuh 100-117 µm dengan morfologi berkoloni, berwarna keputih-putihan, menempel pada inangnya dengan myoneme. Zooid berbentuk seperti lonceng terbalik yang terdiri dari tangkai peristomial berbentuk seperti lonceng terbalik yang bersilia, vakuola kontraktil, vakuola makanan, makronukleus dan mikronukleus. memiliki ukuran tubuh 0.01-0.15 cm dengan morfologi berkoloni, memiliki tergum, carina, capitulum, scutum dan kaki. Hal ini telah sesuai dengan penelitian Jeffries et al. yang menyatakan ukuran tubuh. Struktur morfologi Octolasmis sp. terdiri dari carina yang berfungsi untuk melapisi organ bagian dalam, capitulum yang berfungsi sebagai lambung yang dapat menghancurkan nutrisi makanan agar dapat dicerna oleh seluruh tubuh, tergum yang berfungsi sebagai sebagai mulut untuk memasukkan nutrisi makanan yang akan diserap, scutum yang berfungsi sebagai usus yang dapat menyerap nutrisi makanan dan kaki yang berfungsi untuk menempelkan tubuh pada salah satu organ inangnya, dasar kaki menancap erat pada organ insang. tergantung pada spesies sampai masa moulting inang berikutnya [8]. Hasil penghitungan intensitas serangan ektoparasit pada tiap individu Scylla serrata disajikan pada tabel 2. Hasil prosentase serangan ektoparasit pada organ karapaks, kaki jalan, kaki renang dan insang disajikan pada tabel 3. Hasil pemeriksaan kualitas air disajikan pada tabel 4. Tabel 2. Intensitas Ektoparasit pada Scylla serrata Muda di Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Jenis Ektoparasit Stadia Scylla serrata muda (n = 150) Karapaks Kaki Jalan Kaki Renang Insang Jumlah Intensitas Prosentase Zoothamnium sp. 568 518 511 1082 2679 18 24.657 % Epistylis sp. 276 236 230 462 1204 8 10.959 % Vorticella sp. 175 180 223 455 1033 7 9.589 % Carchesium sp. 296 280 293 521 1390 9 12.329 % Octolasmis sp. 0 0 0 4592 4592 31 42.456 % Tabel 3. Intensitas Ektoparasit pada Scylla serrata Muda di Pertambakan Kepiting, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Kelompok Jenis Ektoparasit Stadia Scylla serrata muda (n = 150) Karapaks Kaki Jalan Kaki Renang Insang Zoothamnium sp. 568 518 511 1082 Protozoa Epistylis sp. 276 236 230 462 Vorticella sp. 175 180 223 455 Carchesium sp. 296 280 293 521 Arthropoda Octolasmis sp. 0 0 0 4592 Jumlah 1315 1214 1257 7112 Intensitas 8.76 8.09 8.38 47.41 Prosentase 12.066 % 11.139 % 11.534 % 65.259 % Octolasmis sp. Octolasmis sp. yang telah diidentifikasi dalam penelitian ini Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Kualitas A

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-8 Petak Tambak Salinitas ( ) Kadar ph Suhu ( 0 C) 1 31 8 30 2 33 8 30 3 35 8 31 4 31 8 31 5 32 8 30 Normal 30 8 30 ektoparasit tiap spesies pada tabel 2, jenis ektoparasit dengan intensitas tertinggi yaitu Octolasmis sp. sebesar 31 parasit/individu Scylla serrata muda. Octolasmis sp. hanya ditemukan pada organ insang dikarenakan siklus hidupnya memerlukan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak dibandingkan ektoparasit kelompok Protozoa. Octolasmis sp. dapat menempel secara kuat dengan mengaitkan kakinya pada lamella Scylla serrata yang dapat mendukung proses berkembangbiak dengan cepat. Octolasmis sp. merupakan salah satu ektoparasit dari kelompok Arthropoda yang memiliki predileksi yaitu organ insang sehingga Octolasmis sp. yang ditemukan pada organ karapaks, kaki jalan dan kaki renang ditimbulkan dari banyaknya Octolasmis sp. pada organ insang yang menyebar pada organ karapaks, kaki jalan dan kaki renang [8]. Pada kelompok Protozoa, Zoothamnium sp. memiliki intensitas serangan sebesar 18 parasit/individu Scylla serrata muda dikarenakan Zoothamnium sp. dapat berkembangbiak lebih cepat pada kondisi lingkungan yaitu salinitas, ph dan suhu sebagaimana terdapat pada tabel 4. ektoparasit tiap organ pada tabel 3, didapatkan organ Scylla serrata muda yang diserang ektoparasit terbanyak yaitu organ insang 65.259 %. Insang merupakan salah satu organ yang sering dialiri darah, terdapat pembuluh-pembuluh darah dan pelindungnya berupa jaringan epitel selapis yang tipis sehingga mudah untuk diserang parasit. Organ yang paling sedikit diserang ektoparasit yaitu kaki jalan dengan prosentase 11.139 %. Kaki jalan sering bersentuhan dengan substrat keras dan memiliki jaringan pelindung sehingga sulit untuk diserang parasit. Organ kaki renang dengan prosentase 11.534 % dan karapaks 12.066 %. Kaki renang sering digunakan Scylla serrata untuk berenang dan mencari makan serta memiliki jaringan pelindung sehingga sulit diserang parasit begitu juga dengan organ karapaks. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air pada tabel 4 termasuk dalam kategori kualitas air yang buruk terutama bagi kehidupan ektoparasit dan kualitas air yang baik bagi kehidupan Scylla serrata. Suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kematian larva Scylla serrata. Kualitas air yang baik terutama bagi kehidupan Scylla serrata dikarenakan suhu optimum yang mendukung kehidupan Scylla serrata adalah 30 0 C [2]. Salinitas optimum yang mendukung kehidupan Scylla serrata adalah 33 [2]. Kadar ph optimum yang mendukung kehidupan Scylla serrata 8,00 [2]. Bahan organik yang digunakan untuk budidaya Scylla serrata yang mengandung Nitrit dan Phospat tidak berlebihan [9]. Kualitas air yang buruk yang dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan dapat menyebabkan kurangnya kebutuhan nutrisi sehingga ektoparasit dapat menyerang Scylla serrata [5]. Suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kematian larva Scylla serrata. Suhu optimum yang mendukung serangan parasit adalah 28-31 0 C [10]. Salinitas optimum mendukung serangan parasit adalah 30-35, salinitas rendah seperti 17 dapat menyebabkan kematian larva Scylla serrata dan Scylla serrata terserang parasit pada ph 7,63-8,80 [10]. IV. KESIMPULAN ektoparasit pada organ karapaks, kaki jalan, kaki renang dan insang Scylla serrata muda yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 spesies ektoparasit yang menyerang Scylla serrata muda. Terdapat 4 spesies Protozoa yaitu Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella sp. dan Carchesium sp. serta 1 spesies Arthropoda yaitu Octolasmis sp. Intensitas serangan ektoparasit pada karapaks 12.066 %, kaki renang 11.534 %, kaki jalan 11.139 % dan insang 65.259 %. Intensitas total serangan Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella sp., Carchesium sp. dan Octolasmis sp. sebesar 72.654 %. UCAPAN TERIMA KASIH Pada penyelesaian Proposal Tugas Akhir ini, ijinkanlah penulis memberikan penghargaan dan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada Ibu Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si. dan Ibu Dr. Ir. Gunanti Mahasri, M. Si selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal tugas akhir, Ibu Indah Trisnawati D.T., M.Si., Ph.D dan Ibu Nengah Dwianita Kuswytasari, M.Si. serta Ibu Ir. Sri Nurhatika, MP. selaku dosen penguji proposal tugas akhir yang memberikan saran dan motivasi kepada penulis, Ibu Dr. rer. nat. Maya Shovitri, M. Si selaku ketua Jurusan Biologi ITS Surabaya, Bapak Mukhamad Muryono, M.Si selaku koordinator Tugas Akhir Jurusan Biologi ITS Surabaya serta Ayah, Ibu, Saudari maupun Seluruh Dosen yang telah memberikan dukungan berupa do a dan mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan hingga dapat menyelesaikan proposal tugas akhir dengan hati nyaman. DAFTAR PUSTAKA [1] R.M. Durborrow,.Protozoan Parasites. Southern Regional Aquaculture Center Publications. Journal of Parasites. (2003).

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X E-9 [2] E. Afrianto dan E. Liviawaty. Pemeliharaan Kepiting. Penerbit Kanisius : Jakarta (2005). [3] F. Cholik dan A. Hanafi. A Review of The Status of The Mud Crab (Scylla sp.) Fishery and Culture in Indonesia. In C.A. Angell (ed). The Mud Crab. A Report On The Seminar Converence in Surat Thani, Thailand Bay of Bengal Programme. Madras : India. (2006). [4] M.H. Blomsterberg, Glenner, and J.T. Hoeg, Growth an Molting in Epizoic Pedunculate Barnacles Genus Octolasmis (Crustacea: Thecostraca: Cirripedia: Thoracica). Journal of Morphology. University of Copenhagen. Copenhagen : Denmark. (2004). [5] D.H. Lynn. Parasitology International : Characterization, Classification and Guide to The Literature. Dordrecht : Springer Verlag. (2008). [6] G. D. Schmidt. Essentials of Parasitology. Fifteenth Edition. Universal Book Stall : New Delhi. (2008). [7] K.A. Gomez and A.A. Gomez. Statistical Procedures for Agricultural Research. Second Edition, John Wiley and Sons : New York. (1983). [8] W.B. Jeffries, H.K. Voris, P.H. Naiyanetr, and S. Panha. Pedunculate Barnacles of the Symbiotic Genus Octolasmis (Cirripedia: Thoracica: Poecilasmatidae) from the Northern Gulf of Thailand. The Natural History Journal of Chulalongkorn University, Chulalongkorn University : Thailand. (2005, May). 5(1): 9-13. [9] D.F. Fealder. And M.P. Heasman The Mud Crabs. A Queensland Museum Booklet, Brisbane : United of Kingdom. (2008). [10] T. Fenchel and B.J. Finlay Parasitology International : The Diversity of Microbes: Resurgence of The Phenotype. Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. (2006). pp. 361 400.