PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

UJI EFEKTIFITAS DAUN JERUK PURUT (Citrushistrix D.C)SEBAGAI BIOLARVASIDAUNTUK MEMBUNUH VEKTOR DBD (Demam Berdarah Dengue) LARVA NYAMUK Aedesaegypti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci: Aedes aegypti, Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia)

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PARE ( Momordica charantia ) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

ABSTRACT EFFECTS OF LIME LEAF ETHANOL EXTRACT (CITRUS AURANTIFOLIA) AS OF LARVASIDE

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti

JKMA. EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charantia) DALAM MEMATIKAN JENTIK AEDES AEGYPTI. Ilham Syam 1, Esse Puji Pawenrusi 1

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti SEBAGAI LARVISIDA

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

ABSTRAK EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI NIMBA (Azadirachta indica A. Juss) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP NYAMUK AEDES AEGYPTI

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan di Indonesia. Pertama kali DBD terjadi di Surabaya pada tahun

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

I. PENDAHULUAN. Nyamuk Aedes Agypti merupakan vektor virus dengue penyebab penyakit

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II: Cherry Azharia, dr., M.Kes.

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

KARYA TULIS ILMIAH. EFEKTIVITAS EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl) DENGAN PELARUT METANOL SEBAGAI LARVASIDA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

PENGGUNAAN BERBAGAI KONSENTRASI EKSTRAK ETHANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Culex quinquefasciatus

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) TERHADAP JUMLAH NYAMUK Aedes aegypti YANG HINGGAP PADA TANGAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. provinsi dan 2 kota, menjadi 32 kasus (97%) dan 382 kasus (77%) kabupaten/kota pada

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL Solanum Lycopersicum L. SEBAGAI LARVASIDA Aedes aegypti DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN

ABSTRAK. Kata kunci : Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.), larvisida, Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

ARTIKEL. UJI EFEKTIFITAS PERASAN BUNGA TAHI AYAM (Tagetes erecta Linn) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Anopheles sp

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

ABSTRAK. EFEK LARVISIDA INFUSA KULIT JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth) TERHADAP Aedes sp. Pembimbing II : Dra. Rosnaeni, Apt.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

ABSTRAK. KONSENTRASI OPTIMAL EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) SEBAGAI LARVISIDA TERHADAP Aedes sp.

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

KEEFEKTIVAN DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada tahun 2001, wabah demam

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA KULIT BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) TERHADAP CULEX

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ABATE (TEMEFOS) PADA LARVA NYAMUK CULEX DI DALAM DAN DI LUAR RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

EFEKTIVITAS EKSTRAK AIR REBUSAN JARAK CINA (Jatropha multifida) DAN MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti

UJI KERENTANAN NYAMUK AEDES SP. TERHADAP FOGGING INSEKTISIDA MALATHION 5% DI WILAYAH KOTA DENPASAR SEBAGAI DAERAH ENDEMIS DBD TAHUN 2016

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

BAB I PENDAHULUAN. Serangga selain mengganggu manusia dan binatang. melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA KELINCI

SISTEM DAUR ULANG ANTI NYAMUK ELEKTRIK DENGAN MENGGUNAKAN KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr) UNTUK PENGENDALIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI

UJI EFEK LARVASIDA EKSTRAK DAN INFUSA BUNGA KENIKIR (Tagetes minuta L.) TERHADAP LARVA VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Aedes aegypti L.

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berada di daerah tropis, sehingga. merupakan daerah endemik bagi penyakit-penyakit yang penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

T E M A PARASITOLOGI. oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic. nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2010). Indonesia merupakan negara

EFEKTIVITAS DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP KEMATIAN JENTIK Aedes aegypti SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEK GRANUL EKSTRAK BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI

JURNAL ANALIS KESEHATAN KLINIKAL SAINS. UJI MORTALITAS LARVA Aedes aegypti SETERAH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PARE (Momordica charantia L)

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

ABSTRAK. EFEK MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Cananga Odorata) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP NYAMUK Aedes sp.betina

EFEKTIFITAS EKSTRAK KULIT DUKU ( Lansiumdomesticum) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DALAM MEMBUNUH NYAMUK Aedesspp TAHUN 2014 SKRIPSI OLEH :


ABSTRAK. EFEKTIVITAS INFUSA DAUN SELASIH (Ocimum gratissimum) SEBAGAI REPELEN NYAMUK Aedes aegypti

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti

ABSTRAK DAYA REPELEN MINYAK CENGKEH (Syzygium aromaticum) TERHADAP NYAMUK Aedes sp.

KEEFEKTIFAN EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA (Leucaena glauca, Benth) SEBAGAI LARVASIDA ALAMI TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN PEPAYA(Carica papaya L.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

Uji Efektivitas Ekstrak Daun Kemangi Hutan (Ocimum sanctum) Terhadap Kematian Larva Instar III Aedes aegypti

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK KULIT BUAH PARE (Momordica charantia) TEHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti Safria R. Habibie 1), Herlina Jusuf 2), Lia Amalia 3) 1 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo safriahabibie@gmail.com 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo herlina_jusuf@yahoo.co.id 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo lia.amalia29@gmail.com Abstrak Ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) merupakan larvasida alami yang digunakan untuk menekan pertumbuhan vektor dari tempat perindukaan nyamuk dengan cara membunah larva Aedes aegypti. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat apakah ada pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan yakni 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm dalam 100 ml air pada setiap perlakuan selama 24 jam dengan waktu pengamatan 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Rancangan penelitian adalah eksperimen semu, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dimana jumlah sampel sebanyak 80 ekor larva Aedes aegypti instar 1-4. Data diambil dengan uji Two Way Anova. Hasil penelitian, nilai p 0,297 > α = 0,05 dengan demikian H 0 diterima, disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare yang paling efektif yakni dosis 300 ppm pada waktu pengamatan 24 jam karena dapat membunuh larva 100%. Diharapkan kepada masyarakat untuk menggunakan ekstrak kulit buah pare untuk membunuh larva nyamuk Aedes aegypti, dan bagi peneliti lain dapat menggunakan bagian lain dari tanaman pare dan dari larva nyamuk berbeda. Kata Kunci : Buah Pare, Aedes aegypti Abstract Bitter melon fruit pell extract is natural larvicides used to suppress the growth of vector breeding places of mosquitoes by killing the larvae of Aedes aegypti. The research problem was whether there was an effect of dosing extract of bitter melon rind (Momordica charantia) toward the death of mosquito larvae (Aedes aegypti). The research aimed at analyzing the effect of dosing extract of biter melon rind were 100 ppm, 200 ppm, and 300 ppm in 100 ml of water of each treatment during 24 hours with observation duration were 6 hours, 12 hours, 18 hours, and 24 hours. The research applied quasi experiment with random group design. There were 80 samples of the larvae 1-4 instars.data were gained through two way anova test. The results showed that p value was 0,297 > α = 0,05, thus H 0 was accepted. It can be inferred that there was no effect of dosing extract of biter melon rind toward the death of mosquito larvae Aedes aegypti. Effective dosis were 300 ppm within 24 hours of observation due to the effect of killing larvae for 100%. It is recommended to the people to use other parts of biter melon plant, except the rind, to exterminate larvae of Aedes aegypti and further researcher can utilize other parts of bitter melon plant toward different larvae of mosquito. Keywords : Bitter Melon Fruit, Aedes aegypti

1. PENDAHULUAN Aedes aegypti adalah vektor nyamuk yang utama untuk virus dengue, dimana Jenis serangga ini sangat erat hubungannya dengan manusia dan tempat tinggal mereka. Manusia tidak hanya menyediakan nyamuk dengan darah sebagai makanan mereka tetapi juga wadah yang berisi air di dalamnya dan di sekitar rumah yang dibutuhkan oleh nyamuk ini untuk berkembangbiak (Widoyono, 2013). Soewondo, 2012 mengemukakan nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga makanan yang diperoleh semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina sangat menyukai darah manusia (antropofilik). Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari jam 08.00-12.00 dan sore hari jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan menghisap darah berpindah-pindah berkali-kali dari satu individu ke individu yang lain. Hal ini disebabkan karena pada siang hari manusia yang menjadi sumber makanan darah utamanya dalam keadaan aktif bekerja atau bergerak sehingga nyamuk tidak dapat menghisap darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi. Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan oleh inang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan warna. Untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan dengan faktor lainnya. Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi (Fitri, 2011). Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan 3 cara yakni pemberantasan secara fisik, pemberantasan secara kimia dan pemberantasan secara biologi (Maftuhah, 2005). Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa alkaloid, triterpenoid, saponin dan flavonoid dalam buah pare yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant). Cara kerja senyawasenyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati kelaparan (Suirta, 2010). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian ekperimen semu, dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Populasi dalam penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti yang sudah dibiakan. Sedangangkan sampel yang di gunakan adalah larva Aedes aegypti sebanyak 20 ekor pada 3 media penelitian dan 1 kelompok kontrol, sehingga larva yang digunakan sebanyak 80 ekor. Teknik analisis data yang digunakan adalah Two Way Anova. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Hasil penenelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 3 dosis. Dosis ekstrak kulit buah pare adalah berbagai macam konsentrasi ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan ppm/100 ml

Jumlah Kematian Larva Aedes aegypti yang berarti sebanyak ppm ekstrak kulit buah pare yang dimasukan kedalam 100 mililiter air. Konsentrasi ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ppm/100 ml, 200 ppm/100 ml dan 300 ppm/100 ml, dari 3 perlakuan 1 kontrol. Dalam penelitian ini menggunakan larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 20 ekor larva pada setiap media, sehingga jumlah larva yang digunakan sebanyak 80 ekor. Tiap perlakuan dilakukan pengamatan setiap 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam, pengamatan dilakukan pada larva yang sama pada tiap media, diwaktu yang berbeda. Hasil Pengujian Ekstrak Kulit Buah Pare (Momordica charantia) Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Kematian Larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare selama 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Waktu penga matan (Jam) Ko ntr ol Dosis 100 ppm Total Kematian Larva Aedes aegypti Dosis 200 ppm Dosis 300 ppm n (%) n (%) n (%) 6 20 2 10,0 4 20,0 11 55,0 12 20 4 20,0 6 30,0 18 90,0 18 20 4 20,0 8 40,0 18 90,0 24 20 11 55,0 16 80,0 20 100,0 Sumber : Data primer, 2014 Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak kulit buah pare yang berbeda yaitu 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm dalam 100 ml air selama 24 jam pengamatan dengan interval waktu 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam diperoleh jumlah kematian larva Aedes aegypti pada waktu paparan yang berbeda-beda dan dosis yang berbeda pula. Pada pengamatan 6 jam, dosis 100 ppm didapatkan hasil kematian larva Aedes aegypti sebanyak 2 ekor larva (10%), dan pada dosis 200 ppm sebanyak 4 ekor larva (20%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 11 ekor (55%). Untuk pengamatan 12 jam, dosis 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm dalam 100 ml air didapatkan hasil prosentase kematian larva Aedes aegypti pada dosis 100 ppm sebanyak 4 ekor (20%), pada dosis 200 ppm sebanyak 6 ekor (30%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 18 ekor (90%). Kemudian untuk pengamatan 18 jam, didapatkan hasil prosentase kematian pada dosis 100 ppm sebanyak 4 ekor (20%), pada dosis 200 ppm sebanyak 8 ekor (40%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 18 ekor (90%). Sedangkan pada pengamatan 24 jam, didapatkan pula hasil prosentase kematian pada dosis 100 ppm sebanyak 11 ekor (55%), pada dosis 200 ppm sebanyak 16 ekor (80%), sedangkan pada dosis 300 ppm sebanyak 20 ekor (100%). 25 20 15 10 5 0 11 4 2 18 18 8 6 4 4 6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam Waktu Pengamatan Sumber : Data primer, 2014 Gambar 1.1 Jumlah kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai Dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) dengan waktu pengamatan 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Dari gambar 1.1 terlihat adanya kenaikan jumlah kematian larva Aedes aegypti dengan berbagai dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) 20 16 11 Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 100 ppm/100 ml Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 200 ppm/100 ml Dosis Ekstrak Kulit Buah Pare 300 ppm/100 ml

2. Pembahasan Dari hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai p-value 0,297 > α = 0,05. Dengan demikian H 0 diterima sehingga dapat disimpulkan, tidak ada pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare adalah berbagai macam dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam perlakuan dengan satuan ppm/100 ml yang berarti sebanyak ppm ekstrak kulit buah pare yang dimasukan ke dalam 100 mililiter air. Dosis ekstrak kulit buah pare yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ppm/100 ml, 200 ppm/100 ml dan 300 ppm/100 ml. Dalam penelitian ini menggunakan Larva nyamuk Aedes aegypti instar 1-4 sebanyak 80 ekor, yang berada dalam gelas plastik pengamatan. Data yang dipeoleh dari jumlah kematian larva masing-masing dosis berbeda-beda. Dari hasil penelitian ini terdapat total kematian larva Aedes aegypti yang sama pada dosis 100 ppm dan 300 ppm pada waktu penelitian 12 jam dan 18 jam. Hal tersebut terjadi karena pada penelitian 12 jam (02.00) dan 18 jam (08.00) suhu udara masih dingin, sehingga larva Aedes aegypti masih dapat bertahan hidup. Menurut Agustine, 2009 bahwa larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada suhu dan udara yang dingin, jenis larva ini tidak dapat bertahan hidup pada suhu udara yang panas. Hasil penelitian ini sejalalan dengan penelitian Agustine (2009) dimana hasil penelitian tersebut menunjukan terjadi kemtian larva Aedes aegypti pada dosis ekstrak daun pare dengan dosis 350 ppm dengan jumlah larva yang mati sebesar 40%, untuk dosis 400 ppm jumlah larva yang mati sebesar 75,2%, kemudian untuk dosis 450 ppm jumlah larva yang mati sebesar 86,4% sedangkan untuk dosis 500 ppm jumlah larva yang mati sebesar 100%. Perbedaan hasil penelitian terletak pada kematian larva Aedes aegypti. Dalam penelitian tersebut konsentrasi yang paling banyak membunuh larva diperoleh pada dosis ekstrak daun pare 500 ppm sebesar 100%. Kematian larva Aedes aegypti terjadi pada semua perlakuan. Kematian larva Aedes aegypti disebabkan oleh adanya kontak langsung antara ekstrak kulit buah pare yang bersifat racun dengan larva Aedes aegypti. Menurut Andriani, 2010, mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa-senyawa dalam tumbuhan pare seperti alkaloid, triterpenoid, saponin dan momordisin yang dapat menghambat daya makan larva (antifedant) dan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Jika masuk ke dalam tubuh larva, akan mengganggu sistem pencernaan serta sistem saraf larva.. Dosis yang paling efektif yang banyak membunuh larva yakni dosis 300 ppm pada waktu 24 jam dengan jumlah kematian larva sebanyak 20 ekor sebeser 100%. Hal ini dikarenakan semakin tinggi dosis dan lama waktu paparan yang diberikan maka semakin besar pula kematian larva Aedes aegypti. Kematian larva Aedes aegypti disebabkan karena adanya kandungan bahan kimia kulit buah pare yang bersifat racun perut. Dengan adanya pengaruh dosis ekstrak kulit buah pare terhadap kematian larva Aedes aegypti maka agar lebih efektif dan lebih ramah lingkungan kita bisa memanfaatkan tanaman berupa tumbuhan pare yang bersifat racun, sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangai vektor nyamuk sehingga tidak mencemari lingkungan. Perbedaan ini dikarenakan pada hasil penelitian tersebut, kematian larva tertinggi diperoleh pada dosis terbanyak

yakni pada dosis 300 ppm. Sehingga terdapat peluang dimana dengan penambahan dosis ekstrak kulit buah pare yang tingi maka semakin banyak larva yang mati. Dari hasil penelitian ini dan hasil penelitian sebelumya, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin banyak pula kandungan alkaloid, triterpenoid, saponin dan momordisin yang diterima atau kontak langsung dengan larva pada media penelitian dan menyebabkan kematian larva Aedes aegypti. 4. SIMPULAN Hasil analisis pengaruh pemberian dosis ekstrak kulit buah Pare (Momordica charantia) dengan prosentase kematian larva Aedes aegypti dengan dosis 100 ppm waktu 6 jam sebanyak 2 ekor (10%), waktu 12 jam sebanyak 4 ekor (20%), waktu 18 jam sebanyak 4 ekor (20%) dan waktu 24 jam sebanyak 11 ekor (55%). Kemudian untuk dosis 200 ppm waktu 6 jam sebanyak 4 ekor (20%), waktu 12 jam sebanyak 6 ekor (30%), waktu 18 jam sebanyak 8 ekor (40%) dan waktu 24 jam sebanyak 16 ekor (80%). Sedangkan untuk dosis 300 ppm waktu 6 jam sebanyak 11 ekor (55%), waktu 12 jam sebanyak 18 ekor (90%), waktu 18 jam sebanyak 18 ekor (90%) dan waktu 24 jam sebanyak 20 ekor (100%). Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Dosis ekstrak kulit buah pare (Momordica charantia) yang paling efektif yaitu pada dosis 300 ppm pada waktu pengamatan 24 jam yaitu jumlah larva yang mati sebanyak 20 ekor (100%). 5. REFERENSI Fitri. 2011. PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Surabaya : Erlangga Universitas Press Maftuhah, A. 2005. Uji Efek Antipiretik Ekstrak Buah Pare (Momordicae fruktus) pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Soewondo, 2012. Aedes. Jakarta : Pustaka Buku Murah Suirta, 2010. Larva. Yogyakarta : Medika Widoyono, 2013. Nyamuk Aedes aegypti. Jakarta : Penerbit Erlangga