FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAK SESUAIAN PENGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN UJI KEPEKAAN DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB 4 METODE PENELITIAN. Divisi Infeksi dan Mikrobiologi Klinik. Penelitian ini dilakukan di PICU dan HCU RS Dr. Kariadi Semarang pada

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross-sectional terhadap data sekunder berupa rekam

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB 4. METODE PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

Antibiotic Utilization Of Pneumonia In Children Of 0-59 Month s Old In Puskesmas Kemiling Bandar Lampung Period Januari-October 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup Keilmuan: Anastesiologi dan Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dimulai pada bulan juni 2013 sampai juli 2013.

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN TUMOR

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

BAB IV METODE PENELITIAN

SUMBER DAYA SURVEILANS

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

POLA KUMAN DAN MANFAATNYA DALAM PELAKSANAAN ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP BAHASAN

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

I. PENDAHULUAN. Apendiks adalah organ tambahan yang berukuran kecil menyerupai jari, (apendektomi) dan terapi antibiotik (Brunicardi, et al, 2010).

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

EVALUASI POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK PENDERITA DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS X TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

GENERASI CERDAS BIJAK MENGGUNAKAN ANTIBIOTIK Oleh :

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

Transkripsi:

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAK SESUAIAN PENGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN UJI KEPEKAAN DI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT FATMAWATI JAKARTA TAHUN 2001 2002 Refdanita 1, Maksum R 2, Nurgani A 3, Endang P 3 1. Jurusan Farmasi, FMIPA, Institut Sains dan Teknologi Nasional, Jakarta 12640, Indonesia 2. Departemen Farmasi, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia 3. Rumah Sakit Fatmawati Jakarta - Indonesia Abstrak Telah dilakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi ketidak sesuaian penggunaan antibiotika dengan uji kepekaan di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta dengan suatu desain penelitian kasus kontrol, dimana kasus adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika, menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi. Kontrol adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika tetapi penggunaan antibiotika lain yang efektif. Subyek penelitian yang diperoleh adalah 34 kasus dan 41 kontrol. Faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan pasien (rasio odds = 0,25 dan 95 % CI 0,09 0,71). Jika dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja, maka yang bekerja mempunyai risiko 75 % lebih rendah dalam hal penggunaan antibiotika yang tidak efektif. Abstract Several Factors Influencing Irrational Antibiotics Treatments in Intensive Care Unit at Fatmawati Hospital Jakarta 2001 2002. A study was conducted in the intensive care unit at Fatmawati Hospital, Jakarta, concerning a factor influencing the inappropriate use of antibiotics, proven by the resistance against a certain antibiotic, however this antibiotic was used for therapy. Cases in the control group were resistant cases against an antibiotic and therefore were given another antibiotic, against which the patients were sensitive. A total of 34 cases were selected as research subjects, whereas 41 cases were included in the control group. The factor influencing the use of antibiotics against which patient were resistant was having a job of the patient (odds ratio = 0,25 and 95 % CI 0,09 0,71). In comparison the group of patients with a job with the group without a job: the group with a job had a 75 % lower risk in using ineffective antibiotics. Keywords: case-control, antibiotics, sensitivity pattern, job of subject 1. Pendahuluan Antibiotika sebagai obat untuk menanggulangi penyakit infeksi, penggunaannya harus rasional, tepat dan aman. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan menimbulkan dampak negatif, seperti terjadi kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotika, meningkatnya efek samping obat dan bahkan kematian. Penggunaan antibiotika dikatakan tepat bila efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksis yang berhubungan dengan obat menjadi minimum, serta perkembangan antibiotika resisten seminimal mungkin 1. Menurut Noer 2, kenyataan menunjukkan bahwa di negara negara yang sedang berkembang urutan penyakit utama nasional masih ditempati oleh berbagai penyakit infeksi yang memerlukan antibiotika sehingga dengan sendirinya akan terjadi permasalahan, bilamana penggunaan antibiotika tidak rasional. Pemakaian antibiotika tidak tepat akan memboroskan dana dan membahayakan kenyamanan pasien. Prinsip umum penggunaan antibiotika sama seperti semua produk obat lainnya yaitu dapat memenuhi kriteria sebagai berikut, sesuai dengan indikasi penyakit, diberikan dengan dosis yang tepat, cara pemberian dengan interval waktu yang tepat, lama pemberian yang tepat, obat yang diberikan harus efektif, mutu terjamin dan aman, tersedia setiap saat dengan harga terjangkau 3. Timbulnya resistensi atau kekebalan kuman terhadap antibiotika mempunyai suatu pengaruh pada biaya pelayanan kesehatan secara luas. Terapi yang tidak efektif menyebabkan peningkatan biaya yang 21

22 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 berhubungan dengan kesakitan yang lama, lebih sering masuk rumah sakit dan masa dirawat di rumah sakit lebih lama, hal ini akan merugikan penderita secara ekonomi karena meningkatnya penderitaan manusia dan kehilangan produktivitas serta biaya perawatan akan menjadi tinggi 1,4. Kuman yang kebal terhadap antibiotika sering ditemukan pada penderita yang dirawat secara intensif. Penderita yang dirawat secara intensif biasanya memerlukan pemakaian fasilitas rumah sakit yang bersifat khusus seperti kateter, alat bantu pernapasan, alat monitor jantung dan lain-lain, sering terkontaminasi melalui alat-alat tersebut dengan kuman yang ada di rumah sakit dan biasanya kuman tersebut telah resisten terhadap antibiotika tertentu 5. Infeksi di rumah sakit sering terjadi pada pasien beresiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik tua, berbaring lama, memakai infus dalam jangka waktu lama, atau pemasangan kateter urin yang lama dan pada luka operasi. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan, melalui jarum suntik, kateter, kain kasa, cara keliru dalam menangani luka, serta peralatan operasi yang terkontaminasi dan lain lain 2. Pola kepekaan antibiotika akan mempengaruhi penggunaan antibiotika di rumah sakit. Pengaruh pola kepekaan tersebut terutama terhadap terapi empirik. Ketidak tepatan pemakaian antibiotika akan mempengaruhi angka kematian pasien. Pengaruh peresepan yang tidak tepat terhadap penyakit infeksi di ruang rawat intensif, memperlihatkan angka kematiannya sangat tinggi jika kuman patogen sudah resisten terhadap antibiotika yang dipilih (61,9 %), dibandingkan dosis tidak tepat angka kematian lebih kecil yaitu 28,4 % 6,7. Timbulnya kuman yang resisten diperkirakan karena adanya salah guna atau tidak rasional dan kurang bijaksananya pemakaian antibiotika seperti dosis kurang, penggunaan yang terlalu singkat, atau terlalu lama, digunakan hanya untuk profilaksis, pemilihan jenis antibiotika yang kurang tepat, tidak sesuai pola kepekaan dan sebagainya 5. Menurut Briceland et al. 7 frekuensi kesalahan peresepan yang terjadi terbanyak adalah kesalahan dosis (62 %), memberikan reaksi alergi (20 %), terapi ganda (7 %). Obat yang diresepkan yang mempunyai frekuensi kesalahan terbanyak adalah betalaktam (46 %), diikuti aminoglikosida (12 %), makrolida (6 %) dan anti fungi (5 % ). Pemilihan antibiotika ditentukan oleh keadaan klinis pasien, kuman-kuman yang berperan dan sifat obat antibiotika itu sendiri. Faktor yang perlu diperhatikan pada pemberian antibiotika dari segi keadaan klinis pasien adalah kegawatan atau bukan kegawatan, usia pasien, insufisiensi ginjal, gangguan fungsi hati, keadaan granulositopenia dan gangguan pembekuan darah 5. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi faktor karakteristik pasien, faktor data medis pasien, mengetahui pengaruh faktor karakteristik pengaruh faktor data medis pasien terhadap ketidaksesuaian penggunaan antibiotika dengan uji kepekaan di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta tahun 2001 2002. 2. Metode Penelitian Desain penelitian adalah kasus kontrol yang didahului dengan penelitian pendahuluan untuk menghitung besar sampel minimal yang dikehendaki. Kasus adalah pasien yang resisten terhadap suatu antibiotika dan menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi. Kontrol adalah pasien yang resisten terhadap suatu antibiotika tetapi menggunakan antibiotika lain yang efektif. Populasi target adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati yang menerima antibiotika. Populasi terjangkau adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati yang menerima antibiotika dan mempunyai hasil uji kepekaan. Untuk kasus: pasien yang resisten terhadap antibiotika, menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi, dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati tahun 2001-2002. Untuk kontrol: pasien yang resisten terhadap suatu antibiotika, tetapi menggunakan antibiotika lain yang efektif, dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati tahun 2001-2002. Untuk kasus: pasien yang menerima antibiotika, dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati, hasil uji kepekaan menunjukkan kuman sudah resisten terhadap antibiotika yang diterima. Untuk kontrol: pasien yang menerima antibiotika, dirawat di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati, hasil uji kepekaan menunjukkan kuman masih sensitif terhadap antibiotika yang diterima. Untuk kasus dan kontrol: pasien yang menerima antibiotika tetapi uji kepekaannya tidak lengkap, tidak jelas, tidak terbaca. Catatan medik pasien tidak lengkap, tidak jelas, tidak terbaca dan tidak ditemukan. Pasien

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 23 tidak menggunakan antibiotika setelah uji kepekaan selesai. Untuk menentukan besar sampel, digunakan rumus sebagai berikut : n = p 1 = 2 p q ( Z α + Z β ) 2 Catatan : n = besar sampel p = ½ ( p 1 + p 0 ) ( p 1 - p 0 ) 2 (1) p 0 x OR 1 + p 0 ( OR 1 ) (2) q = 1 p OR = adalah prakiraan odds ratio Po = adalah proporsi kontrol yang terkena pajanan yang sedang diteliti Zα = adalah nilai standar distribusi normal yang sesuai dengan nilai α 0,1 dengan 2 arah (two sided) Zβ = adalah nilai standar distribusi normal yang sesuai dengan nilai β 0,2. Penelitian awal yang dilakukan menghasilkan 34 kasus dan 20 kontrol dalam kurun waktu 2002, maka berdasarkan penelitian awal ini dilakukan perhitungan besar sampel terhadap 5 variabel penelitian yaitu jenis kelamin, pemakaian ventilator, tindakan operasi, penyakit utama dan penyakit penyerta. Pada Tabel 1 terlihat sampel yang paling besar adalah 94 untuk kasus dan 94 untuk kontrol. Besar sampel inilah yang dipakai sebagai dasar besar sampel minimal penelitian kasus kontrol ini. Analisis dilakukan berturut-turut adalah diskriptif tentang karakteristik subjektif penelitian, analisis bivariat, multivariat dan analisis power. Analisis diskriptif yang dilakukan adalah perhitungan karakteristik seluruh kasus maupun kontrol dan perhitungan frekuensi faktor baik kasus maupun kontrol. Tabel 1. Jumlah sampel minimal No Variabel po OR Kasus Kontrol 1 Ventilator 0,4 2,1428 87 87 2 Operasi 0.3 2,25 81 81 3 Penyakit utama 0,45 2,6666 66 66 4 Penyakit penyerta 0,4 2,1428 87 87 5 Jenis kelamin 0,65 0,4786 94 94 Analisis bivariat yang dilakukan adalah analisis dengan tabel 2 x 2 terhadap semua variabel bebas dan variable ikat untuk menentukan berapa besar rasio odds serta interval kepercayaan 95 % dan nilai p, dalam rangka menentukan variabel yang layak untuk dilakukan analisis multivariate. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel ikat secara sekaligus dengan menggunakan software stata versi 7.0 dengan analisis regresi logistik untuk mendapatkan model yang paling memadai. Analisis Power dimaksudkan bila uji statistika telah dilakukan tetapi tidak diperoleh suatu kebermaknaan. 3. Hasil dan Pembahasan Data yang diperoleh dari sub bagian rekam medik dan registrasi ruang rawat intensif tahun 2001 2002, menunjukkan seluruh pasien yang mempunyai hasil uji kepekaan sebanyak 205 pasien. Berdasarkan kriteria ekslusi, status tidak ditemukan adalah 58 pasien. Kriteria ekslusi, tidak memakai antibiotika setelah uji karena meninggal dunia sebanyak 72 kasus, sehingga diperoleh total subjek sebanyak 75 pasien. Berdasarkan hal ini diperoleh 41 pasien yang menggunakan antibiotika efektif dan 34 pasien yang menggunakan antibiotika tidak efektif. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 2. Hari rawat pasien yang menggunakan antibiotika tidak efektif lebih lama dibandingkan pasien yang menggunakan antibiotika efektif. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 3. Variabel yang telah dianalisis dengan bivariat yang bisa dimasukkan ke dalam analisis multivariat adalah Tabel 2. Distribusi pemakaian antibiotika di ruang ICU Antibiotika n Persentase Tidak efektif 34 45 Efektif 41 55 Tabel 3. Rata-rata hari rawat pasien yang menggunakan antibiotika Antibiotika Jumlah Rata-rata Sampel (n) hari rawat Tidak efektif 34 40 Efektif 41 32

24 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 variabel dengan nilai p < 0,25 atau walaupun p > 0,25 bila secara substansi medis diperlukan maka variabel tersebut tetap dimasukkan kedalam analisis ini. Variabel tersebut antara lain pekerjaan, penyakit penyerta, tindakan operasi, pemakaian ventilator dan jumlah leukosit. Berdasarkan analisis multivariat seperti terlihat pada Tabel 4 dapat dibuat pernyataan sebagai berikut: Bila dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja maka pasien yang bekerja mempunyai resiko menggunakan antibiotika tidak efektif 0,25 kali lebih kecil, dengan rentang nilai CI 0,09 0,71. Besarnya resiko tersebut telah disesuaikan dengan faktor penyakit penyerta, tindakan operasi, pemakaian ventilator dan jumlah lekosit. Bila dibandingkan dengan pasien yang tidak ada penyakit penyerta maka pasien yang ada penyakit penyerta mempunyai resiko menggunakan antibiotika tidak efektif 0,84 kali lebih kecil, dengan rentang nilai CI 0,28 2,51. Besarnya resiko ini sudah disesuaikan dengan faktor pekerjaan, tindakan operasi, pemakaian ventilator dan jumlah lekosit. Tabel 4. Hasil akhir beberapa dugaan faktor resiko kasus kontrol Kasus Kontrol Antibiotika Antibiotika Rasio Rasio 95% Nilai resisten sensitif odds odds interval ( N = 34 ) ( N = 41 ) kasar suaian keper- p N % n % cayaan Pekerjaan bekerja 26 76,47 18 43,90 1,00 1,00 - Bekerja 8 23,53 23 56,10 0,24 0,25 0,09 0,71 0,01 Penyakit penyerta ada 10 29,41 11 26,83 1,00 1,00 - Ada 24 70,59 30 73,17 0,88 0,84 0,28-2,51 0,80 Tindakan operasi ada 11 32,35 15 36,59 1,00 1,00 - Ada 23 67,65 26 63,41 1,21 1,03 0,36-2,97 0,70 Pemakaian ventilator ada 25 73,53 26 63,41 1,00 1,00 - Ada 9 26,47 15 36,59 0,59 0,67 0,2 1,99 0,29 Lekosit - 4.000-10.000 /μl 13 38,24 11 26,38 1,00 1,00 - >10.000 /μl 21 61,76 30 73,17 0,59 0,83 0,28-2,49 0,75 Bila dibandingkan dengan pasien tanpa tindakan operasi maka pasien dengan tindakan operasi mempunyai resiko menggunakan antibiotika tidak efektif 1,03 kali lebih besar dengan rentang nilai CI 0,36 2,97. Besarnya kemungkinan tersebut telah disesuaikan dengan adanya faktor pekerjaan, penyakit penyerta, pemakaian ventilator dan jumlah lekosit. Bila dibandingkan pasien yang tidak memakai ventilator maka pasien yang memakai ventilator mempunyai resiko menggunakan antibiotika tidak efektif 0,67 kali lebih kecil dengan rentang nilai CI 0,2 1,99. Besarnya resiko ini sudah disesuaikan dengan faktor pekerjaan, penyakit penyerta, tindakan operasi dan jumlah lekosit. Bila dibandingkan pasien dengan jumlah lekosit 4000 10.000 / μl maka pasien dengan jumlah lekosit > 10.000/ μl mempunyai resiko menggunakan antibiotika tidak efektif sebesar 0,83 kali lebih kecil, dengan rentang nilai CI 0,28 2,49. Besarnya kemungkinan ini sudah disesuaikan dengan faktor pekerjaan, penyakit penyerta, tindakan operasi dan pemakaian ventilator. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada kasus kontrol, yang dianalisis adalah pekerjaan, penyakit penyerta, tindakan operasi, pemakaian ventilator dan lekosit. Power untuk faktor pekerjaan 74 %, lekosit 12 %, pemakaian ventilator 11 %, tindakan operasi 4 % dan penyakit penyerta 2 %. Jumlah seluruh pasien yang diambil sebagai kasus adalah 34 pasien dan sebagai kontrol 41 pasien. Untuk penelitian kasus kontrol jumlah sampel ini sangat tidak memadai. Hal ini disebabkan karena diantara pasienpasien yang telah memenuhi syarat sebagai sampel banyak yang meninggal dunia sebelum penggunaan antibiotika disesuaikan dengan uji kepekaan, oleh karena itu maka peneliti mengambil semua sampel yang ada dalam kurun waktu penelitian tetapi tetap dilakukan analisis statistika seperti pada kasus kontrol. Pada penelitian ini diketahui bahwa pasien yang menggunakan antibiotika tidak efektif sebanyak 34 pasien dan yang sensitif 41 pasien, artinya dokter tidak menyesuaikan penggunaan antibiotika terhadap 34 pasien tersebut. Hal ini disebabkan karena pasien kurang mampu menebus obat dimana harga obat tersebut sangat mahal. Bila kondisi ini terjadi, diusahakan oleh staf ruang rawat semaksimal mungkin untuk memotivasi pihak keluarga agar menyediakan obat, sementara itu antibiotika tidak efektif tetap digunakan. Hal lain yang menyebabkan keterlambatan penyesuaian antibiotika ini terutama untuk pasien dengan jaminan Askes dan Jamsostek dimana pasien ini harus diberikan obat sesuai dengan standar Askes (Asuransi Kesehatan)/

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 25 Tabel 5. Power Analisis Power Persentase Pekerjaan 74 Leukosit 12 Ventilator 11 Operasi 4 Penyakit penyerta 2 Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), tetapi ada suatu kondisi dimana dokter ruang rawat intensif boleh memberikan obat diluar standar tersebut jika hasil pengujian klinis mendukung bahwa pasien dalam kondisi klinis yang buruk dan memerlukan obat yang tidak tercantum dalam standar yang sudah ditentukan. Bila uji kepekaan sudah diperoleh antibiotika harus disesuaikan dengan pola kepekaan serta obat yang dipilih yang masih peka tetapi ada dalam daftar tersebut. Keadaan ini menyebabkan antibiotika tidak efektif tetap digunakan bila antibiotika yang efektif tidak terdapat dalam standar tersebut. Faktor resiko yang terbukti mempengaruhi penggunaan antibiotika tidak efektif yang secara statistika sangat bermakna adalah pekerjaan. Keadaan ini mungkin disebabkan karena pekerjaan pasien akan mempengaruhi tingkat sosial ekonomi dan tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi daya beli serta mempengaruhi pola penggunaan antibiotika, tetapi kebermaknaan variabel ini hanya pembuktian secara statistika saja, bila ditinjau dari aspek klinik hal ini tidak memberikan makna secara klinik. Tindakan operasi, penyakit penyerta, pemakaian ventilator, jumlah leukosit besar dari normal, menurut Noer 2 dan Dipiro 5 bahwa faktor-faktor ini berpeluang sebagai faktor resiko, dalam penelitian ini tidak terbukti. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel tidak memadai. Namun bila ditinjau dari tingkat keparahan pasien yang dapat dilihat dari data hasil uji laboratorium, walaupun tidak bermakna secara statistika tetapi kecenderungannya dapat diperkirakan. Secara klinis diperlukan bila seorang pasien dengan kadar hemoglobin, hematokrit lebih kecil dari normal maka pasien ini dapat dinyatakan menderita anemia disebabkan depresi sumsum tulang. Hal ini akan menurunkan daya tahan tubuh pasien. Bila diberikan antibiotika yang sensitif, ada kemungkinan antibiotika tersebut menjadi resisten. Berdasarkan hal ini dapat diperkirakan bagaimana jika seorang pasien diberikan antibiotika resisten. Jadi dapat dikemukakan bahwa penggunaan antibiotika dilaksanakan harus benar-benar rasional. Tingkat keparahan pasien dapat juga dihubungkan dengan hari rawat. Penelitian ini menemukan hari rawat pasien yang diberi antibiotika tidak efektif secara rata-rata lebih lama dari hari rawat pasien yang diberi antibiotika efektif, walaupun tidak bermakna secara statistika. Menurut WHO 1, pemberian antibiotika resisten dapat memperlama hari rawat, hal ini akan merugikan pasien secara ekonomi. Pasien dengan tindakan operasi, penyakit penyerta, menggunakan ventilator dengan tingkat keparahan berat, dapat diperkirakan jika pasien ini diberikan antibiotika tidak efektif, tentu akan mempunyai hari rawat yang lebih lama bahkan dapat meyebabkan kematian. Menurut bahwa tugas seorang farmasis klinik di rumah sakit adalah mengevaluasi penggunaan obat, memberikan informasi tentang penggunaan obat yang rasional baik kepada sejawat dokter maupun kepada pasien. Sejawat dokter dapat diinformasikan, disebabkan antibiotika tidak efektif sangat membahayakan pasien, jika terdapat penggunaan antibiotika, tidak dapat disesuaikan dengan pola kepekaan sebaiknya penggunaan antibiotika tidak efektif tersebut dihentikan, sebab akan memperparah pasien. Pasien dapat diberikan informasi tentang bahaya penggunaan antibiotika tidak efektif, jika tetap digunakan dapat menimbulkan hal yang tidak diinginkan, serta segeralah menyediakan antibiotika yang dianjurkan. Pada penelitian ini hanya faktor pekerjaan saja yang merupakan faktor resiko, maka disini dilakukan analisis power karena sampel minimal tidak dapat dipenuhi dan agar kemaknaan dapat dicapai. Tetapi ternyata setelah dilakukan analisis power ini ditemukan power untuk faktor pekerjaan 74,0 %, lekosit 12,0 %, pemakaian ventilator 11,0 %, tindakan operasi 4,0 % dan penyakit penyerta 2,0 %. 4. Kesimpulan Faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan, dimana pasien bekerja terlindungi dari penggunaan antibiotika tidak efektif sebesar 0,25 kali atau 75 % lebih rendah. Daftar Acuan 1. World Health Organization. WHO Global Strategy for Containment of Antimicrobial Resistence. World Health Organization, 2001: 1 55. 2. Noer S, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996: 531-542. 3. World Health Organization. The Rational Use Drugs. World Health Organization, 1987: 1-5

26 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 1, JUNI 2004: 21-26 4. Reed SD, Laxminarayan R, Black DJ, Sullivan SD. Economic Issue and Antibiotic Resistance in the Community. The Annals of Pharmacotherapy 2002; 36: 148-154. 5. Di Piro JT, Talbert, RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG, Posey LM. Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach. Connecticut: Appleton & Lange, 1997: 2387-2399.