Sindrom nefrotik adalah suatu konstelasi temuan klinis, sbg hasil dari keluarnya protein melalui ginjal secara masif.

dokumen-dokumen yang mirip
17/02/2016. Rabu, 17 Februari

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) adalah salah satu klasifikasi

Yayan Akhyar Israr, S. Ked

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

2. Primer/idiopatik: SN yang berhubungan dengan penyakit glomerular, tidak diketahui sebabnya, tidak menyertai penyakit sistemik

BAB I PENDAHULUAN. nefrotik yang tidak mencapai remisi atau perbaikan pada pengobatan prednison

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

BAB 2. Terdapat beberapa definisi/batasan yang dipakai pada Sindrom Nefrotik, antara lain 1 :

PATOFISIOLOGI SINDROM NEFROTIK

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

Gagal Ginjal Kronis. 1. Apa itu Gagal Ginjal Kronis?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proteinuria masif (lebih dari 3,5 gram/hari pada dewasa atau 40 mg/ m 2 / hari pada

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

Beberapa Gejala Pada Penyakit Ginjal Anak. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a IKA FK UWK

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SINDROM NEFROTIK

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Preeklampsia dan Eklampsia

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

SIROSIS HEPATIS R E J O

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

PENDAHULUAN. Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek yang harus diidentifikasi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

TATALAKSANA MALARIA. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

Gagal Ginjal Akut pada bayi dan anak

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB II TINJAUAN TEORI. Sindroma Nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Insiden sindrom nefrotik pada masa kanak-kanak dilaporkan dua

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

Ns. Sunardi, M.Kep.,Sp.KMB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Munro, dkk (1987), older elderly: tahun -.85 tahun M. Alwi Dahlan : -. > 60 tahun Gerontologi ilmu yang mempelajari tetang proses penuaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Diabetes Mellitus Type II

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci dari kehidupan, kesehatan adalah milik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN GANGGUAN SISTEM NEFROLOGI : SINDROMA NEFROTIK DI RUANG MINA RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB 1: CATATAN RIWAYAT PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB V KESIMPULAN. Diajukan pada Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA FK-UGM Yogyakarta 1

DISTRIBUSI GEJALA KLINIK PENDERITA SINDROM NEFROTIK BERDASARKAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI DI RSUP DR.KARIADI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

Transkripsi:

Sindroma Nefrotik

Definisi : Dikenal dg istilah nephrosis, yakni suatu kondisi yg ditandai adanya proteinuria dgn nilai dlm kisaran nefrotik, hiperlipidemia & hipoalbuminuria. Pada orang dewasa, proteinuria dlm nilai kisaran nefrotik, ditandai eksresi protein sebesar 3,5 gram atau lebih per hari.

Sindrom nefrotik adalah suatu konstelasi temuan klinis, sbg hasil dari keluarnya protein melalui ginjal secara masif. Karenanya SN bukan penyakit, tapi manifestasi berbagai penyakit glomerular berbeda. Penyakit-penyakit ini bisa bersifat akut & menetap, seperti glomerulonefritis pasca infeksi /penyakit kronis dan progresif, seperti focal segmental glomerulosclerosis (FSGS)

Proteinuria pada anak-anak adalah eksresi protein lebih dari 40 mg/m2/jam. Karena pengumpulan urin 24 jam tidak bisa diandalkan & menjadi beban, terutama pd anak-anak yg berusia sangat muda. Untuk menghitung eksresi protein dgn rasio protein/kreatinin. Rasio protein/kreatinin lebih dari 2-3 mg/m2 mengindikasikan proteinuria kisaran nefrotik dan disetarakan dgn hasil pengumpulan urin 24 jam.

Etiologi Menurut Ngastiyah (2005) : sebab penyakit sindrom nefrotik yg pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sbg suatu penyakit autoimun yaitu merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.

Macam SN berdasarkan etiologi 1. SN bawaan 2. SN sekunder 3. SN primer/ Idiopatik

1. SN bawaan Diturunkan sbg resesif autosomal/ krn reaksi maternofetal. Gejalanya : edema pd masa neonatus. SN jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yg bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pd masa neonatus namun tdk berhasil. Prognosis buruk & biasanya penderita meninggal dlm bulan-bulan pertama kehidupannya.

2. SN sekunder Muncul sbg akibat dari suatu penyakit sistemik/sbg akibat dari berbagai sebab yg nyata seperti misalnya efek samping obat. Penyebab yg sering dijumpai adalah: Malaria kuartana atau parasit lain. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid. Glumeronefritis akut /glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa, logam berat(hg) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.

3. SN Primer/ Idiopatik Dikatakan sindrom nefrotik primer oleh karena sindrom ini secara primer terjadi akibat kelainan pd glomerulus itu sendiri tanpa ada penyebab lain. Golongan ini paling sering dijumpai pd anak (wirya, 2002).

Klinis : Edema sering ditemukan dimulai dari wajah dan kelopak mata pada pagi hari kemudian menghilang, digantikan oleh edema di daerah pretibial pd sore hari. Seiring waktu, edema semakin meluas, dgn pembentukan asites, efusi pleura, & edema genital. Anorexia, irirabilitas, nyeri perut,& diare sering terjadi.

Klinis Hipertensi & hematuria jarang ditemukan. Differensial dx utk anak dgn edema adalah penyakit hati, penyakit jantung congenital, glomerulonefritis akut /kronis, dan malnutrisi protein.

Pasien sangat rentan terhadap infeksi sekunder. Selama beberapa minggu mungkin terdapat hematuris, azotemia dan hipertensi ringan. Sering timbul efusi serosa (transudat) & asites kadang-kadang muncul tanpa edema menyeluruh, terutama terjadi pada anak kecil & bayi karena jaringannya lebih resisten terhadap pembentukan edema intersisial.

Kadang disertai dg diare yg diduga akibat edema pada usus. Nafsu makan akan sangat menurun dan sangat erat hubungannya dg beratnya edema. Pada abdomen yg mengalami distensi akan mengganggu pernapasan anak, terutama bila disertai dg efusi pleura. Tekanan darah sangat bervariasi bergantung pada penyakit primernya (Ngastiyah,2005).

Pemeriksaan laboratorium Produksi urin berkurang, berat jenis urine meninggi, adanya proteinuria terutama albumin, diperkirakan sekitar > 50 mg/kg/hari. Hematuria yg dpt timbul intermiten. Urin mengandung torak hialin, epitel sel tubulus, torak granuler dan titik-titik lemak. Kimia darah menunjukkan hipoalbuminemia. Kadar globulin normal/ meninggi. Hiperkolestrolemia & kadar fibrinogen meninggi. Pada pemeriksaan darah rutin kadang dijumpai anemia normositik normokromik tetapi jumlah sel darah merah umumnya normal.

Pemeriksaan laboratorium Kadar protein total menurun dibawah normal (<7 g/dl), terutama albumin akan menurun < 3 mg/dl. Konsentrasi kolesterol plasma total, LDL dan VLDL akan meningkat dengan HDL normal. Konsentrasi ureum & kreatinin plasma biasanya normal tetapi dpt mengalami sedikit peningkatan krn adanya hipovolemia. Kadar elektrolit plasma dpt normal meski kadang dijumpai hiponatremia. Pada 10% kasus terdapat defisiensi factor IX. Laju endap darah meninggi. Kadar kalsium darah sering rendah pada keadaan lanjut, g terdapat glukosuria tanpa hiperglikemia (Ngastiyah,2005).

Pemeriksaan penunjang 1. Laboratorium 1. Urin 2. darah 2. Biopsi ginjal

Penatalaksanaan medis Istirahat sampai edema tinggal sedikit, aktivitas disesuaikan dgn kemampuan pasien. Diet protein normal sesuai dgn RDA (Recommended Daily Allowances) yaitu 2 g/kg BB/hari. Mencegah infeksi, harus diperiksa kemungkinan anak menderita TBC. Diuretik Kortikosteroid.

Penatalaksanaan medis Antibiotic hanya diberikan bila ada infeksi Pungsi asites, pungsi hidrototaks dilakukan bila ada indikasi vital. Jika ada gagal jantung diberikan digitalis. Pasien rawat jalan pemeriksaan fisik dilakukan dgn menimbang BB, mengukur TB, TD, dan pemeriksaan tanda-tanda lainnya Pemeriksaan penunjang yg harus dievaluasi adalah urin rutin, darah tepi, kadar urin serta kreatinin datah 3-6 bulan sekali tergantung situasi.

Penatalaksanaan keperawatan Edema yang berat 1. Pasien SN dg edema anasarka perlu istirahat di tempat tidur karena keadaan edema yg berat menyebabkan pasien kehilangan kemampuannya utk bergerak. Selama edema masih berat semua keperluan harus ditolong di atas tempat tidur. 2. Baringkan pasien setengah duduk, karena adanya cairan di dlm rongga toraks akan menyebabkan pasien sesak napas. 3. Berikan alas bantal pd kedua kakinya sampai pd tumit (bantal diletakkan memanjang; karena jika bantal melintang bagian ujung kaki akan lebih rendah & menyebabkan edema lebih berat). 4. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal di bawah skrotum utk mencegah pembengkakan skrotum.

Diet Protein 1,2-2,0 g/kgbb/hari & cukup kalori yaitu 35 kcal/kg/hari serta rendah garam (1 g/hari). Bentuk makanan disesuaikan dgn keadaan penderita, dpt makanan biasa/ lunak. Jangan diberikan makanan yg keras karena penderita malas makan.

Komplikasi 1. Infeksi 2. Hiperlipidemia pd SN relaps atau resisten steroid terjadi peningkatan kadar kolesterol LDL dan VLDL, triliserida, dan lipoprotein kadar kolesterol HDL menurun atau normal. Zat-zat tersebut bersifat aterogenik dan trombogenik. Pada sindrom nefrotik sensitive steroid, karena peningkatan zat-zat tersebut bersifat sementara, cukup dengan pengurangan diit lemak

Komplikasi 3. Hipokalsemia terjadi karena: penggunaan steroid jangka panjang yg menimbulkan osteoporosis dan osteopenia & kebocoran metabolit vitamin D oleh karena itu pada sindrom nefrotik relaps sering & sindrom nefrotik resisten steroid dianjurkan pemberian suplementasi kalsium 500 mg/hari dan vitamin D. bila telah terjadi tetani, diobati dg kalsium glukonas 50mg/kgBB intravena 4. Hipovolemia krn pemberian diuretic yg berlebihan/ dlm keadaan SN relaps dgn gejala hipotensi, takikardia, ekstrimitas dingin & sering disertai sakit perut.

Nursing Problem Penurunan volume intravascular (syok hipovolemik) Kemampuan koagulasi yg berlebihan (thrombosis vena) Gangguan pernafasan (yg berhubungan dgn retensi cairan & distensi abdomen) Kerusakan kulit (dari edema berat, penyembuhan buruk) Efek samping terapi steroid yg tidak diinginkan Gagal tumbuh & keletihan otot (jangka panjang; defisiensi factor koagulasi IX, XI, dan XII dan penurunan kadar vitamin D serum