PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

Disusun oleh: AYUNINGTYAS SITADESI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANFAAT METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK ATHETOID HEMIPLEGI DEXTRA DI PNTC KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

LAPORAN STATUS KLINIK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC ATHETOID QUADRIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

LAMPIRAN DATA STATISTIKA. Statistics. Nilai GMFM Sesudah. Nilai GMFM selisih

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI TIPE EKSTENSI DI YAYASAN SAYAB IBU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

Naskah Publikasi. Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

Disusunoleh : WIWIT JATMIKO J

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau dewasa. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil

DIPLEGI. Diajukan. Jurusan Fisioterapi. Oleh : DYAH PUTRIANI J FAKULTAS

FARDHANA ADI SUSILO J

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT ( NDT) DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI ATAKSIA DI PEDIATRIC NEURODEVELOPMENTAL THERAPY CENTRE (PNTC) KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

PENATALAKSANAAN NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGIA DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENGARUH NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) DAN MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

PENGARUH TUMMY TIME EXERCISE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA MINGGU

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karina Eka Ratnasari, Nur Susanti Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan

PENGARUH NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT TERHADAP KEMAMPUAN GROSS MOTOR BERDIRI ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

PENGARUH HARMONISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI PASIEN PASCA STROKE

UKDW BAB Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. pengoptimalan tumbuh kembang bayi, motor control, motor learning, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

Oleh: RADEN RORO AYU BUDI PITARI J

Lampiran 1 Informed Consent PERSETUJUAN TINDAKAN FISIOTERAPI DAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

PENGARUH LOMPAT TALI (ROPE JUMP) TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DI SDN LOSARI 153 SURAKARTA

PELAKSANAAN NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY DIPLEGI TYPE SPASTIK DI PNTC KARANGANYAR PUBLIKASI ILMIAH

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

PENATALAKSANAAN BOBATH EXERCISE PADA KONDISI CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU YOGYAKARTA

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu/quasy eksperimental dengan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY MONOPLEGI UPPER EXTREMITY SINISTRA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT SURAKARTA

Pengaruh Latihan Penguatan Duduk-Berdiri dengan Periodisasi terhadap Gross Motor Function Measure Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

ALMAS AWANIS J

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

PENGARUH BABY SOLUS PER AQUA (SPA) TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR BAYI USIA 6 9 BULAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI UNTUK PENDERITA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI DI PNTC KARANGANYAR

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH PERAN KELUARGA DALAM PRAKTIK MOBILISASI PASIEN PASCA STROKE

LAMPIRAN 1 JUDUL PENELITIAN HUBUNGAN LETAK LESI INSULA DENGAN FUNGSI MOTORIK PADA PASIEN STROKE ISKEMIK INSTANSI PELAKSANA : RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia, 2015). Seperti artinya membopong atau memanggul,

Studi Pengaruh Desain Peralatan Postural pada Efisiensi Aktivitas dan Kestabilan Postur Pada Anak dengan Cerebral palsy

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Usia : Test Lokomotor Skill Kriteria Penilaian Percobaan 1 Percobaan 2 Skor

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DELAY DEVELOPMENT DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY DI RS. Dr. RAMELAN SURABAYA

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL PALSY DIPLEGI SUSPECT AUTISM ET CAUSA HYDROCEPHALUS DI YAYASAN PENDIDIKAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

PENATALAKSANAAN MOTOR RELEARNING PROGRAME PADA PASIEN PASCA STROKE NON HAEMORRAGE SINISTRA STADIUM RECOVERY RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan di masa

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : SRI DALILLA J 120 110 064 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI Sri Dalilla J120110064 Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 ABSTRAK Latar Belakang: Cerebral palsy spastik diplegi merupakan suatu gangguan gerak dan postur akibat kerusakan pada otak. Pada anak cerebral palsy spastik diplegi salah satu kemampuan fungsional yang terhambat adalah motorik kasar yaitu duduk. Untuk membantu meningkatkan fungsional duduk selain datang ke fisioterapi orangtua juga harus berperan aktif dengan menjalankan home program yang telah diberikan. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan desaian deskriptif kualitatif dengan metode singel case riset. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik analisa data dibuat dalam bentuk deskripsi hasil kemampuan fungsional yang di ukur dengan menggunakan Gross Motor Function Measure (GMFM) dimensi duduk dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil Penelitian: Analisa data dalam bentuk deskripsi didapatkan bahwa ada pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Kesimpulan: Secara deskripsi disimpulkan bahwa ada pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Kata Kunci: Home program, kemampuan fungsional duduk, cerebral palsy spastik diplegi.

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI Sri Dalilla J120110064 Prodi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp. (0271) 717417 Surakarta 57102 ABSTRAK Latar Belakang: Cerebral palsy spastik diplegi merupakan suatu gangguan gerak dan postur akibat kerusakan pada otak. Pada anak cerebral palsy spastik diplegi salah satu kemampuan fungsional yang terhambat adalah motorik kasar yaitu duduk. Untuk membantu meningkatkan fungsional duduk selain datang ke fisioterapi orangtua juga harus berperan aktif dengan menjalankan home program yang telah diberikan. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Manfaat Penelitian: Dapat mengetahui pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan desaian deskriptif kualitatif dengan metode singel case riset. Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sampel dipilih dari populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik analisa data dibuat dalam bentuk deskripsi hasil kemampuan fungsional yang di ukur dengan menggunakan Gross Motor Function Measure (GMFM) dimensi duduk dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil Penelitian: Analisa data dalam bentuk deskripsi didapatkan bahwa ada pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Kesimpulan: Secara deskripsi disimpulkan bahwa ada pengaruh home program dengan peningkatan gross motor function duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. Kata Kunci: Home program, kemampuan fungsional duduk, cerebral palsy spastik diplegi.

ABSTRACT Background of the research : Diplegi Spastic Cerebral Palsy is a disorder of movement and posture due to brain damage. One of the hampered functional ability of children with diplegi spastic cerebral palsy is gross motor that sits. To help increase functional sitting besides coming to physiotherapy, parent should have an active role by running home program that have been given. Purpose of the research: To determine the influence of the home program with increased gross motors function sitting on children with diplegi spastic cerebral palsy. Benefit of the research: Could determine the influence of the home program with increased gross motors function sitting on children with diplegi spastic cerebral palsy. Research method: The kind of research is using qualitative descriptive with single case riset method. The sampling method that used in this research is purposive sampling, the sample selected from the population based on inclusion and exclusion criteria. Data analysis technique was made in the form of a description of the results of functional ability is measured by using the Gross Motor Function Measure ( GMFM ) dimensions were seated and presented in graphical form. Result : Analysis of the data in the form of descriptions found that there is the influence of the home program with a gross increase of motor function sitting on children with spastic cerebral palsy diplegi. Conclusion: In the description concluded that there is influence of the home program with a gross increase of motor function in children sit diplegi spastic cerebral palsy. Keywords : Home program, sitting functional ability, diplegi spastic cerebral palsy.

PENDAHULUAN Proses pertumbuhan dan perkembangan tidak luput dari integrasi di dalam otak. Pada anak dengan gangguan otak akan terdapat permasalahan yang menghambat anak untuk mengikuti proses pertumbuhan seperti anak normal. Menurut Hinchcliffe (2007), di negara maju terdapat > 1/1.000 kelahiran dengan cerebral palsy dan di negara dengan pelayan medis yang kurang terdapat > 1/300 kelahiran dengan cerebral palsy. Menurut Soetjiningsih (2014), semakin cepat anak dengan cerebral palsy mampu untuk duduk maka akan semakin bagus untuk perkembangan motoriknya. Sebagian besar orang tua masih belum terlalu memahami apa itu cerebral palsy dan bagaimana cara menanganinya. Peran fisioterapi sangat penting dalam meningkatkan fungsional anak dengan memberikan latihan-latihan sesuai dengan kebutuhan anak, namun peran serta orang tua juga sangat penting karena waktu bersama orang tua lebih banyak daripada waktu saat bersama fisioterapi. Selain dengan latihan di tempat terapi fisioterapi juga memberikan home program dimana diharapkan dapat membantu meningkatkan fungsional anak. Orang tua harus berperan aktif ketika berada dirumah dalam melaksanakan home program yang berupa latihan dan harus terus mengulanginya. Pemberian latihan dipengaruhi oleh perilaku orang tua yang terbentuk oleh 3 faktor yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga apa yang orang tua berikan menjadi optimal (Notoatmodjo, 2014). Penelitian Misdalia dkk (2012), hasilnya menunjukkan bahwa dalam waktu 7 minggu dan frekuensi seminggu 3

kali dengan melakukan pengulangan latihan secara terus menerus akan meningkatkan fungsional anak dengan cerebral palsy spastik diplegi. LANDASAN TEORI Cerebral palsy adalah gangguan gerak dan postural akibat kerusakan otak yang terjadi sebelum, selama atau sesudah lahir dan menyebabkan anak memiliki koordinasi yang buruk, keseimbangan yang buruk dan pola gerak abnormal dapat mempengaruhi fungsionalnya (Berker dan Yalcin, 2010). Cerebral palsy dapat di klasifikasikan berdasarkan kerusakan gerak menjadi empat yaitu: spastik, athetoid, ataksia dan campuran. Cerebral palsy tipe spastik adalah kelainan dengan tonus otot yang tinggi yang disebabkan oleh kerusakan otak bagian cortex cerebrum (Hinchcliffe, 2007). Berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena cerebral palsy dibagi menjadi lima yaitu: monoplegi, diplegi, triplegi, quadriplegi dan hemiplegi. Cerebral palsy diplegia adalah kelainan yang mengenai ekstremitas atas dan estremitas bawah, namun ekstremitas bawah selalu lebih berat dibandingkan dengan ekstremitas atas (Miller dan Barchrach, 2006). Menurut Saputri (2013), cerebral palsy spastik diplegi adalah cerebral palsy dengan tonus otot yang tinggi dan terdapat keterbatasan pada keempat ekstremitas, namun ekstremitas bawah lebih berat dari ekstremitas atas. Menurut Berker dan Yalcin (2010), hampir 50% anak dengan diplegi memiliki spastisitas, gangguan keseimbangan dan koordinasi ini biasanya disebabkan oleh prematuritas.

Pada anak cerebral palsy spastik diplegi menimbulkan gangguan pada fungsi motorik berupa kelemahan dan gerakan tidak terkontrol. Menurut Miller dan Bachrach (2006), perkembangan neurologis dan fungsional anak cerebral palsy akan terganggu dalam tingkat yang berbeda-beda. Gangguan fungsionalnya, yaitu gangguan untuk transfer, gangguan keseimbangan duduk, kesulitan dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari dan gangguan berjalan. Duduk merupakan salah satu dari gerakan fungsional yang sering kita lakukan. Pada anak cerebral palsy gerakan tersebut akan sulit untuk dilakukan karena, postur tubuh yang tidak simetris. Gerakan duduk membutuhkan otot-otot ekstensor batang tubuh, panggul, lutut dan plantar fleksor pergelangan kaki. Dimana pada anak cerebral palsy otot-otot tersebut mengalami spastisitas sehingga susah untuk digerakan ke posisi duduk. Home program merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di rumah berupa tugas atau latihan. Menurut Hinchcliffe (2007), dalam membuat home program fisioterapi harus berdiskusi dengan keluarga agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bentuk bentuk latihan yang diberikan dalam home program yaitu : 1. Latihan aktifitas dasar, yaitu berupa mobilisasi. Mobilisasi merupakan latihan yang diberikan baik pasif maupun aktif ke seluruh luas gerak tubuh ( fleksi, ekstensi, side fleksi dan rotasi) dengan tujuan untuk memperbaiki kontraksi otot-otot dan untuk memperoleh fleksibilitas dari otot yang diharapkan dapat memperbaiki postur pada kondisi CP spastik diplegi yang cenderung kifosis. Pada akhir gerakan pasif dapat disertai dengan

pemberian stretching ( penugluran jaringan ) dan elongasi (pemanjangan ke arah atas). 2. Latihan aktifitas fungsional, yaitu anak diposisikan duduk tegak dengan kaki menyilang didepan kemudian kedua tangan diletakkan didepan sebagai tumpuan badannya kemudian tahan selama mungkin. 3. Latihan gerak aktif dengan pendekatan bermain. Anak tetap pada posisi duduk namun anak diberikan mainan dalam posisi 45 dan 90 disamping kanan dan kiri dan di depan agar lebih mau untuk aktif ketika duduk. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan desaian penelitian dekskriptif kualitatif dengan metode penelitian single case riset. Penelitian ini akan dilakukan rumah masing masing responden. Adapun waktu penelitian dilakukan selama 3 minggu yaitu dari tanggal 11 Mei sampai 1 Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah anak anak yang bersekolah dan terapi di Yayasan Penyandang Anak Cacat Surakarta (YPAC) dengan jumlah 10 anak. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling dengan kriteria insklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen home ptogram terhadap variabel dependen yaitu peningkatan fungsional duduk menggunakan deskripsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Responden 1 Anak berjenis kelamin perempuan, lahir prematur di Sukoharjo pada tanggal 28 Mei 2003 dan terdiagnosa mengalami cerebral palsy spastik diplegi. Kondisi anak sudah mampu duduk sendiri di matras tanpa sandaran dan duduk sendiri di kursi tanpa sandaran namun tidak bisa bertahan lama. Anak mampu berambulasi dengan cara mengesot dan anak mampu untuk bersekolah. Dalam aktifitas sehari-hari seperti makan, minum, toilet dan lain-lain masih bergantung kepada orang tua. 2. Responden 2 Anak berjenis kelamin perempuan, lahir prematur di Surakarta pada tanggal 25 Juni 2002 dan terdiagnosa mengalami cerebral palsy spastik diplegi. Kondisi anak sudah mampu duduk sendiri di atas matras namun harus dengan sandaran. Anak mampu berambulasi dengan cara mengesot dan anak mampu bersekolah. Dalam aktifitas sehari-hari seperti makan, minum, toilet dan lain-lain masih memerlukan bantuan orangtua.

B. Hasil penelitian Responden 1 No Duduk Skor Pre Post 1 Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan diangkat 3 3 sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol kepala 2 Terlentang, berguling ke kanan, ke posisi duduk 1 1 3 Terlentang, berguling ke kiri, ke posisi duduk 1 1 4 Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, kepala di angkat 3 3 tegak, tahan 3 detik 5 Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis, angkat kepala 3 3 ke posisi setengah tegak, tahan 10 detik 6 Duduk di matras, lengan dipegang, tahan 5 detik 3 3 7 Dududk di matras, tahan, lengan rileks, 3 detik 3 3 8 Duduk di matras, mainan kecil di letakkan di depan, badan 3 3 membungkuk ke depan, menyentuh mainan, tegak kembali tanpa bantuan lengan 9 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 45 1 2 di sebelah kanan belakang, kembali ke posisi awal 10 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 45 1 2 di sebelah kiri belakang, kembali ke posisi awal 11 Duduk di sebelah kanan, tahan lengan rileks, 5 detik 2 2 12 Duduk di sebelah kiri, tahan lengan rileks, 5 detik 2 2 13 Duduk di mtras, membungkuk, menuju posisi tengkurap, 1 1 gerakan dikontrol 14 Duduk di matras kaki diletakkan di depan, ke posisi 4 poin ke 1 1 kanan 15 Duduk di matras, kaki di letakkan di depan, ke posisi 4 poin 1 1 ke kiri 16 Duduk di matras, berputar 90, tanpa bantuan lengan 0 0 17 Duduk di bangku, tahan, lengan dan kaki rileks, 10 detik 2 3 18 Berdiri, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0 19 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 1 20 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku besar 0 1 Total 31 36 Tabel 4.2 Hasil penilaian dimensi duduk pada responden 1 sebelum dan sesudah penelitian menggunakan GMFM. Sebelum : 31 x 100 = 51,66 % 60 Sesudah : 36 x 100 = 60 % 60

Responden 2 Duduk Skor No Pre Post 1 Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan diangkat 3 3 sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol kepala 2 Terlentang, berguling ke kanan, ke posisi duduk 1 1 3 Terlentang, berguling ke kiri, ke posisi duduk 1 1 4 Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, kepala di 3 3 angkat tegak, tahan 3 detik 5 Duduk di matras, leher di pegang oleh terapis, angkat kepala 3 3 ke posisi setengah tegak, tahan 10 detik 6 Duduk di matras, lengan dipegang, tahan 5 detik 2 3 7 Dududk di matras, tahan, lengan rileks, 3 detik 2 2 8 Duduk di matras, mainan kecil di letakkan di depan, badan 2 2 membungkuk ke depan, menyentuh mainan, tegak kembali tanpa bantuan lengan 9 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 1 2 45 di sebelah kanan belakang, kembali ke posisi awal 10 Duduk di matras, menyentuh mainan yang di letakkan 1 2 45 di sebelah kiri belakang, kembali ke posisi awal 11 Duduk di sebelah kanan, tahan lengan rileks, 5 detik 1 1 12 Duduk di sebelah kiri, tahan lengan rileks, 5 detik 1 1 13 Duduk di mtras, membungkuk, menuju posisi tengkurap, 0 0 gerakan dikontrol 14 Duduk di matras kaki diletakkan di depan, ke posisi 4 0 1 poin ke kanan 15 Duduk di matras, kaki di letakkan di depan, ke posisi 4 0 1 poin ke kiri 16 Duduk di matras, berputar 90, tanpa bantuan lengan 0 0 17 Duduk di bangku, tahan, lengan dan kaki rileks, 10 detik 0 0 18 Berdiri, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0 19 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku kecil 0 0 20 Di lantai, melakukan gerakan duduk di atas bangku besar 0 0 Total 21 26 Tabel 4.3 Hasil penelitian dimensi duduk pada responden 2 sebelum dan sesudah penelitian dengan menggunakan GMFM. Sebelum : 21 x 100 = 35 % 60 Sesudah : 26 x 100 = 43,33 % 60

Dari hasil tabel didapatkan bahwa nilai kemampuan fungsional duduk responden 1 lebih tinggi dibandingkan dengan responden 2. Perbadingan nilai keduanya tidak cukup jauh namum, jika dihitung besar peningkatan dari awal hingga akhir mempunyai nilai peningkatan presentase yang sama yaitu sebesar 8,34 % dan test yang mengalami peningkatan pun sama yaitu 5 test dimana 2 diantarnya sama dan 3 berbeda. PEMBAHASAN Dari kedua responden penelitian, di dapat bahwa fungsional duduk meningkat dari yang sudah bisa duduk tapi belum mandiri menjadi sudah bisa duduk mandiri namun masih membutuhkan bantuan penuh. Peningkatan fungsional duduk yang diberikan selama 3 minggu hanya meningkatkan beberapa test saja. Dalam artian bahwa hanya dengan 3 minggu saja sudah bisa terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan. Dalam hasil test GMFM yang telah dilakukan sebelum dan sesudah program pada kedua responden terlihat bahwa sama-sama 5 test yang meningkat dimana 2 test yang sama dan 3 test yang berbeda. Perbedaan test yang meningkat tersebut bisa di pengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah tingkat kognitif, keadaan lingkungan, tingkat kemampuan motorik kasar dan dukungan dari keluarga (Soetjiningsih, 2014). Home program yang telah diberikan dalam bentuk latihan mobilisasi, latihan aktifitas fungsional dan latihan gerak aktif dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan fungsional motorik kasar salah satunya adalah duduk. Latihan latihan tersebut bertujuan untuk menguantkan pelvik dan

memperbaiki postur dimana untuk duduk secara sempurna dibutuhkan postur tubuh yang seimbang dan pelvik yang kuat agar dapat bertahan saat duduk. Selain itu semakin sering anak mengalami pengulangan dalam latihan maka akan semakin cepat otak mengenali gerakan tersebut, sehingga anak akan terbiasa untuk melakukannya secara mandiri. Semua responden dalam penelitian ini mengalami peningkatan kemampuan fungsional duduk setelah mendapatkan home program yang berupa latihan aktifitas dasar, latihan aktifitas fungsional dan latihan gerak aktif dengan media mainan. Hal ini sesuai dengan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi latihan, dimana apabila itu dilalukan secara berulang-ulang dan diberikan oleh orang yang benar-benar memahami maksud dan tujuan dalam pemberian latihan maka akan menimbulkan mental practice bagi orang yang di beri latihan (Purwandari, 2008). Mental practice sendiri merupakan reproduksi internal dari suatu tindakan atau gerakan tertentu, yang apabila diulang secara terus-menerus dalam rangka mempromosikan atau mengenalkan atau juga untuk meningkatkan keterampilan motorik tertentu (Lacoboni dan Galasse, 2009). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori pada pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa home program berpengaruh

dengan peningkatan kemampuan fungsional duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua Orang tua sebaiknya lebih optimal dalam menjalankan home program agar anak bisa mendapatkan yang terbaik dalam perkembangan fungsionalnya dan anak lebih cepat untuk belajar mandiri. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan penelitian selanjutnya untuk perlu menambah jumlah responden dan mendapatkan berbagai model metode latihan home program dalam meningkatkan kemampuan funngsional duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi dan sebaiknya menggunakan cerebral palsy tipe yang lainya. DAFTAR PUSTAKA Berker N and Yalcin S. 2010. The Help Guide To Cerebral Palsy. 2nd ed. USA: Global Help Organization. Hinchcliffe A. 2007. Children with Cerebral Palsy: A Manual Therapists, Parents and Comunity Workers. 2nd ed. India: Sage Publication. Lacoboni dan Galasse. 2009. Imitation emphaty and mirror neurons. California: Brain Research Institute. Miller F. dan Bachrach S. 2006. Cerebral Palsy: A Complete Guide For Caregiving. 2nd ed. Baltimor: The Johns Hopkins University Perss.

Misdalia T, Maria M dan Ponpon I. 2012. Pengaruh Latihan Penguatan Duduk- Berdiri Dengan Periodisasi Terhadap Gross Motor Function Measure Dimensi D dan E Cerebral Palsy Spastik Diplegi. Jurnal Indon Med Assoc. Volume: 62. Nomor: 10. Oktober 2012: 397-401. Notoatmodjo S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Reka Cipta. Purwandari H. 2008. Kebijakan Pemerintah dalam Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Saputri Marjuliana. 2013. Pengaruh Neuro Development Treatment (NDT) Dan Mobilisasi Trunk Terhadap Penurunan Spastisitas Pada Cerebral Palsy Spastic Dipleg. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan. Soetjiningsih dan Ranuh G. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran.