Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

dokumen-dokumen yang mirip
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. saing yang tidak hanya di lingkup nasional tapi juga di lingkup global

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER SESUAI DENGAN PASAL 22 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 DAN PERATURAN KPPU NOMOR 2 TAHUN 2010

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

HUKUM PERSAINGAN USAHA

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

PEDOMAN PASAL 22. Tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT, PENGUASAAN PASAR DAN PERSEKONGKOLAN

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PENGADAAN BARANG DAN JASA OLEH PEMERINTAH TERKAIT DENGAN ADANYA LARANGAN PERSEKONGKOLAN TENDER DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

Draft DRAFT PEDOMAN PASAL 50 H TENTANG PENGECUALIAN USAHA KECIL UU NO. 5/1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB V PENUTUP. Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Proses pengadaan

DRAFT PEDOMAN PELAKSANAAN KETENTUAN PASAL 19 UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

PENEGAKAN HUKUM PERSEKONGKOLAN TENDER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT Pedoman Pelaksanaan Ketentuan Pasal 19 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

OLEH Prof Dr Jamal Wiwoho,SH MHum. TENDER 2 1

KEGIATAN YANG DILARANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Pada kenyataannya saat sekarang ini ekonomi pasar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di

MENETAPKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG KLASIFIKASI INFORMASI YANG DIKECUALIKAN

Persaingan Usaha Tidak Sehat merupakan peraturan perundang-undangan yang dibentuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB II TINJAUAN UMUM PERSEKONGKOLAN TENDER DAN PENDEKATAN HUKUMNYA

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2013, No.40 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENE

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

PEMERIKSAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH (PBJP)

Hukum Persaingan Usaha melindungi persaingan dan proses persaingan yang sehat,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BARANG DAN JASA NEGARA

PENGADAAN JASA KONSTRUKSI

PERAN KPPU DALAM MEMBANGUN KEMITRAAN USAHA YANG SEHAT DEDY SANI ARDI DIREKTUR PENGAWASAN KEMITRAAN

BAB III PENUTUP. 1. KPPU dalam melakukan penanganan perkara-perkara persekongkolan tender,

Oleh : Wiendia Suryana NRP : : MaksumTanubrata, Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

Sulit Berantas Kartel, KPPU Butuh Apa Lagi? Oleh: M. Nurfaik *

PEDOMAN PELAKSANAAN PASAL 8 (PENETAPAN HARGA JUAL KEMBALI) UU NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

JAWABAN SANGGAHAN ATAS PENGADAAN MAKAN DAN EXTRAFOODING DIKTUK BRIGADIR POLRI TA.2016 LANJUTAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Transkripsi:

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Pengantar Pasal 35 huruf (f): Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan UU No. 5/1999 2

Latar Belakang Pedoman Pedoman ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai larangan persekongkolan tender sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1999 dan memberikan gambaran berbagai contoh praktek persekongkolan tender 3

Tujuan Pembuatan Pedoman Untuk memperjelas pengertian persekongkolan dalam tender sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 serta menjabarkan persekongkolan dalam tender yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. 4

Cakupan Pedoman Bab I Latar Belakang Bab II Tujuan dan Pengaturan Bab III Pengertian dan Penjabaran Bab IV Perkembangan Bab V Yurisprudensi (Contoh Kasus) 5

Pengertian mengenai Tender Berdasarkan: Keppres No. 80 Tahun 2003 2003 tentang Pedoman Pelaksanan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (yang mencabut Keppres No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah) Kamus Hukum Undang-undang No. 5/1999 Praktek di lapangan 6

Pengertian mengenai Tender Keppres No. 80 Tahun 2003 Adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Kamus Hukum Adalah memborong pekerjaan/ menyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan. 7

Pengertian mengenai Tender Undang-undang No. 5/1999 Adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Praktek di lapangan Sama dengan LELANG 8

Pengertian mengenai Tender Dengan memperhatikan definisi di muka, pengertian tender mencakup tawaran mengajukan harga untuk: Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan; Mengadakan barang atau jasa; Membeli barang atau jasa; Menjual barang atau jasa. 9

Pengertian mengenai Persekongkolan Is a combination or confederacy between two or more persons formed for the purpose of committing, by their joint efforts, some unlawful or criminal act, or some act which is lawful in itself, but becomes unlawful when done by the concerted action of the conspirators, or for the purpose of using criminal or unlawful means to the commission of an act not in itself unlawful. (Black s Law Dictionary) 10

Pasal 22 Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat 11

Pelaku Usaha Setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 12

Bersekongkol Kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun untuk memenangkan peserta tender tertentu. 13

Pihak lain Para pihak yang terlibat dalam proses tender yakni pelaku usaha dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dalam proses tender tersebut. 14

Mengatur atau menentukan pemenang tender Suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya, dan/atau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. 15

Persaingan Usaha Tidak Sehat Persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. 16

Aturan Sanksi Sanksi Administratif, berupa: perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang terbukti menimbulkan praktek monopoli dan atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat (butir c); dan atau penetapan pembayaran ganti rugi (butir f); dan atau pengenaan denda serendahrendahnya Rp 1 miliar dan setinggi-tingginya Rp 25 miliar (butir g) 17

Jenis-jenis Persekongkolan Berdasarkan pihak yang terlibat: Horizontal (antar pelaku usaha) Vertikal (antara pelaku usaha dan pemilik/pemberi pekerjaan/panitia tender) Horizontal dan vertikal (antar semua pihak yang terlibat dalam tender) 18

Persekongkolan Horizontal 19

Persekongkolan Vertikal 20

Persekongkolan Horizontal dan Vertikal (1) 21

Persekongkolan Horizontal dan Vertikal (2) 22

Jenis-jenis Persekongkolan Berdasarkan perilaku: Melakukan pendekatan dan kesepakatan dengan instansi terkait/penyelenggara/panitia sebelum pelaksanaan tender mengenai berbagai hal yang dapat mengarah untuk memenangkan pelaku usaha tertentu. Melakukan pendekatan dan kesepakatan mengenai spesifikasi, merek, jumlah, tempat dan waktu penyerahan barang dan jasa yang akan ditenderkan. Melakukan pendekatan dan kesepakatan mengenai cara, tempat, waktu dan batasan pengumuman tender. Melakukan komunikasi atau berbagi informasi yang terkait dengan harga penawaran yang akan diajukan dalam tender. 23

Jenis-jenis Persekongkolan Memberi kesempatan secara eksklusif atau lebih oleh penyelenggara/panitia kepada pelaku usaha tertentu. Menciptakan persaingan semu. Melakukan penyesuaian penawaran antar pelaku usaha/ peserta tender. Melakukan pembagian kesempatan memenangkan tender diantara pelaku usaha/ peserta tender. Melakukan penyesuaian termasuk manipulasi persyaratan tender dan penawaran yang diterima untuk pelaku usaha/peserta tender tertentu. 24

Alasan pelaku usaha melakukan persekongkolan dalam tender Tujuan utama peserta tender dan atau pemberi pekerjaan melakukan persekongkolan adalah untuk memenangkan tender. Dengan adanya persekongkolan tersebut, pihak-pihak yang terlibat persekongkolan dapat memperoleh keuntungan, antara lain peningkatkan pendapatan, kepastian usaha bagi peserta tender yang bersekongkol dalam memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan, dan peningkatan kekuatan pasar bagi pelaku usaha yang bersekongkol dengan cara menghambat kegiatan usaha pesaingnya secara terus menerus. 25

Dampak Persekongkolan Tender Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal daripada yang sesungguhnya. Barang atau jasa yang diperoleh (baik dari sisi mutu, jumlah, dan waktu penyerahan ) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender dilakukan secara jujur. Hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh kesempatan untuk mengikuti/ memenangkan tender. Nilai tender menjadi lebih tinggi akibat mark-up yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol. Kemungkinan terjadinya pembagian kesempatan maupun wilayah kerja apabila terjadi pengaturan sesama maupun untuk para peserta tender. 26

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa terjadinya persekongkolan tender: Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha adalah: Tender yang bersifat tertutup/tidak transparan, tidak diumumkan secara luas melalui media cetak atau papan pengumuman resmi untuk penerangan umum atau media elektronik dalam jangka waktu pengumuman yang memadai; Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama; Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu. Tender dengan persyaratan merek tertentu 27

Tanda-tanda terjadinya persekongkolan dalam tender: Antara lain: Waktu pengumuman tender yang sangat terbatas Jumlah peserta tender yang lebih sedikit dari biasanya Para peserta tender memasukkan harga penawaran yang hampir sama Beberapa peserta tender secara konsisten memasukkan harga penawaran yang rendah dan memenangkan tender secara terus menerus di wilayah tertentu Pelaku usaha memenangkan tender cenderung berdasarkan giliran yang tetap 28

Tanda-tanda terjadinya persekongkolan dalam tender: Terdapat selisih harga yang besar antara harga yang diajukan pemenang tender dengan harga penawaran peserta lainnya, dengan alasan yang tidak wajar atau tidak dapat dijelaskan Peserta tender yang sama, dalam tender yang berbeda menawarkan harga yang berbeda untuk barang/jasa yang sama dibandingkan pada tender lainnya, tanpa alasan yang logis untuk menjelaskan perbedaan tersebut. 29

Penutup Dalam proses penegakkan hukum, pandangan dan putusan Komisi tetap didahulukan dan tidak hanya terbatas pada pedoman. 30

Jika ditemukan adanya dugaan persekongkolan dalam tender, laporan dapat disampaikan kepada: Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Republik Indonesia Jl. Ir. H. Juanda No. 36 Jakarta 10120 Telp. (021) 3507015/16/43 Fax. (021) 3507008 www.kppu.go.id Indentitas setiap pelapor akan dirahasiakan oleh KPPU..Terima Kasih.