KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Desa Bulila Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. PKBM Jabal Rahmah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam produktivitas, efektivitas

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. aspek hominisasi dan aspek humanisasi. Proses hominisasi adalah melihat manusia sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Kinerja Tutor Pada Pembelajaran Program Paket B di Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Studi tentang pengembangan model pelatihan berbasis kinerja

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang tumbuh sejak lebih dari 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan suatu aset sehingga perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan

BABI I'ENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peran penting

ISU-ISU PENDIDIKAN DIY Oleh Dr. Rochmat Wahab, MA

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

dan jumlah pesanan. Dalam pemasaran hasil produknya kurang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

Menumbuhkan Motivasi, Menggali Potensi yang Tersembunyi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 15 TAHUN 2005 TENTANG MELEK HURUF DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa erat hubungannya dengan

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang memiliki budi pekerti luhur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

Bab I. Pendahuluan. Anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga sebagai anak mandiri,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan karena dianggap sebagai alat pengubah taraf hidup manusia dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga

PENGARUH INSENTIF, TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HOTEL PELANGI MALANG)

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, harus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. membuat mereka tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh. merupakan sektor penting yang berperan aktif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Era global telah menciptakan tingkat persaingan antar calon tenaga kerja

KONSEP PEMBENTUKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Karya Tulis INKUBATOR BISNIS. Murbanto Sinaga DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2001

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Apabila manusia yang ada

Transkripsi:

BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN A. Kesimpulan 1) Terdapat hubungan yang sigoifikan dari partisipasi masyarakat dengan peningkatan mutu lulusan Paket C di kota Medan. Partisipasi masyarakat dan peningkatan mutu lulusan Paket C berkorelasi sebesar 0.45. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat partisipasi masyarakat berjalan dengan baik, maka peningkatan mutu lulusan paket C cenderung baik/tinggi pula Sebaliknya apabila tingkat partisipasi masyarakat berjalan dengan tidak baik/buruk, maka peningkatan mutu lulusan Paket C cenderungljelek. Kontribusi yang disumbangkan oleh variabel partisipasi masyarakat dengan peningkatan mutu lulusan Paket C adalah sebesar 20%. Terdapat hubungan yang signifikan dari dukungan Dinas Pendidikan dengan peningkatan mutu lulusan Paket C di kota Medan. Dukungan Dinas Pendidikan dan peningkatan mutu lulusan Paket C merniliki korelasi sebesar 0.38. Hal ini berarti bahwa tingkat dukungan Dinas Pendidikan yang dilakukan baik/tinggi, maka peningkatan mutu lulusan Paket C cenderung akan baik/tinggi. Sebaliknya, apabila dukungan Dinas Pendidikan yang dilakukan rendahlburuk, maka peningkatan mutu lulusan Paket C juga akan cenderung rendah. Kontribusi yang disumbangkan oleh variabel dukungan dinas pendidikan dengan peningkatan mutu lulusan Paket C adalah sebesar 14%. 115

116 3) Terdapat hubungan yang signifikan dari manajemen pembelajaran PKBM dengan peningkatan mutu lulusan Paket C di kota Medan. Manajemen pembelajaran PKBM dan peningk.atan mutu lulusan Paket C memiliki korelasi sebesar 0.55. Hal ini berarti bahwa manajemen pembelajaran PKBM yang diciptalcan tutor baik/tinggi, maka peningkatan mutu lulusan paket C cenderung akan baikltinggi, sebaliknya, apabila manajemen pembelajaran PKBM yang diciptakan Tutor rendahlburuk, maka peningkatan mutu lulusan Paket C juga cenderung rendah. Kontribusi yang disumbangkan oleh variabel manajemen pembelajaran PKBM dengan peningkatan mutu lulusan PKBM Paket C adalah sebesar 30%. 4) Terdapat hubungan yang signifikan dari partisipasi masyarakat, dukungan Dinas Pendidikan dan manajemen pembelajaran PKBM secara bersama-sama dengan peningkatan m utu lulusan Paket C di kota Medan. Hubungan ketiga variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 0.51. Kontribusi yang disumbangkan oleh variabel partisipasi masyarakat, dukungan Dinas Pendidikan dan manajemen pembelajaran PKBM secara bersama-sarna dengan peningk.atan mutu lulusan Paket C di kota Medan adalah sebesar 27%. Hal ini berarti bahwa ketiga variabel bebas dalam penelitian ini berhubungan dan sekaligus memberikan kontribusi yang positif dengan peningk.atan mutu lulusan Paket C di Kota Medan. B. Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat, dukungan Dinas Pendidikan dan manajemen pembelajaran PKBM memberikan hubungan

117 dan kontribusi yang signifikan baik sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dengan peningkatan mutu lulusan Paket C di Kota Medan. Hal ini mengindi.kasik:an dengan tegas bahwa untuk meningkatkan mutu lulusan Paket C, sangat diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat maupun Dinas Pendidi.kan. Selain itu fator manajemen pembelajaran menjadi bagian yang sangat penting dan menentukan tercapai tidaknya mutu lulusan pendidi.kan. Arah tindak lanjut dalam temuan penelitian ini mengharuskan adanya upaya peningkatan frekuensi baik secara kualitas maupun lruantitas berkenaan dengan partisipasi masyarakat, dukungan Dinas Pendidi.kan dan manajemen pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu lulusan Paket C. Untuk itu, keinginan dan harapan bagaimana menciptakan PKBM yang efektif, efisien dan bahkan produktif menjadi tugas bersama yang harus dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Ada beberapa kondisi yang hams dipenuhi agar PKBM dapat tumbuh dan berkembang dengan efektif, efisien dan produktif, yaitu: Pertama, berkenaan dengan kualitas program. Yang dimaksud dengan kualitas di sini adalah program yang diselenggarakan dalam PKBM harus bermakna bagi peningkatan mutu kehidupan warga belajar dan masyarakat sekitar. Program-program dalam PKBM tidak. menciptakan manusia yang berilmu pengetahuan semata, tetapi yang lebih penting lagi adalah mewujudkan warga masyarakat yang cerdas, yakni dinamis, kreatif, menghargai nilai-nilai yang ada di masyarakat, mandiri, tahan terhadap perubahan dan guncangan, mampu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam rangkan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya.

118 Program-program PK.BM barns secara mendasar berorientasi pasar (market oriente) yang nantinya sebagai landasan untuk. menentuk.an pengetahuan dan keterampilan serta sik:ap yang bagaimana yang harus dimiliki oleh warga belajar dalam PKBM. Berdasarkan atas pengetahuan, keterampilan serta sik:ap yang dituntut oleh pasar dikaji materi yang mesti dipelajari oleh warga belajar untuk. dapat menjawab tuntutan kebutuhan pasar tersebut. Program PK.BM harus disesuaik:an dengan perkembangan sosial, ekonomi, budaya yang merupakan fondasi dasar dari aspek-asek kehidupan. Dengan kata lain, program harus berorientasi kepada masa depan. Jangan dirancang program belajar yang dikehendaki petugas pemerintah, penyelenggara atau tutor, tetapi program yang diminati pasarlah yang harus dipertimbangkan. Guna mewujudkan hal tersebut dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, identifikasi/penilaian apa yang ditawarkan pasar yang di sisi lain menjadi permintaan pada PK.BM. Dalam proses identiflkasi perlu dicermati apa yang tersedia, bagaimana mutu yang diperlukan, berapa harga yang ditawarkan, kapan diperlukan, bagaimana tata caranya. ldentifikasi ini dapat diarahkan pada barang atau jasa. Hasil identiflkasi yang semula berupa kesempatan atau penawaran pasar, disisi yang lain menjadi permintaan pasar yang harus dipenuhi apabila ingin memanfaatkan kesempatan yang terbuka. Dari permintaan pasar. PK.BM mengolah menjadi program yang dapat menjawab kesempatan yang terbuka dan akan diperebutkan oleh warga atau lembaga yang melihat kesempatan tersebut. Program dibahas dan ditawarkan pada calon warga belajar agar mereka memilih yang sesuai dengan minatnya.

119 Setelah warga belajar memilih program yang diinginkan diikuti, mereka mendatangi PKBM untuk mengatur waktu belajar yang diinginkan, sehingga proses pembelajaran bukan mematikan lapangan kerjanya tetapi memperkuat warga belajar. Proses pembelajaran dilakukan di dalam atau di luar PKBM yang memiliki jaringan kerja dengannya dan dapat menjamin kepuasaan warga belajar. Setelah proses pembelajaran selesai, warga belajar memasuki atau memproduksi apa yang dirninta oleh pasar, untuk itu peran serta pengelola PKBM masih akan terus diperlukan sampai warga belajar sudah yang akan kemampuan yang dimilikinya. Hasil kerja warga belajar dalam bentuk barang dan jasa yang sesuai dengan permintaan pasar. Kedua, pertumbuhan program. Masyarakat yang selalu dinamis dan kebutuhan belajarnya terus berkembang seiring dengan perubahan jenis dan ragam tuntutan pasar. Mungkin pada awal pelembagaan PKBM hanya dengan satu atau dua program tampaknya sudah cukup, karena memang tuntutan pasar masih sederhana dan belum begitu banyak ragamnya. Namun pada kenyataannya, perubahan terjadi hampir setiap saat dan terjadinya dengan cepat. PKBM yang unggul adalah yang mampu dengan cepat menyesuaikan program dengan perkembangan yang terjadi di lingkungannya: Pertumbuhan program dalam PKBM harus dilihat dari segi kualitas dan kuantittasnya. Pertumbuhan kualitas program maksudnya adalah kualitas pelayanan program sehingga program tersebut semakin cepat dapat membelajarkan masyarakat dengan mutu lulusan yang semakin inheren dan simetris dengan kebutuhan pasar. Sedangkan pertumbuhan program secara kuantitas adalah peningkatan jumlah dan

120 ragam program seiring dengan peningkatan jenis dan jwnlah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dituntut oleh pasar. Untuk mendukung pertumbuhan program-program dalam PKBM baik secara kualitas maupun kuantitas diperlukan keterlibatan lintas sektoral dalam hal ini sektor pemerintah maupun swasta perlu terus digalakkan sejak awal pelembagaan PKBM. Hanya PKBM yang bergerak dengan efisien yang akan dapat menyesuaiakan programnya dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian. Ketiga, Fleksibilitas program. Belajar sepanjang hayat pada hakikatnya terjadi pada jalur pendidikan luar sekolah. Di jalur pendidikan sekolah. kecuali perguruan tinggi belum menerapkan pendidikan sepanjang hayat Pada jalur pendidikan luar sekolah prinsipnya tidak mengenal pembatasan faktor usia perekrutan warga belajamya, sehingga penerapan belajar sepanjang hayat melalui jalur ini benar-benar terlaksana. Belajar sepanjang hayat tidak berarti hanya umur saja yang tidak dibatasi, melainkan membolebkan kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja bagi masyarakat untuk belajar atau berlatih guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. PKBM sebagai wadah pusat kegiatan belajar masyarakat harus bersifat fleksibel terhadap warga masyarakat yang berminat untuk belajar. PKBM sebagai wadah pusat kegiatan belajar masyarakat tidak berarti merupakan tempat penyelenggaraan program semata, melainkan juga dapat berarti sebagai pangkalan program-program pembelajaran masyarakat yang dilaksanakan di tempat lain tetapi masih tetap di bawah kendali atau kontrol PKBM sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat.

121 PKBM idealnya dapat melaksanakan kegiatan belajar masyarakat yang membutuhkan peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap tetapi apabila dilihat ragamnya tuntutan belajar, banyaknya warga masyarakat yang harus dilayani serta kondisi geografls dan demografis serta penyebaran penduduk di pedesaan, bukan hal yang tidak mungkin jika ada beberapa sasaran masyarakat pemukimannya relatif jauh dengan PKBM. Di sini juga program pembelajaran harus dikembangkan dengan keterkaitan kerjasama dengan PKBM. Hanya PKBM yang efisien dapat berfungsi sebagai pangkalan serta dapat menerima warga belajar siapa saja, kapan saja, dan di mana saja Karena apabila seluruh lapisan masyarakat diharuskan belajar di PKBM, akan memerlukan tenaga, waktu dan dana yang relatif besar. Hal ini cenderung mengarah kepada pemborosan yang sangat bertentangan dengan prinsip eflsiensi. Keempat, pengawasan dan pengendalian program. Pengelolaan program PKBM perlu terus menerus dilakukan untuk mencapai eflsiensi, efektivitas serta produktivitas. K.arena itu pengawasan yang ketat merupakan keija yang harus dilakukan. Hal ini berlaku untuk semua kegiatan, termasuk pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program-program dalam PKBM. Pengawasan dan pengendalian program-program di dalam PKBM ditekankan pada aspek lrualitas dan teknis edukatif. Pengawasan dan pengendalian terhadap pogram ini dilaksanakan dengan bekeijasama antara instansi atau lembaga yang secara teknis edukatif bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan masyarakat. Contohnya, program Paket A, Paket B, KBU, dan Keaksaraan Fungsional, pengawasan dan pengendalian kualitas dan teknis edukatif dilaksanakan bersama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Program

122 Posyandu, Imunisasi dan kesebatan lingkungan dilaksanakan bersama dengan Departemen Kesehatan. Kualitas basil produksi dan pemasaran PKBM dilaksanakan Departemen Perdangan dan Perindustrian dan lain sebagainya. Kelima, Pemanfaatan lingkungan. Konsep PKBM adalah memberdayakan masyarakat desa sehingga menjadi masyarakat yang memiliki kualitas, dinamis dan mandiri melalui penggalian, penumbuhan, pengembangan seluruh potensi yang ada di dalam masyarakat. Dalam hal ini pemerintah hanya sebagai faktor yang akan mengakibatkan timbulnya suatu proses. Semua potensi yang akan digunakan tersebut berada di sekitar lingkungan PKBM. Karena itu., untuk mewujudkan PKBM yang mampu memanfaatkan seluruh potensi lingkungan secara optimal dan maksimal adalah dengan tidak melupakan prinsip-prinsip efisiensi. Pemanfaatan lingkungan di sini bukan berati mengekploitasi potensi secara membabi buta, melainkan memandang potensi lingkungan sekitar PKBM sebagai faktor ekonomis, ketersediannya terbatas dan harus dimanfaatkan dengan baik dan benar dalam mencapai tujuan PKBM C. Saran Berdasarkan basil dan implikasi dalam penelitian selanjutnya dapat diajukan beberapa saran yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat, dukungan Dinas Pendidikan, manajemen pembelajaran PKBM dan peningkatan mutu lulusan Paket C, dapat diberikan beberapa rurnusan dalam bentuk saran-saran yaitu: 1. Kepada seluruh masyarakat agar lebih meningkatkan partisipasi aktifnya dalam hal menumbuh kembangkan PKBM. Karena dari basil pengujian

123 hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hubungan dan sumbangan masingmasing sebesar 0.45 dan 20%. Apabila tingkat partisipasi masyarakat lebih ditingkatkan lagi, bukan tidak mungkin hubungan dan sumbangannya dengan peningkatan mutu lulusan Paket C akan lebih besar lagi. 2. Kepada pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan PKBM agar dapat meningkatkan dukungan dalam hal menumbuh kembangkan PKBM. Dukungan yang harus dilakukan oleh Dinas Pendidikan antara lain berupa: membantu menyusun program belajar, menyediakan tutor yang kompeten, penyediaan sumber dan media belajar. Dan yang lebih penting lagi adalah bantuan dari aspek pendanaan (fmansial). Karena dari basil pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hubungan dan sumbangan masing-masing sebesar 0.38 dan 14%. Apabila dukungan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan lebih ditingkatkan lagi, bukan tidak mungkin hubungan dan sumbangannya dengan peningkatan mutu lulusan Paket C akan lebih besar lagi. Pengelola PKBM diharapkan dapat memberikan perhatian pada aspekaspek program-program pembelajaran yang akan mengakibatkan mereka dapat belajar dengan menyenangkan. Dan tentunya program belajar yang ditawarkan mampu memberikan nilai tambah baik dari sisi pengetahuan, keterampilan maupun sikap sehingga mereka dapat hidup dengan mandiri dan berguna bagi diri dan masyarakatnya. 4. Tutor hendaknya rnenjadi pendidi.k dan pengajar yang baik bagi semua peserta didiknya. Sebagai konsekwensinya, setiap tutor harus membekali

124 dirinya dengan kemampuan profesional sebagaimana yang telah dipersyaratkan di dalam undang-undang maupun peraturan lainnya. 5. Kepada peneliti lain yang tertarik pada bidang kajian ini untuk mengadakan penelitian dengan melibatkan lebih banyak variabel prediktor (variabel be bas) dan responden, sehingga faktor lain yang diduga memiliki hubungan dan sumbangan yang lebih berarti dengan peningkatan mutu lulusan Paket C dapat dideteksi. - z? m