BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Kajian Geografi. a. Pengertian Geografi. Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuannya (Moh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

ZONASI TINGKAT ERODIBILITAS TANAH PADA AREA REKLAMASI TAMBANG PT. BHARINTO EKATAMA KABUPATEN KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

ERODIBILITAS TANAH DI KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

KAJIAN KEMAMPUAN LAHAN DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

MENENTUKAN LAJU EROSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai adalah suatu daerah atau wilayah dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh dalam hal

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pangan saat ini sedang dialami oleh masyarakat di beberapa bagian belahan dunia.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses kehilangan tanah pada peristiwa erosi geologi (geological erosion) (Frevert

II. TINJAUAN PUSTAKA

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Pengertian Geografi. Armin K. Lobeck mendefinisikan geografi sebagai ilmu yang

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

BAB III LANDASAN TEORI. Jika dirumuskan dalam suatu persamaan adalah sebagai berikut : R=.(3.1) : curah hujan rata-rata (mm)

ANALISIS LAHAN KRITIS DI KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas Tanah. dukungnya terhadap tanaman dan hewan, pencegahan erosi dan pengurangan akan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Erosi dan Sedimentasi

BAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

Karakteristik Fisika dan Kimia Tanah. Coklat kehitaman. Specific gravity Bobot isi 0.91

2. TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses geomorfologi, yang salah satunya adalah erosi. Sitanala Arsyad,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan gejala-gejala di permukaan bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun non-fisik beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan dan kewilayaan (Bintarto, 1991: 12). Menurut P. Hagget dalam Suharyono dan Moch. Amien (1994: 9) mendefinisikan geografi merupakan suatu ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dan lokasi dari berbagai sifat (yang beraneka ragam) di permukaan bumi. b. Pendekatan Geografi 1) Pendekatan Keruangan Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting. Dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang direncanakan (Bintarto dan Surastopo, 1991: 12) 8

9 2) Pendekatan Kelingkungan Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan. Interelasi antara manusia dengan lingkungannya akan menjadi tekanan dalam pendekatan ekologi yang dikembangkan dalam disiplin geografi (Bintarto dan Surastopo, 1991: 18). 3) Pendekatan Kewilayahan Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Pada analisa ini wilayah-wilayah tertentu didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain (Bintarto dan Surastopo, 1991: 24-25). c. Konsep Geografi Konsep bukan merupakan fakta tetapi suatu pengertian, definisi operasional, yang terdiri dari pemahaman dan pengamalan yang kompleks, yang melambangkan hubungan-hubungan dan gejalagejala empiris atau suatu pengertian yang menjelaskan sesuatu gejala (Sutikno, 2005:85). Geografi sebagai suatu ilmu juga memiliki apa yang disebut dengan konsep geografi. Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 27-34) mengemukakan terdapat 10 konsep geografi, yaitu: konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, pola,

10 morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, interaksi, diferensiasi area, dan keterkaitan ruang. Menurut penulis, konsep yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan antara lain: 1) Konsep lokasi Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi. Secara pokok lokasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut terkait dengan sistem grid atau koordinat. Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi yang dinilai berdasarkan obyek atau obyek lain di luarnya. 2) Konsep jarak Jarak sangat erat kaitannya dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan, pengangkutan barang dan penumpang. 3) Konsep pola Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena yang bersifat alami (aliran sungai, persebaran, vegetasi, jenis tanah, curah hujan) atau fenomena sosial budaya (permukiman, persebaran penduduk, pendapatan mata pencaharian, tempat tinggal dan sebagainya).

11 4) Konsep morfologi Morfologi menggambarkan perwujudan antara daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologi) yang lainnya disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang berbentuk pulau-pulau, lereng, lembah, dan dataran aluvial. 5) Konsep interaksi Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal ini terjadi karena setiap tempat mampu mengembangkan potensi sumber-sumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di tempat lain. Sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara satu tempat dengan tempat lain. 2. Erodibilitas Tanah Kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah didefinisikan sebagai mudah tidaknya suatu tanah tererosi. Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh adanya energi kinetik air hujan (Chay Asdak, 2007: 360). Tingkat erodibilitas dipengaruhi oleh beberapa parameter, meliputi: a. Tekstur Tekstur adalah ukuran dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian mineral tanah. Butir-butir primer tanah terbagi dalam

12 lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand). Tanah-tanah bertekstur kasar seperti pasir dan pasir berkerikil mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, dan jika tanah tersebut dalam, maka erosi dapat diabaikan. Tanah bertekstur pasir halus juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukup tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan maka butir-butir halus akan mudah tererosi. Tanah-tanah yang mengandung lempung dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh butir-butir hujan yang jatuh menimpanya dari pori-pori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir-butir liat. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran permukaan dan erosi yang hebat. Akan tetapi jika tanah demikian ini mempunyai struktur yang mantap yaitu tidak mudah terdispersi maka infiltrasi masih cukup besar sehingga aliran permukaan dan erosi tidak begitu hebat (Sitanala Arsyad, 1989: 96). Rumus yang digunakan dalam menghitung nilai tekstur tanah adalah: M= (%sand + %silt) (100% - %clay) Dimana: sand silt clay = pasir sangat halus (0,1-0,05 mm) = debu (0,05-0,02 mm) = lempung (<0,02 mm)

13 Gambar 1. Segitiga Tekstur b. Bahan Organik Bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta penstabilan agregat tanah. Peningkatan dan penstabilan agregat tanah oleh bahan organik dapat dilakukan melalui pengikatan secara fisik butir-butir primer tanah oleh mycelia jamur, actinomycetes, dan/atau akar-akar halus tanaman. Bahan organik berupa daun, ranting dan sebagainya yang belum hancur yang menutupi permukaan tanah, merupakan pelindung tanah terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh. Bahan organik tersebut juga menghambat aliran air di atas permukaan tanah sehingga mengalir dengan lambat (Sitanala Arsyad, 1989: 99). Bahan organik yang telah mulai mengalami pelapukan mempunyai kemampuan menyerap dan menahan air yang tinggi.

14 Bahan organik dapat menyerap air sebesar dua sampai tiga kali beratnya, akan tetapi kemampuan ini hanya merupakan faktor kecil terhadap aliran permukaan. Pengaruh bahan organik dalam mengurangi aliran permukaan berupa perlambatan aliran permukaan, peningkatan infiltrasi dan pemantapan agregat tanah (Sitanala Arsyad, 1989: 100). Pentingnya kandungan bahan organik, antara lain sebagai petunjuk besarnya akumulasi pada bahan organik dalam lingkungan yang berbeda. Kandungan bahan organik yang lebih dari 20% membedakan tanah organik dengan tanah mineral. c. Struktur Struktur adalah ikatan butir primer ke dalam butir sekunder atau agregat. Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah-tanah yang berstruktur kersai atau granular lebih terbuka dan lebih jarang dan akan menyerap air lebih cepat dari pada yang berstruktur dengan susunan butir-butir primernya lebih rapi. Aspek struktur tanah yang penting adalah sifat-sifat fisika-kimia liat yang menyebabkan terjadinya flokulasi, dan aspek yang kedua adalah adanya bahan pengikat butir-butir primer sehingga terbentuk agregat yang mantap (Sitanala Arsyad, 1989: 97).

15 Gambar 2. Bentuk Struktur Tanah d. Permeabilitas Permeabilitas merupakan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Permeabilitas tanah dipengaruhi oleh sifat porositas tanah dan kemantapan agregat-agregat tanah. Semakin banyak air yang masuk ke dalam tanah, akan semakin banyak volume air yang ada di dalam tanah dan akan membuat kebutuhan tanaman terhadap air tercukupi, serta membuat kondisi tanah menjadi lembab. Tanah yang lembab akan memicu adanya hewan-hewan tanah dan populasi mikroba. 3. Penentuan Indeks Erodibilitas Tanah Erodibilitas tanah dapat ditentukan menggunakan nomograf erodibilitas (Wischmeier-Smith, et al, 1978 dalam Morgan 1979). Faktorfaktor yang dipertimbangkan adalah persentase debu + pasir halus, persentase pasir kasar, kandungan bahan organik, harkat struktur tanah dan harkat permeabilitas. Nomograf tersebut ditunjukkan pada gambar 3.

16 Gambar 3. Grafik Nomograf Penentuan erodibilitas tanah dengan jumlah kandungan debu dan pasir sangat halusnya <70% dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 100K = 1,292 [2,1 M 1,14 (10-4 ) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)] Keterangan K M a b c = indeks erodibilitas tanah = (% debu + pasir sangat halus) (100 - % liat) = nilai bahan organik = harkat struktur tanah = harkat tingkat permeabilitas tanah Tabel 1. Kelas Struktur Tanah No. Kelas Struktur tanah (ukuran diameter) Harkat 1. Granuler sangat halus (<1 mm) 1 2. Granuler halus (1 sampai 2 mm) 2 3. Granuler sedang sampai kasar (2 sampai 10 mm) 3 4. Berbentuk blok, blocky, plat, dan massif 4 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 369

17 Tabel 2. Kelas Permeabilitas Tanah No. Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Harkat 1. Sangat lambat < 0,5 6 2. Lambat 0,5 sampai 2,0 5 3. Lambat sampai sedang 2,0 sampai 6,3 4 4. Sedang 6,3 sampai 12,7 3 5. Sedang sampai cepat 12,7 sampai 25,4 2 6. Cepat > 25,4 1 Sumber: Sitanala Arsyad, 2010: 369 Tabel 3. Klasifikasi Nilai K No. Kelas Nilai K Harkat 1. Sangat rendah 0,00 0,10 1 2. Rendah 0,11 0,20 2 3. Sedang 0,21 0,32 3 4. Agak tinggi 0,33 0,44 4 5. Tinggi 0,44 0,55 5 6. Sangat tinggi 0,56 0,64 6 Sumber: Junun Sartohadi, dkk, 2013: 163 4. Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Chay Asdak, 2007: 4). Wilayah daratan tersebut merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai Subyek yang memanfaatkan sumberdaya alam. Pengelolaan DAS adalah merupakan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di daerah aliran sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah. Ia mempunyai arti sebagai pengelolaan dan alokasi sumberdaya alam di

18 daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai kehidupan uang berkaitan dengan sumberdaya alam. Termasuk dalam pengelolaan DAS adalah identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah, dan air, dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS. Pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspekaspek sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar DAS yang bersangkutan (Chay Asdak, 2007: 5). Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Sub DAS merupakan wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alami, air hujan meresap atau mengalir melalui cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS. 5. Tanah Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jazad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Isa Darmawijaya, 1997: 9). Dalam dinamikanya tanah juga mengalami perubahan yang disebut dengan perkembangan tanah. Tanah senantiasa mengalami perkembangan yang dimulai ketika bahan induk telah terlonggok pada suatu posisi tertentu selama kurun waktu yang relatif lama.

19 Bahan induk tanah adalah semua bahan yang menutupi permukaan bumi dalam kondisi tidak padu. Adanya bahan induk yang relatif tebal mampu menjamin ketersediaan air untuk mendukung kehidupan hewan dan tumbuhan. Bertambah tebalnya lapisan bahan induk tanah berjalan seiring dengan laju pelapukan batuan induk secara fisik maupun kimia. Bertambah tebalnya batuan induk diikuti dengan peningkatan ketersediaan air. Jenis tanah yang ada di Indonesia yang terdapat pada daerah penelitian adalah tanah Litosol dan Latosol. Tanah Litosol merupakan tanah mineral yang sedikit mengalami perkembangan profil. Ciri utama dari tanah Litosol adalah tanah dengan ketebalan terbatas <30 cm yang menumpang langsung di atas batuan induk yang padu dan keras. Litosol sering berasosiasi dengan singkapan batuan. Litosol mempunyai tekstur yang pada umumnya berpasir, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Litosol dapat dijumpai di wilayah perbukitan, pegunungan, kemiringan lereng miring hingga curam. Latosol merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan lapisan. Latosol mempunyai solum dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga teguh, berwarna cokelat, merah hingga kuning. Latosol umumnya berasal dari bahan induk abu gunung api yang menyelimuti batuan induk tuf, material vulkanis, breksi dan batuan beku interusi (Junun Sartohadi, dkk, 2013: 117).

20 B. Penelitian Relevan Tabel 4. Penelitian Relevan Nama dan Tahun Merligon, 2010 Tri Widowati, 2009 Kusnul Khotimah, 2002 Judul Metode Hasil Erodibilitas tanah Sub DAS Saradan kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Perbandingan pengaruh antara faktor erodibiltas dan kelerengan sebagai pengontrol laju erosi (kasus: DAS Ngijo Provinsi DIY) Erodibilitas tanah pada bentuk lahan karst di Kecamatan Ponjong Kabupaten gunungkidul, DIY Metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh nilai erodibilitas dengan Wischhmeir-Smith apabila kandungan pasir sangat halus dan debu <70% dan nomograf apabila kandungan pasir sangat halus dan debu di dalam tanah >70% Metode yang digunakan menggunakan metode USLE dengan nilai indeks R, C, dan P konstan. Metode yang digunakan adalah metode rainfall simulator, metode uji remah, uji lubang pena, uji manipulasi dan Wischmeier-Smith. Hasil penelitian menunjukkan dari 23 satuan lahan nilai erodibilitas di Sub DAS Saradan berkisar dari rendah (0,11-0,20) hingga tinggi (0,56-0,64). Di antara parameter-parameter erodibilitas, yaitu tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas tanah,yang paling mempengaruhi terhadap nilai erodibilitas tanah menurut hasil analisis statistika adalah tekstur tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor erodibilitas (K) yang menjadi pemicu besarnya erosi adalah tekstur tanah dominan pasir sangat halus dan debu, persentase struktur sebanding antara tanah berstruktur longgar dan tanah berstruktur padat, kandungan bahan organik sangat rendah hingga sedang, dan permeabilitas tanah dominan sangat lambat. Nilai erodibilitas tanah di daerah karst Kecamatan Ponjong menurut metode kombinasi termasuk dalam kategori sedang dan rendah. Menurut metode rainfall simulator erodibilitas tanah mempunyai kisaran sangat rendah sampai tinggi.

21 Penelitian yang dilakukan Merligon (2010) dan Khusnul Khotimah (2002) menggunakan metode Wischmeier-Smith untuk menghitung nilai erodibilitas. Penulis juga menggunakan metode yang sama untuk menghitung nilai erodibilitas. Hasil yang diperoleh menunjukkan ada tingkatan yang sama antara penelitian Merligon dan Khusnul Khotimah dengan penelitian penulis yaitu tingkat erodibilitas rendah hingga tinggi. Pada penelitian Merligon menurut hasil analisis statistika menunjukkan bahwa parameter erodibilitas yang paling berpengaruh adalah tekstur tanah. Hal ini digunakan penulis sebagai tambahan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan Tri Widowati (2009) menjadi bahan referensi bagi penulis bahwa faktor erodibilitas yang memicu besarnya erosi adalah tekstur tanah dominan pasir sangat halus dan debu, tanah berstruktur longgar dan padat, kandungan bahan organik sangat rendah hingga sedang, dan permebilitas tanah sangat lambat. C. Kerangka Pikir Penelitian ini bermula pada permasalahan yang sering terjadi di wilayah Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul berupa kerentanan terhadap erosi dan longsor lahan. Salah satu faktor yang mempengaruhi laju erosi adalah tingkat erodibilitas tanah. Tanah merupakan lapisan kulit bumi paling atas yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Parameter yang digunakan untuk menentukan besarnya indeks erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, struktur tanah, permeabilitas, serta kandungan bahan organik.

22 Nilai erodibilitas yang diperoleh kemudian dikaitkan dengan perkembangan tanah. Selain erodibilitas, besarnya curah hujan dan penggunaan lahan di suatu daerah juga mempengaruhi besarnya erosi. Hujan ditentukan oleh besarnya erosivitas, dan penggunaan lahan ditentukan oleh kemiringan lereng serta vegetasi. Nilai erodibilitas yang sudah diketahui, diharapkan mampu untuk menjadi acuan penghitungan besarnya tingkat erosi sebagai antisipasi bahaya erosi di Sub DAS Pentung Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul. Tingkat erodibilitas dapat diketahui setelah menghitung dan menentukan harkat tingkat erodibilitas. Tingkat erodibilitas yang telah diketahui dapat digunakan sebagai dasar pembuatan peta persebaran tingkat erodibilitas di setiap satuan lahan yang telah ditentukan. Sub DAS Topografi Penggunaan Lahan Curah Hujan Hujan Kondisi Tanah Tekstur Struktur Permeabilitas Bahan Organik Erodibilitas Peta Persebaran Erodibilitas Gambar 4. Skema Kerangka Pikir