IMPLEMENTASI PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SAINS FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIP DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SUATU CONTOH IMPLEMENTASI PORTOFOLIO SEBAGAI ASESMEN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN SAINS DI SEKOLAH DASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN. Ida Wati

KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2)

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI AP 5 SMK Negeri

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua mata pelajaran yang ada di SD tentunya memegang peranan yang

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

Oleh: Gunawan Guru SMP Negeri 1 Raha Kabupaten Muna

BAB III METODE PENELITIAN. dengan baik dan benar (Kunandar, 2011: 41). Adlan (2011: 4) menjelaskan

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

Joyful Learning Journal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 8 No. 1 Juni 2006 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang suspensi, larutan, koloid, serta jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang sangat penting dalam pendidikan untuk yang memilih penjurusan

METODE TUTOR SEBAYA DALAM KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PEMAHAMAN STATISTIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitia tindakan kelas ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI KELAS X-1 SMAN 6 CIREBON TAHUN AJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : Hamidah Guru pada SDN 1 Cakranegara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

PROSIDING ISBN :

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR MELALUI PEMANFAATAN KELOMPOK BELAJAR. Sri Lestari SMK Negeri 2 Karanganyar Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

METODE PENELITIAN. ini adalah model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Khususnya Materi Energi dan Perubahannya Melalui Pembelajaran Quantum Teaching di Kelas V SDN Inpres Matamaling

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

Penerapan Metode Stop Think Do Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas Xb SMA Negeri 2 Dolo

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan dan hasil analisis data pada kegiatan studi

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

Penerapan Metode Eksperimen pada Materi Sifat Cahaya Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 1 Balukang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Ainun Sampede, Mohammad Jamhari, dan Amiruddin Kade. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2

BAB III METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN SISWA MERANGKAIKAN ALAT-ALAT PADA MATERI LISTRIK KELAS VI MELALUI METODE EKSPERIMEN DI SD BERTARAP INTERNASIONAL MATARAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI POKOK MENGUBAH PECAHAN MENJADI PERSEN DAN DESIMAL MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

JUDUL MAKALAH ANALISIS KEMAMPUAN MERENCANAKAN, MENGIMPLEMENTASIKAN DAN MEREFLEKSI PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGISI FORMULIR MELALUI METODE LATIHAN TERBIMBING SISWA KELAS VI SDN NO.1 OTI

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

ARTIKEL SKRIPSI. Disusun Oleh ISTIYOWATI NPM P

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 42-46

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011):

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Penerapan Experiential Learning

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 IMPLEMENTASI PENILAIAN BERBASIS KELAS DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SAINS FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIP DI SEKOLAH DASAR Oleh: Iyon Suyana dan Taufik Ramlan Ramalis Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Guru-guru IPA di Kecamatan Menes belum pernah melaksanakan PBK atau penilaian berbasis kelas dalam pembelajaran karena merasa kesulitan dalam melaksanakannya, belum mengetahui manfaatnya dan menghawatirkan akan menurunkan prestasi ranah kognitif siswa. Melalui pembelajaran Kooperatip Numbered Head Together (NHT) dicobakan pembelajaran dengan melakukan asesmen kinerja di Kelas VI 4 pada di Kecamatan Menes dengan topik Listrik untuk mendapatkan bagaimana prestasi siswa setelah pembelajaran dan respon guru terhadap pelaksanaan asesmen kinerja dalam suatu pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan asesmen kinerja mampu mengungkapkan kinerja siswa untuk aspek-aspek; Pengetahuan dasar nama dan fungsi komponen, ketrampilan dasar rangkaian, ketrampilan merangkai alat, kemampuan melakukan percobaan, kemampuan mendiagnosis dan menganalisis rangkaian, ketrampilan sosial dan kemampuan mengaplikasikan konsep dan ketrampilan percobaan dalam situasi baru. Disamping itu pelaksanaan PBK dalam pembelajaran tidak menurunkan prestasi ranah kognitif siswa. Respon guru positip terhadap pelaksanaan PBK. Kata Kunci : Penilaian berbasis kelas, asesmen kinerja, prestasi belajar Pembelajaran sains di merupakan dasar bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan ilmiah seperti mengamati, mengumpulkan data, berkomunikasi, melakukan pengu kuran, merancang dan melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Dalam mempelajari sains khususnya Fisika tidak bisa dilepaskan dari kegiatan praktikum. Untuk mengetahui pencapaian hasil belajar dilakukan penilaian hasil belajar. Dalam kurikulum Tahun 2004 di kenal sistem penilaian yang disebut Sistem Penilaian Berrbasis Kelas (PBK) yang diantara nya memiliki komponen-komponen produk, kinerja (performance) dan tes tertulis (paper and pencil). Dalam PBK kemampuan siswa tidak hanya diukur aspek kognitifnya saja melainkan juga psikomotornya, bukan hanya pengetahuannya juga ketrampilan melakukan percobaan. Asesmen performans merupakan pengamatan yang dilakukan secara sistematis dan langsung terhadap kinerja/unjuk kerja/perbuatan siswa yang sebenarnya didasarkan pada kriteria kinerja (performance criteria) yang telah ditetapkan lebih dahulu (Srirahayu). 47

Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 ISSN: 1412-0917 Dalam asesmen kenerja siswa dituntut mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan ketrampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas dalam kontek kehidupan nyata. Menurut Srirahayu dan Prayitno Penilaian kinerja memiliki beberapa keuntungan: 1) guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan apa yang harus dilakukan siswa untuk belajar selanjutnya; 2) guru memiliki metoda untuk menemukan apa yang diketahui siswa dan bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya; 3) guru memiliki cara yang efisien untuk mengevaluasi siswa dalam sistim pendidikan yang berbasis standar/kompetensi; 4) siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran Hasil wawancara dengan guru-guru di Kecamatan Menes dan Cikedal Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dan hasil pemantauan ke - di Gugus Menes 1 dan Gugus Menes 2, Guru-guru merasa kesulitan dalam melaksanakan PBK. Kesulitan yang mereka rasakan adalah penyusunan instrumen assesmen dan pelaksanaannya di kelas. Disamping itu ada keraguan pada guru-guru apakah dengan melaksanakan PBK, usaha meningkatkan hasil belajar kognitip siswa yang selama ini dinilai masih rendah tidak akan terganggu atau PBK malah akan menurunkan hasil belajar kognitip siswa. Ketuntasan belajar dalam mata pelajaran masih disekitar 50 % masih jauh di bawah tuntutan kurikulum 1994 sebesar 75 % atau 85% kurikulum 2004. Disisi lain perangkat KIT IPA cukup tersedia. Hal ini dikarenakan Kecamatan Menes dan Cikedal termasuk daerah sasaran Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan IPA (Sience Education Quality Improvement Project-SEQIP). Kondisi objektip di Kecamatan Menes dan Cikedal 1) memiliki 15 orang Pemandu Bidang Studi (PBS) IPA yang telah mendapat pelatihan implementasi berbagai model pembelajaran, menggunakan peralatan percobaan IPA, merancang dan membuat media pembejaran di sekitar lingkungan siswa, menyusun dan menganalisis soal eveluasi pembelajaran; 2) Lebih dari 50 % telah memiliki perangkat KIT IPA untuk sebagian besar materi pelajaran Sains yang tercantum dalam kurikulum 2004; 3) memiliki gugusgugus sebagai wadah sistim lesson study, dimana tiap gugus memiliki seorang PBS, 7 sampai 9 guru IPA yang berasal dari 4 sampai 5. Terkait dengan permasalahan di atas, digunakan teori konstruktivisme untuk memecahkannya. Model konstruktivisme menyatakan pengetahuan dibangun dalam pikiran dengan mengkonstruk pengalamannya melalui transformasi, organisasi dan interpretasi. Implikasi dari teori ini para guru yang merasa kesulitan dalam melaksanakan PBK harus aktif secara mental membangun pengetahuannya. Untuk memecahkan kesulitan para guru ini dilakukan dengan mengajak para guru untuk merencanakan melaksanakan PBK dalam suatu pembelajaran di kelas. Pertama-tama mengadakan kegiatan workshop untuk merancang suatu pembelajaran PBK dengan peserta 15 orang PBS. Disepakati PBK yang dikembangkan hanya komponen produk, asesmen kinerja dan tes tulis dalam pembelajaran kooperatip tipe NHT (Numbered Head Together) yang akan dilaksanakan di kelas VI - Purwaraja 1 dan 3 di gugus Menes 1 dan Menes 1 dan 2 di gugus Menes 2 pada materi pembelajaran Listrik. Sedangkan yang melaksanakan pembelajaran adalah guru IPA di yang bersangkutan dengan melibatkan seluruh guru IPA di gugus Menes 1 dan Menes 2. Model pembelajaran kooperatip tipe NHT mengkondisikan siswa untuk bertanggung jawab secara individu dalam kelompok tanpa menghilangkan kompetisi secara individu. Model ini dipilih karena dapat mengungkap perkembangan prestasi belajar siswa selama pembelajaran. 48

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 Penelitian ini ingin menjawab permasalahan 1) Bagaimanakah pengaruh penerapan PBK terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa Sains Fisika di?; 2) Bagaimanakah pencapaian hasil belajar siswa berdasarkan PBK? dan 3) Bagaimana respon guru-guru terhadap pelaksanaan asesmen kinerja dalam pembelajaran Rangkaian listrik? Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan minat belajar sains fisika dan memupuk kemampuan melakukan kegiatan ilmiah, bagi guru meningkatkan mengembangkan model pembelajaran dan berkolaborasi dengan teman sejawat dan pihak-pihak terkait dengan pembelajaran sains Fisika, bagi sekolah dapat meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran sains Fisika melalui kolaborasi guru-guru dalam suatu PTK. METODA Pada tahap perencanaan 15 orang PBS, 7 dan 9 orang guru IPA dari gugus Menes 1 dan Menes 2 bersama-sama peneliti berkolaborasi menyempurnakan rancangan hasil work shop sebagai program pembelajaran TIU nomor 6 (Listrik) yang termuat dalam GBPP kurikulum 1994 suplemen 1999. Subjek penelitian ini adalah 31 orang guru dan 130 siswa kelas IV di Kecamatan Menes. Sebagai objek penelitian adalah pembelajaran IPA dengan PBK sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran rangkaian listrik. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus pertama terdiri atas tiga pembelajaran,yaitu: pembelajaran Rangkaian Tertutup, Konduktor dan Isolator dan Kangkaian Seri dan Rangkaian Paralel sedangkan siklus kedua terdiri dari dua pembelajaran, yaitu: pembelajaran Energi Listrik dan Manfaatnya dan Sumber-sumber Energi Listrik. Pembelajaran dilaksanakan 2 kali 3 jam pelajaran dalam seminggu. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Pada tahap tindakan, pelaksanaan siklus pertama dan kedua dilakukan kegiatan PBM di kelas dengan mengimplementasikan program yang dirancang. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan pembagian kelompok siswa dengan memperhatikan homogenitas antar kelompok siswa dan heterogenitas didasarkan pada prestasi siswa sebelumnya dan jenis kelamin. Tiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. Susunan anggota kelompok senantiasa berubah untuk tiap pembelajaran. Pembelajaran dilakukan oleh guru IPA yang biasa di sekolah yang bersangkutan, penilaian kinerja siswa di kelas dilakukan oleh guru-guru IPA di gugus yang bersangkutan. Aspek-aspek yang dinilai untuk asesmen kinerja meliputi Pengetahuan dasar (14 indikator), Ketrampilan dasar rangkaian listrik (14), Ketrampilan merangkai alat (8), Ketrampilan mendiagnosis dan menganalisis gangguan rangkaian (6), Kemampuan melakukan percobaan listrik (8), Ketrampilan sosial (9) dan Kemampuan mengaplikasikan konsep dan ketrampilan percobaan dalam situasi baru (3). Produk diukur dari laporan percobaan tertulis. Pada bagian akhir kegiatan pembelajaran, tiap siswa mengerjakan soal-soal dalam kelompok. Soal berupa soal konsep dan rancangan percobaan sederhana. Jawaban soal didemonstrasikan satu persatu oleh siswa yang mewakili kelompok secara bergantian. Siswa yang mempresentasikan jawaban dipilih secara acak (diundi) untuk mewakili kelompoknya. Bentuk soal mengharapkan jawaban berupa unjuk kerja (aspek psikomotor) dan pengetahuan konsep (aspek kognitif). Penilaian berdasarkan nilai kelompok dan individu, nilai siswa yang tampil juga nilai kelompoknya. 49

Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 ISSN: 1412-0917 Tahap observasi/evaluasi sikap guru terhadap pelaksanaan PBK, kinerja dan prestasi siswa. Alat pengumpul data respon guru terhadap pelaksanaan PBK dikumpulkan melalui kuesioner, yang pelaporannya dilakukan secara deskriptif. Kinerja siswa diobservasi melalui lembar kinerja tiap siswa dengan cara menceklis indikator kinerja yang ditunjukkan oleh siswa. Lembar kinerja siswa dianalisis dengan merekap jumlah indikator tiap aspek yang dipenuhi siswa, menghitung jumlah siswa yang memenuhi 65 % indikator tiap aspek kemudian dihitung prosentasinya. Prestasi belajar berupa tes essay yang dianalisis dengan menghitung daya serap klasikal. Tahap refleksi dan rekomendasi dilakukan analisis proses dan hasil pada tiap siklus. Kelemahan-kelemahan yang ada seperti suasana kelas, beberapa orang siswa menjadi grogi karena merasa diperhatikan setiap saat, menceklis masih sering tertukar kelompok atau nama, metoda pembelajaran, pengaruh perubahan susunan kelompok, pembagian alat KIT direfleksi/direkomendasikan untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan workshop semua peserta menyatakan belum pernah melakukan pembelajaran dengan PBK tetapi pernah melakukan pembelajaran dengan menggunakan KIT Listrik dalam suatu pembelajaran. Setelah pembelajaran, bahkan setelah melakukan penilaian guru tidak tahu secara mendalam kinerja siswa baik secara individu maupun secara klasikal, apalalagi rincian kinerja aspek-aspek psikomotor. Hanya kinerja beberapa siswa istimewa (yang teratas atau terbawah prestasinya) yang diketahuinya itupun tidak mendalam. Siswa yang sebelumnya telah diberi tahu akan dinilai kinerjanya selama pembelajaran jadi lebih serius dan aktif. Apalagi pembelajaran NHT yang menuntut kerja sama dalam kelompok agar mendapat nilai terbaik terutama yang lebih pandai berusaha membantu teman sekelompoknya yang kurang nampak juga persaingan antar kelompok. Dengan penilaian kinerja dapat diketahui siapa-siapa saja dan pada ketrampilan atau kemampuan apa saja siswa sudah memenuhi atau belum indikator yang telah ditentukan. Secara klasikal dari tabel 1 dan tabel 2 nampak bahwa pengetahuan dasar nama dan fungsi komponen dan kemampuan merangkai alat untuk keempat baik siklus pertama maupun siklus kedua telah menguasai walaupun beberapa siswa masih ada yang belum tahu nama tapi tahu fungsinya atau sebaliknya. Ketrampilan merangkai alat yang pada siklus per tama masih dibawah 50% pada siklus kedua ada kemajuan namun masih jauh di bawah 75 %; indikator yang paling sulit dipenuhi siswa adalah merangkai alat berdasarkan gambar (pencapaian 7, 9, 6 dan 5 orang masing-masing untuk Purwaraja 1 dan 3 dan Menes 1 dan 2 pada siklus pertama dan 14, 17, 14 dan 11 masing-masing untuk Purwaraja 1 dan 3 dan Menes 1 dan 2 orang pada siklus kedua) dan menggambarkan rangkaian (7, 10,6 dan 5 orang untuk siklus pertama dan 10, 14, 10 dan 9 orang untuk siklus kedua). Ketrampilan mendiagnnosis dan menganalisis rangkaian pencapaiannya paling rendah di kedua siklus masih jauh di bawah 50% semua indikator tidak ada yang dapat dipenuhi oleh 50% siswa. Kemampuan melakukan percobaa pada siklus pertama masih di bawah 75% namun pada siklus kedua telah mencapai 75%; namun indikator menarik kesimpulan pencapaiannya paling rendah (6, 0, 11 dan 5 orang untuk siklus pertama dan 11, 14, 11 dan 10 orang untuk siklus kedua). Ketrampilan sosial pada kedua siklus belum mencapai 75% tetapi sudah di atas 70%; berargumentasi (7, 11, 6 dan 6 orang untuk siklus pertama dan 12, 18, 14 dan 10 50

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 orang untuk siklus kedua ) dan mengemukakan ide (10, 14, 10 dan 8 orang untuk siklus pertama dan 16, 18, 13 dan 11 orang untuk siklus kedua). Kemampuan aplikasi pada kedua siklus sudah mencapai 75%. Pada umumnya ada peningkatan kinerja siswa dari siklus pertama ke siklus kedua. No Aspek Kinerja Siswa Tabel 1 Penilaian Kinerja Siswa pada siklus pertama 1 Pengetahuan Dasar Komponen (14 indikator ) 2 Kemampuan Dasar Rangkaian Listrik (14 indikator ) 3 Ketrampilan merangkai alat (8 indikator) 4 Ketrampilan mendiagnosis dan menganalisis gangguan rangkaian (6 indikator) 5 Kemampuan melakukan percobaan (8 indikator) 6 Ketrampilan sosial (9 indikator ) 7 Kemampuan mengaplikasikan konsep dan ketrampilan percoaan dalam situasi baru (3 indikator) Keterangan : Pir N No.1 Purwa Raja No.3 Purwa Raja No.1 Menes No.2 Menes PIr 11,08 11,67 11,07 11,13 n 33 38 29 22 %k 91,88 97,50 90,65 95,66 PIr 10,45 11,33 10,87 11,05 n 26 32 24 18 %k 76,24 82,04 75,00 78,26 PIr 4,40 4,92 4,87 4,97 n 10 16 7 9 %k 27,78 41,02 21,18 39,13 PIr 2,44 2,64 2,09 2,70 n 8 12 4 4 %k 22,22 30,77 12,50 17,09 PIr 5,38 5,48 5,42 5,44 n 18 20 13 13 %k 50,00 51,28 40,64 57,12 PIr 5,52 5,77 5,60 5,91 n 16 24 18 14 %k 44,44 61,53 56,24 60,87 PIr 1,86 2,29 1,83 2,20 n 25 32 21 19 %k 69,44 82,04 65,63 82,60 adalah rata-rata klasikal indikator kinerja yang dipenuhi oleh siswa pada aspek yang bersangkutan, yaitu: jumlah indikator yang dipenuhi oleh setiap siswa dijumlah kan kemudian dibagi jumlah siswa. adalah jumlah siswa yang memenuhi indikator kinerja minimal 65% dari indikator kinerja yang ditentukan. % k adalah jumlah siswa yang memenuhi indikator kinerja minimal 65% dari indikator kinerja yang ditentukan dibagi jumlah siswa dalam satu kelas kemudian dikalikan 100%. 51

Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 ISSN: 1412-0917 Tabel 2 Penilaian Kinerja Siswa pada siklus Kedua No Aspek Kinerja Siswa 1 Pengetahuan Dasar Komponen (14 ) 2 Kemampuan Dasar Rangkaian Listrik (14 ) 3 Ketrampilan merangkai alat (8) 4 Ketrampilan mendiagnosis dan menganalisis gangguan rangkaian (6) 5 Kemampuan melakukan percobaan (8) 6 Ketrampilan sosial (9 ) 7 Kemampuan mengaplikasikan konsep dan ketrampilan percoaan dalam situasi baru (3 ) No.1 Purwa Raja No.3 Purwa Raja No.1 Menes No.2 Menes PIr 12,14 12,20 11,84 12,13 n 34 28 31 23 %k 94,44 94,88 96,88 100 PIr 12,0 12,08 12,12 12,55 n 36 39 32 23 %k 100 100 100 100 PIr 6,05 6,13 5,97 5,82 n 24 28 22 16 %k 66,67 71,78 68,76 68,36 PIr 3,03 3,42 3,10 3,26 n 11 19 12 11 %k 30,56 48,72 37,50 68,36 PIr 6,08 6,30 6,13 6,13 n 28 32 26 18 %k 83,32 82,04 81,26 78,26 PIr 5,78 6,10 5,85 6,26 n 19 28 21 18 %k 52,28 76,90 65,63 78,26 PIr 2,29 2,43 2,33 2,40 n 31 34 26 23 %k 85,11 87,18 81,26 100 Pada Tabel 3 menunjukkan prestasi siswa dalam tes tertulis (penguasaan konsep) menunjukkan pencapaian rata-rata di atas 6 atau kategori cukup pada siklus pertama dan kedua kecuali di atas 7 berkategori baik untuk Menes 2 pada siklus kedua. Ketuntasan klasikal mendekati 60% pada siklus pertama dan lebih dari 70% pada siklus ke dua kecuali Menes 1 yang hanya 62,5%. Terdapat kenaikan prestasi belajar aspek kognitif yang signifikan dari siklus pertama ke siklus ke dua. Dilihat dari prestasi yang diukur dengan tes tertulis menunjukkan bahwa penerapan PBK pada pembelajaran tidak mengurangi prestasi aspek kognitif seperti yang dikhawatirkan para guru selama ini, bahkan kalau dilihat ketuntasannya rata-rata lebih dari 60%; walaupun masih jauh dari tuntutan kurikulum. Tabel 3. Prestasi Belajar Pada Siklus Pertama dan kedua Purwaraja 1 (36 orang) Purwaraja 3 (39 orang) Menes 1 (32 orang) Menes 2 (23 orang) No Indikator siklus siklus siklus siklus satu dua satu dua satu dua satu dua 1 Nil. Reratakelas 6,31 6,53 6,14 6,82 6,22 6,23 6,41 7,36 2 Kategori nilai cukup cukup cukup cukup cukup cukup cukup baik 3 Jumlah siswa yang tuntas 21 26 24 29 15 20 13 17 4 Ketuntasan klasikal 58,3 72,2 61,5 74,4 56,1 62,5 56,5 73,9 Hasil penelitian pada siklus pertama menunjukkan: a) sebagian besar siswa nampak antusias dan lebih bersemangat dan tertantang dengan mengetahui akan diamati setiap saat 52

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 dan adanya persaingan antar kelompok, namun sebagian kecil menunjukkan canggung dan grogi sehingga diskusi kelompok yang dimaksudkan teman yang lebih membantu teman yang kurang berjalan lancar. Disamping itu b) kadang salah menceklis karena tertukar nama atau kelompok siswa juga c) beberapa langkah KBM yang masih belum mulus dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya d) Aspek Keterampilan mendiagnosis dan menganalisa data pencapaiannya paling rendah bahkan untuk semua indikator kinerja. e) Ketrampilan merangkai alat pencapaiannya masih di bawah 50 % untuk semua sekolah dengan dua indikator yang paling rendah pencapaiannya yaitu merangkai alat berdasarkan rangkaian dan menggambarkan rangkaian. f) Kemampuan melakukan percobaan pencapaiannya masih rendah dengan indikator menarik kesimpulan pencapaiannya paling rendah untuk semua pencapaian indikator yang belum dipenuhi siswa. g) Lebih dari 50 % (38 dari 62 indikator) indikator kinerja siswa penca paiannya masih dibawah 65 %. Semua kekurangan ini dicoba diperbaiki dengan melakukan pendekatan persuasip terhadap siswa yang masih canggung, lebih teliti dalam penilaian dengan menambahkan tanda-tanda tertentu pada lembar kinerja siswa, lebih banyak lagi membimbing siswa dalam kelompok ketika sedang melakukan percobaan terutama saat merangkai alat, memodelkan mengatasi trouble shoting dan lebih mendorong siswa yang pandai membimbing teman kelompoknya yang kurang. Perbaikkan pelaksanaan metoda mengajar dengan cara mendiskusikan bersama sehari sebelum pembelajaran selanjutnya berdasarkan pengalaman pembelajaran sebelumnya. Tabel 4. Respon Guru pada Penilaian berbasis Kelas Sikap Guru No Pendapat Guru Sangat Tidak Sangat Ti Setuju Setuju Setuju dak Setuju 1 Guru memiliki pemaham yang mendalam 25 5 1 0 mengenai pengetahuan yang dimiliki siswa 2 Guru memiliki pemaham yang mendalam 19 10 2 0 mengenai apa yang seharusnya dilakukan siswa untuk belajar selanjutnya 3 Guru memiliki metode untuk menemukan apa 10 18 2 1 yang diketahui siswa 4 Guru memiliki metode menemukan bagai 10 12 8 1 mana siswa menerapkan pengetahuana 5 Guru memiliki cara yang efisien untuk 11 15 5 0 mengevaluasi siswa 6 Guru memiliki cara penilaian yang dapat 12 14 5 0 diadaptasi untuk menilai berbagai bakat dan kemampuan siswa 7 Siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran 18 12 1 0 Hasil respon guru terhadap PBK menunjukkan 97% memberikan respon positip (87% sangat setuju dan 16% setuju) bahwa hasil PBK Guru memiliki pemaham yang mendalam mengenai pengetahuan yang dimiliki siswa. Guru mengetahui dan memahami pengetahuan apa saja dan sejauh mana pengetahuan itu dikuasai oleh setiap siswa dari kinerja yang ditunjukkannya, sehingga apa yang seharusnya dilakukan siswa untuk belajar selanjutnya dipahami oleh guru dengan baik (61% dan 32%). PBK memungkinkan Guru memiliki 53

Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 6 No. 2 Desember 2005 ISSN: 1412-0917 metode untuk menemukan apa yang diketahui siswa (32% dan 58%) dan bagaimana siswa menerapkan pengetahuannya (26 % dan 39%). Disamping itu dalam mengevaluasi siswa Guru memiliki cara yang efisien (36% dan 48%), juga Guru memiliki cara penilaian yang berkaitan dengan berbagai bakat dan kemampuan siswa (39% dan 45%). Dan terakhir respon guru positip 97 % (58% dan 39%) bahwa dengan PBK Siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran. KESIMPULAN Berdasarkan permasalahn, tujuan dan hasil pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Hasil belajar yang dapat diukur dalam pembelajaran dengan PBK lebih banyak dan mendalam baik ranah kognitif dan psikomotor maupun indikatornya. Untuk ranah kognitif mencapat nilai rata-rata dan ketuntasan masing-masing 6,4 dan 65,3 %, 6,5 dan 68 %, 6,2 dan 58,3 % dan 6,9 dan 65,2 % untuk Purwaraja 1 dan 3, Menes 1 dan 2. Sedangkan kinerja siswa bervariasi untuk tiap aspek dan indikator dan sekolah. Pada siklus pertama ketuntasan terendah pada aspek-aspek mendiagnosis dan analisis rangkaian untuk Menes 1 yaitu 12,5 % dan tertinggi Aspek Pengetahuan dasar untuk Purwaraja 3 yaitu 97,5%. Pada siklus kedua ketuntasan terendah pada aspek mendiagnosis dan analisis rangkaian untuk Purwaraja 1 yaitu 30,6 % dan tertinggi Aspek Pengetahuan dasar dan kemampuan mengaplikasikan konsep dan ketrampilan percobaan untuk Menes 2 yaitu 100%. Pembelajaran dengan PBK tidak menyebabkan hasil belajar aspek kognitip menurun. Guru merasa penerapan PBK dalam pembelajaran lebih memahami pengetahuan dan apa yang harus dilakukan siswa untuk belajar, memiliki metoda untuk menemukan dan menerapkan pengetahuan siswa, memiliki cara yang efisien untuk mengevaluasi dan menilai bakat siswa dan siswa terlibat lebih aktif dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Airasian, Peter W. 1994. ClassroomAssesment. New York: Mc Graw Hill Dirjen Dikdasmen 2004. Kurikulum 2004: Pola Induk Pengembangan Penilaian. Jakarta: Dikmenum Doran, R., Chan, F., Tamir, P Lenhardt, C. 2002. Science Educators Guide to Labolatory Assesment : Virginia NSTA Press Glencoe. 1999. Alternative Assesment in science Classroom. New York: Mc Graw Hill Hilbard, K. Michael. 1999. Performent Assesment in science Classroom. New York: Mc Graw Hill Sri Rahayu dan Prayitno. 2004. Pengembangan Asesmen Performans Sebagai Salah Satu Bentuk Asesmen Otentik, Makalah yang dibawakan pada Workshop Authentic Assesment dalam Pembelajaran MIPA. JICA-IMSTEP 54