BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSYARATAN TATA CARA PERMOHONAN SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL TAHUN 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah.

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL.03.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ISU-ISU AKTUAL STATUS KEIMIGRASIAN DAN KEWARGANEGARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG

9 Oktober 2013 Direktorat Izin Tinggal dan Status Keimigrasian

BAB III PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN KEWARANEGARAAN

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-310.IZ TAHUN 1995 TENTANG TATA CARA ALIH STATUS IZIN KEIMIGRASIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Keimigrasian. Visa. Perubahan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

SUB DIREKTORAT KEWARGANEGARAAN DIREKTORAT JENDERAL ADMINISTRASI HUKUM UMUM Jakarta, 24 November

PERNYATAAN KESEDIAAN MENANGGALKAN KEWARGANEGARAAN ASING

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Hak dan Kewajiban Warga Negara

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.GR TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTRI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA

PENGARUH PENERAPAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR PERNYATAAN MEMILIH KEWARGANEGARAAN

BERITA NEGARA. No.1370, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pendaftaran. Anak Kewarganegaraan Ganda. Tata Cara.

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2012

FORMULIR PERNYATAAN MEMILIH KEWARGANEGARAAN. Lampiran : 1 (satu) Berkas...,... Perihal : Pernyataan Memilih Kewarganegaraan

PETUNJUK PELAKSANAAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-309.IZ TAHUN 1995 TENTANG

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Majelis Kehormatan Notaris

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 07 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PENETAPAN STANDAR PELAYANAN PENERBITAN IZIN TINGGAL TERBATAS KEPALA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN

BERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DALAM KOTA LANGSA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BERITA NEGARA. KEMENKUMHAM. Izin Tinggal Tetap. Alih Status. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang sebagai warga negara. Berdasarkan Penjelasan BAB X

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG. Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA A. Proses Naturalisasi Dalam Praktek 1. Prosedur permohonan naturalisasi bagi WNA Selain persyaratan menurut Pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 di atas, ketentuan mengenai persyaratan pewarganegaraan juga diatur dalam Pasal 3 PP No.2 tahun 2007 yang menyatakan permohonan harus diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahsa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup dan sekurang-kurangnya memuat : 1. Nama lengkap ; 2. Tempat dan tanggal lahir; 3. Jenis kelamin 4. Status; 5. Status perkawinan; 6. Alamat tempat tinggal; 7. Pekerjaan; dan 8. Kewarganegaraan asal. Permohonan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat 1 harus dilampiri dengan : 1. Fotokopi kutipan akte kelahiran atau surat yang membuktikan kelahiran pemohon yang disahkan pejabat; 37

2. Fotokopi kutipan akte perkawinan/buku nikah, kutipan akte perceraian/surat talak, atau kutipan akte kematian istri/suami pemohon bagi yang belum berusia 18 tahun yang belum disahkan oleh pejabat; 3. Surat keterangan keimigrasian yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon yang menyatakan bahwa pemohon telah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. 4. Fotokopi kartu izin tinggal tetap yang disahkan oleh pejabat; 5. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari rumah sakit; 6. Surat pernyataan pemohon dapat berbahasa Indonesia; 7. Surat pernyataan pemohon mengakui dasar Negara Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 8. Surat keterangan catatn kepolisian yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon; 9. Surat keterangan dari perwakilan negara pemohon bahwa dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; 10. Surat keterangan dari camat yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal pemohon bahwa pemohon memiliki pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; 11. Bukti pembiayaan uang pewarganegaraan dan biaya permohonan ke kas negara;dan 12. Pasfoto pemohon terbaru berwarna ukuran 4x6 sentimeter sebanyak 6 (enam) lembar. 38

Proses naturalisasi pada saat berlakunya UU No.62 tahun 1958 lembaga peradilan ( Pengadilan Negeri) masih memegang peranan dalam proses naturalisasi. Hal ini tampak dari adanya ketentuan bahwa setelah persyaratan dipenuhi oleh pemohon dan Surat Keputusan Presiden keluar, maka orang tersebut wajib mengucapkan sumpah di depan Pengadilan Negeri.lain halnya setelah diberlakukan UU No.12 Tahun 2006, permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dengan bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada Presiden melalui Mentri sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 ayat (1) yang berbunyi : Permohonan pewarganegaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa Indonesia diatas kertas bermaterai cukup kepada Presiden Melalui Materai. Selanjutnya sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 ayat (2) yang berbunyi: Berkas permohonan pewarganegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) disampaikan kepada pejabat. Setelah permohonan disampaikan kepada pejabat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 ayat (2), kemudian akan diteruskan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11 yang berbunyi : Mentri meneruskan permohonan kewarganegaraan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 10 disertai dengan pertimbangan kepada Presiden dalam waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima. Permohonan kewarganegaraan sebagaimana diatur diatas menurut Pasal 13 ayat (1) dikenal biaya. Dalam Pasal 13 ayat (2) permohonan diajukan kepada Presiden selanjutnya Presiden dapat mengabulkan atau menolak permohonan naturalisasi. Selanjutnya Pasal 13 ayat (3) menyatakan bahwa apabila 39

permohonan dikabulkan maka akan ditetapkan dengan Keputusan Presiden untuk paling lama 3 bulan terhitung sejak permohonan dikeluarkan oleh Mentri dan diberitahukan kepada pemohon paling lambat 14 hari terhitung sejak keputusan Presiden ditetapkan. Penolakan permohonan naturalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disertai alasan dan diberitahukan oleh Menteri kepada yang bersangkutan paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima oleh Mentri sebagimana diatur dalam Pasal 13 ayat (4). Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan naturalisasi, berlaku efektif sejak pemohon mengucapkan sumpah atau janji setia. Selanjutnya paling lambat 3 bulan terhitung sejak Keputusan Presiden dikirimkan kepada pemohon, Pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. Dalam hal yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan RI yang diakibatkan oleh kewarganegaraan ganda tersebut, yang bersangkutan dapat diberi izin tinggal tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara menyampaikan pernyataan untuk menjadi WNI diatur dengan Peraturan Mentri. Menurut Pasal 20 orang asing yang telah berjasa kepada Negara RI atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi kewarganegaraan RI oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan DPR RI, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda. Menurut Pasal 21 ayat (1) anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan bertempat tinggal di wilayah 40

RI, dari ayah atau ibu yang memperoleh kewarganegaraan RI dengan sendirinya berkewarganegaraan RI, selanjutnya ayat (2) dan (3) menentukan bahwa anak WNA yang belum berusia 5 tahun yang diangkat secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI memperoleh kewarganegaraan RI. Dalam hal anak seperti dimaksud di atas memperoleh kewarganegaraan ganda, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Prosedur naturalisasi erat kaitaannya dengan pejabat administrasi negara. Hal tersebut terjadi karena Keputusan Presiden tersebut bersifat beschiking, artinya surat keputusan tata usaha negara tersebut bersifat konkret, individual, dan dapat digugat di depan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara. Di dalam bukunya Sadjijono menguntip pendapat Sjahran Basah yang menyatakan bahwa : Besciking adalah keputusan tertulis yang dibuat oleh badan atau pejabat TUN sebagai tindakan hukum TUN yang bersifat konkrit, individual, final dan mempunyai akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Selain itu, pengertian beschiking dikemukakan oleh Van Der Pot dan Van Vollenhoven dalam bukunya Prins inleiding het administratief van Indonesie keputusan memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1. Adanya suatu perbuatan hukum yang melahirkan hak dan atau kewajiban. 2. Bersifat sebelah pihak maka perbuatan hukum itu harus berdasarkan hukum publik. 41

3. Dalam lapangan pemerintah. Maka keputusan itu berfungsi untuk merealisir, mewujudkan peraturan perundang-undangan, artinya menerapkan ketentuan undang-undang ke dalam suatu pristiwa konkret. 4. Berdasarkan kekuasaanya yang istimewa, yang dimaksud kekuasaan istimewa adalah kekuasaan yang diperoleh dari undang-undang yang diberikan khusus kepada pemerintah/adminbistrasi Negara saja. Oleh karena itu, Surat Keputusan Presiden termasuk ke dalam keputusan hukum yang bersifat beschiking. Karena tindakan membuat keputusan merupakan tindakan hukum publik yang bersifat sepihak ( bersegi satu ), konkret dan individual. maka, segala bentuk tindakan pejabat harus sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik. 2. Prosedur permohonan naturalisasi luar biasa bagi WNA Prosedur permohonan naturalisasi luar biasa diatur dalam PP Nomor 2 Tahun 2007. Berbeda dengan permohonan naturalisasi biasa, prosedur naturalisasi luar biasa ini dilakukan dengan adanya usul yang diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM atau Pejabat lembaga terkait. Berdasarkan Pasal 13 PP Nomor 2 Tahun 2007, Presiden dapat memberikan kewarganegaraan Republik Indonesia kepada orang Asing yang telah berjasa kepada Negara Republik Indonesia setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda. 42

Selanjutnya ditegaskan juga bahwa Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana maksud di atas diberikan kepada orang asing karena prestasinya yang luar biasa di bidang kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, lingkungan hidup, atau keolahragaan telah memberikan kemajuan dan keharuman nama bangsa Indonesia. Pasal 14 PP nomor 2 tahun 2007 menyatakan bahwa Presiden dapat memberi kewarganegaraan Republik Indonesia kepada orang Asing karena alasan kepentingan negara setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda. Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud di atas diberikan kepada orang Asing yang dinilai oleh negara telah dan dapat memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan kedaulatan negara dan meningkatkan kemajuan khususnya di bidang perekonomian Indonesia. Usul pemberian kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diajukan kepada Menteri oleh pimpinan lembaga negara, lembaga pemerintah, atau lembaga kemasyarakatan terkait. Usul pemberian kewarganegaraan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan kepada Mentri oleh pimpinan lembaga negara atau lembaga pemerintah terkait, dengan tembusan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Orang Asing yang diusulkan. Usul sebagaimana dimaksud di atas, diajukan secara tertulis dalam bahsa Indonesia kertas bermaterai cukup yang dilampiri dengan : 43

a. Fotocopi akte kelahiran; b. Daftar riwayat hidup; c. Surat pernyataan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; d. Surat pernyataan bersedia menjadi Warga Negara Indonesia dan melepaskan kewarganegaraan aslinya; e. Fotokopi paspor atau surat yang bersifat paspor yang masih berlaku; f. Surat keterangan dari perwakilan negara Orang Asing yang diusulkan bahwa yang bersangkutan akan kehilangan kewarganegaraan yang dimilikinya setelah memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia; g. Surat rekomendasi yang berisi pertimbangan bahwa Orang Asing yang diusulkan layak untuk diberikan kewarganegaraan karena jasanya atau alasan kepentingan negara; dan h. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 sentimeter sebanyak 6 lembar. Kemudian Mentri memeriksa persyaratan substantif pengusulan di atas. Berdasarkan hasil pemeriksaan Menteri meneruskan usul kewarganegaraan RI desertai dengan pertimbangan kepada Presiden. Presiden menyampaikan usul kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia diberikan sesuai dengan peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Presiden setelah memperoleh pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menetapkan Keputusan Presiden mengenai pemberian Kewarganegaraan RI. 44

Keputusan Presiden di atas, petikaanya disampaikan kepada Menteri untuk diteruskan kepada WNA yang bersangkutan melalui Pejabat dan salinanya disampaikan kepada : a. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; b. Lembaga pengusul; c. Menteri; d. Perwakilan negara asal Orang Asing yang bersangkutan; dan e. Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Orang Asing yang bersangkutan. Pejabat memanggil WNA yang bersangkutan secara tertilis untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia dalam waktu paling lambat tiga bulan terhitung sejak tanggal pemberitahuan petikan putusan Presiden dikirim kepada WNA yang bersangkutan. Dalam hal WNA yang bersangkutan memenuhi panggilan dalam waktu yang ditentukan.wna yang bersangkutan mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan pejabat yang disaksikan oleh dua orang saksi. Dalam hal orang Asing yang bersangkutan tidak memenuhi panggilan dengan alasan yang sah, pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dapat dilakukan dihadapan Pejabat dalam batas waktu yang ditentukan di atas. Pelaksanaan pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia di buat dalam berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dalam 4 ( empat) rangkap. a. Rangkap pertama untuk Orang Asing yang bersangkutan; b. Rangkap kedua disampaikan kepada Menteri; 45

c. Rangkap ketiga disampaikan kepada Menteri Sekertaris Negara; dan d. Rangkap keempat disimpan oleh pejabat. Berita acara pengucapan sumpah atau pernyataan janji yang dimaksud diatas disampaikan kepada WNA yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia. Dalam hal WNA yang bersangkutan tidak hadir dalam alasan yang sah setelah dipanggil secara tertulis oleh Pejabat untuk mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan maka Keputusan Presiden batal demi hukum. B. Proses Naturaralisasi Pemain Sepak Bola di Indonesia 1. Warga Negara Asing dengan Naturalisasi biasa Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegraan RI, kewarganegaraan RI dapat diperoleh melalui naturalisasi. Naturalisasi merupakan proses bagi Warga Negara Asing untuk mendaptakan kewarganegaraan Indonesia dengan cara mengajukan permohonan pewarganegaraan kepada Presiden melalui Mentri. 73 Sementara Pasal 9 Undang-Undang ini menyatakan subyek naturalisasi adalah Warga Negara Asing yang mengajukan permohonan naturalisasi dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang. Persyaratan- 73 Op.cit. 46

persyaratan untuk mengajukan permohonan naturalisasi yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut : 74 1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin 2. Pada waktu mengajukan permohonan telah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun; berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. 3. Sehat jasmani dan rohani; 4. Dapat berbahasa Indonesia serta menguasai dasar negara Pancasila UUD Negara Republik Indonesia 1945; 5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara satu tahun atau lebih; 6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; 7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan 8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara. Setiap Warga Negara Asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin keimigrasian sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 24 UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Izin keimigrasian tersebut meliputi:\ 1. Izin Singgah yang diberikan kepada WNA yang memerlukan singgah di wilayah Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain. 75 74 Ibid. 75 Keputusan Mentri Kehakiman RI Nomor.M.02-IZ.01.10 Tahun 1995 Visa Singgah,Visa Kunjungan, Visa Tinggal Terbatas,Izin Masuk dan Izin Keluar. 47

2. Izin kunjungan yang diberikan kepada WNA yang berkunjung ke wilayah Indonesia untuk waktu yang singkat dalam rangka tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya atau usaha. 76 3. Izin Tinggal Terbatas (ITAP) yang diberikan kepada WNA untuk tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas. 4. Izin Tinggal Tetap (ITT) diberikan kepada WNA untuk tinggal menetap di wilayah Indonesia. 77 Salah satu persyaratan naturalisasi diatas bahwa Warga Negara Asing yang mengajukan permohonan naturalisasi diharuskan telah bertempat tinggal di wilayah Negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin masuk dan Izin Keimigrasian serta Petunjuk tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan, Penolakan dan Gugurnya izin keimigrasian dijelaskan ITAP dapat diberikan kepada : 1. Anak asing yang lahir di Indonesia dari orang tua asing pemegang ITAP. 2. Orang asing yang memperoleh alih status dari ITAS menjadi ITAP berdasarkan Keputusan Mentri Kehakim Sementara berdasarkan Keputusan Mentri Kehakiman Nomor M.02- IZ.01.10 Tahun 1995 mengenai Subjek alih status ITAS menjadi ITAP adalah: 1. Menanamkan modal; 76 Ibid. 77 Ibid. 48

2. Bekerja sebagai tenaga ahli langka; 3. Melaksanakan tugas sebagai pimpinan tertinggi perusahaan; 4. Melaksanakan tugas sebagai rohaniawan; 5. Menggabungkan diri dengan suami atau istri WNI; 6. Menggabungkan diri dengan orang tua bagi anak yang sah pemegang paspor asing dari seorang WNI; 7. Menggabungkan diri dengan suami atau istri pemegang ITAP; 8. Menggabungkan diri dengan orang tua pemegang ITAP bagi anak yang berumur di bawah 18 Tahun dan belum kawin; 9. Memperoleh kembali kewarganegaraan RI berdasarkan UU nomor 12 Tahun 2006. 10. Wisatawan lanjut usia mancanegara. Berdasarkan uraian di atas, WNA yang mengajukan permohonan naturalisasi harus memiliki Izin Tinggal Tetap. Izin Tinggal Tetap tersebut diberikan kepada WNA yang memperoleh izin untuk masuk ke wilayah Indonesia dengan paspor berkebangsaan negara tertentu. 2. Warga Negara Asing dengan naturalisasi luar biasa Subyek naturalisasi tidak hanya diajukan atas permohonan pemohon sendiri seperti dalam Pasal 8 UU No.12 Tahun 2006. Tetapi juga peraturan permohonan naturalisasi diatur dalam Pasal 20 mengatur perihal permohonan naturalisasi bagi WNA yang telah berjasa kepada negara RI atau dengan kepentingan negara 78. 78 Op.cit. 49

WNA yang telah berjasa kepada negara RI adalah WNA yang karena prestasinya yang luar biasa di bidang kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, lingkungan hidup, serta keolahragaan telah memberikan kemajuan dan keharuman nama bangsa Indonesia. Sementara WNA yang diberi kewarganegaraan karena alasan kepentingan negara adalah WNA yang di nilai oleh negara telah dan dapat memberikan sumbangan yang luar biasa untuk kepentingan memantapkan kedaulatan negara dan untuk meningkatkan kemajuan khususnya di bidang perekonomian indonesia. 50