PERKEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEBU DENGAN PG. KREBET BARU:PERILAKU EKONOMI PETANI TEBU. Fadila Maulidiah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Industri Gula Indonesia 2.2. Karakteristik Usahatani Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Semarang dalam Suharyono dan Moch. Amien (2013: 19) bahwa geografi adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan suatu perusahaan yang akan dianalisis dengan alat-alat analisis

Pembangunan sektor pertanian seyogyanya memperhatikan. komponen-komponen serta seluruh perangkat yang saling berkaitan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 154 TAHUN 1980 TENTANG

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN STRATEGIS PRODUSEN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Henny Indrawati

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Boks 1. Peluang Peningkatan Pendapatan Petani Karet Melalui Kerjasama Kemitraan Pemasaran Bokar Dengan Pabrik Crumb Ruber

USAHA GULA MERAH DAN PERSAINGANNYA. DENGAN PABRIK GULA DALAM PENYEDIAAN BAHAN BAKU DI JAWA TIMUR*)

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

-z; DAYA SAING USAHATANI TEBU DI JAWA TIMUR. FAE. Vol. 14 No.1, Juli 1996 PENDAHULUAN

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

Bab I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.kondisi ini

1. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun adalah merupakan. salah satu kebijaksanaan pemerintah dalam rangka

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB V KESIMPULAN. Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang program TRI 1975 dengan tujuan

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebun Agung didirikan pengusaha Cina, sedangkan Pabrik Gula Krebet

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR. Geografi menurut ikatan Geografi Indonesia (IGI :1988) dalam adalah ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

72 VII. STRATEGI PROGRAM PEMBERDAYAAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hasil Wawancara. Tanggal : 26 Februari 2015 Informan : Bpk. Suyono Jabatan : Asisten Menejer Divisi Tanaman

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. zaman pendudukan Belanda. Pabrik-pabrik gula banyak dibangun di Pulau Jawa,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG USAHA BUDIDAYA TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PG. DJOMBANG BARU DI KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB V PERAN KELOMPOK TANI BAGI KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umar Hadikusumah, 2013

TINGKAT KEPUASAN DAN KEPATUHAN PETANI TEBU TERHADAP POLA KERJASAMA DENGAN PABRIK GULA GEMPOLKREP. Oleh Indra Tjahaja Amir 1)

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

PENDEKATAN KLASTER BISNIS UKM DAN RELEVANSINYA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

Transkripsi:

PERKEMBANGAN KEMITRAAN PETANI TEBU DENGAN PG. KREBET BARU:PERILAKU EKONOMI PETANI TEBU Fadila Maulidiah Prodi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang E-mail: dila_mesak@yahoo.com Abstrak: Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah mengetahi perkembangan hubungan kerja antara petani tebu dengan PG. Krebet baru dan bagaimana petani menjalin kerjasama ekonomi dengan pihak-pihak lain antara lain; pemilik tanah, kelompok tani, mandor angkut, KUD dan pabrik gula.penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana perkembangan kemitraan antara petani tebu dengan PG. Krebet serta bagaimana pertimbangan petani dalam memutuskan dengan siapa saja mereka melakukan kerjasama usaha demi mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Kata Kunci: Kemitaraan, Masyarakat Petani Tebu, Hubungan Kerja. Menurut Isma il (2001:15) terdapat tiga faktor di dalam meningkatkan produksi gula, yaitu produktivitas tebu, luas areal dan rendemen. Dua faktor terpenting adalah meningkatkan rendemen dan produktivitas tebu per hektar areal dengan cara menggunakan bibit unggul yang tepat dan teknik budidaya sesuai standar bakunya. Produktivitas tebu, luas areal dan rendemen akan sangat mempengaruhi kondisi industri gula nasional agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Sektor pertanian mencirikan beberapa kekhasan seperti: melibatkan banyak orang dengan kepemilikan sumber daya terbatas, relatif rendahnya tingkat keterampilan dan pengetahuan, kurangnya dukungan social network khususnya untuk memasuki era ekonomi modern saat ini. Jawa Timur memiliki 31 PG atau menguasai 53,44 persen PG yang ada di Indonesia. PG tersebut tersebar di berbagai wilayah diantaranya Ngawi, Lumajang, Madiun, Malang, Jombang, Pasuruan, Jember, Bondowoso, dan Situbondo. Jawa timur merupakan sentra utama penghasil gula Indonesia. Hal ini didukung dengan adanya PG di Jawa Timur sebanyak 31 pabrik. PG. Krebet Baru adalah salah satu perusahaan yang memproduksi gula dengan bahan baku dari tebu. PG. Krebet Baru dalam menjalankan bisnisnya melakukan kerjasama dengan petani-petani di sekitar kawasan pabrik, karena sekitar 80% bahan baku pabrik gula berasal dari tebu rakyat. Masyarakat Desa Krebet

baru sebagian besar masyarakatnya adalah petani tebu. Di wilayah ini banyak terdapat penduduk yang bekerja di PG. Krebet Baru dan banyak juga terdapat lahan perkebunan tebu. Warga masyarakat Desa Krebet banyak yang memanfaakan lahan perkebunan miliknya untuk ditanami tebu sebagai salah satu bahan baku utama produksi gula di Pabrik Gula Krebet. Hubungan kemitraan antara perani tebu dengan pabrik gula dari tahun ketahun akan mengalami perubahan. Dalam hubungan kerjanya Petani akan menjalin kerjasama ekonomi dengan pihak-pihak: pemilik tanah, kelompok tani, mandor angkut, KUD dan pabrik gula. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian historis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Gottschalk (1886:32) berpendapat bahwa metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Penelitian ini termasuk dalam kajian sejarah sosial, oleh karena itu metode penelitian sejarah (history research), yang dibantu dengan pendekatan ilmu sosial terutama sosiologi dipilih sebagai alat analisis dengan harapan mampu menjelaskan lebih mendalam bagaimana hubungan kerja antara petani tebu dengan Pabrik Gula Krebet Baru yang selama ini terjadi. Adapun jenis penelitan sejarah pada umumnya dapat dibagi menjadi lima tahap, seperti apa yang diungkapkan Kuntowijoyo (2001: 91), yaitu pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi (kritik sejarah/keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan historiografi (penulisan). Pendekatan kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu; (1) penyesuaian metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak, (2) metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden, (3) metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2011:10). Penelitian ini dilakukan di Desa Krebet Kecamatan Bululawang, Malang. Petani tebu di Desa ini sebagian besar merupakan petani tebu dan masyarakat industri karena sebagian besar warganya juga merupakan pegawai PG. Krebet Baru. Disini petani akan bekerja sama dengan pekerja-pekerjanya untuk mengolah lahan miliknya agar mendapat keuntungan yang masimal. Maka peneliti ingin meneliti bagaimana perkembangan kemitraan antara petani tebu dengan PG. Krebet Baru dan bagaimana petani tebu memutuskan dengan siapa saja mereka bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.

Temuan penelitian ini adalah Bentuk kemitraan yang diterapkan Pabrik Gula Krebet dengan petani tebu rakyat yaitu pola kemitraan Inti Plasma, dimana Pabrik Gula bertindak sebagai inti dan petani tebu rakyat sebagai plasma. Pabrik Gula sebagai pihak inti berperan dalam memberikan bantuan kepada pihak plasma. Bantuan yang diberikan berupa peminjaman traktor, pengadaan bibit, bantuan biaya garap, bantuan biaya tebang angkut serta pengadaan pupuk. Petani berkewajiban untuk menggilingkan hasil panennya kepada Pabrik Gula.Sebagai salah satu pedoman kerjasama antara petani dengan industri, kebijakankebijakan tentang industri pergulaan terus berkembang dari tahun-ketahun. Adapun perkembangan kebijakan-kebijakan tersebut antara lain: Kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan yang disertai adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masingmasing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya. Kemitraan merupakan suatu konsep yang memadukan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekonomi. Adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan juga akan menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh pelaku ekonomi. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi dalam mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Pemahaman dan penerapan etika bisnis yang kuat akan menperkuat pondasi kemitraan yang akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri (Hafsah, 2000:31). Kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula bermula sejak pihak pabrik gula kekurangan pasokan bahan baku tebu dan menggiling tebu di bawah kapasitas giling, sedangkan petani tidak memiliki jaminan pasar dan butuh pengolahan lebih lanjut agar tebu lebih bernilai. Dengan demikian, terdapat hubungan saling membutuhkan antara pabrik gula dan petani tebu rakyat. Pabrik gula semakin intensif menjalankan kemitraan dengan petani tebu rakyat sejak pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1975 sebagai salah satu kebijaksanaan baru dalam bidang industri gula. Inpres tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan sinergi dan peran tebu rakyat, perusahaan perkebunan, dan koperasi dalam pengembangan industri gula. Kemitraan tersebut terus berlanjut meskipun Inpres tersebut

telah dicabut dan digantikan Inpres Nomor 5 Tahun 1997 dan Inpres Nomor 5 Tahun 1998 yang dilandasi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 dimana petani diberi kebebasan memilih komoditi yang akan diusahakannya. Bentuk kemitraan yang diterapkan Pabrik Gula Krebet dengan petani tebu rakyat yaitu pola kemitraan Inti Plasma, dimana Pabrik Gula bertindak sebagai inti dan petani tebu rakyat sebagai plasma. Pabrik Gula sebagai pihak inti berperan dalam memberikan bantuan kepada pihak plasma. Bantuan yang diberikan berupa peminjaman traktor, pengadaan bibit, bantuan biaya garap, bantuan biaya tebang angkut serta pengadaan pupuk. Petani berkewajiban untuk menggilingkan hasil panennya kepada Pabrik Gula. Pabrik Gula memberikan segala kemudahan kepada petani agar mudah mendapatkan fasilitas seperti bibit pupuk dan sistem pengangkutan kepabrik gula. Hal ini dilakukan untuk menjamin seluruh kegiatan penanaman tebu berjalan lancar. Sejak tahun 2000 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 345/KMK.017/2000 Keputusan Menteri Keuangan No. 417/KMK.017/2000 Salinan Keputusan Menteri Keuangan No 110/KMK.06/2004 tanggal 12 Maret 2004 Tentang pendanaan kredit ketahanan pangan petani lebih mudah mendapatkan pinjaman kredit untuk tanaman tebu. Dengan adanya Kepmen ini petani jauh lebih mudah mendapatkan kredit melalui KUD. Sejumlah petani meningkat sejak saat itu yang menanam tebu meningkat walau tak banyak tetapi peningkatan ini menguntungkan pabrik gula karena pasokan tebu yang akan ia dapatkan akan terus meningkat. Dengan berjalannya waktu pabrik gula terus meningkatkan kinerjanya agar hasil-hasil tebu yang mereka dapatkan juga berkualitas dari petani. Untuk hal ini pabrik gula banyak melakukan pennyuluhan-penyuluhan pertanian kepada petani. Penggunaan bibit unggul dan penggunaan pupuk yang benar dapat menghasilkan tebu yang berkualitas dan hasilnya juga dapat menguntungkan pabrik gula. Lahan bagi masyarakat pedesaan sangatlah penting karena merupakan faktor produksi, sehingga lahan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk desa. Kriteria petani di Desa Krebet dapat dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu: 1. Golongan petani kecil dengan luas lahan < 05 Ha 2. Golongan petani menengah dengan luas lahan 0,05-1 Ha 3. Golongan petani besar dengan luas lahan > 1 Ha Rata-rata luas lahan yang diusahakan petani tebu di wilayah Desa Krebet beragam antara 0,250 ha sampai 4,000 ha. Dari tabel dibawah ini dapat diketahui beberapa jenis luas lahan yang diusahakan di Desa Krebet dengan rata-rata petani di desa ini merupakan petani kecil karena rata-rata mereka mengusahakan perkebunan tebu seluas 0,500 Ha.

Tabel Lahan Petani Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan. No. Luas lahan (Ha) Petani % 1 0,250 115 49,5 2 0,251-0,500 60 25,8 3 0,501-0,750 5 2,1 4 0,751-1,000 20 8,6 5 1,001-1,250 3 1,2 6 1,251-1,500 4 1,7 7 1,501-1,750 6 2,5 8 1,751-2,000 5 2,1 9 2,001-2,500 6 2,5 10 > 2,500 8 3,4 Jumlah 232 100% Sumber: KUD Sari Bumi 2012 Selain luas yang dimiliki oleh petani, pengelompokam petani juga dilakukan berdasarkan usaha yang mereka lakukan dalam pertanian. Menurut Sandy (1985), petani di Indonesia dapat dikelompoka menjadi tiga yaitu: 1. Petani pemilik adalah petani yang mengusahakan sendiri lahannya. 2. Petani penggarap adalah petani yang mengusahakan lahan orang lain atas dasar bagi hasil. 3. Buruh tani adalah orang yang menyewa tenaganya dibidang pertanian dalam usahanya dia mendapatkan upah. Di Desa Krebet pengelompokan petani berdasarkan usaha pertanian yang meraka lakukan yaitu petani pemilik, petani penggarap, petani, penyewa, buruh tani dan buruh tebang angkut. Hubungan yang tercipta dari beberapa komponen tersebut yaitu antara petani pemilik, petani tani penyewa dan buruh tani tersebut dapat kita sebut dengan hubungan saling menguntungkan dan antara satu dan yang lainnya terdapat saling ketergantungan. Dalam kehidupan sehari-hari antara petani satu pemilik lahan, petani penyewa maupun buruh tani terjadi suatu hubungan kekeluargaan yang sangat erat, bahkan sebagian diantaranya seperti saudara kandung, hubungan yang terjalin antara mereka lebih bersifat horizontal. Masingmasing saling menghormati satu sama lain, karena mereka punya kesadaran bahwa mereka sama-sama saling membutuhkan. Nilai-nilai pendidikan bisa dipelajari dari petani terutama dari bagaimana petanipetani tersebut menjalankan usaha taninya. Melalui skripsi ini penulis memberikan gambaram adanya nilai pendidikan atau unsur edukatif dari keputusan ekonomi petani masyarakat petani Desa Krebet. Nilai-nilai pendidikan tersebut antara lain adalah sikap rasional, nilai kerjasama dan nilai kepercayaan. Dalam sikap rasionalnya Kebanyakan petani bersikap mengambil posisi yang menguntungkan dirinya, itu pula yang dilakukan oleh petani

tebu di Desa Krebet ini. Petani adalah manusia yang penuh perhitungan untung rugi bukan hanya manusia yang diikat oleh nilai-nilai moral. Petani akan menilai hasil-hasil yang mungkin diperoleh dari pilihan-pilihan mereka yang sesuai dengan cita-cita, harapan atau keinginan-keinginan dan nilai-nilai yang mereka anut. Disini diartikan bahwa petani akan memilih dan memilah dengan siapa saja mereka bekerja dan bagaimana caranya mereka dapat memperoleh keuntungan secara maksimal sesuai dengan rencana awal yang mereka rencanakan. Meskipun banyak yang memaknai bahwa tindakan rasional ini merupakan tindakan yang egois tetapi sikap ini merupakan sikap yang wajar dimiliki oleh petani karena petanipun tidak ingin mendapat rugi dari usaha yang ia kerjakan. Dalam sistem kerjasamanya Dapat kita ketahui bahwa sistem kerjasama petani dengan petani lainnya antara lain petani pemilik dengan petani penggarap dan antara petani penggarap dengan buruh tani. Sistem kerjasama antara petani pemilik lahan dengan petani penggarap dapat kita lihat ketika petani pemilik lahan ini yang menanggung biaya produksi dan fasilitas yang di butuhkan oleh petani penggarap sedangkan petani penggarap tersebut yang mengerjakan lahan yang dimiliki oleh petani pemilik. Mereka bekerjasama agar lahan yang dimiliki oleh petani pemilik dan lahan garapan petani penggarap dapat menghasilkan hasil yang maksimal sehingga kedua belah pihak tersebut sama-sama mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sistem kerjasama antara petani penggarap dengan buruh tani dapat kita lihat saat petani penggarap dan buruh tani bersama-sama mengerjakan lahan garapan yang mereka kerjakan. Petani penggarap dapat terbantu dengan adanya buruh-buruh tani ini. Hal ini dikarenakan buruh tani tersebut dapat membantunya mengerjakan lahan yang luas. Sedangkan buruh tani mendapatkan pekerjaan dan upah yang mereka dapat dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Mereka bekerjasama dalam mengelola suatu lahan pertanian tebu untuk bersama-sama mendapatkan hasil yang maksimal. Bentuk sikap saling percayaan yang dapat kita lihat dalam penelitian ini adalah ketika para petani pemilik lahan dapat mempercayakan lahan yang dimilikinya kepada petani penggarap maupun buruh tani yang mengerjakan lahan miliknya. Mereka mempercayakan sepenuhnya lahan pertanian yang mereka miliki walaupun sewaktu-waktu mereka juga memantau bagaimana hasil kerja petani penggarap yang mereka percaya tersebut. Contoh lain dapat kita lihat dalam merekrut buruh tetap sebagai pekerja diperlukan suatu proses panjang dengan suatu pengamatan, apakah buruh rajin bekerja, dapat bekerja sama, dapat dipercaya, patuh atau penurut, dan mempunyai loyalitas. Demikian sebaliknya seorang buruh memilih petani pemilik apakah bisa diajak kerjasama. Kebanyakan petani pemilik yang disenangi adalah petani yang tidak cerewet

artinya tidak banyak menegur, dapat memberikan pekerjaan sepanjang waktu atau tidak banyak libur, luwes, dan teposlira artinya bisa membaca situasi, misalnya mau membantu ketika anggota keluarganya sakit, memberi bonus ketika mendapatkan keuntungan besar, dermawan, memberi hadiah lebaran, dan sebagainya. Jika keduanya merasa cocok, bisa diajak kerjasama, dan tidak kaku dalam melakukan suatu kegiatan maka tercipta hubungan kerjasama dengan penuh kepercayaan antara satu sama lain. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Bentuk kemitraan yang diterapkan Pabrik Gula Krebet dengan petani tebu rakyat yaitu pola kemitraan Inti Plasma, dimana Pabrik Gula bertindak sebagai inti dan petani tebu rakyat sebagai plasma. Pabrik Gula sebagai pihak inti berperan dalam memberikan bantuan kepada pihak plasma. Bantuan yang diberikan berupa peminjaman traktor, pengadaan bibit, bantuan biaya garap, bantuan biaya tebang angkut serta pengadaan pupuk. Petani berkewajiban untuk menggilingkan hasil panennya kepada Pabrik Gula.Sebagai salah satu pedoman kerjasama antara petani dengan industri, kebijakan-kebijakan tentang industeri pergulaan terus berkembang dari tahun-ketahun. 2. Di Desa Krebet pengelompokan petani berdasarkan usaha pertanian yang meraka lakukan yaitu petani pemilik, petani penggarap, petani, penyewa, buruh tani dan buruh tebang angkut. Hubungan yang tercipta dari beberapa komponen tersebut yaitu antara petani pemilik, petani tani penyewa dan buruh tani tersebut dapat kita sebut dengan hubungan saling menguntungkan dan antara satu dan yang lainnya terdapat saling ketergantungan. Dalam kehidupan sehari-hari antara petani satu pemilik lahan, petani penyewa maupun buruh tani terjadi suatu hubungan kekeluargaan yang sangat erat, bahkan sebagian diantaranya seperti saudara kandung, hubungan yang terjalin antara mereka lebih bersifat horizontal. Masing-masing saling menghormati satu sama lain, karena mereka punya kesadaran bahwa mereka sama-sama saling membutuhkan. 3. Nilai-nilai pendidikan bisa dipelajari dari petani terutama dari bagaimana petani-petani tersebut menjalankan usaha taninya. Melalui skripsi ini penulis memberikan gambaram adanya nilai pendidikan atau unsur edukatif dari keputusan ekonomi petani masyarakat petani Desa Krebet. Nilai-nilai pendidikan tersebut antara lain adalah sikap rasional, nilai kerjasama dan nilai kepercayaan. Hubungan kerja yang terjalin antara petani dengan industri, petani dengan KUD ataupun petani dengan petani hendaknya dijalin dengan komunikasi yang baik agar hubungan kerjasama kerja yang mereka jalin dapat sama-sama menguntungkan masing-masing pihak

serta tidak ada konflik yang terjadi. Karena pihak-pihak tersebut saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain. DAFTAR RUJUKAN Gottschalk, L.1886 Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press. Hafsah, M.J. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan Ismai il, N.M. 2001. Peningkatan Daya Saing Industri Gula Nasional Sebagai Langkah Menuju Persaingan Bebas. Journal Vol II hal 3-14. Institute for Science and Technology Studies. Jakarta. Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Moleong, L.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.