PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

SUMMARY GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDERITA PENYAKIT KULIT DI DESA AYUHULA KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO. Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

ANALISIS KUALITAS AIR PADA SUMBER MATA AIR DI DESA KARYA BARU KECAMATAN DENGILO KABUPATEN POHUWATO. Nelpidin Nusi, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1

Safrudin J Mohamad, Sunarto Kadir 1, Lia Amalia 2

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI PADA TOPOGRAFI TANAH MIRING dan TANAH DATAR di LIHAT dari DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS SUMUR GALI

I. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 5 HASIL PENELITIAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

I. PENDAHULUAN. Bagi manusia kebutuhan air akan sangat mutlak karena sebagian besar tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

HUBUNGAN KONTRUKSI SUMUR GALI TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR PADA SUMUR GALI DIKELURAHAN TEJOSARI KECAMATAN METRO TIMUR KOTA METRO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian yaitu di Desa Boludawa. Kecamatan Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

DAMPAK PENCEMARAN TERHADAP KUALITAS BAKTERIOLOGI AIR SUMUR GALIDI DAERAH PANTAI DAN MUARA DI PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN ABSTRAK.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal,

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasit dan waktu penelitiannya yaitu : Lokasi pengambilan sampel air sumur ini yaitu di Dusun III, Desa Pulubala

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal.

Universitas Negeri Gorontalo 2 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal juli 2012.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS FISIK AIR SUMUR DI PERKOTAAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

BAB 5 : PEMBAHASAN. penelitian Ginting (2011) di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan Barat mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Kesibukan dan rutinitas membuat orang harus pergi ke suatu tempat dengan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Kelurahan Moodu, Kelurahan Heledulaa Selatan dan kelurahan Heledulaan Utara.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

Transkripsi:

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia hewan dan tumbuhan jika manusia tidak minum air selama satu hari, tentunya akan sangat berbeda dengan ketika tidak makan selama beberapa hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak sumur dengan sugai terhadap kualitas fisik dan bakteriologis air sumur gali di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa dari 20 sumur gali terdapat 7 sumur gali memenuhi syarat jarak dengan sungai dan 13 sumur gali tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kualitas fisik air sumur gali, dari 20 sumur gali ditinjau dari kekeruhan dan TDS 100% sudah memenuhi syarat baik pada jarak sumur yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat. Kualitas fisik ditinjau dari rasa dan bau, masing-masing terdapat 15% tidak memenuhi syarat, sedangkan ditinjau dari warna 5% tidak memenuhi syarat. Parameter rasa, bau dan warna yang tidak memenuhi syarat terdapat pada jarak sumur gali dengan sungai < 60,7 meter. Untuk kualitas bakteriologis air sumur gali di 65% tidak memenuhi syarat dan semuanya terdapat pada sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai yaitu 13 sumur, dan 35% memenuhi syarat sesuai baku mutu dari Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990. Berdasarkan data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji Fisher Exact diperoleh nilai p Value adalah 3,15 sehingga p 3,15 > α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap kualitas fisik air (rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS). Sedangkan pengaruh jarak sumur gali dengan sungai terhadap bakteriologis air diperoleh nilai p Value adalah 0,0000129 sehingga p 0,0000129 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh jarak sumur dengan sungai terhadap bakteriologis air sumur. Untuk itu disarankan bagi masyarakat agar memperhatikan jarak pembuatan sumur gali dengan sungai. Bagi Pemerintah Desa, Puskesmas, dan Dinas Kesehatan lebih meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui program pengadaan air bersih. Kata kunci : Sumur Gali, Sungai, Kualitas Air 1 Indra Anggriani Buka Mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo : Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes dan Lia Amalia, SKM, M.Kes Dosen Pembimbing pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo

Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Jika manusia tidak minum air selama satu hari, tentunya akan sangat berbeda dengan ketika tidak makan selama beberapa hari. Ketahanan tubuh manusia akan lebih menurun apabila tidak minum. Hal itu dikarenakan manusia membutuhkan air sebagai pelarut dan proses biokimia di dalam tubuhnya. Pada tubuh manusia, air merupakan bagian terbesar, dimana hampir semua reaksi pada tubuh manusia memerlukan cairan (Kumalasari dan Satoto, 2011: 3). Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, karena untuk mendapatkan air yang bersih sesuai dengan standar tertentu saat ini menjadi hal yang sulit karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah kegiatan industri, dan kegiatan lainnya. Standar kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan, serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih. Salah satu sumber air yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya adalah sumur gali, yang merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi masyarakat di pedesaan, maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah tangga. Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya. Kualitas air sumur gali dapat tercemar disebabkan oleh bermacam-macam factor, diantaranya oleh limbah rumah tangga/industry, sampah, tinja dan oleh karena pembuatan jamban yang kurang baik/tidak memenuhi kaidah teknis dan terbuka. Sumur gali yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama lebih besar kemungkinan mengalami pencemaran, karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya sumber pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air tanah yang berbentuk memusat kea rah sumur (Seta dalam Marsono, 2009:18).

World Health Organization (WHO) telah menetapkan standar air minum yang bersih dan sehat (layak digunakan), diantaranya adalah tidak, berwarna, tidak berbau yang berarti jernih, tidak berasa dan sejuk. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka air itu tidak sehat karena kemungkinan mengandung beberapa zat kimia atau bakteriologis. Berdasarkan hasil survey awal peneliti di Desa Talumopatu, diperoleh data jumlah persentasi sumur gali sebesar 79 sumur gali (97,53 %). Dan pemanfaatan sumur gali sebagai sumber air minum dan berbagai keperluan lain digunakan oleh 1336 jiwa (98,45%). Hal ini menunjukkan masih tingginya kepemilikan dan penggunaan sumur gali di Desa Talumopatu. Hal ini juga dipengaruhi oleh tidak adanya akses Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Di Desa Talumopatu masih banyak masyarakat yang tidak memiliki jamban. Jumlah keseluruhan jamban di Desa Talumopatu yakni terdapat 20 buah jamban, sehingga masih banyak juga masyarakat yang buang air besar di sungai. Hal ini akan memperburuk kualitas air sungai (Profil Desa Talumopatu, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Badan Lingkungan Hidup, Riset Dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) tentang status mutu air sungai paguyaman yang dilakukan pada tahun 2011 bahwa status mutu air sungai pada bagian hulu untuk kelas 1 dan 2 termasuk kategori cemar ringan, status mutu air sungai pada bagian tengah untuk kelas 1 dan 2 termasuk kategori cemar ringan, dan status mutu air sungai pada bagian hilir untuk kelas 2 termasuk kategori cemar ringan dan untuk kelas 1 termasuk kategori cemar sedang (Biki dkk, 2012: II-28). Tercemarnya air sungai dapat berpengaruh kualitas air sumur gali yang jaraknya tidak jauh dari sungai. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isniyati (2004) di Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jarak sumur dengan sungai terhadap kandungan bakteri dalam air sumur gali. Jarak minimal yang disarankan dalam pembuatan sumur adalah 60,7 meter dari sungai. Berdasarkan data di Puskesmas Mootilango jumlah kasus diare mencapai 598 kasus di tahun 2012, dan penyakit diare menempati urutan ke 3 dari 10 penyakit menonjol selama tahun 2012. Untuk Desa Talumopatu jumlah kasus diare sebanyak 109 kasus (18,22 %). Hal ini menunjukkan masih tingginya prevalensi penyakit diare yang merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dan salah satu faktor penyebab utamanya adalah air (Laporan Puskesmas Mootilango, 2012). Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui adanya pengaruh jarak antara sumur dengan sungai terhadap kualitas air sumur gali. Sedangkan secara khusus adalah

untuk mengetahui pengaruh jarak antara sumur dengan sungai terhadap kualitas fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan, TDS) dan kualitas bakteriologis (coliform) air sumur gali. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Talumopatu Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo dan untuk pengujian kandungan bakteriologi dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study dimana peneliti melakukan pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu yang sama. Penelitian ini melakukan observasi terhadap variabel independen yaitu jarak sumur gali dengan sungai. Setelah dilakukan observasi maka akan dilakukan analisis laboratorium dari aspek kualitas air yang ditemui dilokasi penelitian kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Variabel Penelitian terdiri dari variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah akibat variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas air. Sedangkan variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang bila berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jarak sumur dengan sungai. Variabel utama dalam penelitian ini adalah parameter fisik dan parameter bakteriologi air. Parameter fisik air terdiri dari parameter warna, rasa, bau, kekeruhan dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Parameter bakteriologi adalah coliform. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 sumur gali dan teknik pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling dimana pengambilan sampel ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dari tehnik tersebut diperoleh total sampel sebanyak 20 sumur gali yang tersebar di 5 Dusun yang ada di Desa Talumopatu. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara univariat dan bivariat. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari setiap variabel. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian secara kualitatif terhadap 20 sumur yang memenuhi syarat jarak 60,7 m yaitu 7 sumur (35,0%), semuanya memenuhi syarat kualitas air ditinjau

dari kualitas fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS) dan kualitas bakteriologis (koliform). Sedangkan 13 sumur (65,0%) yang tidak memenuhi syarat jarak < 60,7 m diperoleh 1 sumur (8,0%) yang berasa, berbau dan berwarna dan memiliki jarak 5,80 m dari sungai, 2 sumur (15,4%) yang berasa dan berbau, masing-masing memiliki jarak 1,5 m dan 5,30 m. Pengujian kualitas air (rasa), semuanya memenuhi syarat (100%) atau airnya tidak berasa. Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, setelah dilakukan pengujian kualitas air (rasa) diperoleh10 sumur (77%)yang memenuhi syarat atau tidak berasa dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 3 sumur (23%). Pengujian kualitas air (bau) menunjukkan bahwa dari 7 sumur gali yang memenuhi syarat jarak, semuanya tidak berbau atau 100% memenuhi syarat, Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, diperoleh 10 sumur (77%) yang tidak berbau dan 3 sumur (23%) lainnya berbau atau tidak memenuhi syarat. Pengujian kualitas air (warna), dari 7 sumur gali yang memenuhi syarat jarak, semuanya tidak berwarna atau 100% memenuhi syarat, Sedangkan 13 sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak, diperoleh 12 sumur (92%) yang tidak berbau dan 1 sumur (8%) lainnya berbau atau tidak memenuhi syarat Pengujian kualitas air ditinjau dari kekeruhan dan TDS diperoleh data dari 20 sumur bak memenuhi syarat jarak sumur dengan sungai maupun yang tidak memenuhi syarat jarak semuanya memenuhi syarat (100%) Pengujian bakteriologis (koliform), dari 7 sumur yang memenuhi syarat dari segi jarak dengan sungai ( 60,7 meter), diperoleh hasil semuanya memenuhi syarat air bersih. Sedangkan 13 sumur yang tidak memenuhi syarat dari segi jarak, diperoleh hasil pengujian bakteriologis (koliform) sebanyak 13 (100%) sumur atau semuanya tidak memenuhi syarat air bersih. Pembahasan Untuk kualitas fisik yang meliputi kekeruhan dan TDS semuanya memenuhi syarat atau masih memenuhi standar kadar yang diperbolehkan. Hasil pengamatan dan pengukuran tersebut memperlihatkan bahwa pada lokasi sumur yang memiliki jarak 1 6 meter, bau dan rasa air sumur gali telah melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut PP RI Nomor 82 tahun 2001 untuk air Kelas I yang seharusnya tidak berbau dan tidak berasa. Kandungan koliform sudah melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 50/100mL. Hasil analisis pemeriksaan fisik air berdasarkan rasa, bau, dan warna, terdapat 10 sumur (77%) yang tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai tetapi tidak berasa, berbau dan

berwarna, Hal ini disebabkan karena sumur tesebut sudah memiliki konstruksi sumur yang lengkap yang meliputi dinding sumur, lantai sumur, bibir sumur, saluran pembuangan air bekas, dan tidak terdapat sumber pembuangan kotoran disekitar sumur seperti jamban, tempat pembuangan sampah dan sumber pencemar lainnya. Dari 10 sumur tidak satupun yang memiliki jamban dan sumber pengotor lainnnya, disamping itu jaraknya > 11 meter. Hal ini sesuai persyaratan bangunan sumur gali yaitu jarak minimal 11 meter dari sumber pengotor seperti jamban (Waluyo, 2009: 142), sehingga kualitas airnya tergolong baik yaitu tidak berasa, berbau dan berwarna sedangkan untuk 3 sampel (23%) sumur yang berasa, berbau dan berwarna, tidak memiliki syarat konstruksi sumur lainnya seperti lantai sumur dan ratarata memiliki jarak (5,80 m, 5,30 m, dan 1,5 m) yang sangat dekat dengan sungai. Disamping itu sumur yang berjarak 5,80 meter dari sungai terdapat dibawah pepohonan yang besar sehingga memungkinkan terjadinya perubahan warna pada air sumur. Meskipun demikian masyarakat Desa Talumopatu yang memiliki air sumur berasa, berbau dan berwarna tetap menggunakan air tersebut untuk dimasak, karena sebagian kriteria air bersih masih memenuhi syarat. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi (Sutrisno, 2002 : 31). Sesuai penelitian tersebut dapat disimpulkan kualitas air sumur di Desa Talumopatu ditinjau dari kekeruhan semuanya memenuhi syarat. Sedangkan TDS air sumur yang ada di desa Talumopatu tidak satupun mengandung zat padat yang melebihi batas normal, hal ini disebakan oleh lokasi penelitian yakni Desa Talumopatu tidak memiliki pabrik-pabrik industri yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air sumur gali karena mengingat limbah-limbah industri tersebut akan menjadi sumber pencemar terhadap sumber air. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 /Menkes/Per/IX/1990 standar nilai baku mutu yaitu 1500mg/L. Berdasarkan penelitian mikroba yang telah dilakukan dari segi jarak memenuhi syarat semua sampel tidak mengandug Coiliform dan jarak yang tidak memenuhi syarat semuanya mengandung bakteri Coliform. Standar baku mutu air sesuai ketentuan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 Total Bakteri Coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50MPN/100 ml untuk dapat menjadi air yang layak dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini dipengaruhi kemungkinan adanya mikroba tersebut, karena konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat yaitu tidak memiliki lantai, bibir sumur, dinding sumur yang

setengah permanen dan umur sumur yang lama. Di samping itu dekat dengan pembuangan sampah dan semak-semak. Kemungkinan lain adalah memiliki jarak sumur dekat dengan sungai sehingga air dapat merembes masuk ke dalam sumur dan mempengaruhi kandungan mikroba air tersebut. Namun demikian masyarakat Desa Talumopatu masih menggunakan air tersebut untuk keperluan sehari-hari misalnya mandi, mencuci dan memasak. Berdasarkan hasil penelitian dari 20 sumur gali terdapat 7 sumur gali memenuhi syarat jarak dengan sungai dan 13 sumur gali tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai. Ditinjau dari kekeruhan dan TDS 100% sudah memenuhi syarat baik pada jarak sumur yang memenuhi syarat maupun yang tidak memenuhi syarat. Ditinjau dari rasa dan bau, masingmasing terdapat 15% tidak memenuhi syarat, sedangkan ditinjau dari warna 5% tidak memenuhi syarat. Parameter rasa, bau dan warna yang tidak memenuhi syarat terdapat pada jarak sumur gali dengan sungai < 60,7 meter. Untuk kualitas bakteriologis air sumur gali di 65% tidak memenuhi syarat dan semuanya terdapat pada sumur gali yang tidak memenuhi syarat jarak dengan sungai yaitu 13 sumur, dan 35% memenuhi syarat sesuai baku mutu dari Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tidak terdapat pengaruh antara jarak sumur dengan sungai terhadap kualitas air sumur secara fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan dan TDS), dengan keseluruhan nilai p Value adalah 3,15 sehingga p 3,15>α (0,05). Terdapat pengaruh signifikan antara jarak sumur dengan sungai terhadap kualitas bakteriologis (koliform) air sumur dengan nilaip Value adalahp Value adalah 0,0000129 sehingga p 0,0000129<α (0,05) Saran Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pembuatan sumur dengan memperhatikan jarak sumur dengan sungai terhadap kualitas air bersih. Diharapkan kepada instansi terkait khususnya pemerintah desa, puskesmas dan dinas kesehatan lebih meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui program-program pengadaan air bersih

DAFTAR PUSTAKA Biki, R Dkk. 2012. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo. Gorontalo : BALIHRISTI. Isniyati, H. 2004. Hubungan Jarak Sumur dengan Sungai Terhadap Kandungan Bakteriologis Air Sumur Gali Kelurahan Purwodinatan Kecamatan Semarang Tengah Kota Semarang. Kumalasari dan Satoto. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih. Bekasi: Laskar Aksara. Marsono. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Di Permukaan Desa Karanganom Kecamatan Klaten Utara Kabupaten Klaten. Tesis, Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. Puskesmas Mootilango. 2012. Data Kunjungan Pasien Klinik Sanitasi Puskesmas Mootilango Kecamatan Mootilango. Sutrisno, C. T. Dan Eni Suciastuti 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.