1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari hampir dalam keadaan penuh. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga yang eksplosif. Besarnya tenaga ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan kontraksi otot tergantung dari daya serabut - serabut otot dan kecepatan transmisi impuls saraf. Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi ke posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak yang baik berarti memiliki kelincahan cukup tinggi (Wahjoedi, 2001). Menurut Maksum (2007) kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam kecepatan yang tinggi. Misalnya mampu berlari berbelok-belok, lari bolakbalik dalam jarak dan waktu tertentu, atau kemampuan berkelit dengan cepat dalam posisi tetap berdiri stabil. Kelincahan merupakan kombinasi antara kekuatan otot, fleksibilitas, kecepatan, keseimbangan, kecepatan reaksi, dan koordinasi neuromuskular. Pada masa sekarang ini banyak terjadi penurunan kelincahan yang terjadi akibat sedentary lifestyle yang di alami oleh remaja akan menggangu remaja tersebut dalam aktivitas fisiknya dan kemampuan dalam berolahraga ketika 1
2 berada dalam usia produktif. Sedentary lifestyle menyebabkan banyak remaja yang malas melakukan aktivitas olahraga hingga aktivitas fisik dikarenakan orang dengan sedentary lifestyle sering mengabaikan aktivitas fisik atau melakukan kegiatan yang tidak membutuhkan energi, hal ini dapat terlihat bahwa saat orang lebih suka duduk di depan televisi ataupun komputer. Keadaan lingkungan sekitar yang tidak mendukung dirinya dalam beraktifitas mengakibatkan penurunan komponen kebugaran yang ada di dalam tubuh remaja sehingga terjadi pula penurunan kualitas hidup. Hal ini juga menjadikan penurunan kemampuan fisiologis dari jaringan lunak dalam bekerja. Penurunan kemampuan fisiologis dari jaringan lunak tersebut mengakibatkan penurunan keterampilan dalam berolahraga salah satunya adalah penurunan kelincahan yang dapat menimbulkan cedera dalam olahraga (Charlotte, 2015). Cedera dalam berolahraga akan dapat mengakibatkan penurunan dari kesadaran proprioceptive dan kelemahan otot. Sehingga akan ditemukan ketidakstabilan postural, yang mengarah pada rasa yang tidak terkoordinasi atau hilangnya kontrol gerakan (Edson, 2010). Kelincahan sering dapat kita amati dalam situasi permainan sepakbola, misalnya seorang pemain yang tergelincir dan jatuh di lapangan, namun masih dapat menguasai bola dan mengoperkan bola tersebut dengan tepat kepada temannya. Dan sebaliknya, seorang pemain yang kurang lincah mengalami situasi yang sama kemungkinan besar tidak akan mampu
3 menguasai bola, namun kemungkinan justru akan mengalami cedera karena jatuh. Pada permainan sepakbola, kelincahan memiliki peran yang cukup penting dalam memperoleh kemenangan di dalam suatu pertandingan. Hal ini dikarenakan dengan karakteristik permainan sepakbola cepat dan terus bergerak, dimana tim memiliki kecepatan yang lebih baik, melakukan pergerakan yang lebih banyak, akan memiliki peluang yang lebih untuk dapat mencetak gol lebih banyak, yang pada akhirnya akan memenangkan pertandingan. Pemain sepakbola dalam hal ini yaitu pemain sepakbola amatir yang didefinisikan seseorang yang melakukan kegiatan olahraga karena didorong oleh kegemaran saja bukan untuk mencari nafkah. Menurut Herwin (2006), permainan sepakbola saat ini merupakan permainan yang atraktif dan menarik untuk ditonton. dengan durasi waktu permainan 2 kali 45 menit, banyak kemampuan teknik dan gaya permainan di tampilkan oleh seseorang pemain. Permainan sepakbola modern dewasa ini banyak diperagakan oleh pemain yang memiliki kemampuan teknik yang baik. Disamping itu kemampuan fisik merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh pemain untuk menunjang kemampuan lainnya. kondisi fisik tidak dapat ditingkatkan dan dikembangkan hanya dalam waktu sesaat atau dalam beberapa pertemuan saja, melainkan perlu dilakukan dalam jangka waktu relatif lama. Untuk mencapai kondisi fisik yang baik diperlukan latihan yang kontinyu dan progresif.
4 Salah satu teknik dasar yang cukup penting untuk dikuasai dalam permainan sepakbola adalah teknik dribbling (menggiring bola). Menurut Sucipto, (2008) menyatakan dribbling adalah : menendang putus putus atau pelan pelan. Dribbling dapat diartikan sebagai gerakan menggiring bola dengan menggunakan kaki, mendorong bola agar bergulir terus menerus di atas tanah. Selain itu juga menyatakan bahwa. menggiring bola adalah salah satu keterampilan individu yang sangat penting. Pernyataan ini menunjukkan sangat pentingnya dribbling. Dribbling erat kaitannya dengan penguasaan bola di lapangan. Tim yang menguasai bola menunjukkan tim tersebut memiliki kualitas bermain yang lebih baik dipandang dari sudut kelincahan. Menurut Scheunemann, (2005) bahwa : memiliki skill menggiring bola memang penting, tapi pemain hendaknya tidak lupa bahwa menggiring bola sangat menguras tenaga dan sering kali memperlambat tempo permainan. Sedangkan menurut Koger (2007), menggiring bola atau (dribbling) adalah metode menggerakkan bola dari satu titik ke titik lain di lapangan dengan menggunakan kaki. Tujuan menggiring bola antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran (gawang lawan), melewati hadangan lawan, mencari kesempatan untuk memberikan umpan dan menghambat permainan. Memiliki kemampuan dribbling yang baik sangat penting dalam permainan sepakbola. Kelincahan kaki merupakan hal yang sangat penting, dengan memiliki kelincahan kaki maka seorang pemain sepakbola akan bergerak ke segala arah dalam menggiring bola sehingga akan mampu menerobos
5 pertahanan lawan, untuk itu diperlukan latihan berupa proprioceptive exercise dan strengthening exercise. Proprioceptive exercise merangsang sistem saraf yang mendorong terjadinya respon otot dalam mengontrol sistem neuromuskuler. Proprioceptive dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing-masing memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural. Paling diperhatikan dalam meningkatkan proprioception adalah fungsi dari sistem sensorimotor, meliputi integrasi sensorik. Motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak, sistem sensorimotor mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi, tulang rawan dan geometri tulang yang terlibat dalam struktur setiap sendi. Mechanoreceptor sensorik khusus bertanggung jawab secara kuantitatif terhadap peristiwa hantaran mekanis yang terjadi dalam jaringan menjadi impuls saraf (Rienmann, 2002). Proprioceptor sensorik bertanggung jawab dalam sensasi yang ditemukan di otot, tendon, ligamen, persendian dan fascia. Proprioceptive dapat diartikan sebagai keseluruhan kesadaran dari posisi tubuh. Proprioceptive diatur oleh mekanisme saraf pusat dan saraf tepi yang datang terutama dari reseptor otot, tendon, ligamen, persendiaan dan fascia. Kesadaran posisi akan berpengaruh terhadap gerak yang akan dilakukan, gerak yang timbul tersebut akibat impuls yang diberikan stimulus yang diterima dari receptor yang selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak
6 yang kemudian informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh yang bersangkutan (Lephart, 2013). Proprioceptive exercise memfasilitasi otak, saraf, dan otot dalam berkomunikasi lebih baik agar benar mengidentifikasi posisi tubuh dan bagaimana tubuh bergerak. Dalam hal ini penulis memilih latihan proprioceptive exercise berupa closed kinetic chain exercise dimana bahwa latihan closed kinetic chain exercise memberikan umpan balik proprioceptive dan kinestetik lebih besar daripada open kinetic chain exercise. Menurut teori saat bergerak beberapa kelompok otot yang dilintasi untuk menerima impuls, sendi akan diaktifkan selama latihan closed kinetic chain exercise berlangsung sedangkan selama latihan open kinetic chain exercise reseptor sensorik, otot, jaringan intra artikular dan ekstra artikular diaktifkan dalam mengendalikan gerak (Kisner and Colby, 2007). Strengthening exercise (latihan penguatan) adalah perubahan peningkatan kekuatan otot pada latihan dengan beban yang terus meningkat dikarenakan adanya perubahan morfologikal otot, yaitu semakin besar diameter serabut otot maka otot akan semakin kuat, semakin besar otot terbentuk maka mitokondria akan semakin banyak (Ganong, 2010). Strengthening exercise dikenal dengan Progressive Resistance Exercise (PRE), yaitu dengan meningkatkan intensitasnya pada interval waktu yang pendek, kecepatan cepat dan kekuatan berubah-ubah sehingga bersifat anaerobik dan merangsang serabut saraf tipe IIA yang menghasilkan
7 tegangan yang besar dalam waktu singkat, mengarah pada aktifitas metabolik anaerob dan cepat lelah. Strengthening exercise mengarah kepada output tenaga dari suatu kontraksi otot dan secara langsung berhubungan dengan jumlah tension yang dihasilkan oleh kontraksi otot, dimana otot adalah sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan suatu gerakan dan merupakan suatu jaringan yang terbesar dalam tubuh dan otot mempunyai kemampuan ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas (Kisner and Colby, 2007). Strengthening exercise memiliki kelebihan yaitu dapat meningkatkan kinerja otot, terjadinya peningkatan kekuatan pada jaringan ikat (tendon, ligamen dan jaringan ikat intramuskular), kepadatan mineral tulang menjadi lebih besar atau demineralisasi tulang kurang, penurunan stres selama aktivitas fisik, mengurangi risiko cedera jaringan lunak selama aktivitas fisik, memungkinkan terjadinya peningkatan kapasitas untuk memperbaiki dan menyembuhkan jaringan lunak dari kerusakan karena dampak positif pada proses perbaikan jaringan, dapat memungkinkan terjadi peningkatan keseimbangan tubuh, meningkatkan kinerja fisik dalam kehidupan seharihari, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, terjadi perubahan positif dalam komposisi tubuh (peningkatan massa otot atau penurunan lemak tubuh), perasaan fisik menjadi lebih tenang, kemungkinan peningkatan persepsi kecacatan dan kualitas hidup menjadi lebih baik (Kisner and Colby, 2012). Menurut penelitian Minoonejad (2012), menyatakan bahwa strengthening exercise berupa closed kinetic chain exercise dan open kinetic
8 chain exercise, keduanya sama-sama efektive untuk strengthening exercise pada otot. Closed kinetic chain exercise adalah gerakan yang terjadi pada rangkaian gerak tertutup dimana gerakan tubuh lebih pada segmen distal tertentu. Sebagai contoh, gerakan closed kinetic chain terjadi pada posisi menumpu berat badan dimana kaki ditumpukkan dilantai dan otot mengangkat atau bagian bawah tubuh seperti memanjat gunung atau berjongkok. Closed kinetic chain exercise ditampilkan pada postur fungsional dengan beberapa derajat menumpu berat badan dan bisa meliputi gerakan konsentrik, eksentrik, atau isometrik. Berdasarkan pengalaman klinis, sebagian besar fisioterapi diklinik dan pelatih olahraga mengabungkan keduanya proprioceptive exercise dan strengthening exercise untuk dapat neningkatkan ataupun mengembalikan kondisi seorang atlit, klien atau pasien agar dapat melakukan aktivitas seharihari kembali. Sejumlah penelitian telah melihat efek dari proprioceptive exercise, strengthening exercise, atau mengkombinasikan keduanya untuk mengembalikan aktivitas fungsional serta meningkatkan kelincahan (Ross, 2006). Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang berkompeten dibidangnya mempunyai peran yang sangat besar dalam menangani kondisi penurunan kelincahan yang disebabkan oleh faktor kecepatan, kekuatan otot, kecepatan reaksi, keseimbangan, fleksibilitas, dan kondisi neuromuskular. Pada penelitian ini penulis memberikan penambahan proprioceptive exercise pada
9 intervensi strengthening exercise lebih baik dalam upaya peningkatan kelincahan pada pemain sepakbola. 1.2 Rumusan Masalah Apakah penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan daripada intervensi strengthening exercise tunggal pada pemain sepakbola? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah tentang efek pemberian proprioceptive exercise dan intervensi strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola, serta mendapatkan penjelasan ilmiah bahwa efek aplikasi Penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise lebih meningkatkan kelincahan pada pemain sepakbola. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kelincahan pemain sepakbola dengan diberikannya penambahan proprioceptive exercise pada intervensi strengthening exercise yang menyatakan lebih
10 meningkatkan kelincahan daripada intervensi strengthening exercise tunggal, sehingga selanjutnya dapat di manfaatkan dalam menjaga serta meningkatkan kelincahan.