POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Maulana Aziz a, Muhtarudin b, Yusuf Widodo b ABSTRACT

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN GROBOGAN SEBAGAI SENTRA PRODUKSI SAPI POTONG SKRIPSI DREVIAN MEITA HARDYASTUTI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

SKRIPSI ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN KUANTAN TENGAH UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

IDENTIFIKASI WILAYAH PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

IDENTIFIKASI KAPASITAS PETERNAK DALAM ADOPSI TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG YANG TERINTEGRASI DENGAN PADI* ABSTRAK

PENYULUHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI GAPOKTAN MAKMUR JAYA KECAMATAN LEMBAH SEGAR KOTA SAWAH LUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Karakteristik Kuantitatif Sapi Pasundan di Peternakan Rakyat... Dandy Dharma Nugraha KARAKTERISTIK KUANTITATIF SAPI PASUNDAN DI PETERNAKAN RAKYAT

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

PRODUKSI KAMBING BOERAWA PROVINSI LAMPUNG THE IDENTIFICATION OF BOERAWA GOAT NUTRITION STATUS IN BOERAWA GOAT PRODUCTION CENTER IN LAMPUNG PROVINCE

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

Darlim Darmawi 1. Intisari

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

STATUS NUTRIEN SAPI PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

K. Budiraharjo dan A. Setiadi Fakultas Peternakan Univesitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

Oleh : Rosda Malia, SP., M.Si* Leni Supartika Rahayu, SP** Kata Kunci: metode ceramah dan diskusi, Teknologi sistim tanam legowo.

PENERAPAN TEKNOLOGI PAKAN DAN FORMULASI RANSUM PADA KELOMPOK TERNAK KAMBING DI KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

Revenue Analysis Of Cattle Farmer In Sub District Patebon Kendal Regency

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Petani terhadap Teknologi Jamu Ternak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

Potensi Limbah Padi Sebagai Pakan Sapi Bali di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ahmad Pramono dan Sutrisno Hadi Purnomo

KAJIAN PENGARUH KEBIJAKAN IMPOR SAPI TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI DI NTB

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN BIREUEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

I.M. Mulyawati, * D. Mardiningsih,** S. Satmoko **

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI SUMBER PAKAN DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

SKRIPSI. STRATEGI PENGEMBANGAN KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) SEBAGAI SUMBER DAYA LOKAL DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL BERDASARKAN PELUANG DAN TANTANGAN

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

PEMDERDAYAAN KELOMPOK PETERNAK SAPI SEBAGAI SUMBERDAYA PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK RAKYAT DI KELURAHAN MALALAYANG I TIMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

Transkripsi:

POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Development Potency of Beef Cattle in Tanjung Bintang District South Lampung Regency Heru Yoga Prawira a, Muhtarudin b, dan Rudy Sutrisna b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University b The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. ; heruyoga21@gmail.com Fax (0721)770347 ABSTRACT This study was conducted in February 2015 at Tanjung Bintang District South Lampung Regency. This study aimed to determine development of beef cattle potency by environment, natural resources, human resources, technology, and formulate strategies development of beef cattle to apply in Tanjung Bintang District. Interview farmer as much as 50 people from five village: Jati Baru, Jati Indah, Budilestari, Srikaton and Trimulyo. This study used survey method and than descriptive and SWOT analysis. The result of this study showed that Tanjung Bintang District have good environment potency and natural resources but has the human resources potency and input technology adverse in development of beef cattle. Alternative strategy can be implemented in Tanjung Bintang District is improving farmer knowledge in beef cattle farming specially innovative feed processing technology input through counseling and training feed processing and capital aid to increase business of beff cattle. Keywords: Alternative strategy, beef cattle, development of beef cattle potency. PENDAHULUAN Pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat peternak, agar mampu melaksanakan usaha produktif dibidang peternakan secara mandiri. Salah satu bentuk usaha peternakan yang cukup potensial dikembangkan adalah ternak sapi potong. Program pengembangan usaha ternak sapi potong dapat dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana prasarana, teknologi peternakan yang berkembangdan kelembagaan serta kebijakan yang mendukung. Faktor lingkungan berupa iklim berpengaruh secara langsung terhadap ternak seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan. Fasilitas pendukung sangat membantu dalam pengembangan usaha peternakan. Sumber daya alam sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak. Jenis dan ketersediaan pakan harus diperhatikan dalam usaha peternakan di suatu daerah. Kualitas sumber daya manusia akan membantu pola peternakan yang akan terbentuk. Pendidikan, pengalaman, umur, dan pengetahuan yang baik dari peternak akan membawa usaha menuju kearah yang baik. Teknologi peternakan yang sudah berkembang, harus dimanfaatkan untuk menunjang pengembangan usaha peternakan. Tanjung Bintang merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung selatan, memiliki luas wilayah 36.707,62 ha dengan jumlah penduduk 72.395 jiwa. Kecamatan Tanjung Bintang terdiri dari 16 desa dan merupakan daerah indusri, pertanian dan perkebunan. MATERI DAN METODE Materi Materi yang digunakan adalah hijauan asal limbah pertanian dan hijauan yang tumbuh di lahan perkebunan yaitu jerami jagung, jerami padi, daun singkong, rumput lahan perkebunan karet, dan kelapa sawit. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015, yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei yang digunakan adalah metode purposive sampling. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder serta analisis kadar air. Data primer diperoleh dari responden di lapangan, yaitu peternak sapi potong. Pengambilan data primer dilakukan dengan turun 250

langsung ke lapangan. Pengambilan dilakukan dengan mengambil sampel jerami padi, jerami jagung, daun singkong, rumput lapang yang tumbuh di perkebunan karet, kelapa sawit, dengan plot 1x1m. Data sekunder diperoleh dari instansiinstansi atau lembaga-lembaga terkait, yaitu kantor Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan dan Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) wilayah setempat. Data sekunder meliputi informasi tentang potensi pertanian dan peternakan yang ada di Kecamatan Tanjung Bintang. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. melakukan survei ke lokasi peternak sapi potong dengan melakukan wawancara menggunakan quisioner; 2. melakukan wawancara dengan 50 responden dengan ketentuan kepemilikan ternak sapi potong; 3. mengambil sampel jerami padi, jerami jagung, daun singkong, rumput lapang perkebunan karet, dan rumput lapang perkebunan kelapa sawit; 4. menganalisis kadar bahan kering sampel hijauan; 5. menganalisis data secara deskriptif dan dilanjutkan dengan analisis SWOT; HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Lingkungan Kecamatan Tanjung Bintang 1. Iklim Lingkungan Keadaan iklim Kecamatan Tanjung Bintang termasuk iklim basah dengan rata-rata curah hujan 2.188,9 mm/tahun. Suhu lingkungan berkisar antara 21,3--33 C dengan kelembaban 60 83%. Santosa (2005) menyatakan, bahwa suhu ideal untuk pengembangan sapi potong 10-- 27 C dengan kelembaban 60 80%. Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Tanjung Bintang masih memiliki iklim yang cocok dalam pengembangan usaha sapi potong. 2. Fasilitas Pendukung Dalam menunjang pelaksanaan program pengembangan kawasan sapi potong Kecamatan Tanjung Bintang memiliki fasilitas pendukung, yaitu Unit Pelaksanaan Tugas Daerah (UPTD) yang berfungsi sebagai pelaksana, pengawasan, pelayanan, dan penanggungjawab pengembangan kawasan peternakan termasuk kawasan sapi potong. Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan (SP- IB) yang berfungsi sebagai pelaksana inseminasi buatan dalam meningkatkan reproduktivitas ternak ruminansia. Gardunak berfungsi sebagai pelayanan kesehatan bagi ternak, seperti pengobatan dan pemberian vitamin yang berfungsi untuk menjaga kondisi ternak. B. Potensi Sumber Daya Alam Kecamatan Tanjung Bintang 1. Jenis dan Luas Lahan Hijauan Menurut Sofyan (2003), hijauan makanan ternak yang dipergunakan untuk ternak ruminansia sebagian besar rumput-rumputan. Tabel 1. Jenis dan luas lahan hijauan di Kecamatan Tanjung Bintang Jenis Hijauan Luas Lahan Produksi BK (ha) Kelapa Sawit Karet Sawah Jagung Singkong 120 170 4006 6000 2320 347.246,30 472.096,57 32.224.264,00 48.906.720,00 18.087.648,00 Total 100.037.974,87 Diwyanto (2002), menyatakan bahwa sumber pakan ternak bukan hanya tanaman yang sengaja ditanam sebagai pakan ternak, namun juga limbah pertanian dan perkebunan. Dengan produksi bahan kering sebanyak 100.037.974,87 kg/ tahun, memudahkan peternak dalam mendapat pakan. 2. Kapasitas Tampung Ternak Ma sum, (1999), menyatakan bahwa faktor yang diperlukan untuk menganalisis kapasitas tampung ternak ruminansia di suatu wilayah adalah dengan menghitung potensi hijauan pakan. Tabel 2. Kebutuhan BK ternak ruminansia di Kecamatan Tanjung Bintang Kebutuhan BK (ekor/th) Populasi ternak (ekor) Kebutuhan BK Sapi Kambing Domba Kerbau 8979 2917 13 135 31.954.016,25 1.453.322,33 6.476,93 480.431,25 Total 33.894.246,75 Berdasarkan total populasi, kebutuhan bahan kering ternak ruminansia di Kecamatan Tanjung Bintang sebanyak 33.894.246,75 kg/tahun. Berdasarkan produksi bahan kering hijauan, Kecamatan Tanjung Bintang memiliki kapasitas tampung ternak sebanyak 28.110,42 UT. 251

Tabel 3. Kapasitas tampung ternak Produksi BK Kebutuhan BK (kg/ekor/th) Kapasitas Tampung (UT) 100.037.974,87 3.558,75 28.110,42 Tabel 4. Potensi penambahan sapi potong di Kecamatan Tanjung Bintang Kelebihan produksi BK Kebutuhan BK (kg/ekor/th) Kapasitas Tampung (UT) 66.143.728,12 3.558,75 18.586,22 Berdasarkan kelebihan produksi bahan kering hijauan 66.143.728,12 kg/th, maka Kecamatan Tanjung Bintang dapat menambah populasi ternak sebanyak 18.586 UT/ ekor sapi. C. Potensi Sumber Daya Manusia Kecamatan Tanjung Bintang 1. Karakteristik Peternakan Berdasarkan data dan informasi yang didapat selama penelitian, diperoleh kondisi dan karakteristik peternakan di Kecamatan Tanjung Bintang. Tabel 5. Populasi ternak sapi di Kecamatan Tanjung Bintang Sapi (ekor) Kambing (ekor) Domba (ekor Kerbau (ekor) 8979 2917 13 135 Kecamatan Tanjung Bintang memiliki populasi ternak sapi sebanyak 8979 ekor, kambing 2917 ekor, domba 13 ekor dan kerbau 135 ekor dari 16 desa. Tabel 6. Kepemilikan sapi potong Kepemilikan sapi (ekor) 1 5 > 5 47 3 94 6 Aziz (1993), menyatakan bahwa pada tingkat pemeliharaan <6 ekor maka dikatagorikan sebagai peternakan sapi potong baru bersifat dimiliki, belum diusahakan, biasanya ternak merupakan status sosial, serta pemasaran yang baru dilakukan apabila ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk kepentingan yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan. Palabiran (2012), menyatakan bahwa semi intensif merupakan sistem pemeliharaan sapi potong dengan sebagian pemeliharaannya digembalakan dan sebagian lagi di kandangkan. Sistem pemeliharaan yang dilaksanakan peternak tidak lepas dari kondisi sosial ekonomi peternak. Tabel 7. Sistem pemeliharaan Sistem pemeliharaan Intensif Semi intensif 23 27 46 54 Dengan dilakukannya sistem pemeliharaan semi intensif, maka pakan yang baik secara kualitas harus disiapkan untuk ternak saat dikandangkan malam hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, namun pada kenyataanya sebagian besar peternak di Kecamatan Tanjung Bintang hanya memberikan hijauan, sehingga kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi dan berpengaruh pada produktifitas sapi potong. Tabel 8. Mata pencaharian utama Sistem pemeliharaan Peternak Petani Buruh Wiraswasta 2 44 3 1 4 88 6 2 Dapat disimpulkan bahwa berternak merupakan usaha sambilan untuk memanfaatkan waktu luang atau sebagai penghasilan tambahan. Hal ini menyebabkan proses pemeliharaan ternak kurang diperhatikan, sehingga berimbas pada hasil produksi dan penjualan ternak yang rendah. Tabel 9. Umur peternak Umur (tahun) 30 45 45 60. 60 18 25 7 36 50 14 Chamdi (2003), menyatakan bahwa semakin muda usia peternak (usia produktif 20 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Santosa dkk (1979) menyatakan umur 30-60 tahun merupakan umur seseorang untuk melakukan segala sesuatu dengan berfikir dan bertindak secara hati-hati. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Tanjung Bintang memiliki potensi peternak dengan usia produktif dan akan memberikan pengaruh yang positif dalam mendukung pengembangan usaha ternak sapi potong. Usia produktif sangat penting bagi pelaksana usaha, karena pada usia ini peternak mampu mengkoordinasi dan mengambil langkahlangkah yang efektif bagi kemajuan usahanya. 252

Tabel 10. Pengalaman berternak Pengalaman (tahun) < 5 5 10 > 10 12 24 14 24 48 28 Samsudin (1977), menyatakan bahwa dengan bertambahnya tingkat pengalaman diharapkan agar peternak lebih dinamis, aktif, dan terbuka dalam mengadopsi teknologi baru, namun pada kenyataanya, pengalaman berternak belum mempengaruhi keterampilan, keaktifan, dan keterbukaan dalam mengadopsi teknologi sebagian besar peternak di Kecamatan Tanjung Bintang. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, faktor yang berpengaruh besar terhadap pola pikir peternak adalah berternak sapi potong merupakan kegiatan sambilan dan tingkat pendidikan, sehingga pola pemeliharaan dalam berternak tidak dapat berkembang dengan baik. Tabel 11. Pendidikan peternak Pendidikan peternak SD SMP SMA 37 11 2 74 22 4 Rakhmat (2000), menyatakan bahwa pendidikan formal yang tinggi akan membuat seseorang memiliki motivasi yang tinggi dan wawasan yang luas dalam menganalisa suatu kejadian. Salah satu penyebab lambatnya pembangunan peternakan adalah rendahnya tingkat pendidikan peternak sehingga kemampuan mengadopsi teknologi peternakan menjadi rendah. Pendidikan peternak yang rendah di Kecamatan Tanjung Bintang berdampak negatif dalam pelaksanaan pengembangan kawasan, karena berkaitan dengan kemampuan seseorang memahami sesuatu. D. Masukan Teknologi Peternakan 1. Teknik pengolahan pakan Menurut Hungatae (1996), peningkatan kuantitas bagian yang dapat dicerna pada pakan yang berkualitas rendah dapat dilakukan melalui perlakuan kimia, fisik dan biologis. Tabel 12. Penerapan teknik pengolahan pakan Pengolahan pakan Ya Tidak 0 50 0 100 Santoso (2005), menyatakan bahwa pakan yang diberikan pada ternak diusahakan mengandung zat-zat pakan yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, dan reproduksi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengolahan pakan ternak dapat membantu pemenuhan gizi yang dibutuhkan ternak ditengah ketersediaan kualitas pakan yang buruk. Masukan teknologi pengolahan pakan tidak diaplikasikan dalam melakukan usaha peternakan oleh seluruh responden yang terdapat di Kecamatan Tanjung Bintang. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, hal ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya tidak meratanya penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan karena berternak merupakan usaha sambilan. 2. Metode perkawinan Reproduksi menjadi dasar utama untuk menentukan tingkat produksi ternak di dalam peternakan. Reproduktivitas sapi potong yang tinggi merupakan kunci keberhasilan tingginya produksi ternak, terutama berhubungan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Tabel 13. Penerapan metode perkawinan Metode perkawinan Alami IB Campuran 15 31 4 30 62 8 Masuknya teknik IB sudah ditunjang oleh fasilitas pendukung, yaitu Satuan Pelayanan Inseminasi Buatan (SP-IB) yang berada di Desa Jati Baru Kecamatan Tanjung Bintang. Inseminasi buatan dapat meningkatkan reproduktivitas ternak dan dapat meningkatkan genetik ternak sapi, sehingga dapat membantu dalam pengembangan usaha peternakan sapi potong yang lebih baik. Satuan Pelayana Inseminasi Buatan (SP-IB) sudah berjalan baik, dengan melakukan pelayanan IB kepada peternak yang terdapat di Kecamatan Tanjung Bintang. Berdasarkan hasil wawancara kepada responden, masih terdapatnya peternak yang tidak menerapkan teknologi IB karena faktor ekonomi. E. Analisi Faktor Internal Eksternal Komponen yang menjadi kekuatan dalam pengembangan sapi potong di Kecamatan Tanjung Bintang, yaitu daya tampung ternak tinggi dengan skor (0,643) dengan potensi dalam penambahan populasi ternak sapi potong sebanyak 18.586 UT. Komponen yang menjadi kelemahan, yaitu berternak yang merupakan 253

usaha sambilan dengan skor (0,232), sehingga hasil produksi yang dihasilkan rendah. Strategi W-O Strategi yang dapat dilakukan, yaitu dengan menyiapkan lahan khusus peternakan, Tabel 14. Matriks evaluasi faktor internal meningkatkan motivasi dan partisipasi peternak dalam hal kemampuan teknis budidaya dengan Faktor Internal Bobot Rengking Skor Kekuatan Umur peternak 0,080 3 0,241 Iklim dan kondisi alam yang mendukung 0,143 4 0,571 Pengalaman berternak sapi potong 0,134 3 0,402 Daya tampung ternak tinggi 0,161 4 0,643 Jenis hijauan dan limbah pertanian 0,107 4 0,429 Kelemahan Rendahnya pendidikan peternak 0,125 2 0,250 Rendahnya tingkat pengetahuan peternak 0,134 2 0,268 Berternak merupakan usaha sambilan 0,116 2 0,232 Total 3,036 mengadopsi teknologi peternakan yang inovatif melalui peran pemerintah khususnya fasilitas pendukung. Pemberian modal usaha untuk peningkatan skala usaha yang lebih besar. Komponen yang menjadi kekuatan dalam pengembangan sapi potong di Kecamatan Tanjung Bintang, yaitu daya tampung ternak tinggi dengan skor (0,643) dengan potensi dalam penambahan populasi ternak sapi potong sebanyak 18.586 UT. Komponen yang menjadi kelemahan, yaitu berternak yang merupakan usaha sambilan dengan skor (0,232), sehingga hasil produksi yang dihasilkan rendah. Tabel 15. Matriks evaluasi faktor eksternal Faktor peluang yang menjadi komponen penting dalam pengembangan sapi potong di Kecamatan Tanjung Bintang adalah tersedianya fasilitas pendukung dalam pengembangan sapi potong dengan skor (1,000). Ancaman terbesar dalam pengambangan peternakan sapi potong, yaitu pola peternakan yang masih tradisional dengan skor (0,200) yang membuat kurangnya terapan teknologi peternakan, sehingga menghasilkan produksi yang tidak optimal. Strategi Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Tanjung Bintang Strategi S-T Alternatif strategi yang didapat, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peran pemerintah dengan penyuluhan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara baik serta menyerap masukan Faktor eksternal Bobot Rangking Skor Peluang Masukan teknologi IB 0,125 3 0,375 Kebijakan pemerintah 0,225 3 0,675 Tersedianya fasilitas pendukung 0,250 4 1,000 Ancaman Belum diterapkannya pengolahan pakan 0,200 2 0,400 Pola peternakan tradisional 0,200 1 0,200 Total 2,650 teknologi dan menuju peternakan yang modern. Strategi W-T Alternatif strategi pengembangan peternakan sapi potong yang dapat dilakukan, yaitu mengoptimalkan kemampuan teknis budidaya, penguasaan teknologi pengolahan pakan melalui penyuluhan dan pelatihan yang melibatkan pemerintah yang tersedia di Kecamatan Tanjung Bintang. SIMPULAN DAN SARAN Strategi S-O Alternatif strategi yang dapat dilakukan yaitu mengoptimalkan sumberdaya lahan dan peran fasilitas pendukung untuk penguasaan teknologi peternakan dan perluasan informasi dengan melibatkan peran aktif pemerintah. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Kecamatan Tanjung Bintang memiliki potensi lingkungan peternakan yang baik, dilihat dari iklim lingkungan baik dari segi curah hujan, suhu maupun kelembaban serta memiliki fasilitas pendukung peternakan seperti UPTD, 254

SP-IB dan Gardunak yang membantu dalam pengembangan sapi potong. 2. Terdapat potensi sumber daya alam (SDA) yang baik dalam pengembangan peternakan sapi potong dengan memiliki jenis hijauan pakan yang beragam, yaitu rumput lapang perkebunan karet, rumput lapang perkebunan sawit, jerami padi, jerami jagung, dan daun singkong dan masih dapat dilakukan penambahan sapi potong sebanyak 18.586 ekor. 3. Kurang baiknya potensi sumber daya manusia (SDM) dalam pengembangan peternakan sapi potong. Tingkat pendidikan, pengetahuan yang rendah dari para peternak. 4. Memiliki potensi masukan teknologi terapan yang kurang baik dalam pengembangan peternakan sapi potong. Tidak adanya penerapan teknik pengolahan pakan ternak dan masih terdapatnya peternak yang tidak memanfaatkan teknologi IB. 5. Strategi yang dapat diterapkan di Kecamatan Tanjung Bintang yaitu, meningkatkan peran aktif pemerintah untuk memberikan pengetahuan peternak dalam hal budidaya sapi potong khususnya penerapan teknologi pengolahan pakan ternak yang inovatif melalui penyuluhan dan pelatihan-pelatihan pembuatan pakan olahan serta perlu adanya bantuan dalam bentuk modal untuk peningkatan skala usaha ternak sapi potong. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disarankan untuk meningkatkan peran Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) dalam menyadarkan dan memotivasi peternak untuk mengarahkan usaha peternakan sapi potong menjadi usaha yang berkembang, mandiri dan memiliki nilai ekonomis. meningkatkan penyuluhan dan pelatihan penerapan teknik pengolahan pakan dalam upaya meningkatkan hasil produksi sapi potong.. DAFTAR PUSTAKA Aziz, M. A. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Prospek Pengembangan pada PJPT II. PT. Insan Mitra Satya. Jakarta. Chamdi, A. N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-31 September 2003. Bogor ; Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. 312-315. Diwyanto, K. 2002. Pemanfaatan Sumberdaya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Orasi APU.Badan Litbang Pertanian Hungate, R.E. 1996. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York and London. Ma sum, M., 1999. Kemungkinan Pengunaan Data Satelit untuk Mengestimasi Produksi Pakan Ruminansia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor. Palabiran. 2012. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong. Penebar swadaya. Jakarta. Rakhmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Samsudin, U. 1977. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Binacipta. Bandung. Santoso, U. 2005. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta Santosa, U., Kusnadi., K, Suradisastra dan S, Sitorus. 1979. Analisa UsahaPeternakan Sapi Perah di Daerah Jalur Susu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buletin Lembaga Pertanian. Jakarta Sofyan, I., 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD. Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. IPB 255