BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata dewasa ini merupakan industri yang paling kompleks

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi The Venue Concert Hall Kota Bandung.

RESOR KONVENSI DI KAWASAN PUNCAK, JAWA BARAT

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

BAB I PENDAHULUAN. konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain oleh masing-masing destinasi pariwisata. melayani para wisatawan dan pengungjung lainnya 1

PUSAT KONVENSI DAN EKSHIBISI DI SURABAYA (CONVENTION AND EXHIBITION CENTER DISURABAYA) Dengan penekanan desain Arsitektur Post Modern

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

CONVENTION HOTEL DI BANDUNG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Simbiosis Kisho Kurokawa

BAB I PENDAHULUAN. : Kelurahan Pulo Brayan Lama (Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat tetapi telah menjadi kebutuhan seluruh masyarakat

BAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan pengujian model yang dapat menjelaskan sebab dan akibat perilaku seorang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pariwisata dan persaingan global, serta kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menyebabkan timbulnya persaingan yang ketat di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Potensi Visual sebagai Dayatarik Wisata di Universitas Pendidikan Indonesia

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

Denpasar, Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PT WAHYU PROMO CITRA, JAKARTA (STUDI KASUS PADA EVENT 12 TH GEBYAR WISATA DAN BUDAYA NUSANTARA 2014)

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Analisis Strategi Pemasaran Kota Jakarta Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

PERENCANAAN PARIWISATA PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT Sebuah Pendekatan Konsep

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesona alam yang luar biasa. Keunikan inilah yang menjadikan Indonesia sebagai

EXHIBITION HALL DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. di berbagai aktivitas bisnis. Munculnya berbagai jenis operasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai. Untuk meningkatkan kemajuan pembangunan dibidang ekonomi,

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

LaporanPerancangan Gedung Convention Centre di Kawasan Wisata Pantai Senggigi Lombok

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pariwisata dewasa ini merupakan industri yang paling kompleks dan termasuk industri besar yang banyak menyerap tenaga kerja. Selain itu dalam era globalisasi, kecenderungan untuk menguasai teknologi informasi dan komunikasi merupakan pola masyarakat modern yang diwakili oleh kelompok intelektual, cendikiawan, ilmuwan, negarawan, pengusaha/profesional. Keadaan ini menuntut adanya pertemuan atau konfrensi untuk menyalurkan gagasangagasan atau tukar-menukar informasi, termasuk kebutuhan untuk menginformasikan/mengkomunikasikan produk-produk teknologi terbaru. Kebutuhan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut sangat mendukung terhadap perkembangan wisata konvensi. MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), dalam industri pariwisata atau pameran adalah suatu jenis pariwisata dimana suatu kelompok besar, biasanya direncanakan dengan matang, berangkat bersama untuk suatu tujuan tertentu. Mengingat pertumbuhan wisata konvensi yang sangat potensial, maka pada tahun 1978 pemerintah mengambil keputusan untuk menangani wisata konvensi secara sistematik dan terarah, sehingga keberhasilannya dapat diharapkan untuk dijadikan sebagai salah satu sumber devisa negara. Wisata Konvensi merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan. Semakin banyak konvensi yang diselenggarakan di Indonesia, semakin banyak

2 pula devisa negara yang diperoleh dari kegiatan konvensi ini, karena walaupun secara kuantitas jumlah statistik wisatawan biasa akan lebih banyak dibandingkan dengan wisata konvensi, namun pada umumnya peserta konvensi akan menetap lebih lama daripada wisatawan biasa, dan dengan sendirinya akan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi pula. Tetapi sayangnya, baru sedikit sekali pelaku pariwisata Indonesia yang ingin bermain di dunia wisata konvensi. Indonesia mendapatkan angka terkecil dalam hal tujuan wisata konvensi dibanding dengan negara-negara Asia Pasifik lainnya. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan bahwa negara Indonesia masih dikatakan lemah dari segi minat wisatawan yang ingin menyelenggarakan acara konvensi di Indonesia. Tabel 1.1 Pilihan Negara Tujuan Kegiatan Konvensi di Asia Pasifik Negara Pilihan I Pilihan II Pilihan III Hongkong China (53%) Singapore (32%) USA (28%) Singapore Malaysia (49%) Indonesia (34%) China (20%) Australia N.Zealand (18%) Singapore (17%) USA (17%) Indonesia Singapore (70%) Australia (33%) Hongkong (30%) Jepang USA (46%) Hongkong (22%) Eropa (20%) Malaysia Thailand (43%) Singapore (32%) Indonesia (27%) Philippine Hongkong (52%) USA (39%) Singapore (35%) Thailand Singapore (30%) Hongkong (32%) USA (22%) Sumber: Stuppa Indonesia. UGM

3 Dari data diatas, Indonesia tidak termasuk pilihan utama dari negaranegara Asean dan Australia untuk penyelenggaraan konvensi tingkat regional dan internasional, bahkan hanya dua negara yang memilih Indonesia sebagai negara tujuan wisata konvensi yaitu Malaysia dan Singapore, itupun pilihan II dan pilihan III, lain halnya dengan Singapore merupakan tujuan hampir semua negara di kawasan Asia Pasipik. Indonesia baru mendapatkan porsi yang terkecil dibanding negara-negara Asia Pasifik lainnya, Indonesia masih mempunyai kesempatan untuk pengembangan pasar wisata konvensi, tinggal kita berbenah diri untuk siap menjadi destinasi wisata konvensi. Menurut Dirjen Pariwisata Indonesia yang di kutif oleh Asep Saefudin (2005:2) mengemukakan bahwa : Khususnya di Indonesia, Jumlah penyelenggara kegiatan dan peserta konvensi pada tahun 1996 mencapai 995 kegiatan dengan jumlah peserta mencapai 163.572 orang dari dalam dan luar negri, (pelaksanaannya masih sangat didominasi tujuan utama konvensi Indonesia yaitu Jakarta dan Bali) untuk 1997 terjadi penurunan sebesar 5% yaitu 945 event meski dalam hal jumlah peserta terjadi kenaikan sebesar 14% yaitu dari 163.572 peserta menjadi 185.452. Tahun 1998 terjadi penurunan sebesar 52,06% menjadi 477 event dan penurunan jumlah peserta dari 185.452 orang menjadi 100.492 orang (45,81%). Penurunan yang terjadi di tahun 1998 dikarenakan adanya pembatalan penyelenggaraan kegiatan wisata konvensi yang sebelumnya telah direncanakan untuk diselenggarakan di Indonesia akibat dari bencana kebakaran hutan dan krisis ekonomi yang berlarut-larut.

4 Menyikapi turunnya kinerja pariwisata nasional, salah satu faktornya yaitu citra Indonesia sebagai destinasi internasional yang tidak aman dan persaingan yang semakin tajam. Pemerintah telah membuat kebijaksanaan dalam mendukung pengembangan produk khususnya wisata konvensi sebagai berikut: a. Pembinaan dan pengendalian usaha jasa konvensi monitoring, evaluasi, dan pembinaan SDM. b. Mendukung program DKI Jakarta dan Bali, dalam memulihkan citra sebagai daerah tujuan wisata (DTW) konvensi peringkat pertama. c. Mengembangkan DTW konvensi lapisan ke-2 yaitu Yogyakarta, Manado, Bandung, Surabaya, Medan, Ujung Pandang, Bukittinggi, dan Batam. d. Mendorong dan memperlancar terselenggaranya kegiatan konvensi yang bersifat nasional dan internasional dengan memberikan pelayanan informasi/masyarakat untuk mempercepat dan mempermudah perizinan. e. Mendorong pengusaha ekonomi kecil dan menengah untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan sektor transportasi, souvenir, kesenian dalam kegiatan konvensi (Asep Saefudin, 2005 :3). Indonesia dengan keanekaragaman dan kekayaan wisata yang dimilikinya, berupaya untuk mengembangkan usaha wisata konvensi melalui pembangunan fasilitas, penyusunan perangkat, penelitian, dan pemasaran serta mengadakan diversifikasi produk-produk wisata, dengan tujuan untuk meningkatkan devisa negara melalui pariwisata, dan salah satu tujuan utama yang akan dikembangkan oleh pemerintah dewasa ini terdapat pada sektor wisata konvensi.

5 Berkembang atau tidaknya wisata konvensi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fasilitas yang tersedia, tingkat pelayanan yang diberikan, lokasi, aksesibilitas, fasilitas pendukung lainnya dan sistem promosi yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan sendiri. Saya ambil contoh Kawasan Puncak, Jawa Barat. Terletak diantara dua kota besar, yaitu Jakarta dan Bandung, merupakan salah satu kawasan yang potensial bagi pengembangan wisata konvensi. Dengan daya dukung pariwisata yang dimiliki seperti fasilitas akomodasi, transportasi, pusat hiburan, pusat perbelanjaan dan kerajinan serta berbagai objek wisata alam, kawasan Puncak layak dijadikan sebagai daerah tujuan wisata konvensi, khususnya skala tingkat nasional, regional ataupun lingkup organisasi. Akan tetapi pada kenyataannya, seiring dengan pertumbuhan ekonomi, upaya pengembangan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan fasilitas bagi lokasi penyelenggaraan kegiatan konvensi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada akhirnya, fasilitas wisata konvensi yang ada kurang memadai. Untuk mendukung usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan melalui sektor pariwisata, perlu adanya upaya pengembangan fasilitas dalam penyelenggaraan kegiatan wisata konvensi. Dalam hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan potensi pegunungan pada kawasan Puncak, sebagai kawasan resort, yang diwujudkan dengan menyediakan lokasi bagi penyelenggaraan kegiatan konvensi, yaitu resort konvensi. Berdasarkan lokasinya yang terisolasi dari kesibukan kota, diharapkan

6 dapat mendukung konsentrasi dalam melakukan kegiatan konvensi sehingga dapat berlangsung secara optimal. Selain itu, suasana alam pegunungan yang sejuk, secara psikologis dapat membantu untuk berpikir tenang, nyaman, dan tidak emosional. Contoh destinasi lain yang dijadikan sebagi tujuan utama untuk menyelenggarakan kegiatan konvensi di Indonesia adalah Jakarta dan Bali. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung sebenarnya memiliki peluang terbuka dalam mengembangkan wisata konvensi ini. Hanya saja, peluang terbuka itu tidak berarti apa-apa bagi industri pariwisata di Bandung tanpa diimbangi dengan sejumlah langkah strategi menangkap potensi besar industri wisata konvensi dewasa ini. Faktanya, selama ini jika ada konferensi besar antarnegara yang dilangsungkan di Indonesia. Kota Bandung sama sekali hampir tidak dilirik. Akibatnya, Bandung belum menjadi pemain utama dalam industri wisata konvensi. Padahal, kota yang dulu berjuluk Parisnya Jawa ini memiliki sejarah dan budaya khas yang bisa ditawarkan dan menjadi daya tarik kuat bagi industri wisata konvensi. Salah satu persoalan utama yang dihadapi Bandung dalam mengembangkan wisata konvensi ini adalah karena hingga kini ibu kota Povinsi Jawa Barat belum memiliki gedung pertemuan dan pameran (convention center) yang representatif dan berskala internasional. Padahal, salah satu faktor penting guna mengembangkan dan memajukan industri wisata konvensi adalah adanya convention center yang representatif dan bertaraf internasional.

7 Keberadaan The Venue Concert Hall merupakan asset yang harus dikembangkan oleh pihak The Venue, selain itu juga pemerintah setempat harus berperan aktif dalam mengembangkan The Venue, karena dari perkembangan The Venue akan mendatangkan banyak manfaat baik untuk pihak The Venue sendiri, begitu juga untuk pemerintah setempat. Contohnya dari segi ekonomi berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh bagi pihak The Venue dan juga daerah sekitar Bandung. Wisata konvensi membutuhkan banyak waktu yang tidak cukup 1 hari, dan ini akan mendatangkan keuntungan untuk penginapan yang ada di daerah sekitar wisata konvensi seperti Hotel, Cottage, dan Villa. Begitu juga untuk Restoran/Rumah makan, Wisata Kuliner, dan Outlet-Outlet di Bandung yang akan dikunjungi oleh wisatawan konvensi. Dari kegiatan tersebut akan mendatangkan pendapatan untuk tempat-tempat wisatawan yang dikunjungi, selain itu mendatangkan pendapatan untuk pemerintah setempat yang diperoleh dari pajak Hotel, Restoran/Rumah Makan, Wisata Kuliner, dan Outlet-Outlet yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Dengan adanya The Venue Concert Hall ini, mengakibatkan dampak yang terjadi pada masyarakat sekitar seperti : 1) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi meningkat, karena dengan adanya peningkatan fasilitas dan pengembangan The Venue Concert Hall, otomatis The Venue Concert Hall mengalami perubahan yang lebih baik dan banyak dikunjungi oleh wisatwan konvensi sehingga pendapatan The Venue Concert Hall khususnya dan Eldorado pada umumnya juga dapat meningkat.

8 2) Faktor Sosial Ketika Eldorado membuka usaha The Venue Concert Hall, kegiatan sosial terjadi antara pemilik/pimpinan dan para pekerja harus berhubungan/bersosialisasi dengan masyarakat, sekitar 75% masyarakat sekitar The Venue bekerja ditempat ini, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara pekerja The Venue dengan masyarakat sekitar. 3) Faktor Budaya Setiap daerah mempunyai kebudayaannya masing-masing, ketika The Venue didirikan didaerah yang sekarang ditempati, daerah tersebut mempunyai budayanya sendiri, oleh karena itu The Venue harus bisa menyesuaikan budaya yang The Venue terapkan dengan budaya yang telah ditetapkan oleh daerah tersebut sehingga tercipta suasana kekeluargaan antara The Venue dengan masyarakat sekitar. Wisata konvensi akan banyak diminati oleh wisatawan konvensi jika daerah Bandung mempunyai tempat wisata konvensi yang lengkap dengan segala fasilitasnya. The Venue Concert Hall kota Bandung merupakan tempat wisata konvensi yang harus dikembangkan, walaupun The Venue sendiri masih mempunyai kekuranganya, tetapi kekuangannya itu harus dikembangkan untuk lebih baik lagi, untuk memenuhi standarisasi suatu gedung konvensi di Bandung yang bertaraf nasional ataupun internasional. Penelitian mempunyai tujuan ingin mengetahui tempat konvensi seperti apa yang diinginkan wisatawan konvensi agar tercipta suasana yang nyaman dan dapat dirasakan oleh wisatawan konvensi yang datang ke The Venue Concert

9 Hall. Penulis mengambil penelitian dengan judul Pengembangan Fasilitas The Venue Concert Hall sebagai Tempat Kegiatan Konvensi di Kota Bandung. dan untuk mengatahui apakah pengembangan fasilitas The Venue sudah memenuhi standarisasi nasional dan internasional, penulis mengambil patokan Jakarta Convention Center sebagai acuan karena Jakarta Convention Center merupakan convention center yang sudah memenuhi standarisasi internasional. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan masalah Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pengembangan fasilitas usaha wisata konvensi The Venue Concert Hall Kota Bandung sudah memenuhi standarisasi syarat suatu gedung konvensi Nasional dan Internasional? 2. Bagaimana strategi penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha wisata konvensi yang telah dilakukan The Venue Concert Hall Kota Bandung dalam menunjang pembangunan kepariwisataan? 3. Kendala apa saja yang menjadi penghambat untuk pengembangan The Venue Concert Hall Kota Bandung? 1.2.2 Batasan Masalah Mengingat ruang lingkup pengembangan The Venue Concert Hall cukup luas, maka penulis membatasi permasalahan yang bersangkutan dengan pengembangan fasilitas The Venue Concert Hall di Kota Bandung.

10 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengembangan fasilitas usaha wisata konvensi The Venue Concert Hall sudah memenuhi standarisasi syarat suatu gedung konvensi Nasional dan Internasional. 2. Untuk mengetahui strategi penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha wisata yang telah dilakukan The Venue Concert Hall Kota Bandung dalam menunjang pembangunan kepariwisataan. 3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang menjadi penghambat untuk pengembangan The Venue Concert Hall Kota Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah mengkaji masalah yang ada, maka penulis menyimpulkan beberapa manfaat sebagai berikut : 1. Mengetahui fasilitas dan pengembangan usaha wisata konvensi. 2. Bagi Peneliti dapat menambah wawasan dalam mengembangkan (Membandingkan) The Venue Concert Hall dengan tempat konvensi lainnya yang ada di Kota Bandung, Jakarta, dan Luar Negri. 3. Rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan lagi The Venue Concert Hall agar menjadi tempat konvensi yang paling unggul di Kota Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran

11 Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah pengembangan fasilitas The Venue Concert Hall sudah memenuhi standarisasi gedung konvensi yang bertaraf nasional dan internasional, selain itu juga ingin mengetahui strategi apa yang sudah dilakukan The Venue Concert Hall dalam upaya pengembangan The Venue dan kendala apa yang menjadi penghambat untuk perkembangan The Venue. Pertama yang penulis lakukan adalah melihat, meneliti, menganalisis fasilitas dan upaya untuk mengembangkan The Venue seperti luas, daya tampung, sound system, lighting, pre function, artist room, VVIP room, promosi, dan lokasi. Tahap kedua penulis adalah mengetahui fasilitas yang tersedia di The Venue dan fasilitas yang tersedia di gedung konvensi Jakarta Convention Center karena Jakarta Convention Center adalah convention center yang sudah memenuhi standarisasi internasional. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah fasilitas The Venue sudah memenuhi standarisasi nasional dan internasional. Setelah penulis mengetahui hasilnya, tahap selanjutnya penulis adalah membuat anlisis SWOT. Dalam tahap analisis ini penulis ingin mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman The Venue. Hasil akhir penelitian ini penulis akan menjelaskan apakah The Venue layak tidak sebagai Concert Hall di Kota Bandung, dan juga menjelaskan kekurangan serta kelebihan The Venue. Untuk lebih jelasnya, penjelasan diatas akan dituangkan dalam gambar dibawah ini :

12 Luas, Daya Tampung, Sound, lighting, Multimedia,Promosi. FASILITAS DAN UPAYA PENGEMBANGAN THE VENUE BAGAN KOMPARATIF S (Kelebihan) W (Kelemahan) O (Kesempatan) T (Ancaman) THE VENUE CONCERT HALL HASIL AKHIR - The Venue Concert Hall layak tidak sebagai Concert Hall di Kota Bandung - Kelebihan dan kekurangan The Venue Concert Hall - Kesimpulan APAKAH THE VENUE MEMENUHI STANDARISASI NASIONAL/INTERN ASIONAL Mengetahui fasilitas yang tersedia di The Venue Concert Hall dengan Jakarta Convention Center Sumber : Olahan Peneliti.

13 1.6 Definisi Operasional Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1) Wisata Konvensi/MICE merupakan industri pariwisata yang dewasa ini sedang mengalami perkembangan atau kemajuan. 2) The Venue Concert Hall adalah tempat untuk menyelenggarakan acara-acara berupa kegiatan seminar, konser, penghargaan, wedding, broadcast event, religious event, launching, fashion activity, exhibition, and corporate event. 3) Suatu tempat wisata konvensi akan berkembang apabila mempunyai daya dukung fasilitas yang lengkap dan faktor pendukung lainnya seperti promosi yang dilakukan, lokasi yang kurang strategis, dan jauh dari fasilitas umum. 4) Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis SWOT, yaitu sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran), meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. 5) Dalam analisis SWOT ini terdapat teori IFAS dan EFAS. Teori IFAS mencakup kekuatan dan kelemahan, sedangkan teori EFAS meliputi peluang dan ancaman. 6) The Venue Concert Hall berada pada kuadran 1, yang artinya agresif. The Venue berada dalam posisi yang strategis, mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk mengembangkan The Venue Concert Hall