PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

PEMBUATAN DAN KUALITAS ARANG AKTIF DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rini Pujiarti dan J.P. Gentur Sutapa. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air bersih merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo dan pengambilan sampel air limbah dilakukan pada industri tahu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

PENGARUH WAKTU DAN SUHU PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN LIMBAH DENGAN SUHU TINGGI SECARA PIROLISIS

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI PAAL 4 KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2006 bertempat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN MODUL IV ANGKA PERMANGANAT (TITRIMETRI) KELOMPOK IV

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG SAPI SEBAGAI ADSORBEN ION BESI, TEMBAGA, SULFAT DAN SIANIDA DALAM LARUTAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Desikator Neraca analitik 4 desimal

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

(Experimental Study on the Effectiveness of Liquid Waste Absorption Using Mesh-80 Active Charcoal Made from Teak Wood Saw Scratches) ABSTRACT

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

Gustan Pari, Djeni Hendra dan Ridwan,A Pasaribu (Pusat Litbang Hasil Hutan). Peningkatan Mutu Arang Aktif Kulit Kayu mmangium

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

PROSES AKTIVASI ARANG AKTIF DARI CANGKANG KEMIRI (Aleurites moluccana) DENGAN VARIASI JENIS DAN KONSENTRASI AKTIVATOR KIMIA

Pengaruh Lama Tanam dan Luas Penutupan Azolla microphylla terhadap Kualitas Kimia dan Fisika Limbah Cair Laundry

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

PENINGKATAN MUTU ARANG AKTIF KULIT KAYU MANGIUM (Increasing the Qualities of Activated Charcoal from Mangium Bark)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Transkripsi:

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG BUAH LONTAR (Borassus flabellifer Linn.) SEBAGAI ABSORBEN LIMBAH BATIK KAYU 1. 2. I Ketut Gede Intan Kurniawan 1, J.P. Gentur Sutapa 2 Alumni Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, UGM Dosen Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, UGM Abstrak Kebutuhan arang aktif di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan arang aktif. Untuk itu dibutuhkan pasokan bahan baku yang cukup untuk memenuhi permintaan tersebut. Pembuatan arang aktif pada umumnya menggunakan kayu sebagai bahan utama, padahal saat ini potensi hutan sebagai penghasil kayu terus mengalami penurunan. Untuk mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan baku arang aktif maka digunakan alternatif bahan baku dari tempurung buah lontar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tempurung buah lontar dalam pembuatan arang aktif yang memenuhi SNI 06-3730-1995, mengetahui pengaruh interaksi suhu aktivasi dan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 terhadap rendemen dan kualitas arang aktif, serta aplikasi arang aktif terbaik yang diperoleh sebagai absorben limbah batik kayu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 2x5x5 ulangan dengan dua faktor perlakuan yaitu suhu aktivasi ( dan ) dan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 (0,1% ; 0,4% ; 0,7% ; 1% ; 1,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas arang aktif tempurung buah lontar yang terbaik adalah arang aktif yang dibuat pada suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S2K4) yang menghasilkan rendemen 59,080%, kadar air 5,740%, kadar abu 19,250%, kadar zat mudah menguap 7,409%, kadar karbon terikat 67,606%, daya serap benzena 9,670%, daya serap metilen biru 122,961% dan daya serap iodium 1243,620%. Kualitas limbah batik kayu setelah perlakuan dengan arang aktif yang dibuat pada suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S2K4) menjadi lebih baik. Hasil pengujian menunjukkan terjadi penurunan bau dari sangat berbau menjadi agak berbau, warna dari 497,1 Pt.co menjadi 274 Pt.co, TSS (Total Suspended Solids) dari 930,78 mg/l menjadi 310,895 mg/l, COD ( Chemical Oxygen Demand) dari 360,2 mg/l menjadi 330 mg/l, BOD 5 ( Biological Oxygen Demand) dari 201,712 mg/l menjadi 163,623 mg/l, fenol dari 0,793 mg/l menjadi 0,013 mg/l, dan NO 2 dari 0,125 mg/l menjadi 0,057 mg/l, sedangkan ph nilainya tetap sebesar 11. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa limbah batik kayu setelah perlakuan dengan arang aktif kualitas terbaik memenuhi baku mutu limbah cair berdasarkan SK Menteri Negara KLH No. KEP 03/MENKLH/II/1991. Kata kunci : Arang aktif, tempurung buah lontar, absorben, limbah batik kayu. PENDAHULUAN Kebutuhan arang aktif di Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan arang aktif untuk berbagai keperluan baik untuk industri, lingkungan dan kesehatan. Industri yang menggunakan arang aktif antara lain industri makanan dan minuman, air mineral, petrokimia, kimia, farmasi dan kedokteran. Seiring dengan peningkatan permintaan akan arang aktif maka industri arang aktif di Indonesia berkembang dengan pesat. Pada tahun 2006, ekspor arang aktif Indonesia tercatat sebesar 2.012.675.965 kg (An onim, 2005). Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan arang aktif sebagian besar adalah tempurung kelapa dan kayu. Saat ini, 476

ketersediaan kayu semakin menipis akibat dari pembalakan liar, kebakaran hutan dan bencana alam. Untuk mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan baku pembuatan arang, maka salah satu bahan yang dapat digunakan adalah tempurung buah lontar. Areal penanaman pohon lontar di Bali sekitar ± 10 ha dengan jumlah pohon 100-500 pohon, NTT (Kab. Rote Ndao) ± 13.316 ha, jumlah pohon 5.326.400 pohon, Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura) ± 15.000 ha, jumlah pohon 500.000 pohon (Anonim, 2008a). Buah lontar banyak dikonsumsi untuk minuman dan makanan, buah segar beratnya sekitar 2.790 g (100%) terdiri atas kelopak bunga 175 g (6,3%), sabut 120 g (4,3%), tempurung 66 g (2,4%), daging buah 1.425 g (51,0%) dan 3 buah biji beratnya 1.004 g (36,0%) (Anonim, 2008b). Karakteristik tempurung buah lontar yang keras dan kaku diharapkan menghasilkan rendemen arang yang tinggi dan kualitas yang baik. Arang aktif yang dihasilkan kemudian diaplikasikan sebagai bahan absorben limbah batik kayu. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah tempurung buah lontar (Borassus flebellifer Linn.), aquades, larutan iodium, larutan kanji, larutan biru metilen, larutan natrium tiosulfat dan larutan benzena. Peralatan utama yang digunakan antara lain : retort, furnace, spektrofotometer, gelas ukur, crusible, kertas saring, ayakan, desikator, elenmeyer, labu ukur, buret, gelas beker, cawan arloji, timbangan analitik, oven. Prosedur 1. Tahap Pirolisis : yaitu pemanasan pada retort listrik pada suhu 500 o C selama 3 jam. 2. Tahap Aktivasi : yaitu perendaman arang dalam larutan NH 4 HCO 3 0,1 %, 0,4 %, 0,7 %, 1%, 1,3 % selama 24 jam. Kemudian arang diaktivasi pada suhu 700 C dan 900 C selama 1 jam 3. Tahap Pengujian meliputi: rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, daya serap terhadap iodium, daya serap terhadap benzena, daya serap terhadap metilen biru (SNI 06-3730-1995) dan arang aktif kualitas terbaik yang dihasilkan digunakan sebagai absorben limbah batik kayu. Analisis data Paramater kualitas arang aktif yang diuji meliputi : rendemen, kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, daya serap terhadap benzena, daya serap terhadap iodium dan daya serap terhadap metilen biru. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan F hitung dan pengaruh faktor-faktor diuji lanjut menggunakan Uji Duncan. 477

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Kualitas Arang Aktif Tempurung Buah Lontar Parameter Perlakuan Rendemen Kadar Air Kadar Abu Kadar Zat Menguap Kadar Karbon Terikat Daya Serap Benzen Daya Serap Iodium Daya Serap Metilen Biru (%) (%) (%) (%) (%) (%) mg/g mg/g S1K1 66,474 2,940 3,712 13,914 79,430 2,021 1223,315 130,032 S1K2 66,052 3,900 5,017 10,517 80,710 4,156 1241,082 122,574 S1K3 66,766 2,720 5,892 7,938 83,453 7,533 1236,006 121,685 S1K4 60,150 3,320 3,958 8,388 84,338 8,531 1238,544 122,900 S1K5 69,522 2,720 2,779 13,275 81,229 8,571 1236,006 123,166 S2K1 63,708 5,160 9,495 11,707 73,643 4,855 1236,006 123,885 S2K2 64,566 6,840 16,172 10,508 66,487 12,168 1241,082 123,985 S2K3 67,080 6,040 19,690 11,987 62,289 11,469 1236,006 124,271 S2K4 59,808 5,740 19,250 7,409 67,606 9,670 1243,620 122,961 S2K5 61,882 5,980 12,314 7,170 74,543 10,809 1241,082 123,231 SNI 1995-15 10 25 65 *25 750 120 Keterangan : S1 = Suhu Aktivasi 700 o ; S2 = Suhu Aktivasi ; K1 = Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,1% ; K2 = Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,4% ; K3 = Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,7% ; K4 = Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% ; K5 = Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1,3%. Tabel 2. Analisis Keragaman (ANOVA) Parameter Suhu Aktivasi Signifikansi Konsentrasi Bahan Pengaktif NH 4 HCO 3 Suhu Aktivasi* Konsentrasi Bahan Pengaktif NH 4 HCO 3 Rendemen 3,95 ns 3,99** 1,39 ns Kadar Air 518,64** 12,81** 3,16* Kadar Abu 89,95** 4,1** 2,03 ns Kadar Volatil 3,57 ns 2,44 ns 3,14* Kadar Karbon Terikat 37,53** 1,06 ns 3,08* Daya Serap Benzena 56,8** 23,39** 6,04** Daya Serap Iodium 4,76* 4,12** 1,24 ns Daya Serap Metilen Biru 2.27 ns 33.26** 31.6** Keterangan : * = berbeda nyata (taraf uji 5%) ; ** = berbeda sangat nyata (taraf uji 1%) ; ns = tidak signifikan 478

Tabel 3. Uji Duncan Interaksi Antara Suhu Aktivasi dan Konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 Arang Aktif Tempurung Buah Lontar Suhu Konsentrasi Konsentrasi Bahan Pengaktif NH 4 HCO 3 Parameter Aktivasi 0,1% 0,4% 0,7% 1% 1,3% Kadar Air (%) 2,937 e 5,115 c 3,756 d 6,833 a 2,717 e 6,034 b 3,317 e 5,734 b 2,717 e 5,974 b Kadar Volatil (%) 16,852 a 16,862 a 14,273 ab 17,341 a 10,655 c 18,021 a 11,704 bc 13,143 abc 15,992 ab 3,143 abc Kadar Karbon Terikat (%) 82,367 ab 78,798 bc 84,466 ab 73,320 cd 86,171 ab 68,323 d 87,564 a 73,341 cd 83,937 ab 0,517 abc Daya Serap Benzena (%) 2,020 f 4,855 e 4,156 ef 12,168 a 7,533 d 11,469 ab 8,511 cd 9,670 bcd 8,571 cd 0,809 abc Daya Serap Metilen Biru (mg/g) 130,032 a 123,885 bc 122,574cd 123,985 b 121,685 d 124,271 b 122,900 bcd 122,961 bcd 23,166 bc 23,231 bc Keterangan : nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata A. Rendemen Arang Aktif Penetapan rendemen bertujuan untuk menentukan jumlah arang aktif yang terbentuk setelah proses aktivasi. Rendemen arang aktif dari tempurung buah lontar berkisar antara 59,808-69,522%. Analisis keragaman menunjukkan konsentrasi bahan pengaktif berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen sedangkan suhu aktivasi dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen. Semakin tinggi konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 rendemen yang dihasilkan semakin tinggi, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi CO 2 hasil dekomposisi NH 4 HCO 3 dengan atom karbon dari arang yang membentuk C(CO) yang terikat kuat pada permukaan arang aktif (Pari et al. 2000). Rendemen yang dihasilkan dari penelitian ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari serbuk gergajian sengon yang berkisar antara 14,750-63,250% (Pari, 1999). Begitu pula dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 28,030-52,240% (Pari et al. 2000) dan tandan kosong kelapa sawit 19,290-55,800% (Hendra dan Pari, 1999). B. Kadar Air Arang Aktif Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis arang aktif yang dihasilkan. Nilai rata-rata kadar air arang aktif yang dihasilkan berkisar antara 2,717-6,833%. Hasil analisis keragaman dapat diketahui bahwa suhu aktivasi, konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 dan interaksi antara keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air. Kecenderungan kadar air semakin tinggi seiring dengan meningkatnya suhu aktivasi diakibatkan oleh peningkatan sifat higroskopis arang aktif terhadap uap air dari udara dan pengikatan molekul air oleh 6 atom karbon yang telah diaktivasi (Pari, 1999). Kadar air arang aktif yang dihasilkan sesuai dengan SNI 06-3730-1995 dimana kadar air yang tidak lebih dari 15% (Anonim, 1995). Kadar air yang dihasilkan dari penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari arang serbuk gergajian sengon yang berkisar antara 2,55-14,08% (Pari, 1999). Begitu pula dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 11,37-19,01% (Pari et al. 2000). 479

C. Kadar Abu Penentuan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan logam yang terkandung dalam arang aktif. Nilai rata-rata kadar abu arang aktif yang dihasilkan berkisar antara 2,779-19,690%. Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa suhu aktivasi dan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 berpengaruh sangat nyata terhadap kadar abu. Kadar abu meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 karena pada waktu aktivasi terjadi kontak udara sehingga terjadi pembakaran lebih lanjut dan arang aktif menjadi abu, dan juga disebabkan oleh terbentuknya garam amonium (NH 4 ) 2 CO 3 yang menempel pada permukaan arang aktif atau terperangkap dalam kisi-kisi heksagonal arang aktif (Pari, 1999). Kadar abu yang dihasilkan dari penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan arang aktif dari kulit Acacia mangium yang berkisar antara 11,81-16,90% (Pari et al. 2000). Tetapi hasil ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan arang aktif dari tandan kosong kelapa sawit yang berkisar antara 28,13-60,18% (Hendra dan Pari, 1999). Perbedaan ini menunjukkan bahwa dalam proses karbonisasi sudah terjadi proses oksidasi dari partikel halus dan proses oksidasi ini dilanjutkan pada waktu aktivasi (Pari, 1999). D. Kadar Zat Menguap Penetapan kadar zat mudah menguap bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang mudah menguap pada arang aktif yang dihasilkan. Nilai rata-rata kadar zat mudah menguap arang aktif yang dihasilkan berkisar antara 10,665-18,021%. Nilai tertinggi diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,7% (S2K3) yaitu sebesar 18,021%, sedangkan yang terendah pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,7% (S1K3) yaitu sebesar 10,665% Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa suhu aktivasi dan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 tidak berpengaruh nyata terhadap kadar zat menguap, sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata. Kadar zat mudah menguap pada penelitian ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan arang aktif kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 15,33-18,32% (Pari et al. 2000). Hasil ini lebih kecil dibandingkan dengan arang aktif dari arang serbuk gergajian sengon (Pari, 1999) yang berkisar 9,55-34,64%. E. Kadar Karbon Terikat Penetapan kadar karbon bertujuan untuk mengetahui kandungan karbon terikat setelah aktivasi. Nilai rata-rata kadar karbon terikat arang aktif sebesar 62,289-84,338% Nilai tertinggi diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S1K 4) yaitu sebesar 84,338%, sedangkan nilai terendah diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,7% (S2K3) yaitu sebesar 62,289 %. Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa suhu aktivasi dan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan nyata sedangkan untuk konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 tidak berpengaruh nyata. Tinggi rendahnya kadar karbon terikat dipengaruhi oleh kadar zat menguap dan kadar abu. Semakin tinggi nilai zat menguap dan kadar abu maka nilai karbon terikat rendah, begitu pula sebaliknya. Kadar karbon terikat pada penelitian ini relatif lebih besar dibandingkan dengan arang aktif kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 67,350-80,580% (Pari et al. 2000). Begitu pula dibandingkan dengan arang serbuk gergajian sengon (Pari, 1999) dan tandan kosong kelapa sawit (Hendra dan Pari, 1999) yang masing-masing berkisar antara 50,930-77,520 % dan 24,060-58,820 %. F. Daya Serap Terhadap Benzena Penetapan daya serap terhadap benzena bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap gas yang bersifat nonpolar dengan ukuran molekul tidak lebih dari 6Å atau 0,6 nm. Nilai rata-rata daya serap terhadap benzena 480

sebesar 2,021-12,168%. Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa suhu aktivasi, konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 berpengaruh nyata terhadap daya serap benzena. Nilai tertinggi diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,4% (S2K2) yaitu sebesar 12,168%, sedangkan nilai terendah diperolah pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,1% (S1K1) yaitu sebesar 2,021%. Rendahnya daya serap ini menunjukkan bahwa permukaan arang aktif masih ditutupi oleh senyawa polar seperti fenol, aldehid dan karboksilat dari hasil karbonisasi yang tidak sempurna (Pari, 1999). Daya serap terhadap benzena yang dihasilkan dari penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari arang serbuk gergajian sengon yang berkisar antara 14,800-37,710% (Pari, 1999). Begitu pula dibandingkan dengan kadar air arang aktif dari kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 15,200-23,370% (Pari et al. 2000). G. Daya Serap Terhadap Iodium Penentuan daya serap terhadap iodium bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul kurang dari 10 Å atau 1 nm. Nilai rata-rata daya serap terhadap iodium sebesar 1.223,316-1.243, 620 mg/g. Seluruh nilai daya serap ini sesuai dengan SNI 06-3730- 1995 karena daya serapnya lebih dari 750 mg/g (Anonim, 1995) dan juga memenuhi Standar Jepang dimana daya serapnya lebih dari 1.050 mg/g (Pari, 1999). Nilai tertinggi diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S2K4) sebesar 1.243,62 mg/l, sedangkan nilai terendah diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,1% (S1K1) yaitu sebesar 1223,316 mg/l. Besarnya daya serap arang aktif terhadap iodium menggambarkan juga banyaknya struktur mikropori yang terbentuk (Pari, 1999). Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak adanya interaksi beda nyata antara faktor suhu aktivasi dan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 terhadap daya serap terhadap iodium yang dihasilkan. Walaupun hasil analisis keragaman tidak menunjukkan perbedaan, makin tinggi konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 daya serap iodiumnya makin rendah. Rendahnya daya serap ini dapat disebababkan oleh kerusakan atau erosi dinding pori karbon dan juga menggambarkan struktur mikropori yang terbentuk sedikit dan tidak dalam (Pari, 1999). Da ya serap terhadap iodium yang dihasilkan dari penelitian ini relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daya serap iodium arang aktif dari kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 667,16-886,23% (Pari et al. 2000) Begitu pula dibandingkan dengan arang aktif dari tandan kosong kelapa sawit 380,900-770,750% (Hendra dan Pari, 1999), dan arang serbuk gergajian sengon 637-1105% (Pari, 1999). H. Daya Serap Terhadap Metilen Biru Penentuan daya serap terhadap metilen biru bertujuan untuk mengetahui kemampuan arang aktif untuk menyerap larutan berwarna dengan ukuran molekul kurang dari 15 Å atau 1,5 nm. Nilai rata-rata daya serap terhadap metilen biru sebesar 121,685-130,032 mg/ Semua nilai daya serap ini memenuhi SNI 06-3730-1995 karena daya serapnya lebih dari 120 mg/g (Anonim, 1995). Nilai tertinggi diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,1% (S1K1) yaitu sebesar 130,032 mg/l, sedangkan nilai terendah diperoleh pada arang aktif dengan perlakuan suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 0,7% yaitu sebesar (S1K3) 121,685 mg/l. Daya serap terhadap metilen biru yang dihasilkan dari penelitian ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan daya serap iodium arang aktif dari kulit kayu Acacia mangium yang berkisar antara 107,080-136,100 mg/g (Pari et al. 2000) Begitu pula 481

dibandingkan dengan arang aktif dari tandan kosong kelapa sawit sebesar 16,220-144,820 mg/g (Hendra dan Pari, 1999) Tabel 4. Pengujian Kualitas Limbah Batik Kayu Parameter A B C (%) 482 Baku Mutu Limbah Cair MENKLH Kriteria Limbah Cair Gol I Gol II Gol III Gol IV Bau - - - - - - - - Warna (Pt-Co) 497,1 274 44,88 - - - - - - TSS (mg/l) 930,78 310.895 66,6 100 200 400 500 Gol III S ph 11 11 0 6-9 6-9 6-9 5-9 - - Fenol (mg/l) 0,793 0,013 98,36 0,01 0,5 1 2 Gol II S COD (mg/l) 360.2 331,745 7,9 40 100 300 600 Gol IV S BOD 5 (mg/l) 201,712 163,623 18,88 20 50 150 300 Gol IV S NO 2 (mg/l) 0,125 0,057 54,4 0,06 1 3 5 Gol I S (Sumber : Wardhana,1994) Keterangan : A : Limbah batik kayu sebelum perlakuan dengan arang aktif B : Rata-rata Limbah batik kayu setelah perlakuan dengan arang aktif C : Penurunan (%) BOD 5 : (Biological Oxygen Demand) COD : (Chemical Oxygen Demand) TSS : (Total Suspended Solids) I. Aplikasi Arang Aktif sebagai penjernih limbah batik kayu Arang aktif yang digunakan adalah arang aktif yang memiliki daya serap iodium tertinggi yaitu arang aktif yang dibuat pada suhu aktivasi dengan konsentrasi bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S2K4). Parameter yang diuji meliputi bau, warna, TSS, ph, fenol, COD, BOD 5, NO 2. Bau yang ditimbulkan dipengaruhi oleh bahan-bahan yang bersifat organik yang terkandung dalam limbah. Bau yang menyengat ditimbulkan oleh emisi bahan kimia dan aktivitas mikroorganisme. Tidak ada standar khusus yang dipersyaratkan untuk bau limbah, namun ini dapat digunakan sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi (Wardhana, 1994). Warna air yang tidak normal merupakan indikasi adanya pencemaran air. Hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa terjadi penurunan warna limbah batik kayu sebesar 44,88% dari 497,1 Pt-Co (platina -cobalt) sebelum perlakukan dengan arang aktif menjadi rata-rata 274 Pt-Co setelah perlakuan dengan arang aktif. Padatan terlarut yang terkandung dalam limbah terdiri dari partikel-partikel dengan ukuran dan berat yang lebih kecil dari partikel padatan tersuspensi, seperti logam, dan mineral (Hg, Pb, Cr, Ar, Cd, Ni), garam magnesium dan kalsium, deterjen, lilin, minyak dan lemak (Kristanto, 2004). Hasil pengujian padatan terlarut menunjukkan tejadinya penurunan sebesar 66,60%, yaitu sebelum perlakuan dengan arang aktif sebesar 930,78 mg/l dan setelah perlakuan dengan arang aktif nilai padatan terlarut rata-rata menjadi 310,895 mg/l. Konsentrasi ion hirogen atau ph adalah salah satu ukuran kualitas air limbah. Nilai ph air yang normal adalah adalah sekitar 6-8 sedangkan untuk ph limbah cair yang sesuai dengan baku mutu limbah cair adalah 6-9 (Wardhana, 1994). Air limbah Ket

dengan konsentrasi ph yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya. ph limbah sebelum dan sesudah perlakuan dengan arang aktif tetap yaitu 11. Kadar fenol setelah perlakuan dengan arang aktif mengalami penurunan sebesar 96,38% dari 0,793 mg/l sebelum perlakuan dengan arang aktif menjadi ratarata sebesar 0,013 mg/l setelah perlakuan dengan arang aktif. Kadar COD setelah perlakuan arang aktif sebesar rata-rata 331,745 mg/l. Angka COD yang diperoleh sesuai dengan baku mutu limbah cair golongan IV menurut SK Menteri Negara KLH No. 03/MENKLH/II/1991. Dalam pengujian kadar COD, senyawa klorin yang terdapat dalam limbah batik kayu dapat mempengaruhi pengujian karena klor dapat beraksi dengan bahan oksidan kalium dikromat. Pencegahannya dilakukan dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa kompleks (Kristanto,2004). Kadar BOD5 pada limbah batik kayu setelah perlakuan dengan arang aktif sebesar rata-rata 163,623 mg/l. Angka ini sesuai dengan baku mutu limbah cair golongan IV menurut SK Menteri Negara KLH No. 03/MENKLH/II/1991. Angka BOD5 163,623 mg/l menunjukkan bahwa 163,623 mg oksigen dihabiskan oleh sampel limbah dalam 1 liter air limbah dalam waktu lima hari pada suhu 20oC (Kristanto,2004). Hasil pengujian terhadap NO2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka NO2 pada limbah batik kayu setelah perlakuan dengan arang aktif sebesar rata-rata 0,057 mg/l. Angka NO2 yang diperoleh sesuai dengan baku mutu limbah cair golongan I menurut SK Menteri Negara KLH No. 03/MENKLH/II/1991. KESIMPULAN 1. Tempurung buah lontar dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang aktif sesuai SNI 06-3730-1995 (Anonim 1995). Kualitas arang aktif tempurung buah lontar yang dihasilkan meliputi kadar air (2,717-6,833%), kadar zat mudah menguap (10,655-18,021%), kadar karbon terikat (73,320-87,564%), daya serap terhadap metilen biru (121,685-130,032%) dan daya serap terhadap iodium (1223,315-1243,620% ) memenuhi SNI 06-3730-1995. Sedangkan kadar abu (2,779-19,690%) dan daya serap terhadap benzena (2,020-12,168%) tidak memenuhi SNI 06-3730-1995. 2. Arang Aktif kualitas terbaik yang diperoleh yaitu yang dibuat pada suhu aktivasi, bahan pengaktif NH 4 HCO 3 1% (S2K4) yang menghasilkan rendemen 59,080%, kadar air 5,740%, kadar abu 19,250%, kadar zat mudah menguap 7,409%, kadar karbon terikat 67,606%, daya serap benzena 9,670%, daya serap metilen biru 122,961% dan daya serap iodium 1243,620%. 3. Limbah batik kayu setelah dilakukan proses absorbsi dengan menggunakan arang aktif dari tempurung buah lontar yang diaktivasi pada suhu dengan konsentrasi NH 4 HCO 3 1% (S2K4) kualitasnya lebih baik dari sebelum perlakuan yaitu terjadi penurunan terhadap bau, BOD 5 (Biologyical Oxygen Demand) 18,88%, COD (Chemical Oxygen Demand) 7,900%, TSS ( Total Suspended Solids) 66,6%, fenol 98,36% dan NO 2 54,4%, tetapi pada ph limbah tidak terjadi perubahan. Kualitas limbah batik kayu sesudah perlakuan dengan arang aktif sesuai dengan baku mutu limbah cair berdasarkan SK Menteri Negara KLH Nomer KEP 03/MENKLH/II/1991. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1979. ASTM Standards Coal and Cokes. American Society for Testing and Materials. Philadelphia Anonim. 1995. Arang Aktif Teknis. Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995. Badan Standarisasi. Jakarta. 483

Anonim. 2005. Ekspor Hasil Hutan Non Kayu. Departemen Kehutanan, Jakarta. <http://dephut.go.id/>. Diakses tanggal 24 Maret 2009 Anonim. 2008a. Situs Resmi Pemerinth Kabupaten Rote Ndao. <http://www.rotendaokab.go.id.> Diakses tanggal 7 April 2009. Anonim. 2008b. Lontar. <http://dedyhaning.8m.com> Diakses tanggal 13 April 2008. Hendra, D. dan G. Pari. 1999. Pembuatan Arang Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit. Buletin penelitian Hasil Hutan 17 : 113-122. Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Penerbit Andi, Yogyakarta. Pari, G. 1999. Karakteristik Arang Aktif dari Arang Serbuk Gergajian Sengon Dengan Bahan pengaktif NH 4 HCO 3. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 17 (2) : 89-100. Pari, G., T. Nurhayati, dan Hartoyo. 2000. Kemungkinan Pemanfaatan arang Aktif Kulit Kayu Acacia Mangium Willd Untuk Pemurnian minyak kelapa Sawit. Buletin Penelitian Hasil Hutan 18 (1) : 40-53. Wardhana, W. A.1994. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Yoyakarta. 484