PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. ditingkatkan guna mencegah teradinya ledakan penduduk di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun Angka pertambahan

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. di dunia khususnya negara berkembang. Menurut data WHO didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Paradigma baru program keluarga berencana Nasional telah di ubah visinya dari mewujudkan Norma Kelurga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu usaha dari program keluarga berencana adalah mengatur jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi yaitu suatu alat yang digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN,2006). Upaya dalam rangka mensukseskan visi dan misi diatas salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya partisipasi pria/suami dalam pelaksanaan program KB baik mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator atau promotor, merencanakan jumlah anak pemeliharaan kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian maternal hingga saat ini belum memuaskan. Hal ini masih tercermin dari rendahnya kesertaan KB pada pria (BKKBN,2006). Rendahnya keikutsertaan suami dalam praktek penggunaan kontrasepsi tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari persepsi atau anggapan yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan hal ini terbukti dengan adanya prevelensi KB menurut alat atau cara ber- KB berdasarkan pengambilan data peserta aktif pada bulan 1 januari tahun 2010 menunjukan bahwa prevelensi KB di Indonesia adalah 75,8%. Diantara akseptor wanita sebanyak (75,4%) dan akseptor pria sebanyak (1,6%) (BKKBN, 2011). Kontrasepsi suntikan Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang pemakaianya luas dan meningkat dari waktu ke waktu. Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan 66-75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ tubuh wanita, baik organ genetalia maupun non genetalia (Baziad, 2008 dalam Tri Wahyuni Indrawati, 2012). Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA dalam waktu yang lama akan menyebabkan disfungsi seksual berupa penurunan libido. Masalah seksual tanpa melihat faktor usia dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan kesehatan emosi (Saroha, 2008 dalam Tri Wahyuni Indrawati, 2012). Di dunia ini, kira-kira 85 dari 100 wanita yang aktif secara seksual tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun, sehingga terjadi kehamilan dalam waktu satu tahun 1 dan lebih dari seperempat wanita yang hamil melakukan pengguguran. Hasil sementara SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007 menyebutkan, saat ini sebanyak 39% wanita Indonesia usia reproduktif yang tidak

menggunakan kontrasepsi, dengan sebaran 40% di pedesaan dan 37% di perkotaan (BKKBN, 2007). Hasil sementara survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan pola pemakaian kontrasepsi suntik sebesar 1,6% (BKKBN, 2007). Berdasarkan mini survey BKKBN Jawa Timur 2006 diperoleh data pemakaian metode hormonal suntikan sebesar 35,8% (BKKBN, 2006). Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun 1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan Tingkat Fertilitas Total yang cukup mengembirakan. Namun partisipasi pria dalam ber-kb masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3% (SDKI 2004-2005). Angka tersebut bila dibandingkan dengan negaranegara berkembang lainnya seperti Pakistan 5,2% pada tahun 2003, Bangladesh 13,9% pada tahun 2002, Malaysia 16,8% pada tahun 2004 adalah yang terendah. Hal ini selain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan suami akan hak-hak dan kesehatan reproduksi serta kesehatan dan keadilan gender (BKKBN, 2006). Dari data Badan Keluarga Berencana Kabupaten Ponorogo terdapat Akseptor KB Aktif maupun Baru Tahun 2012 yaitu kontrasepsi suntik 34,80%, IUD 37,71%, MOW 5,41%, MOP 0,28%, Kondom 4,77%, Implan 7,56%, Pil 9,47%. Terutama di desa karangan kecamatan balong pemakaian kontrasepsi suntik paling banyak (BKKBN, 2012). Secara umum penerapan program KB dimasyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi dapat dikatakan telah berhasil, akan tetapi dalam pelaksanaanya ditemukan kendala dalam mewujudkan keluarga kecil sejahtera melalui program KB. Permasalahan utama dalam penyelenggaraan program KB terjadi pada partisipasi masyarakat khususnya partisipasi dari pria. Partisipasi pria diperlukan dalam penerapan program KB khususnya dalam penggunaan alat kontrasepsi, hal ini dikarenakan pria sebagai anggota dalam keluarga juga merupakan actor KB. Dengan kata lain orang yang berperan dalam KB, sehingga keberhasilan program KB tidak hanya ditentukan oleh wanita tetapi juga oleh pria sebagai anggota dalam sebuah keluarga yang berkewajiban untuk mewujudkan keluarga kecil sejahtera, rendahnya partisipasi pria dalam ber-kb ini disebabkan oleh alasan-alasan tertentu. Rendahnya partisipasi pasangan suami istri akan mempengaruhi persepsi pasangan suami istri tentang penggunaan alat kontrasepsi. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi terhadap persepsi, karena seseorang yang mempunyai pengetahuan baik tentang sesuatu akan memiliki persepsi yang positif terhadap hal tersebut (BKKBN, 2004). Partisipasi suami menjadi salah satu faktor dalam mensukseskan program kesehatan reproduksi. Penggunaan alat kontrasepsi terlebih bagi pasutri (pasangan suami istri) adalah tanggung jawab bersama antara pria dan wanita, sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing (Mutiara, 2010). Upaya meningkatkan persepsi melalui promosi KB dengan berbagai media dan bentuk diharapkan akan menumbuhkan persepsi yang benar pada masyarakat

terutama pria, sehingga mereka sadar dan dengan ikhlas ikut serta menjadi peserta KB. Promosi tentang KB berkelanjutan memang harus dilakukan, mengingat persepsi dan pemikiran yang salah tentang KB (BKKBN, 2011). Keberhasilan program KB membutuhkan dukungan semua pihak, bukan saja perempuan yang memiliki kaitan langsung melainkan juga laki-laki. Hanya saja dalam kenyataan KB lebih banyak diikuti kaum perempuan. Hal ini menunjukan bahwa memang pria dapat berpartisipasi dalam mewujutkan keluarga berencana (BKKBN, 2004) Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Persepsi suami tentang kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut Bagaimana persepsi suami tentang kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di desa Karangan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujun Penelitian Mengetahui persepsi suami tentang kontrasepsi suntik pada pasangan usia subur di Desa Karangan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Bagi IPTEK Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah. b. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dunia pendidikan, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

c. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan dunia pendidikan keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo tentang Keluarga Berencana. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Responden Menjadi bahan masukan dalam mengidentifikasi persepsi suami dan pasangan usia subur dalam partisipasi program Keluarga Berencana (KB). b. Bagi Peneliti Selanjutnya 1.5 Keaslian Penulisan Diharapkan karya tulis ini digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk meneliti lebih lanjut. Dari beberapa penelitian telah dilakukan penelitian tentang Keluaraga Berencana 1. Septiyanti, Nur H (2011) dalam penelitian yang berjudul Persepsi, Sikap Dan Norma Subjektif Terhadap KB Kontrasepsi Mantap (penelitian Komparasi Pada Suami Akseptor KB Kontap Dan Suami Bukan Akseptor KB Kontap Di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang. Dari penelitian didapatkan Tingkat partisipasi perempuan dalam program KB sangat tinggi yaitu lebih dari 98%. Partisipasi perempuan pada metode operatif atau operasi mencapai 3% sementara pada laki-laki yang pelaksanaanya jauh lebih mudah hanya 0.1%. Berdasarkan dari penelitian terdahulu, perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian (lokasi penelitian penelitian ini di Kecamatan Bulu Kabupaten Rembang sedangkan penelitian saya adalah di kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo) dan jumlah respoden (jumlah responden penelitian ini 50 responden sedangkan jumlah responden saya 45 responden), variabel dan desain penelitian. Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti tentang KB 2. Tantia, Pinoza (2010) dalam penelitian yang berjudul Hubungan antara Karakteristik Responden dengan Persepsi Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Lingkungan XIII Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai. Dari hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik responden dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki yaitu pada variabel agama, pendidikan dan pekerjaan. Sementara variabel umur, suku, metode KB dan

pendapatan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan persepsi suami tentang penggunaan alat kontrasepsi pada laki-laki. Berdasarkan dari penelitian terdahulu, perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian (lokasi penelitian ini di Kelurahan Tegal Sari Mandala 3 Kecamatan Medan Denai sedangkan penelitian saya adalah di kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo) dan jumlah respoden (jumlah responden penelitian ini 143 responden sedangkan jumlah responden saya 45 responden), variabel dan desain penelitian. Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti tentang KB. 3. Anggraini, Ryzky D (2012) dalam penelitian yang bejudul Persepsi Suami Pasangan Usia Subur Dalam Pengguaan Alat Kontrasepsi Kondom Di Desa Balong Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Dari penelitian terhadap 36 responden pada persepsi suami pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi kondom didapatkan hasil persepsi positif sebanyak 15 (41,7%) responden dan persepsi negatif sebanyak 21 (58,3%) responden. Kesimpulan penelitian menunjukan persepsi suami pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi kondom yaitu sebagian besar negatif (58,3%) 21 responden. Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya yaitu tentang faktor yang mempengaruhi minat suami menjadi akseptor KB kondom. Berdasarkan dari penelitian terdahulu, perbedaan penelitian terletak pada jumlah respoden (jumlah responden penelitian ini 36 responden sedangkan jumlah responden saya 45 responden), variabel dan desain penelitian. Persamaan penelitian adalah sama-sama meneliti tentang KB dan lokasi juga sama-sama di Kecamatan Balong.