GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

Mitha Destyowati ABSTRAK

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

ISSN Vol 5, November 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA KEMURANG WETAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN ALKON SUNTIK DI BPS DIDIN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)DI KELURAHAN CAMPANG RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB PIL ORAL KOMBINASI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI KB PIL DI DESA KARANG KECAMATAN DELANGGU KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI BPS NURYAMAH KEBUMEN TAHUN 2009ˡ

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Transkripsi:

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI DESA LARANGAN KECAMATAN LARANGAN KABUPATEN BREBES Agung Prabowo, Dewi Kartika Sari Abstrak: Pendahuluan; Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera di samping program pendidikan dan kesehatan. Partisipasi pria dalam mengikuti program Keluarga Berencana cukup rendah. di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes dari 051 peserta KB aktif partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 8,37 % dari 051 akseptor KB. Pengetahuan tentang Keluarga Berencana dapat menimbulkan perilaku yang positif dalam berpartisipasi menggunakan kontrasepsi dan sikap terhadap kelurga dapat memotivasi pria untuk berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana, dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki. Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pria terhadap Keluarga Berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Metode: Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional terhadap 88 pria peserta KB di Desa Laragan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Hasil: Analisa bivariat dengan chi square diketahui bahwa X 2 hitung lebih besar dari X 2 tabel sehingga Ho ditolak. Berdasarkan analisis regresi logistik diketahui bahwa sikap lebih mempengaruhi perilaku pria daripada pengetahuan. Simpulan: Ada hubungan tentang pengetahuan dan sikap dengan partisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Sikap lebih dominan mempengaruhi perilaku daripada pengetahuan. Kata Kunci : Keluarga Berencana, Pengetahuan, Sikap, Perilaku PENDAHULUAN Keluarga Berencana (KB) mempunyai arti penting dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sejahtera di samping program pendidikan dan kesehatan. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyebutkan, penduduk di Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa dan merupakan keempat terbanyak di dunia. 633

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 634 Berdasarkan kuantitasnya, penduduk Indonesia tergolong sangat besar, tetapi dari segi kualitas masih memprihatinkan dan tertinggal dibandingkan negara ASEAN lain (Syarief, 2008). Dari sekian banyak sasaran yang akan dicapai oleh program KB dalam jangka panjang demi tercapainya Keluarga Berkualitas 2015, adalah upaya mencapai peningkatan kesertaan pria dalam ber-kb. Berdasarkan SDKI 2002-2003, peserta KB Pria di Indonesia hanya berada pada kisaran 1,3 % dari target propenas 2000-2004 yang mencapai angka 8 %. Untuk itu, tahun 2005, peran serta pria ditargetkan kembali menjadi 2,5 % (Arjoso, 2004). Faktorfaktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria disebabkan oleh kondisi lingkungan sosial budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan serta pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan Kesehatan Reproduksi sepenuhnya kepada para wanita. Pengetahuan dan kesadaraan Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga dalam KB pria rendah, keterbatasan jangkauan (aksesibilitas) dan kualitas pelayanan KB pria, dukungan politis dan operasional masih rendah disemua tingkatan, partisipasi pria dalam KB adalah tanggung jawab pria dalam kesertaan ber KB, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya (Suryono, 2008). Menurut Data laporan monografi data statistik serta data dinamis Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes pada trimester ketiga tahun 2009, desa Larangan merupakan salah satu desa di Kabupaten Brebes, tepatnya terletak di Kecamatan Larangan dengan jarak dari kota Brebes kurang lebih 35 km. Luas wilayah Desa Larangan sekitar 1134 hektar. Desa Larangan mempunyai penduduk sebanyak 27.401 jiwa yang terdiri dari: 14.730 laki-laki dan 1661 perempuan, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.404 kepala keluarga (hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009). Penduduk Desa Larangan mayoritas adalah bertani dan sebagian besar memeluk Agama Islam. Jumlah peserta KB Aktif sebanyak 051 yang terdiri dari: IUD 54 (5,1 %), Suntikan 569 (54,1%), Pil 305 (29,01 %), MOW 35 (3,3 %), dan Kondom 88 (8,37 %). Sedangkan partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 88 akseptor atau 8,37 % dari akseptor KB. Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes pada tanggal 23 Januari 2009 dari 10 pria yang menggunakan alat kontrasepsi kondom 8 (80%) pria mengetahui tentang kelebihan alat kontrasepsi kondom dengan sikap yang positif dalam penggunaan alat kontrasepsi kondom, sedangkan 2 (20%) pria tidak mengetahui kelebihan alat kontrasepsi kondom namun sikap yang ditunjukan merupakan sikap yang positif.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 635 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, dapat dirumuskan masalah adakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes? METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Metode cross sectional yaitu untuk menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap pria terhadap keluarga berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berancana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikatnya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pria yang berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi keluarga berencana berupa kondom, sejumlah 87 responden, diperoleh dari seluruh populasi yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat a. Umur Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Umur Frekuensi Prosentase (%) (tahun) 3. 4. 20 21-30 31-40 41 22 32 26 8 25% 36% 30% 9% Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 21-30 tahun sebanyak 32 orang (36%) dan paling sedikit berumur 41 sebanyak 8 orang (9%).

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 636 b. Pendidikan terakhir Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase(%) 3. 4. 5. Tidak sekolah SD SLTP SLTA Sarjana 15 16 20 25 12 17% 18% 23% 28% 14% Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SLTA sebanyak 25 orang (28%) dan yang paling sedikit berpendidikan terakhir Sarjana sebanyak 12 orang (14%). c. Pekerjaan Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase(%) 3. 4. PNS Swasta Wiraswasta Petani 13 28 22 25 15% 32% 25% 28% Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 28 orang (32%) dan yang paling sedikit bekerja sebagai PNS yaitu 13 orang (15%). d. Penghasilan Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan Tiap Bulan di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Jumlah Penghasilan/bulan Frekuensi Prosentase(%) 3. < Rp 500.000,- Rp 500.000,- s/d Rp 000.000 > Rp 1000.000,- 23 51 14 26% 58% 16%

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 637 Berdasarkan Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpenghasilan Rp 500.000,- s/d Rp 000.000,- sebanyak 51 orang (58%) dan yang paling sedikit berpenghasilan lebih dari Rp 000.000,- sebanyak 14 orang (16%). e. Jumlah Anak Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Jumlah Anak Frekuensi Prosentase(%) 3. 4. 1 2 3 4 28 32 21 7 32% 36% 24% 8% Berdasarkan Tabel 4.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai 2 anak yaitu sebanyak 32 orang (36%) dan sebagian kecil mempunyai 4 anak yaitu sebanyak 7 orang (8%). f. Tingkat Pengetahuan Pria Tentang Keluarga Berencana Untuk dapat menentukan tingkat pengetahuan pria tentang Keluarga Berencana, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pria dikategorikan berpengetahuan tinggi jika pria memperoleh nilai > 50% dan dikatakan berpengetahuan rendah jika pria memperoleh nilai 50%. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pria tentang Keluarga Berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase(%) Rendah Tinggi 30 58 34% 66% Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar pria mempunyai tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana yang tinggi yaitu sebanyak 58 orang (66%) dan 30 orang (34%) yang berpengetahuan rendah.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 638 g. Sikap pria terhadap keluarga berencana Untuk dapat menentukan sikap pria terhadap Keluarga Berencana, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pria dikategorikan bersikap baik jika pria memperoleh nilai > rata-rata dan dikatakan bersikap kurang baik jika pria memperoleh nilai rata-rata. Tabel 4.7. Distribusi frekuensi sikap pria terhadap keluarga berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Sikap Frekuensi Prosentase (%) Baik Kurang baik 57 31 64,7% 35,2% Berdasarkan Tabel 4.7. dapat diketahui bahwa sebagian besar pria bersikap baik terhadap Keluarga Berencana yaitu sebanyak 57 orang (64,7%) dan 31 orang (35,2%) yang bersikap kurang baik terhadap keluarga berencana. h. Perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berencana Untuk dapat menentukan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana, peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pria dikategorikan berperilaku baik jika pria memperoleh nilai 100% dan dikatakan berperilaku kurang baik jika pria memperoleh nilai < 100%. Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes No. Perilaku Frekuensi Prosentase (%) Baik Kurang baik 51 36 57,9% 40,9% Berdasarkan Tabel 4.8. dapat diketahui bahwa sebagian besar pria berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana yaitu sebanyak 51 orang (57,9%) dan 36 orang (40,9%) yang berperilaku kurang baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 639 Analisa Bivariat a. Hubungan pengetahuan pria tentang KB dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Tabel 4.9. Tingkat Pengetahuan Pria tentang KB dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana Perilaku Pria dalam Pengetahuan Pria tentang KB Total berpartisipasi Tinggi Rendah p value X 2 menggunakan metode KB Baik 42 (47,7%) 9(10,2%) 51(58%) 0,000 18,362 Kurang Baik 14(15,9%) 23 (26,1%) 37(42%) Total 56(63,6%) 32 (36,4%) 88 (100,0%) Setelah dilakukan analisa data dengan uji Chi Square, nilai korelasi antara tingkat pengetahuan dan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana adalah X2 = 18,362 dengan taraf signifikansi hitung sebesar 0,000 dimana taraf signifikansi hitung lebih kecil dari taraf signifikansi tabel sebesar 5% (0,05), ini berarti dapat diambil kesimpulan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pria tentang KB dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana karena X2 hitung (18,362) > X2 tabel (3,481). b. Hubungan sikap pria terhadap keluarga berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Tabel 4.10. Sikap Pria Terhadap KB dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana Perilaku Pria dalam berpartisipasi menggunakan metode KB Sikap Pria terhadap KB Baik Kurang baik Total p value Baik 41 (46,6%) 10(11,4%) 55(62,5%) 0,000 12,969 Kurang Baik 16(18,2%) 21 (23,9%) 33(37,5%) Total 57(64,8%) 31(35,2%) 88 (100,0%) X 2

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 640 Berdasarkan analisis Chi Square, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pria terhadap keluarga berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berencana, dengan nilai korelasi antara sikap dan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana adalah X2 hitung = 12,969 lebih besar X2 tabel (3,481) dengan taraf signifikansi hitung sebesar 0,000 dimana taraf signifikansi hitung lebih kecil dari taraf signifikansi tabel sebesar 5% (0,05). 3. Analisa Multivariat Analisa tingkat pengetahuan dan sikap pria terhadap keluarga berencana yang mempengaruhi perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Tabel 4.1 Hasil analisa regresi logistik Variabel p. value OR CI ( 95%) Pengetahuan 0,000 11,673 3,601-37,843 Sikap 0,000 8,643 2,659-28,101 Besarnya OR pada analisa regresi logistik diketahui pengetahuan memiliki nilai 11,673 dari hasil tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa pria yang mempunyai pengetahuan yang tinggi, mempunyai peluang 11,673 x ikut berpartisipasi dalam menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Sedangkan pada variabel sikap pada analisa regresi logistik memiliki nilai OR sebesar 8,643, dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa pria yang mempunyai sikap yang baik terhadap keluarga berencana mempunyai peluang 8,643x ikut berpartisipasi dalam menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Jika dilihat dari nilai CI 95% maka dapat dilihat bahwa sikap pria terhadap Keluarga Berencana lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana daripada pengetahuan pria tentang keluarga berencana karena nilai CI 95% pada variabel sikap memiliki interval yang lebih sempit dibandingkan nilai CI 92% yang dimiliki variabel pengetahuan. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap pria terhadap Keluarga Berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana di Desa Larangan Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 641 Responden yang berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana cukup banyak yaitu sebesar 51 responden (57,9%). Sebelumnya peneliti akan memaparkan tentang karakteristik responden meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, tingkat penghasilan, jumlah anak. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur. Tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 21-30 tahun sebanyak 32 responden (36%). Ahmadi (2001), mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Sehinggga pria yang mempunyai umur antara 21-30 tahun yang tergolong masih muda akan lebih mudah dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan akan memperluas pengetahuan pria tentang keluarga berencana dan membentuk sikap yang baik terhadap keluarga berencana, sehingga pria akan berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2006) dengan judul Hubungan Antara Tingkat pengetahuan Gender Suami dan pemilihan Metode Kontrasepsi pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan umur yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai umur 30-49 tahun sebesar (70%) dan yang paling sedikit responden dengan umur > 50 tahun sebesar (5%). Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tabel IV. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SLTA sebanyak 25 responden (28%). Menurut pendapat Ahmadi (2001) pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah menerima informasi tentang KB yang diberikan oleh petugas kesehatan, sebaliknya responden yang tingkat pendidikannya rendah akan mendapat kesulitan untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka kurang memahami tentang kontrasepsi yang mereka gunakan, sehingga dengan banyaknya ilmu menunjukkan pengetahuan yang tinggi dan sikap yang baik. Dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Keluarga

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 642 Berencana akan memberikan dampak positif terhadap perilaku seseorang untuk berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Pada penelitian Wijayanti (2006) dengan judul Hubungan Antara Tingkat pengetahuan Gender Suami dan pemilihan Metode Kontrasepsi pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar (46,67%) dan yang paling sedikit responden dengan jenjang pendidikan terakhir perguruan tinggi sebesar (5%). 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan. Tabel IV.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 28 responden (32%). Menurut Gungde (2008) status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi, sehingga kemungkinan berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana akan semakin besar. 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Tiap Bulan Tabel IV.4. menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpenghasilan Rp 500.000,- s/d Rp 000.000,- yaitu sebanyak 51 responden (58%). Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sosial ekonomi mempengaruhi tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Tingkat penghasilan yang cukup tinggi menyebabkan responden mampu menyediakan sarana media masa berupa majalah maupun TV, sehingga mampu mengakses informasi dari media. Kemampuan mengakses informasi dari media akan memperluas pengetahuan dan membentuk sikap positif terhadap Keluarga Berencana. Wijayanti (2006) dengan judul Hubungan Antara Tingkat pengetahuan Gender Suami dan pemilihan Metode Kontrasepsi pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan penghasilan per bulan yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai pengahasilan lebih dari Rp 500.00,- per bulan sebesar (43,33%).

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 643 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak. Tabel IV.5. menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki 2 anak sebanyak 32 responden (36%). Berdasarkan hasil penelitian dari karakteristik jumlah anak dan umur diketahui bahwa tingkat pendidikan dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh umur dan paritas (jumlah anak). Keadaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa faktor pengalaman juga mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pada pria yang mempunyai dua anak cenderung mau berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana dengan tujuan untuk menjarangkan kelahiran, ini dilakukan karena pria tersebut mempunyai pengalaman yang baik sehingga mempengaruhi pengetahuan pria tentang Keluarga Berencana sehingga mau ikut berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Wijayanti (2006) dengan judul Hubungan Antara Tingkat pengetahuan Gender Suami dan pemilihan Metode Kontrasepsi pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta, dari 100 responden, karakteristik responden berdasarkan jumlah anak yang memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi sebagian besar mempunyai jumlah anak 2 sebesar (50%) dan yang paling sedikit responden dengan jumlah anak >3 sebesar (0%) 6. Hubungan Pengetahuan Pria Tentang Keluarga Berencana dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana. Berdasarkan analisa Chi Square, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pria tentang KB dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana dengan nilai korelasi X2 = 18,36 Menurut Notoatmodjo (2007: 143-144), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang. Berdasarkan hasil penelitian dari Sariyono (2004), dari 100 responden, responden yang berpengetahuan tinggi tentang keluarga berencana cenderung lebih besar untuk memakai metode kontrasepsi KB dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan rendah. Hasil analisa uji statistik Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan antara responden pria yang berpengetahuan tinggi tentang Keluarga Berencana dengan pemakaian metode kontrasepsi KB

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 644 7. Hubungan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana dengan Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana. Berdasarkan analisa Chi Square, terdapat hubungan yang bermakna antara sikap pria terhadap keluarga berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana, dengan nilai korelasi antara sikap dan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana adalah X2 = 12,696. Menurut Sunaryo (2004: 196) sikap individu akan memberi warna atau corak tingkah laku atau perbuatan individu yang bersangkutan. Sehingga jika pria menganggap mengunakan alat kontrasepsi itu penting, maka pria tersebut akan berpartisipasi dalam menggunakan alat kontrasepsi pada pria. Berdasarkan hasil penelitian dari Sariyono (2004), dari 100 responden hasil analisa uji statistik Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan antara responden pria yang mempunyai sikap yang baik terhadap Keluarga Berencana dengan partisipasi pria dalam pemakaian metode kontrasepsi KB. 8. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pria Terhadap Keluarga Berencana Yang Mempengaruhi Perilaku Pria dalam Berpartisipasi Menggunakan Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana. Dalam penelitian ini, penulis hanya membahas tentang hubungan pengetahuan dan sikap pria terhadap keluarga berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Dari hasil analisa regresi logistik diketahui bahwa pria yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mempunyai peluang 11,673 x ikut berpartisipasi dalam menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Sedangkan pria yang mempunyai sikap yang baik akan mempunyai peluang 8,643x ikut berpartisipasi dalam menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. Hal ini berdasar dari analisa regresi logistik yang mempunyai nilai OR pada variabel pengetahuan sebesar 11,673 dan nilai B pada variabel sikap sebesar 8,643. Hal ini sesuai dengan teori Green (1980, dalam Notoatmodjo, 2007: 178) mengatakan bahwa perilaku manusia terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 645 perilaku petugas kesehatan. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga tingkat pengetahuan dan sikap pria terhadap Keluarga Berencana berhubungan dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka simpulan yang dapat diambil sebagai berikut : Sebagian besar pria memiliki pengetahuan yang tinggi tentang Keluarga Berencana. Sebagian besar pria bersikap baik terhadap Keluarga Berencana. 3. Sebagian besar pria berperilaku baik dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi Keluarga Berencana. 4. Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap pria terhadap Keluarga Berencana dengan perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berencana. Sikap pria terhadap keluarga berencana lebih dominan dalam mempengaruhi perilaku pria dalam berpartisipasi menggunakan metode kontrasepsi keluarga berencana daripada pengetahuan pria tentang keluarga berencana. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H. 200 Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Arjoso, Seoamrjati. 2004. KB Nasional dan Peran Pria dalam Ber-KB. http://www.bkkbn.go.id/webs/detailrubrik.aspx?myid=1828, diperoleh tangal 14 Agustus 2008. BKKBN. 1996. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Depkes RI. Gungde. 2008. Hubungan Kontrasepsi Suntik Dengan Peningkatan Berat Badan Akseptor, http://one.indoskripsi.com/node/3810, diperoleh pada tanggal 6 Agustus 2009. Harnawatiaj. 2008. Kontrasepsi Suntikan. http://harnawatiaj.wordpress.com, diperoleh tanggal 14 Oktober 2008. Heru. 2008. KB itu Mengatur Keturunan. http://www.bkkbn.go.id/webs/detailrubrik.php?myid=443, diperoleh tanggal 15 Oktober 2008.

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) 646 Kuswati, Hartati, Wahyudi. 2004. Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang Penggunaan Metode Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Kembaran II Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, http://www.lib.fkuii.org/index.php?option=com_sectionex&view=category&id=7&it emid=105#catid86, diperoleh pada tanggal 27 September 2008. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Purwanto, H, 1998, Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Saifudin, A. 2003. Buku praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta: YBPSP. Sariyono, Noor, Buchari. 2004. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pria Tentang Keluarga Berencana dengan Partisipasi Pria dalam Pemakaian Metode Kontrasepsi Keluarga Berencana di Kabupaten Barito Kuala. http://www.info.stikesmuhgombong.ac.id/edisi3nurdiana_dkk.pdf, diperoleh tanggal 20 Juli 2008. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC. Suryono, A. 2008. Pasangan Suami Istri dalam Meningkatan Partisipasi KB Pria. http://prov.bkkbn.go.id/jateng/article_detail.php?aid=15, diperoleh tanggal 17 September 2008. Syarief, S. 2008. Kesadaran Akan Pentingnya Kontrasepsi Perlu Ditingkatkan. http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/30/19555823/kesadaran.akan.pentingnya. kontrasepsi.perlu.ditingkatkan.., diperoleh tanggal 12 November 2008. Wijayanti. 2006. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Gender Suami dan pemilihan Metode Kontrasepsi pada Ibu Akseptor KB di BPS Elis Djoko P, Banyuanyar, Surakarta. Skripsi Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.