Administrasi Pajak Bisnis Asuransi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

BAB I PERUSAHAAN ASURANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 426 /KMK.06/2003

Materi E-Learning Perpajakan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Administrasi Pajak Bisnis Lembaga Perbankan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

3) Penundaan atau Perpanjangan Penyampaian SPT

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 425/KMK.06/2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penghitungan PPh Akhir Tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

NPWP dan Pengukuhan PKP

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 25/ KMK.06/ 2003 TENTANG

Form Self Assesment Permohonan PERMOHONAN IZIN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAGIAN PERTAMA : PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

AGENDA. PPh Pasal 26

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK FORMULIR PERMOHONAN

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK BUKAN PEGAWAI ATAS IMBALAN YANG BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Komparasi Undang-undang

Syarat Pendirian Bank dengan Besarnya Modal Dasar dan Modal Disetor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Adapun pemenuhan kewajiban perpajakan PT..., dapat kami laporkan sebagai berikut : 1. PEMBAYARAN PAJAK TAHUN BERJALAN BULAN... S/D BULAN...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT (2) ATAS PRODUK PT. BANK BNI PADA TAHUN 2010-

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Nomor Pokok Waib Pajak (NPWP) Nomor Pokok Wajib Pajak terdiri dari 15 digit, yaitu:

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB II URAIAN TEORITIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAQ (Frequently Asked Question)

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN NOMOR PER - 01 /PJ/2013 TENTANG

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

PERSANDINGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R

No dan investasi Harta ke dalam wilayah NKRI, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pengampunan Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang tidak mengik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Transkripsi:

Administrasi Pajak Bisnis Asuransi Disadur dari Buku Panduan Pajak 2010-2011 yang diterbitkan oleh Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak Asuransi atau pertanggungan adalah Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Jenis Usaha Asuransi 1. Asuransi Kerugian Memberiken jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. 2. Asuransi Jiwa Digunakan untuk memindahkan resiko, dimana apabila terjadi resiko kematian pada seseorang maka ahli warisnya akan memperoleh sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan. Dalam industri asuransi jiwa di saat ini, dikenal jenis asuransi tradisional misalnya term life (asuransi jiwa berjangka);whole life (asuransi jiwa seumur hidup), endowment (asuransi jiwa tradisional dengan kombinasi tabungan), serta polis asuransi jiwa unit linked atau investment linked. Asuransi jenis unit linked ini sangat populer dan hampir semua perusahaan asuransi besar memiliki produk ini bahkan beberapa perusahaan asuransi asing yang ada di hanya menjual jenis unit linked tanpa menjual produk asuransi tradisionil lainnya. Asuransi jiwa unit linked selain memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa, juga sekaligus memberikan kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam investasi khususnya dalam reksadana. 3. Reasuransi Memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa. Prosedur Perijinan Setiap pihak yang ingin melakukan kegiatan usaha perasuransian dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Keuangan daengan melampirkan hal-hal sbb : 1. Permohonan Izin Usaha Perusahaan Asuransidan Perusahaan Reasuransi 2. Bukti pemenuhan persyaratan izin usaha sebagaimana diatur dalam PP no 63 Tahun 1999 yang meliputi : Anggaran Dasar Perusahaan yang telah mendapat pengesahan dari Instansi yang berwenang Susunan Organisasi dan Susunan Kepengurusan perusahaan yang menggambarkan pemisahan fungsi dan uraian tugas Tenaga ahli yang memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang usahanya Perjanjian kerja sama dengan pihak asing

Bagi perusahaan asuransi, spesifikasi program asuransi yang akan dipasarkan beserta program reasuransinya Bagi perusahaan reasuransi, program retrosesi 3. Bagi perusahaan yang didalam nya terdapat pernyataan langsung oleh pihak asing : Rekomendasi dari badan pembina dan pengawas asuransi pihak asing yang menyatakan bahwa pihak asing memiliki reputasi baik dan izin usahanya masih berlaku Laporan keuangan yang telah diaudit untuk dua tahun terakhir baik bagi pihak asing maupun pihak 4. Daftar riwayat hidup dan bukti pendukungnya dari Pengurus dan Tenaga ahli yang dipekerjakan 5. Pernyataan bahwa direksi bagi PT atau pengurus bagi koperasi tidak merangkap jabatan eksekutif pada Perusahaan lain 6. NPWP bagi perusahaan yang dimintakan izin usaha berikut NPWP Pengurus Perusahaan, Dewan Komisaris dan pemegang Sahamnya, kecuali bagi Wajib Pajak Luar Negeri 7. Bukti bahwa sekurang-kurangnya separo dari jumlah pengurusperusahaan telah memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang usahaperansuransian sekurang-kurangnya 5 Tahun 8. Bukti bahwa pengurus perusahaan yang bertanggung jawab pada fungsi pengelolaan resiko telah memiliki pangalaman di bidang tersebut sekurang-kurangnya 5 Taahun 9. Bukti pemenuhan modal disetor berupa foto kopi deposito atas nama Menteri Keuangan untuk kepentingan perusahaan yang bersangkutan yang telah dilegalisasi oleh bank penerima deposito tersebut 10. Laporan keuangan yang meliputi Neraca pembukaan dan Laporan Laba-rugi 11. Program kerja serta rincian persiapan yang telah dilakukan oleh perusahaan 12. Proyeksi neraca, perhitungan laba rugi, dan arus kas 13. Realisasi pemenuhan sumber daya manusiadan prasarana berikut rencana di bidang kepegawaian 14. Sistem pengolahan data yang dapat menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan keputusan berikut formulir yang dipergunakan 15. Sistem administrasi yang memenuhi pengendalian intern 16. Pedoman operasional yang akan dijadikan pedoman kerja bagi masing-masing unit organisasi 17. Pernyataan tertulis dari perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi yang memuat dukungan kerja sama reasuransi Aspek perpajakan Asuransi PPh Badan Secara umum, penghitungan dan perlakuan perpajakanbagi asuransi sama dengan perusahaan lainnya. Yang menjadi dasar adalah Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari pendapatan setelah dikurangi biaya yang telah diperbolehkan. Namun karena karakteristik asuransi yang berbeda dari bisnis lain, ada perlakuan pajak khusus untuk beberapa hal sbb :

Pendapatan Pendapatan perusahaan asuransi berasal dari premi asuransi ( termasuk premi asuransi bagi perusahan reasuransi ) yang diterima dari nasabah/ kliennya. Untuk premi asuransi yang dibayar sekaligus oleh pemegang polis berkenaandengan periode pertanggungan yang lebih dari 1 tahun pengakuan penghasilannya dikaitkan dengan metode pembukuan yang dianut wajib pajak : 1. Apabila metode pembukuan yang digunakan wajib pajak adalah stelsel akrual, makapengakuan penghasilan atas premi asuransi tersebit dialokasikan secara proporsional ke tahun-tahun yang meliputi periode pertanggungan tersebut 2. Apabila metode pembukuan yang digunakan wajib pajak adalah stelsel kas/stelsel campuran maka pengakuan penghasilannya adalah : Dalam hal premi asuransi tersebut diterima dimuka, maka diakui pada saat premi tersebut diterima. Dalam hal premi asuransi diterima setelah masa pertanggungan maka premi tersebut dialokasikan selama masa pertanggungan Cadangan yang dapat dibiayakan Penghitungan cadangan dibedakan sbb : 1. Asuransi Kerugian Cadangan premi tanggungan sendiri 1. Besarnya cadangan premi tanggungan adalah 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan 2. Cadangan premi tanggungan sendiri ini merupakan premi yang sudah diterima atau diperoleh akan tetapi belum merupakan penghasilan pada tahun pajak yang bersngkutan 3. Cadangan premi tanggungan ini merupakan Penghasilan pada tahun pajak berikutnya Klaim tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian : 1. Besarnya cadangan klaim tanggungan sendiri adalah 100% dari jumlah klaim yang sudah disepakati tetapi belum dibayar dan klaim yang sudah 2. Dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tidak termasuk klaim yang belum dilaporkan 3. Cadangan klaim tanggungan sendiri tersebut dibentuk pada akhir tahun Pajak 4. Jumlah klaim yang sebenarnya dibayar oleh perusahaan asuransi kerugian dibebankan kepada perkiraan cadangan klaim tanggungan sendiri 2. Cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa : Besarnya cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa ditentukan sesuai dengan penghitungan aktuaria yang telah mendapat pengesahan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Kenaikan jumlah saldo akhir dibanding dengan saldo awal tahun dari cadangan premi merupakan biaya dalam tahun yang bersangkutan.

Apabila terjadi pembayaran klaim kepada tertanggung jumlah tersebut dibebankan kepada perkiraan cadangan premi. PPN Sesuai UU 42 tahun 2009 (UU PPN) jasa asuransi termasuk dalam jasa tidak kena pajak (non JKP). Yang dimaksud dengan jasa asuransi yang non JKP adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi dan konsultan asuransi. Dengan demikian perusahaan asuransi tidak wajib dikukuhkan sebgai PKP. Sementara jasa penunjang asuransi wajib dikukuhkan sebagai PKP kecuali yang memenuhi kriteria perusahaan kecil. Wajib Pungut PPh Pasal 21 Untuk karyawan biasa, penghitungan PPh pasal 21 mengikuti aturan perpajakan yang berlaku umum (sesuai PER 57/PJ/2009 jo PER 31/PJ/2009) Petugas Dinas Luar Asuransi Petugas Dinas Luar Asuransi adalah, yang bukan merupakan pegawai/karyawan perusahaan asuransi, ini menggunakan norma penghitungan penghasilan (SE -100/PJ/2009) dengan ketentuan sebagai berikut: Petugas dinas luar asuransi boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat : 1. Peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) 2. Memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Persentase Norma Penghitungan Penghasilan neto bagi petugas dinas luar asuransi diatur dalam KEP-536/PJ?2000) dimana petugas dinas luar asuransi diklasifikasikan dalam jenis usaha pekerjaan bebas bidang profesi. Prosentasenya adalah sebagai berikut: 1. 50%untuk 10 ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makasar, dan Pontianak 2. 47,5% untuk ibukota propinsi lainnya 3. 45% untuk daerah lainnya. Penghasilan netto tersebut kemudian dikurangkan dengan PTKP. Selanjutnya dihgitung dengan tariff pasal 17, dengan memperhitungkan kumulatif penghasilan selama setahun.

Contoh perhitungan: Neneng Hasanah adalah petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabbaru life. Suami Neneng Hasanah telah terdaftar sebagai wajib pajak dan memiliki NPWP, dan yang bersangkutan bekerja pada PT. Karsamanah. Neneng Hasanah telah menyampaikan fotocopi kartu NPWP suami, foto kopi surat nikah dan Kartu keluarga kepada pemotong pajak. Neneng hasanah hanya memperoleh penghasilan dari kegiatannya sebagai perugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT. Tabarru Life. Pada Tahun 2009, penghasilan yang diterima oleh Neneng Hasanah sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT. Tabarru Life adalah sbb : Bulan (1) Ph Bruto (2) Ph Netto ( norma=50% ) (3) =50%X(2) PTKP (4) PhKP (5) PhKP Komulatif (6) Tarif Psl 17 (7) PPh 21 Terutang (8) Januari 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 17.680.000 5% 884.000 Februari 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 35.360.000 5% 884.000 Maret 41.000.000 20.500.000 1.320.000 14.640.000 4.540.000 50.000.000 54.540.000 5% 15% 732.000 681.000 April 42.000.000 21.000.000 1.320.000 19.680.000 74.220.000 15% 2.952.000 Mei 44.000.000 22.000.000 1.320.000 20.680.000 94.900.000 15% 3.102.000 Juni 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 116.080.000 15% 3.177.000 Juli 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 137.260.000 15% 3.177.000 Agustus 48.000.000 24.000.000 1.320.000 22.680.000 159.940.000 15% 3.402.000 September 50.000.000 25.000.000 1.320.000 23.680.000 183.620.000 15% 3.552.000 Oktober 52.000.000 26.000.000 1.320.000 24.680.000 208.300.000 15% 3.702.000 November 55.000.000 27.000.000 1.320.000 26.180.000 234.480.000 15% 3.927.000 Desember 56.000.000 28.000.000 1.320.000 15.520.000 11.160.000 250.000.000 261.160.000 15% 25% 2.328.000 2.790.000 Jumlah 554.000.000 277.000.000 35.290.000 Dana Pensiun dialihkan ke Asuransi Jiwa Dengan adanya pengalihan tanggung jawab pembayaran pensiun dari dana pensiun yang telah disahkan Menteri Keuangan kepada perusahaan Asuransi Jiwa, maka perlakuan Perpajakan terhadap pembayaran pensiun adalah sbb : 1. pada saat tanggung jawab pembayaran pensiun dialihkan kepada perusahaan asuransi jiwa, peserta dianggap telah menerima hak atas manfaat pensiun yang dibayarkan secara sekaligus, sehingan Dana Pensiun wajib melakukan pemotongan PPh 21 sebagaimana diatur dalam PP Nomor 149 Tahun 2000 jo. KMK Nomor 12/KMK.03/2001 tanggal 6 Maret 2001-, dengan ketentuan sbb : Lapisan Penghasilan Tarif - s.d 25.000.000 - > 25.000.000 s.d 50.000.000 5% > 50.000.000 s.d 10.000.000 10% > 100.000.000 s.d 200.000.000 15% > 200.000.000 s.d 25%

2. Pemotongan PPh 21 tersebut bersifat final 3. dengan adanya pengalihan tanggung jawab pembayaran pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa maka program pensiun berubah menjadi program asuransi sehingga pada saat peserta meneriman hak atas manfaat pensiun tersebut, perusahaan asuransi jiwa jiwa tidak melakukan pemotongan PPh 21. PPh final atas penerimaan manfaat Asuransi Jiwa Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, jiwa, dwi guna dan asuransi beasiswa tidak termasuk sebagai objek pajak. Mengingat dalam produk-produk asuransi tersebut dimungkinkan adanya kombinasi antara unsur resiko dan unsur tabungan serta masa pertanggungan yang bervariasi, maka atas produk asuransi yang mengandung unsur tabungan akan terdapat dua jenis pembayaran manfaat tabungan. Pembayaran manfaat resiko dilakukan setiap saat dikaitkan dengan terjadinya resiko, sedangkan pembayaran manfaat tabungan dilakukan pada akhir masa pertanggungan atau sebelumnya dimana jumlah yang dibayarkan tentunya akan lebih besar daripada jumlah premi yang telah dibayarkan. Terhadap pembayaran akibat penutupan asuransi yang mengandung unsur tabungan, apabila pembayaran manfaat tabungannya dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun atau kurang, amaka selisih lebih antara manfaat tabungan yang diterima dengan premi yang telah dibayarkan, diperlakukan sama dengan penghasilan dari bunga tabungan atau bunga deposito sehingga atas penghasilan tersebut dikenakan PPh sebesar 15% bersifat final sesuai PP 131 Tahun 2000. PPH Pasal 26 Atas pembayaran premi asuransi dan reasuransi kepada perusahaan asuransi di luar negeri dikenakan dikenakan pemotongoan pajak penghasilan Pasal 26 sebesar 20% dari perkiraan penghasilan Netto. Perkiraan penghasilan netto dihitung dari tarif X jumlah premi yang dibayar. Tarif yang digunakan sbb : Pembayar premi Penerima premi Perkiraan Pemotong Ket Ph Netto Tertanggung Perusahaan 50% Tertanggung Langsung atau asuransi di LN via Pialang Perusahaan Perusahaan 10% Perusahaan asuransi di asuransi di LN asuransi di Perusahaan Perusahaan 5% Perusahaan reasuransi di asuransi di LN reasuransi di

Saat terutang PPh pasal 26 pada akhir bulan dilakukan pembayaran premi atau pada akhir bulan terutangnya premi asuransi tersebut Saat penyetoran oleh pemotong selambat-lambatnya 10 hari setelah saat terutangnya pajak dengan menggunakan Surat Setoran Pajak ( SSP ) PBB dan BPHTB Kewajiban PBB dan BPHTB mengacu pada ketentuan umum yang berlaku berdasarkan Undang undang beserta peraturan pelaksanaannya.