Ada 2 Jenis Munculnya Rahn :

dokumen-dokumen yang mirip
PEGADAIAN SYARIAH LEASING DAN TAKAFUL

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

AKAD RAHN DAN AKAD-AKAD JASA KEUANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB III STUDI PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat

BAB II LANDASAN TEORITIS. " artinya menggadaikan atau merungguhkan. 1 Gadai juga diartikan

PRODUK PENANAMAN / PENYALURAN DANA

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi terjaminnya barang dan jasa dan memanfaatkan nikmat-nikmat yang Allah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran Bank Muamalat Indonesia, namun karena kurang didukung oleh

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, muncul lembaga keuangan syariah yang menjadi kompetitor dari

Telaah Sekilas tentang Asuransi. oleh : Muhammad Ismail Yusanto

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN GADAI SAWAH DIDESA UNDAAN LOR KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV PENERAPAN AKAD BAYʽ BITHAMAN AJIL DALAM PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA DI KOPONTREN NURUL HUDA BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB II LANDASAN TEORI. dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Tujuan utama

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

Konversi Akad Murabahah

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

Pembiayaan Multi Jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pegadaian Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai alhabsu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

Transkripsi:

PEGADAIAN SYARIAH

Ada 2 Jenis Munculnya Rahn : Rahn (Jaminan) yang muncul dari Transaksi Kredit nasabah kepada Bank, kemudian Bank meminta jaminan (Rahn Yang Muncul dari TRansaksi di Lembaga Perbankan) Rahn (Gadai) yang terjadi pada Lembaga Keuangan Non Bank (Pegadaian) maupun Bank dengan memberikan Barang Tidak Bergerak (Seperti Emas) untuk mendapatkan pinjaman

Rahn Secara bahasa berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari Secara teknis menahan salah satu harta peminjam yang memiliki nilai ekonomis sebagai jaminan barang yang diterimanya. Sering disebut gadai Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali pada bank dalam memberikan pembiayaan Barang yang digadaikan harus barang milik nasabah sendiri, jelas ukuran/sifat/nilai nilai ditentukan berdasarkan nilai riil pasar

Rahn - Lanjutan Barang yang digadaikan dikuasai bank namun tidak boleh dimanfaatkan bank Nasabah dapat menggunakan barang yang digadaikan atas izin bank. Apabila rusak nasabah harus bertanggung jawab Bank dapat melakukan penjualan barang gadai nasabah wanprestasi. Untuk mendapatkan hasil optimal penjualan, nasabah dengan seizin bank dapat juga melakukan penjualan Biasanya dilakukan dalam 2 akad, yaitu akad penitipan barang dan qardh Bank mendapatkan keuntungan dari biaya penitipan.

Rahn - Lanjutan Barang yang digadaikan harus memiliki nilai jaminan dan tidak boleh merupakan barang rampasan, barang pinjaman atau barang yang dijaminkan kepada pihak lain Akad tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali. Jika bank melakukan perbuatan yang menghilangkan status kepemilikan maka akad gadai batal Pembayaran hutang sebelum akad berakhir tidak termasuk pembatalan gadai

Rahn Landasan Hukum Al Qur an Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipergang (oleh yang berpiutang) (QS Al Baqarah (2) : 283) Al Hadits Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makan dari seorang Yahudi dan menjamin kepadanya baju besi (HR Bukhari & Muslim) Anas ra berkata, Rasulullah SAW menggadaikan baju besinya kepada seorang yahudi di Madinan dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau (HR Bukhari, Ahmad, Nasa I dan Ibnu Majah)

Hadist tentang Rahn Hadist Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra : Sesungguhnya Rasulullah pernah membeli makanan dari seorang Yahudi, lalu beliau menggadaikan (sebagai jaminan) baju besi beliau Dari Anas ra, Rasulullah pernah menggadaikan baju besinya pada seorang Yahudi di Madinah dan beliau mengambil tepung gandum darinya untuk keluarga beliau (HR Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah)

Hadist tentang Rahn Dari Abu Hurairah ra, Nabi Saw bersabda : boleh menunggangi binatang gadaian yang ia beri makan, begitu juga boleh meminum susu binatang gadaian jika ia memberi makan. Kewajiban yang menunggangi, mengambil (minum) susu adalah memberi makan (HR. jamah kecuali Muslim dan Nasai, Nailul Author 5/234) Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW, bersabda : janganlah(pemegang gadaian) menutup hak gadaian dari pemiliknya yang menggadaikan. Ia berhak memperoleh bagiannya dan berkewajiban membayar gharamahnya (HR Syafai, Daruquthni)

Hadist tentang Rahn Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW, bersabda : ال ي غ ل ق الر ه ن م ن ص اح ب ه ال ذ ي ر ه ن ه ل ه غ ن م ه و ع ل ي ه غ ر م ه Agunan itu tidak bisa menghalangi pemilik, yang telah mengagunkannya. Karena dia masih mempunyai hak atas keuntungan (manfaat)-nya, dan berkewajiban terhadap kerugian (penyusutan)-nya (HR Syafai, Daruquthni)

Rahn - Lanjutan Rukun Gadai Ar Rahin (orang yang menggadaikan) Al Murtahin (yang menerima gadai) Al Marhun/rahn (barang yang digadaikan) Al marhun bih (hutang) Sighat, ijab dan qabul

Rahn - Lanjutan Nasabah 3. Akad Bank 4. Qardh Jaminan/Marhun 1. Titip + biaya pemeliharaan Skema Rahn

Ketentuan RAHN (Fatwa DSN No. : 25/DSN-MUI/III/2002 (1) Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua hutang Rahin (yg menyerahkan barang) dilunasi (2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya (3) Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin (4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman

Ketentuan RAHN (Fatwa DSN No. : 25/DSN-MUI/III/2002 (5) Penjualan Marhun : (a) Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi hutangnya (b) Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka Marhun dijual / dieksekusi melalui lelang sesuai syariah (c) Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpaan yang belum dibayar serta biaya penjualan. (d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.

Ketentuan RAHN EMAS (Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002) 1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn) 2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin) 3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan 4. Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad Ijarah.

KRITIK DAN KERAGUAN? Rahn dari atas Transaksi Pembiayaan (Kasus Murabahah) : Jaminan atau Rahn Yang diminta oleh Bank atas pinjaman diperbolehkan asalkan Bukan Barang yang ditransaksikan. Jika Jaminan Tersebut Barang Yang ditransaksikan maka tidak Boleh karena kalau barang tersebut dijaminkan (rahn) yaitu ditahan (surat2nya/bukti kepemilikan) sehingga tidak bisa djual kembali atau disewakan maka Transaksi Pembelian Kredit Tersebut Tidak sempurna. (lihat Jual Beli yang terlarang)

KRITIK DAN KERAGUAN? Rahn EMAS atau Aktiva Lainnya Pada Lembaga Pegadaian atau Bank : Contoh Transkasi : Asyiah seorang Mahasiswa yang membutuhkan dana untuk ongkos pulang kampung, karena tidak dapat pinjaman dari Teman atau yang lainnya terpaksa menggadaikan Cincin dan Kalung yang dimilikinya seberat 5 gram kepada Pegadaian Syariah atau BPR Syariah untuk mendapatkan pinjaman sebesar Rp 750.000. Bank memberikan pinjaman sebesar yang diminta Asyiah dengan membebani Ongkos dan biaya penyimpanan sebesar Rp.5000 per gram per bulan.

KRITIK DAN KERAGUAN? Rahn EMAS atau Aktiva Lainnya Pada Lembaga Pegadaian atau Bank : Pada Kasus tersebut tetap saja sebenarnya ada Unsur Riba Walaupun dengan Nama Ongkos dan biaya penyimpanan karena definisi Riba adalah : كل قرض جر نفعا فهو ربا Semua bentuk pinjaman yang mengambil manfaat adalah riba.

HUKUM IJARAH (LEASING)

IJARAH & IJARAH MUNTAHIA BI TAMLIK Ijarah adalah akad pemindahan hak penggunaan/pemanfaatan atas barang atau jasa melalui pembayaran sewa, tanpa diikuiti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Ijarah muntahia bittamlik, disebut juga ijarah wa iqtina adalah perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa, atau dengan kata lain akad sewa yang diakhiri pemindahan kepemilikan ke tangan penyewa

Al Ijarah Landasan Hukum Al Qur an Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu mmberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan (QS Al Baqarah (2) : 233) Al Hadits diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, berbekam kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu (HR Bukhari & Muslim) Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda, berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya (HR Ibnu Majah)

IJARAH & IJARAH WA IQTINA Skema Ijarah Wa Iqtina : Contoh Aplikasi Penyerahan (3) Objek Sewa (Kijang) Kendaraan (3a) Penjual (Dealer) Beli 5 Unit Kijang (2) Surat2 Kendaraan (3b) Bank Syariah Barokah Akad Ijarah W.I (1) PT. Alam Permai (Nasabah) Bayar Sewa (4) Bayar Hrg.Beli (5) Peny.Srt.Kendaraan (6)

Rukun dan syarat ijarah (1) Pernyataan ijab dan qabul Karakteristik Ijarah (Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000) (2) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri atas pemberi sewa (lessor, pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari pengguna asset nasabah). (3) Objek kontrak; pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset (4) Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah obyek kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan asset itu sendiri (5) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

Ketentuan Obyek Ijarah Karakteristik Ijarah (Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000) (1) Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa (2) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak (3) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan (4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah (5) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa (6) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik (7) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah (8) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak (9) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diiwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak

Karakteristik Ijarah (Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000) Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah (1) Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa (a) (b) (c) Menyediakan aset yang disewakan Menanggung biaya pemeliharaan aset Menjaminan bila terdapat cacat pada aset yang disewakan (2) Kewajiban nasabah sebagai penyewa : (a) (b) (c) Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan (tidak materiil) Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

CONTOH : LEASING KAPITALIS (FINANCIAL LEASE) HARGA MOTOR : MIO SOUL Yang diakadkan atau di Surat Perjanjian Rp.12.850.000 Uang Muka/Cicilan 11 x 23 X 35 X Total Pembayaran (kalau 35 Kali) 1,750,000 1.250.300 717.900 554,700 21,164,500 2,000,000 1.217.800 696.800 536,700 20,784,500 2,200,000 1.196.300 684.900 527,900 20,676,500 Sumber : ARISTA PASIR KOJA Harga Motor Rp12.850.000 di bayar : 21,164,500 maka Selisihnya Rp. 8.314.500 Adalah Bunga Pinjaman yang diharamkan.:

KRITIK DAN KERAGUAN? Ijarah muntahia bittamlik, disebut juga ijarah wa iqtina hukumnya Terlarang (Haram) karena ada 2 Aqad (Transaksi) dalam satu kesepakatan. Larangan ini berdasarkan hadits : Nabi saw. telah melarang dua pembelian dalam satu pembelian. (HR Ibn Hibban, at-tirmidzi, al-baihaqi, dan Malik).

CONTOH : LEASING SYARIAH? (Ijarah Wa Iqtina ) HARGA MOTOR : MIO SOUL yang diakadkan sesuai dengan Total Pembayaran Misalnya Jika Uang Muka Rp.1750.000 dan jangka waktu cicilan 35 Kali maka Harga Jual : Rp. 21.164.500 Uang Muka/Cicilan 11 x 23 X 35 X Total Pembayaran (kalau 35 Kali) 1,750,000 1.250.300 717.900 554,700 21,164,500 2,000,000 1.217.800 696.800 536,700 20,784,500 2,200,000 1.196.300 684.900 527,900 20,676,500 Sumber : ARISTA PASIR KOJA Harga Motor Rp 21,164,500 di bayar : 21,164,500 maka Selisihnya 0 Berarti tidak ada Bunga Tapi Haram karena ada 2 Transaksi dalam satu Aqad yaitu Sewa dan Beli:

TAKAFUL Haramnya Asuransi karena : Taqiyyudin al-nabhani dalam kitab al-nidzamu al- Iqtishady fi al- Islam, menyatakan bahwa asuransi adalah mu amalah yang batil, oleh sebab dua perkara. Pertama, karena tidak terpenuhinya aqad dalam asuransi sebagai aqad yang sah menurut syara. Kedua, karena aqad dalam asuransi tidak memenuhi syarat bagi sahnya aqad jaminan (dhaman).

TAKAFUL Menurut para penggagas Takaful, setidaknya terdapat tiga keberatan dalam praktek asuransi konvensional. Pertama, unsur gharar atau ketidakpastian. Kedua, rnaysir atau untunguntungan, dan ketiga, riba. Ketidakpastian atau gharar tercermin dalam bentuk akad dan sumber dana klaim serta keabsahan syar iy penenimaan uang klaim. Peserta asuransi tahu berapa yang akan diterima tapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan karena hanya Allah saja yang mengetahui kapari ia meninggal (dalam hal asuransi jiwa). Aqad yang terjadi dalarn asuransi konvensional adalah aqd tabadu Iii, yakni pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Padahal dalam Islam, harus jelas berapa yang akan kita bayar dan berapa yang akan kita terima. Datam takaful unsur gharar dihilangkan. Akad yang dipakai bukan akad pertukaran tapi aqd takafuli, yakni akad tolong menolong dan saling menanggung. Artinya, semua peserta asuransi Islam menjadi penjamin satu sama lainnya. Kalau salah satu peserta meninggal yang lain menang gung, demikian sebaliknya.

TAKAFUL Masih menyangkut gharar, dalam asuransi konvensional ada ketidakjelasan menyangkut sumber dana pembayaran klaim. Peserta tidak mengetahui darimana dana pertanggungan berasal manakala ia meninggal atau mendapat musibah sebelum premi yang harus dibayarkannya terpenuhi. Luas diketahui dana itu diperoleh dari sebagian bunga yang didapatkan dari penyimpanan uang premi para nasabah oleh perusahaan asuransi di bank konvensional. Bahkan bisa dikatakan bahwa dari bunga uang premi para nasabah itulah perusahaan mendapat keuntungan, setetah dipotong untuk biaya operasional dan kemungkinan pembayaran uang tanggungan. Dalam takaful, sejak awal nasabah telah diberi tahu dari mana dana yang diterimanya berasal, bila Ia meninggal atau mendapat musibah. Ini dimungkinkan sebab setiap pembayaran premi sejak awal telah dibagi menjadi dua. Pertama masuk ke dalam rekening pemegang polis, dan kedua dimasukkan ke rekening khusus peserta yang diniatkan tabarru (membantu) atau sadaqah untuk membantu saudaranya yang lain, misalnya dua persen (bisa berubah-ubah tergantung jumlah pemegang polis; semakin banyak semakin kecil) dan jumlah premi. Jika ada peserta yang meninggal sebelum masa jatuh temponya

seorang peserta mengambil waktu pertanggungan 10 tahun, dengan premi Rp 1 juta pertahun. Dari jumlah itu, dua persen (Rp 20 ribu) dimasukkan ke rekening khusus (tabarru ) sehingga rekening peserta menjadi Rp 980 ribu setahun. Dalam 10 tahun terkumpul Rp 9,8 juta. Kareria ia menitipkan uangnya pada perusahaan, peserta berhak mendapat keuntungan bagi hasil, mis alnya 70:30. Tujuh puluh persen untuk nasabah, sisanya untuk perusahaan takaful.

Bila peserta tesebut meninggal pada tahun kelima masa angsuran misalnya, ia akan mendapat dana pertanggungan. Dana itu terdiri dan: rekening peserta selama lima tahun (5 x Rp 980 ribu) ditambah dengan bagi hasil selama lima tahun dan uang tersebut, misalnya Rp 400 ribu, dan sisa premi yang belum dibayarkan 5 x Rp ljuta Rp 5 juta. Dari mana perusahaan takaful mendapat uang Rp 5 juta ini?. Bagian Lima juta inilah yang diambil dari dana tabar ru tadi.

Jika peserta tersebut mengundurkan diri pada tahun kelima, ia mendapatkan kembali uang sebesar Rp 5,3 juta, yang terdiri dan Rp 4,9 juta dari rekening peserta selama lima tahun dan Rp 400 ribu dari bagi hasil selama lima tahun.