KARAKTERISTIK KENDARAAN

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK LALU LINTAS PENDAHULUAN PENGANTAR TEKNIK LALU LINTAS. Materi Kuliah S1 JTSL FT UGM. Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

LAMPIRAN A (Hasil Pengamatan)

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

NOTASI ISTILAH DEFINISI

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

EVALUASI DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. DJUNJUNAN, BANDUNG, AKIBAT PENGARUH LIMPASAN AIR HUJAN

SNI T Standar Nasional Indonesia. Geometri Jalan Perkotaan BSN. Badan Standardisasi Nasional ICS

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

BAB II STUDI PUSTAKA

Pengantar Teknik Transportasi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuantitatif yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang dan secara

xxi DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan untuk bepergian menuju arah kebalikan (Rohani, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

STUDI PARAMETER LALU LINTAS DAN KINERJA JALAN TOL RUAS MOHAMMAD TOHA BUAH BATU

BAB V ANALISIS 5.1 Umum 5.2 Analisis Statistik untuk Uji Kecukupan Data

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

komposisi lalu lintas, dan perilaku pengemudi di Indonesia. mengacu pada Spesifikasi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota 1990.

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

KRITERIA PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jarak pandang berguna untuk :

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

DAFTAR ISI KATA PENGATAR

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. meskipun mungkin terdapat perkembangan permanen yang sebentar-sebentar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian.

I LANGKAH D : PERILAKU LALU-LINTAS Derajat Kejenuhan Kecepatan Dan Waktu Tempuh Iringan (peleton)

KINERJA RUAS JALAN MANADO - BITUNG

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

ELEMEN PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

2.4. Arus, Volume dan Komposisi Lalu Iintas

yang menerus pada sisi manapun, meskipun mungkin terdapat perkembangan

BAB III LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

BAB II STUDI PUSTAKA II TINJAUAN UMUM 2.2 ASPEK TANAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik jalan yang dapat diuraikan sebagai berikut: dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

SIMPANG TANPA APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

PEMERIKSAAN GEOMETRIK SIMPANG EMPAT LENGAN PASCA BEROPERASINYA BUS TMB KORIDOR III DI SARIJADI

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik suatu jalan akan mempengaruhi kinerja jalan tersebut.

BAB III LANDASAN TEORI. (termasuk mobil penumpang, kopata, mikro bus, pick-up dan truck kecil. sesuai sitem klasifikasi Bina Marga).

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai. melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. JUNJUNAN, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

PEDOMAN. Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd.

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. (terlihat gambar 4.1.) dan Jl. Diponegoro (depan pasar Kranggan) (terlihat

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

Perhitungan Ekivalensi Mobil Penumpang pada Ruas Jalan dengan Metode Regresi Linier Berganda SIGIT MARYANTO 1, DWI PRASETYANTO 2

SIMPANG BER-APILL. Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Transkripsi:

1 KARAKTERISTIK KENDARAAN Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. Materi Kuliah PPI MSTT PENDAHULUAN 2 Kriteria untuk desain geometrik jalan dan tebal perkerasan didasarkan pada: 1. Karakteristik statis kendaraan : berat dan ukuran kendaraan 2. Karakteristik kinematis kendaraan : percepatan 3. Karakteristik dinamis kendaraan: tahanan yang terjadi 1

1. KARAKTERISTIK STATIS KENDARAAN 3 Adalah: berat dan ukuran kendaraan Berat kendaraan digunakan untuk menentukan tebal perkerasan Ukuran kendaraan digunakan untuk menentukan lebar lajur, lebar bahu jalan, panjang dan lebar tempat parkir, maupun panjang tikungan 4 Terdapat 2 standar yang umumnya digunakan di dalam mengklasifikasikan kendaraan di Indonesia 1. AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) 2. RSNI T-14-2004 untuk perencanaan geometrik jalan perkotaan dan SNI-1997 untuk jalan antar kota 2

5 Pada tikungan, lebar tikungan didesain untuk dapat mengakomodasi jenis kendaraan yang diijinkan lewat, yang terdiri dari 1. Alinyemen vertikal dan horisontal 2. Lebar lajur 3. Radius belok 4. Jarak pandang PENENTUAN DESAIN KENDARAAN 6 Penentuan desain kendaraan yang melewati suatu ruas jalan dipengaruhi oleh fungsi atau klasifikasi jalan tersebut dan proporsi tipe kendaraan yang akan menggunakan jalan tersebut Pada jalan lintas, haruslah dapat mengakomodasi lalu lintas truk Penentuan jenis kendaraan yang dapat melewati suatu ruas jalan juga harus diatur di dalam undang-undang 3

STANDAR AASHTO 1 meter = 3.28084 feet 1 feet = 0.3048 meter 7 8 e WB 40 WB 50 Car and Camper Trailer 4

9 10 5

STANDAR RSNI T-14-2004 11 Jenis kendaraan rencana Simbol Dimensi kendaraan Dimensi tonjolan Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Mobil penumpang P 1,3 2,1 5,8 0,9 1,5 Truk As Tunggal SU 4,1 2,4 9,0 1,1 1,7 Bis Gandengan A-BUS 3,4 2,5 18,0 2,5 2,9 Truk Semitrailer Kombinasi Sedang Truk Semitrailer Komb.Besar Convensional School Bus WB-12 4,1 2,4 13,9 0,9 0,8 WB-15 4,1 2,5 16,8 0,9 0,6 SB 3,2 2,4 10,9 0,8 3,7 City Transit Bus CB 3,2 2,5 12,0 2,0 2,3 12 6

STANDAR SNI 1997 JALAN ANTAR KOTA 13 Jenis kendaraan rencana Dimensi kendaraan Dimensi tonjolan Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Kendaraan Kecil 1,3 2,1 5,8 0,9 1,5 Kendaraan Sedang 4,1 2,6 12,1 2,1 2,4 Kendaraan Besar 4,1 2,6 21 1,2 0,9 14 7

RADIUS PUTAR 15 Pada penentuan desain kendaraan, radius putar kendaraan merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan Khususnya jika ruas jalan dilewati untuk kendaraan truk Semakin besar ukuran kendaraan, maka radius putarnya juga semakin besar 16 W = berat kendaraan fs = koefisien radius putar g = gravitasi u = kecepatan R = radius putar α = sudut e = tan α (superelevasi) T = lebar track H = tinggi dari pusat gravitasi 8

17 Karakteristik Radius Putar (AASHTO) 9

Contoh: Radius Putar untuk Passenger Car dan Double Trailer 19 20 e 10

11

Karakteristik Radius Putar (RSNI Jalan Perkotaan) 23 Pl = Titik perpotongan sumbu jalan TS = Titik tangen spiral Sle = Titik permulaan pencapaian superelevasi SC =Titik peralihan spiral ke lengkung lingkaran Ls = Panjang spiral, TS ke SC (m) n = Superelevasi manual (%) e = Superelevasi 24 12

25 Radius putar minimum juga dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: 26 Contoh Soal 1. Sebuah tikungan memiliki radius 465 ft, dengan kecepatan kendaraan yang diijinkan adalah 61,5% dari kecepatan rencana. Jika diinginkan kecepatan kendaraan dapat melaju lebih cepat saat di tikungan tersebut yaitu sama dengan nilai kecepatan rencananya, tentukan nilai radius putarnya, jika diketahui nilai superelevasinya adalah 0,08 baik untuk kondisi eksisting maupun kondisi skenario! 13

Karakteristik Radius Putar (SNI Jalan Antar Kota) 27 2. KARAKTERISTIK KINEMATIK KENDARAAN 28 Yaitu kemampuan kendaraan untuk akselerasi Berguna untuk menentukan gap acceptance dan passing maneuvers/panjang lajur untuk menyiap x Kecepatan (u = ) dan percepatan (a = ) kendaraan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: x Dimana x adalah jarak dan t adalah waktu 14

29 Ada 2 asumsi yang digunakan terkait penentuan percepatan 1. Percepatan adalah konstan Dimana C1 dan C2 adalah konstanta 30 2. Percepatan adalah fungsi dari kecepatan Saat kendaraan dengan kecepatan lambat, akselerasi dapat lebih tinggi dibandingkan saat kendaraan cepat. Mobil Penumpang Truk Semi Trailer 15

31 Persamaan yang digunakan : 32 Contoh Soal 2. Percepatan kendaraan mengikuti pers. berikut: Dimana u adalah kecepatan kendaraan dalam satuan ft/detik. Jika kecepatan kendaraan saat itu adalah 45 mil/jam, hitunglah kecepatannya setelah 5 detik dilakukan akselerasi, dan berapakah jarak yang ditempuh selama waktu tersebut? 16

3. KARAKTERISTIK DINAMIS KENDARAAN 33 Terdiri atas: 1. Air Resistance 2. Grade Resistance 3. Rolling Resistance 4. Curve Resistance 5. Power Requirement 34 Air Resistance (Tahanan Udara).. Satuan lb p = kepadatan udara (0,0766 lb/ft 3 ) C D = koefisien aerodynamic (0,4 untuk mobil penumpang, 0,5-0,8 untuk truk) A = frontal cross sectional area (ft 2 ) u = kecepatan kendaraan (mil/jam) g = gravitasi (32,2 ft/detik 2 ) 17

35 Grade Resistance (Tahanan Kemiringan) Digunakan persamaan = Berat Kendaraan x Kemiringan Contoh: grafik untuk truk 200 lb/hp saat tanjakan dan turunan 36 Rolling Resistance (Tahanan Menggelinding).. Untuk mobil penumpang (lb).. Untuk truk (lb) C rs = C a = konstanta (0,012 untuk mobil penumpang dan 0,02445 untuk truk) C rv = C b konstanta (0,65x10-6 untuk mobil penumpang dan 0,00044 untuk truk) u = kecepatan kendaraan (mil/jam) W = berat kotor kendaraan (lb) 18

37 Curve Resistance (Tahanan Membelok). Satuan lb u = kecepatan kendaraan (mil/jam) W = berat kotor kendaraan (lb) R = radius belok (ft) g = gravitasi (32,2 ft/detik 2 ) 38 Kekuatan yang dibutuhkan kendaraan untuk menahan tahanan. Satuan horsepower (hp) u = kecepatan kendaraan (mil/jam) R = jumlah tahanan yang terjadi 19

39 Contoh Soal 3. Tentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh sebuah mobil penumpang yang melaju pada jalan yang lurus dengan tanjakan 5% jika diketahui berat kendaraaan 4000 lb dan cross sectional area nya 40 ft 2. Kecepatan kendaraan 65 mil/jam AREA PANDANG DARI MOBIL PENUMPANG 40 Kaca 58 0 Pandangan Belakang (Dari Kaca Spion) 28,5 0 Pandangan Depan Pandangan Belakang (Dari Kaca Samping) 31,5 0 17,2 0 5,7 0 Pandangan Depan 9,3 0 Elevasi 20

KINERJA PERLAMBATAN KENDARAAN 41 Otomatis terjadi bila pedal gas dilepas, karena efek memperlambat dari tahanan gerak, termasuk kompresi mesin Perlambatan kendaraan dapat dibedakan menjadi 2 macam: 1. Perlambatan tanpa pengereman 2. Perlambatan dengan pengereman 42 W = berat kendaraan f = koefisien gesek g = gravitasi a = akselerasi kendaraan u = kecepatan awal Db = jarak pengereman γ = sudut tanjakan/turunan G = gradien atau tan γ (% grade/100) x = jarak yang ditempuh kendaraan selama proses pengereman 21

43 u1 = kecepatan awal, u2 = kecepatan yang diinginkan dengan perlambatan (mil/jam) f (koefisien gesek) = a/g, dimana AASHTO menggunakan nilai a = 11,2 ft/dtk 2 (pengemudi merasa nyaman dalam melakukan akselerasi/deselerasi) Beberapa studi yang lain menggunakan a = 14,8 ft/dtk 2 44 Sedangkan jarak pandang henti dihitung dengan persamaan berikut: Kecepatan (u) dalam satuan mil/jam dan waktu (t) dalam detik 22

45 Contoh Soal 4. Di suatu ruas jalan, kecepatan sebuah kendaraan adalah 65 mil/jam. Dikarenakan ada batasan kecepatan, maka pengendara akan mengurangi kecepatannya menjadi 35 mil/jam. Pada jarak berapa pengendara harus mengerem kendaraannya jika diketahui kondisi jalan adalah menurun sebesar 3%? 46 Contoh Soal 5. Sebuah kendaraan dengan kecepatan 55 mil/jam berjalan di sebuah ruas jalan yang memiliki turunan 5%. Tiba-tiba, truk yang berada di depan mengalami kecelakaan sehingga menutupi ruas jalan. Jika diharapkan kendaraan berhenti pada jarak 30 ft dari truk yang mengalami kecelakaan tersebut, berapa jarak pandang henti yang dibutuhkan oleh pengendara, jika diketahui waktu PIEV nya 2,5 detik? 23

EMP dan SMP 47 Penggunaan setiap tipe kendaraan pada ruang jalan akan berbeda tergantung pada dimensi kendaraan dan kecepatannya emp kend/jam smp/jam Tingkat emp dipengaruhi oleh: gradient dan area (rural/urban) Misal: 1 truk pada jalan luar kota dengan gradient 8% = 7 smp, pada gradient 0% = 2 smp Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan satu arah dan terbagi 48 Tipe Jalan Arus lalu lintas per lajur (kend/jam) HV emp MC Dua lajur satu arah (2/1) dan empat lajur terbagi (4/2D) Tiga lajur satu arah (3/1) dan enam lajur terbagi (6/2D) 0 s.d. 1.050 1,3 0,40 > 1.050 1,2 0,25 0 s.d. 1.100 1,3 0,40 > 1.100 1,2 0,25 Sumber: MKJI 1997 Keterangan: HV: Kendaraan berat; kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3,50 m, biasanya beroda lebih dari 4 (termasuk bus, truk 2 as, truk 3 as dan truk kombinasi) MC: Sepeda motor; kendaraan bermotor beroda dua atau tiga. 24

Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan perkotaan tak terbagi (UD) 49 emp Tipe Jalan Arus lalu lintas total dua arah (kend/jam) HV MC Lebar jalur lalu lintas Wc (m) 6 > 6 Dua lajur tak terbagi (2/2 UD) Empat lajur tak terbagi (4/2 UD) 0 s.d. 1.800 1,3 0,50 0,40 > 1.800 1,2 0,35 0,25 0 s.d. 3.700 1,3 0,40 > 3.700 1,2 0,25 Sumber: MKJI 1997 Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk jalan luar kota dua lajur dua arah tak terbagi (2/2UD) 50 Tipe alinyemen Arus Total (kend/jam) MHV LB LT MC Lebar Jalur Lalu Lintas (m) < 6 m 6 8 m > 8 m Datar 0 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4 800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6 1350 1,5 1,6 2,5 0,9 0,7 0,5 1900 1,3 1,5 2,5 0,6 0,5 0,4 Bukit 0 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0,3 650 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5 1100 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4 1600 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3 Gunung 0 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2 Sumber: MKJI 1997 450 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4 900 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3 1350 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3 25