KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 19/1996 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 707 /K/JF/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENILAIAN ANGKA KREDIT AUDITOR

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

ORGANISASI, MUTASI, TATA USAHA, DAN TATA KERJA PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-707/K/JF/2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENILAIAN ANGKA KREDIT AUDITOR

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-709/K/JF/2009

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

XVI. AUDITOR A. DASAR HUKUM

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

PEDOMAN POLA HUBUNGAN KERJA

PETUNJUK TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA TIM PENILAI ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR: 10 TAHUN 1996 NOMOR : 49/SK/S/1996 NOMOR : KEP-386/K/1996 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (B P K P)

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGHULU DAN ANGKA KREDITNYA MENTERI AGAMA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Jabatan Fungsional. Angka Kredit. Widyaiswara.

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Dokumen Yang Diperlukan Untuk Kelengkapan Berkas DUPAK

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MODUL DIKLAT ANALIS KEPEGAWAIAN TIM PENILAIAN ANGKA KREDIT JABATAN ANALIS KEPEGAWAIAN

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) NOMOR: PER 1275 /K/JF/2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 003/KS/2003 NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGANGKATAN, KENAIKAN PANGKAT/JABATAN, PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI, DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

IX. PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 17 TAHUN 2010

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010

2014, No

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN NOMOR 4 TAHUN 2010

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

- 4 - MEMUTUSKAN: Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

XXIII. PERENCANA A. DASAR HUKUM

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN WALIKOTA SURABAYA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 16/KEP/M.PAN/3/2001 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR: KEP. 1106/Ka/08/2001 NOMOR: 34 A Tahun 2001

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

JABATAN FUNGSIONAL PENATA RUANG DAN ANGKA KREDITNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB X STAF AHLI. Pasal 833. Pasal 834. Pasal 835

III. PENGAWAS BENIH IKAN

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR

TABEL KESEPADANAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN PUSDIKLATWAS BPKP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-817/K/JF/2002 TENTANG PROSEDUR KEGIATAN BAKU PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang kelancaran proses penilaian dan penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, perlu adanya pengaturan prosedur kegiatan baku penilaian dan penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55; Tambahan Lembaran Negara Nomor 43) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

- 2-2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193; Tambahan Lembaran Negara 4014); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196; Tambahan Lembaran Negaran 4017) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 32; Tambahan Lembaran Negara 4193); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50; Tambahan Lembaran Negara 3176); 6. Keputusan Presiden Nomor 155/M Tahun 1999; 7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2002; 8. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2002; 9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 10. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor;

- 3-11. Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: 10 Tahun 1996, Nomor: 49/SK/S/1996, Nomor: KEP-386/K/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 12. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: 13.00.00-125/K/1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kredit di Lingkungan Aparatur Pengawasan Fungsional Pemerintah; 13. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PROSEDUR KEGIATAN BAKU PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT BAGI JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH. Pasal 1 Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, pejabat pengusul angka kredit, tim penilai angka kredit, dan pejabat fungsional auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah dalam proses penilaian dan penetapan angka kredit jabatan fungsional auditor. Pasal 2 Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah sebagaimana tercantum

- 4 - dalam Lampiran Keputusan ini, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. Pasal 3 Aparat Pengawasan Internal Pemerintah yang membina karir melalui jabatan fungsional auditor, kenaikan pangkat dan jabatannya tidak lagi didasarkan pada kenaikan pangkat reguler tetapi terutama tergantung pada perolehan angka kredit selama dalam penugasan dan sertifikat peran yang diperoleh sesuai dengan jenjang jabatannya, berlaku Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah Pasal 4 Penetapan angka kredit dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit melalui Surat Keputusan Penetapan Angka Kredit (SKPAK), berdasarkan usulan dari Pejabat Fungsional Auditor melalui Pejabat Pengusul Angka Kredit. Pasal 5 Ketentuan lebih lanjut yang belum diatur dalam Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Bagi Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah ini, akan diatur oleh Sekretaris Utama. Pasal 6 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Desember 2002 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, ttd ARIE SOELENDRO

PENILAIAN dan PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR REPUBLIK INDONESIA PROSEDUR KEGIATAN BAKU (Standard Operating Procedures) PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH Lampiran Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP 817/K/JF/2002 Tanggal: 03 Desember 2002 1

Ringkasan Eksekutif PROSEDUR KEGIATAN BAKU PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH I. PENDAHULUAN a. Umum 1. Dalam Kepmenpan 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya serta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya, dinyatakan bahwa perolehan angka kredit Pejabat Fungsional Auditor ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit setelah melalui proses pengumpulan dan penilaian angka kredit yang melibatkan Pejabat Pengusul, Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai, dan Pejabat Fungsional Auditor yang bersangkutan. 2. Mengingat pentingnya proses penilaian hingga penetapan angka kredit dipandang perlu terdapat suatu prosedur kegiatan baku sebagai acuan bagi pejabat terkait untuk menjamin tercapainya perlakuan yang sama, obyektif, dan profesional sesuai ketentuan yang berlaku, serta terselenggaranya proses penetapan angka kredit secara tepat waktu.. b. Tujuan 1. Terwujudnya penetapan angka kredit secara tepat waktu, sebagai dasar untuk kenaikan pangkat, bahan perencanaan kepesertaan diklat, dan penjenjangan serta pengembangan karir Auditor. 2. Menyediakan acuan bagi Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit, Pejabat Pengusul, Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai, dan PFA yang bersangkutan mengenai kegiatan yang harus dilaksanakan, waktu pelaksanaan kegiatan dan dokumen-dokumen yang terkait. 3. Menjamin tercapainya transparansi dan keseragaman dalam proses penilaian dan penetapan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku. c. Ruang Lingkup 1. Pedoman Pelaksanaan Pengumpulan dan Penetapan Angka Kredit digunakan untuk Pejabat Fungsional Auditor yang berada di lingkungan BPKP dan APIP lainnya 2. Pedoman ini mengatur mengenai pelaksanaan penetapan angka kredit dengan Penilaian Terpusat dan Penilaian Setempat. 2

3. Penilaian Terpusat adalah penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Pusat yang berkedudukan di BPKP Pusat untuk Auditor di lingkungan BPKP dan APIP lainnya dengan jabatan Auditor Ahli Madya dan Auditor Ahli Utama. 4. Penilaian Setempat adalah penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai pada masing-masing organisasi/unit pengawasan untuk jabatan Auditor Ahli Pertama sampai dengan Auditor Ahli Muda dan Auditor Pelaksana sampai dengan Auditor Penyelia. d. Sistematika Penyajian. Penyajian prosedur-prosedur dalam pedoman ini secara garis besar terdiri dari: a. Uraian pendahuluan yang berisikan garis besar prosedur yang akan dijelaskan. b. Pejabat/pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan prosedur. c. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan prosedur. d. Dokumen-dokumen yang digunakan dan dihasilkan dari prosedur yang dilaksanakan. e. Waktu pelaksanaan kegiatan. f. Langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan. g. Bagan alir kegiatan untuk memberikan kemudahan pemahaman dalam pelaksanaan prosedur-prosedur. Deleted: II. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Angka Kredit 1. Angka kredit dalam Jabatan Fungsional Auditor dinilai berdasarkan norma hasil, sesuai dengan jenjang jabatan atau peran PFA yang bersangkutan. Angka kredit dapat diberikan bila PFA yang bersangkutan telah selesai melaksanakan penugasan yang diberikan dengan menunjukkan bukti yang menyatakan bahwa penugasan yang dilaksanakan telah memperoleh suatu hasil. Tugas Limpah 2. Apabila pada suatu unit organisasi tidak terdapat PFA yang sesuai dengan peran yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Kep Menpan No. 19/1996 atau berdasarkan pertimbangan lainnya dari Kepala/Pimpinan Unit Organisasi, PFA lain yang setingkat di atas atau di bawahnya, dapat melakukan kegiatan tersebut (tugas limpah) berdasarkan penugasan secara tertulis dari Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan. 3

Atasan Langsung 3. Dalam setiap penugasan yang berbentuk Tim Mandiri, Atasan Langsung PFA yang menandatangani SPMK adalah sebagai berikut: a. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Anggota Tim dan Ketua Tim adalah Pengendali Teknis. b. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Pengendali Teknis adalah Pengendali Mutu. c. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Pengendali Mutu adalah Kepala/Pimpinan Unit Kerja atau Pejabat setingkat eselon I atau eselon II yang membawahkannya. 4. Untuk penugasan yang tidak berbentuk Tim Mandiri, Atasan Langsung PFA yang menandatangani SPMK adalah Atasan Langsung yang telah ditetapkan pada setiap awal tahun oleh Kepala/Pimpinan Unit Kerja atau Pejabat setingkat eselon I atau eselon II yang membawahkannya. Pejabat Pengusul Angka Kredit 5. Pejabat Pengusul Angka Kredit untuk Penilaian Terpusat adalah: a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi di lingkungan Sekretariat Utama BPKP b. Direktur di lingkungan Deputi BPKP. c. Sekretaris Inspektorat Jenderal Departemen di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen. d. Sekretaris Inspektorat Utama atau Kepala/Pimpinan unit organisasi (Eselon II) yang membidangi kepegawaian di lingkungan Inspektorat Utama LPND. e. Inspektur di lingkungan Inspektorat LPND. f. Kepala Pusat, dan Kepala Perwakilan di lingkungan BPKP. g. Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota di lingkungan unit pengawasan Pemerintah Daerah. 6. Pejabat Pengusul Angka kredit untuk Penilaian Setempat adalah: a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi di lingkungan Sekretariat Utama BPKP. b. Direktur di lingkungan Deputi BPKP c. Kepala Bagian/Sub-unit organisasi (Eselon III) yang membidangi kepegawaian di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen dan Inspektorat Utama LPND. d. Kepala Sub-bagian TU atau Pejabat di bidang kepegawaian di lingkungan Inspektorat LPND. e. Kepala Bagian Tata Usaha atau pejabat struktural lain di lingkungan Pusat-pusat dan Perwakilan BPKP. f. Kepala Bagian Tata Usaha (TU) atau Sekretaris Bawasda di lingkungan Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. 4

Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit 7. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk Auditor Ahli Madya dan Auditor Ahli Utama di lingkungan BPKP dan APIP lainnya adalah Sekretaris Utama BPKP. 8. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk Auditor Ahli Pertama dan Auditor Ahli Muda serta Auditor Pelaksana, Auditor Pelaksana Lanjutan, dan Auditor Penyelia adalah: a. Sekretaris Utama di lingkungan Sekretariat Utama BPKP. b. Deputi di lingkungan Deputi BPKP. c. Inspektur Jenderal di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen. d. Inspektur Utama di lingkungan Inspektorat Utama LPND. e. Inspektur di lingkungan Inspektorat LPND. f. Kepala Pusat dan Kepala Perwakilan di lingkungan Pusat-pusat dan Perwakilan BPKP g. Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. Tim Penilai Angka Kredit 9. Susunan keanggotaan Tim Penilai terdiri dari PFA dan Pejabat Struktural dengan jumlah sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dengan rincian sebagai berikut: a. Seorang ketua merangkap anggota b. Seorang wakil ketua merangkap anggota c. Seorang sekretaris merangkap anggota d. Sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota Jumlah Anggota Tim Penilai yang berasal dari PFA harus lebih besar dari jumlah pejabat struktural. 10. Jumlah Anggota Tim Penilai harus ganjil dengan ketentuan 1 (satu) orang Anggota Tim Penilai untuk kurang lebih 50 (lima puluh) orang PFA yang dinilai. Jumlah Anggota Tim Penilai ditentukan berdasarkan kemampuan dalam melakukan penilaian dengan memperhatikan jumlah PFA yang dinilai dan batasan waktu penilaian yang harus dipenuhi sebagaimana diuraikan dalam BAB V. Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit 11. Sekretariat Tim Penilai dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai. Jumlah staf sekretariat tim penilai ditetapkan berdasarkan pertimbangan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dengan berdasarkan pada kemampuan dalam melakukan tata administrasi dokumentasi penilaian dan penetapan angka kredit dengan persyaratan harus dapat aktif melakukan kegiatan kesekretariatan. 5

Periode Penilaian Angka Kredit 12. Bulan Januari dan Juli untuk penilaian dan penetapan angka kredit reguler. 13. Bulan Maret dan September atau bulan sebelumnya berdasarkan yang mana yang dianggap memungkinkan berdasarkan keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk penilaian dan penetapan angka kredit tambahan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan sebelum tanggal kenaikan pangkat dan batas waktu pengajuan dokumen usulan kenaikan pangkat ke BKN 14. Setiap saat dibutuhkan atau tidak terikat pada periode tertentu untuk penilaian dan penetapan angka kredit keperluan lain, seperti pada saat pembebasan sementara, perpindahan ke jabatan di luar jabatan fungsional auditor, pindah unit kerja, dan pengangkatan pertama atau pengangkatan kembali sebagai PFA. III. INTISARI PEDOMAN a. Prosedur I Prosedur Prosedur Pengumpulan dan Pengusulan Angka Kredit. 1. Sub-prosedur I.1 - pengumpulan angka kredit oleh PFA i. Pengumpulan angka kredit oleh PFA (flowchart I.1.1.a e) ii. Pengadministrasian SPMK serta penyampaian DUPAK kepada Pejabat Pengusul Angka Kredit (flowchart I.1.2) 2. Sub-prosedur I.2 - penerimaan dan penelitian usulan angka kredit oleh Pejabat Pengusul Angka Kredit. Penelitian kelengkapan DUPAK serta Penyampaian DUPAK kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit melalui Sekretariat Tim Penilai (flowchart I.2). b. Prosedur II - Prosedur Penilaian dan Penetapan Angka Kredit. 1. Sub-prosedur II.1 - penilaian angka kredit. i. Penelitian kelengkapan DUPAK (flowchart II.1.1) ii. Penilaian DUPAK oleh Tim Penilai dan Rapat Penilaian Angka Kredit (flowchart II.1.2) 2. Sub-prosedur II.2 - penetapan angka kredit. i. Penyerahan hasil penilaian oleh Sekretariat Tim Penilai kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit (flowchart II.2.1) ii. Penelaahan dan penandatanganan SK PAK oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit (flowchart II.2.2) 6

3. Sub-prosedur II.3 pendistribusian keputusan angka kredit. i. Pendistribusian SK PAK (lihat flowchart II.3.1) ii. Penyusunan Laporan Semester Tim Penilai oleh Sekretariat Tim Penilai (lihat flowchart II.3.2) 7

IV. ALUR KEGIATAN PFA Atasan Langsung PFA Pejabat Pengusul Angka Kredit Pejabat yg Berwenang Menetapkan Angka Kredit Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit Tim Penilai Angka Kredit Melakukan Kegiatan I.1.1.a d Membuat SPMK dan Bukti Pendukung I.1.1.a d Review SPMK I.1.2 Mengadministrasikan SPMK I.1.2 I.2 II.1.1 II.1.2 DUPAK dan Penelitian Penelitian dan Berkas Pendahuluan Penandatanganan Pendukung Kelengkapan DUPAK Terkait DUPAK Menyusun DUPAK Penelitian Lanjutan dan Penilaian DUPAK II.1.2 Rapat Tim Penilai II.2.2 II.2.1 II.1.2 Penelaahan dan penandatangan SK PAK SK PAK Konsep SK PAK SK PAK Tertandatangani II.3.1 Penggandaan dan Distribusi SK PAK SK PAK SK PAK Pejabat Lain yg Berkepentingan SK PAK 8

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF... i DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN ALIR KEGIATAN... x DAFTAR LAMPIRAN... xi B A B I PENDAHULUAN A. UMUM... 1 B. DASAR HUKUM... 1 C. TUJUAN... 3 D. RUANG LINGKUP... 3 E. SISTEMATIKA... 4 B A B II KEGIATAN DAN ANGKA KREDIT DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR A. BIDANG KEGIATAN AUDITOR... 5 B. ANGKA KREDIT... 7 B A B III PEJABAT DAN PROSEDUR TERKAIT A. PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR... 9 B. ATASAN LANGSUNG PFA... 10 C. PEJABAT PENGUSUL ANGKA KREDIT... 11 D. PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT... 11 E. TIM PENILAI ANGKA KREDIT... 12 F. SEKRETARIAT TIM PENILAI... 13 G. TIM PENILAI TEKNIS... 14 H. WAKTU PELAKSANAAN... 14 I. JARINGAN PROSEDUR... 16 B A B IV PROSEDUR PENGUMPULAN DAN PENGUSULAN ANGKA KREDIT (PROSEDUR I) A. UMUM... 18 B. PEJABAT TERLIBAT DALAM PROSEDUR... 18 C. KRITERIA PENGUMPULAN DAN PENGUSULAN ANGKA KREDIT... 19 Kriteria Pengumpulan Angka Kredit oleh PFA... 19 Kriteria Penerimaan dan Penelitian Usulan Angka Kredit oleh Pejabat Pengusul... 21 vii

D. DOKUMEN YANG DIPERLUKAN... 22 Dokumen dalam Pengumpulan Angka Kredit yang Disiapkan oleh PFA... 22 Dokumen dalam Penerimaan dan Penelitian Usulan Angka Kredit oleh Pejabat Pengusul... 26 E. WAKTU PELAKSANAAN... 26 Waktu Pelaksanaan Pengumpulan Angka Kredit oleh PFA... 26 Waktu Pelaksanaan Penerimaan dan Penelitian Usulan Angka Kredit oleh Pejabat Pengusul... 27 F. KEGIATAN PEMBENTUK PROSEDUR... 28 Kegiatan dalam Sub-Prosedur Pengumpulan Angka Kredit oleh PFA (Sub-Prosedur I.1)... 28 Kegiatan dalam Sub-Prosedur Penerimaan dan Penelitian DUPAK oleh Pejabat Pengusul (Sub-Prosedur I.2)... 29 G. BAGAN ALIR KEGIATAN... 30 B A B V PROSEDUR PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT (PROSEDUR II) A. UMUM... 38 B. PEJABAT TERLIBAT DALAM PROSEDUR... 38 C. KRITERIA PENILAIAN DAN PENETAPAN ANGKA KREDIT... 39 Kriteria Penilaian Angka Kredit... 39 Kriteria Penetapan Angka Kredit... 40 Kriteria Pendistribusian Keputusan Angka kredit... 40 D. DOKUMEN YANG DIPERLUKAN... 41 Dokumen dalam Penilaian Angka Kredit yang Diselenggarakan oleh Sekretariat Tim Penilai... 41 Dokumen dalam Penilaian Angka Kredit yang Diselenggarakan oleh Tim Penilai... 41 Dokumen dalam Penetapan Angka Kredit... 41 Dokumen dalam Pendistribusian Keputusan Angka Kredit... 42 E. WAKTU PELAKSANAAN... 42 Waktu Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit... 42 Waktu Pelaksanaan Penetapan Angka Kredit... 44 Waktu Pelaksanaan Pendistribusian Keputusan Angka Kredit... 45 F. KEGIATAN PEMBENTUK PROSEDUR... 45 Kegiatan dalam Sub-Prosedur Penilaian Angka Kredit (Sub-Prosedur II.1)... 45 Kegiatan dalam Sub-Prosedur Penetapan Angka Kredit (Sub-Prosedur II.2)... 47 Kegiatan dalam Sub-Prosedur Pendistribusian Keputusan Angka Kredit (Sub-Prosedur II.3)... 47 G. BAGAN ALIR KEGIATAN... 48 viii

DAFTAR TABEL Tabel I. Tabel II. Pejabat Terkait Dalam Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor... 17 Tabel Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Reguler dan Tambahan... 57 ix

DAFTAR BAGAN ALIR KEGIATAN Prosedur Pengumpulan dan Pengusulan Angka Kredit Penilaian dan Penetapan Angka kredit Sub-Prosedur Pengumpulan Angka Kredit Penerimaan dan Penelitian DUPAK oleh Pejabat Pengusul Penilaian Angka kredit Penetapan Angka kredit Kode Flowchart Kegiatan Pelaksana Hal I.1.1.a Pengumpulan Angka Kredit Unsur PFA 31 Kegiatan Bidang Pendidikan I.1.1.b Pengumpulan Angka Kredit Unsur PFA 32 Kegiatan Bidang Pengawasan I.1.1.c Pengumpulan Angka Kredit Unsur PFA 33 Kegiatan Bidang Pengembangan Profesi I.1.1.d Pengumpulan Angka Kredit Unsur PFA 34 Kegiatan Bidang Penunjang I.1.1.e Review SPMK Atasan 35 Langsung PFA I.1.2 Pengadministrasian SPMK PFA 36 Penyampaian DUPAK dan berkas terkait lainnya kepada Pejabat Pengusul I.2 Penelitian Kelengkapan DUPAK Pejabat 37 Penyampaian DUPAK dan berkas Pengusul terkait lainnya kepada Pejabat yg Angka kredit Berwenang Menetapkan Angka Kredit II.1.1 Penelitian pendahuluan Sekretariat 49 kelengkapan berkas DUPAK Tim Penilai Penyerahan berkas untuk dinilai oleh Tim Penilai II.1.2 Penelitian lanjutan berkas DUPAK Tim Penilai 50 Rapat Tim Penilai II.2.1 Penerimaan kembali berkas Sekretariat 53 penilaian dari Tim Penilai Tim Penilai Penyerahan SK PAK kepada Pejabat yg Berwenang Menetapkan Angka kredit. II.2.2 Penelaahan dan Penandatangan SK PAK Pendistribusian Keputusan II.3.1 Penggandaan dan pendistribusian SK PAK Angka kredit II.3.2 Penyusunan Laporan Semesteran Pelaksanaan Tugas Tim Penilai Pejabat yg Berwenang Menetapkan Angka kredit Sekretariat Tim Penilai Sekretariat Tim Penilai 54 55 56 x

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I. Lampiran II. Lampiran III. Lampiran IV. Lampiran Va. Lampiran Vb. Lampiran VI. Lampiran VII 1 Lampiran VII 2 Lampiran VIII. Lampiran IX. Lampiran X. Lampiran XI. Lampiran XII. Lampiran XIII. Lampiran XIV. Lampiran XV. Lampiran XVI. Lampiran XVII. Lampiran XVIII. Lampiran XIX. Lampiran XX. Lampiran XXI. Lampiran XXII. Lampiran XXIII. Lampiran XXIV. Lampiran XXV. Lampiran XXVI. Lampiran XXVII. Surat Keputusan Pengangkatan Anggota Tim Penilai Surat Keputusan Pengangkatan Anggota Tim Teknis Penilai Surat Keputusan Pengangkatan Sekretaris dan Staf Sekretariat Tim Penilai Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pendidikan (SPMK- Pendidikan) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Auditor Trampil (SPMK Pengawasan I) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penggerakkan, Pembinaan, dan Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Auditor Ahli (SPMK Pengawasan 2) Formulir Anggaran Waktu Pengawasan Pengantar Surat Tugas Surat Tugas Kartu Penugasan Kegiatan Pengawasan Routing Slip Konsep Laporan Hasil Audit Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi Auditor Trampil/Ahli (SPMK Pengembangan) Daftar/Laporan Pelaksanaan PKS Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penunjang Pengawasan (SPMK Penunjang) Laporan Angka Kredit (LAK) Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Buku Agenda Pejabat Pengusul Surat Pengantar/Nota Dinas Pengantar Penyampaian DUPAK Buku Agenda Sekretariat Tim Penilai Routing Slip Penilaian Angka kredit Daftar Penelitian Pengujian Kelengkapan Dokumen Angka Kredit Kartu Angka Kredit Lembar Perhitungan Angka kredit (LPAK) Daftar Penjelasan Perbedaan Angka kredit (DPPAK) Berita Acara Penilaian Angka Kredit (BAPAK) Surat Keputusan Penetapan Angka kredit (SK PAK) Surat Pengantar Penyampaian Tanda Tangan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka kredit Surat Pengantar Penyampaian SK Penetapan Angka Kredit Laporan Semester Tim Penilai Angka Kredit xi

BAB I PENDAHULUAN A. UMUM 1. Dalam rangka pembinaan Pejabat Fungsional Auditor (PFA) di lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), telah ditetapkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 2. Sebagai petunjuk pelaksanaannya telah diterbitkan Keputusan Bersama, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jendral Badan Pemeriksa Keuangan dan Kepala BPKP No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. KEP-386/K/1996; tanggal 6 Juni 1996, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 3. Sebagai petunjuk teknis pelaksanaannya telah diterbitkan Keputusan Kepala BPKP No. 13.00.00-125/K/1997; tanggal 5 Maret 1997, tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah. 4. Dalam ketentuan sebagaimana tersebut dalam angka 1 sampai dengan 3 diatas, dinyatakan bahwa perolehan angka kredit Pejabat Fungsional Auditor ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit setelah melalui proses pengumpulan dan penilaian angka kredit yang melibatkan Pejabat Pengusul, Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai, dan Pejabat Fungsional Auditor yang bersangkutan. 5. Mengingat pentingnya proses penilaian hingga penetapan angka kredit dipandang perlu terdapat suatu prosedur kegiatan baku sebagai acuan bagi pejabat terkait untuk menjamin tercapainya perlakuan yang sama, obyektif, dan profesional sesuai ketentuan yang berlaku, serta terselenggaranya proses penetapan angka kredit secara tepat waktu. B. DASAR HUKUM 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55; Tambahan Lembaran Negara Nomor 43) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890). 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547). - 1 -

3. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193; Tambahan Lembaran Negaran 4014); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193; Tambahan Lembaran Negaran 4014) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 32; Tambahan Lembaran Negaran 4193); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 6. Keputusan Presiden Nomor 155/M Tahun 1999. 7. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 2002. 8. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen; sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan dengan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 2002. 9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 10. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor. 11. Keputusan Bersama, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jendral Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. KEP-386/K/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 12. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 13.00.00-125/K/1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah. - 2 -

13. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 06.00.00-080/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. C. TUJUAN Penyusunan Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFA bertujuan untuk : 1. Terwujudnya penetapan angka kredit secara tepat waktu, sebagai dasar untuk kenaikan pangkat, bahan perencanaan kepesertaan diklat, dan penjenjangan serta pengembangan karir Auditor. 2. Menyediakan acuan bagi Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit, Pejabat Pengusul, Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai, dan PFA yang bersangkutan mengenai kegiatan yang harus dilaksanakan, waktu pelaksanaan kegiatan dan dokumendokumen yang terkait. 3. Menjamin tercapainya transparansi dan keseragaman dalam proses penilaian dan penetapan angka kredit sesuai ketentuan yang berlaku. D. RUANG LINGKUP 1. Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFA (lebih lanjut disebut dengan Prosedur Kegiatan Baku) disusun untuk dilaksanakan dalam lingkungan: a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP); b. Inspektorat Jenderal Departemen; c. Inspektorat Utama/Inspektorat pada Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND); d. Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) Provinsi dan Kabupaten/Kota; e. Unit Kerja Bidang Pengawasan pada Instansi Pemerintah lainnya. 2. Prosedur Kegiatan Baku ini mencakup proses penilaian dan penetapan angka kredit melalui Penilaian Terpusat dan Penilaian Setempat. 3. Penilaian Terpusat adalah penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Pusat yang berkedudukan di BPKP Pusat untuk Auditor di lingkungan BPKP dan APIP lainnya dengan jabatan Auditor Ahli Madya dan Auditor Ahli Utama. - 3 -

4. Penilaian Setempat adalah penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai pada masing-masing organisasi/unit pengawasan untuk jabatan Auditor Ahli Pertama sampai dengan Auditor Ahli Muda dan Auditor Pelaksana sampai dengan Auditor Penyelia. E. SISTEMATIKA 1. Prosedur Kegiatan Baku disusun secara sistematis dan terinci untuk memberikan kemudahan bagi para Pejabat Fungsional Auditor dan Pejabat terkait lainnya untuk memahami prosedur-prosedur yang dilaksanakan dan dokumendokumen/informasi-informasi yang dipersiapkan. 2. BAB I menguraikan hal-hal yang bersifat umum, dasar hukum, tujuan, ruang lingkup dan sistematika penyusunan. 3. BAB II menguraikan bidang kegiatan auditor dan angka kredit. 4. BAB III menguraikan pejabat dan prosedur terkait dalam pengumpulan dan penetapan angka kredit. 5. BAB IV menguraikan prosedur pengumpulan dan pengusulan angka kredit. 6. BAB V menguraikan prosedur penilaian dan penetapan angka kredit. - 4 -

BAB II KEGIATAN DAN ANGKA KREDIT DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR F. BIDANG KEGIATAN AUDITOR 1. Bidang kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Fungsional Auditor adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Kep MENPAN No. 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, terdiri dari: Unsur Utama: a. Pendidikan; b. Pengawasan; dan c. Pengembangan Profesi Pengawasan. Unsur Penunjang: d. Penunjang Tugas Pengawasan. 2. Bidang kegiatan Pendidikan, meliputi: a. Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah; b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan di bidang pengawasan serta memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL) atau sertifikat. 3. Bidang kegiatan Pengawasan, meliputi: a. Pembinaan dan penggerakan pengawasan, yaitu: (1) Menyiapkan perumusan kebijakan pengawasan dan kebijakan lainnya. (2) Menyiapkan Rencana Induk Pengawasan (RIP). (3) Menyiapkan kebijakan pengawasan tahunan. (4) Menyiapkan Rencana Kerja Pengawasan Tahunan (RKPT). (5) Menyiapkan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). (6) Menyusun Pedoman dan atau Sistem Pengawasan. (7) Memutakhirkan Pedoman dan atau Sistem Pengawasan. (8) Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak) dan atau petunjuk teknis (juknis) pengawasan. (9) Memutakhirkan juklak dan atau juknis pengawasan. (10) Menyusun ukuran kinerja di bidang pengawasan. (11) Membina dan menggerakkan Aparat Pengawasan Fungsional (APF). (12) Menelaah peraturan perundang-undangan. (13) Melaksanakan penyuluhan di bidang pengawasan. (14) Melaksanakan asistensi dan konsultasi di bidang pengawasan. - 5 -

(15) Membuat laporan akuntabilitas. (16) Mengkaji laporan hasil audit akuntabilitas. (17) Membuat laporan hasil pengawasan. (18) Mengkaji laporan hasil pengawasan. (19) Mengkaji kebijakan keuangan dan pembangunan. (20) Memantau pelaksanaan RKPT. (21) Memantau pelaksanaan PKPT. (22) Mengkaji dan menyempurnakan RIP. (23) Mengkaji aspek strategis. (24) Memaparkan hasil pengawasan. (25) Mengkaji hasil Diklat pengawasan. (26) Gelar Pengawasan. b. Pelaksanaan Pengawasan, yaitu: (1) Melaksanakan pemeriksaan akuntan. (2) Melaksanakan audit keuangan dan atau ketaatan. (3) Melaksanakan audit operasional. (4) Melaksanakan audit khusus. (5) Melaksanakan audit akuntabilitas. (6) Menguji dan menilai dokumen (melaksanakan audit buril). (7) Melaksanakan penelitian di bidang pengawasan. (8) Mengkaji hasil pengawasan. (9) Mengkompilasi laporan. (10) Meringkas hasil pengawasan untuk pihak yang berkompeten. (11) Mengkaji kinerja obyek pengawasan. (12) Mengkaji sistem pengendalian manajemen obyek pengawasan. (13) Mengkaji hasil audit (peer review). (14) Memantau tindak lanjut hasil pengawasan. (15) Mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu. (16) Mengumpulkan data dan atau informasi intelijen. (17) Memproses penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). (18) Memberikan kesaksian dalam peradilan kasus hasil pengawasan. 4. Bidang kegiatan Pengembangan Profesi Pengawasan, meliputi: a. Membuat karya ilmiah/karya tulis di bidang pengawasan. b. Menerjemahkan/menyadur karya tulis ilmiah di bidang pengawasan. c. Berpartisipasi secara aktif dalam penerbitan di bidang pengawasan. d. Melakukan pelatihan di kantor sendiri. e. Berpartisipasi secara aktif dalam pemaparan (ekspose) draft/ pedoman/modul/fatwa di bidang pengawasan. f. Melakukan studi banding di bidang pengawasan. - 6 -

5. Bidang kegiatan Penunjang Tugas Pengawasan, meliputi: a. Mengajar/melatih pada pendidikan dan pelatihan pegawai. b. Mengikuti seminar, lokakarya, konferensi, atau kongres di bidang pengawasan. c. Menjadi anggota organisasi profesi. d. Menjadi Tim Penilai Jabatan Fungsional Auditor. e. Memperoleh penghargaan atau tanda jasa. f. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya. g. Duduk dalam kepanitiaan intra atau antar instansi. 6. Kegiatan pengawasan lainnya yang disepadankan Dengan berkembangnya kebutuhan akan pelaksanaan pengawasan dan diversifikasi tugas Auditor, terdapat kegiatan Auditor yang belum termasuk dalam kegiatan-kegiatan pengawasan sebagaimana tersebut diatas. Terhadap hal tersebut akan diterbitkan ketentuan tersendiri yang mengatur mengenai kesetaraan kegiatan dan perolehan angka kreditnya. G. ANGKA KREDIT 1. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Pejabat Fungsional Auditor (PFA) yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam Jabatan Fungsional Auditor. 2. Kegiatan yang dinilai dalam memberikan angka kredit Auditor adalah bidang kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf A di atas, dengan pengelompokan perolehan Angka Kredit sebagai berikut: a. Unsur Utama, terdiri dari: (1) Pendidikan; (2) Pengawasan; dan (3) Pengembangan Profesi Pengawasan. b. Unsur Penunjang. 3. Angka kredit dalam Jabatan Fungsional Auditor dinilai berdasarkan norma hasil, sesuai dengan jenjang jabatan atau peran PFA yang bersangkutan. Angka kredit dapat diberikan bila PFA yang bersangkutan telah selesai melaksanakan penugasan yang diberikan dengan menunjukkan bukti yang menyatakan bahwa penugasan yang dilaksanakan telah memperoleh suatu hasil. 4. Apabila pada suatu unit organisasi tidak terdapat PFA yang sesuai dengan peran yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Kep Menpan No. 19/1996 atau berdasarkan pertimbangan lainnya dari Kepala/Pimpinan Unit Organisasi, PFA lain yang setingkat - 7 -

di atas atau di bawahnya, dapat melakukan kegiatan tersebut (tugas limpah) berdasarkan penugasan secara tertulis dari Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan. 5. Pemberian angka kredit atas hasil penugasan sebagaimana dimaksud pada angka 4 di atas adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Kep Menpan No. 19/1996, yaitu sebagai berikut : a. Auditor Ahli yang melaksanakan kegiatan dengan peran setingkat lebih tinggi dari yang seharusnya, angka kredit yang diperolehnya sebesar 110% dari setiap angka kredit butir kegiatan untuk peran yang seharusnya. b. Auditor Ahli yang melaksanakan kegiatan dengan peran setingkat lebih rendah dari yang seharusnya, angka kredit yang diperolehnya sebesar 90% dari setiap angka kredit butir kegiatan untuk peran yang seharusnya. c. Auditor Penyelia, Auditor Pelaksana Lanjutan dan Auditor Pelaksana yang melaksanakan kegiatan pada jenjang setingkat lebih rendah, angka kredit yang diperoleh adalah sebesar angka kredit minimal dari butir kegiatan pada jenjang jabatan yang seharusnya, sedangkan jika setingkat lebih tinggi memperoleh angka kredit maksimal dari butir kegiatan pada jenjang yang seharusnya. - 8 -

BAB III PEJABAT DAN PROSEDUR TERKAIT H. PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR 1. Pejabat Fungsional Auditor (PFA) adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah. 2. Jenjang Jabatan PFA terdiri dari: a. Auditor Ahli, dengan jenjang jabatan tertinggi sampai dengan terendah adalah sebagai berikut: (1) Auditor Ahli Utama; (2) Auditor Ahli Madya; (3) Auditor Ahli Muda; (4) Auditor Ahli Pertama. b. Auditor Trampil, dengan jenjang jabatan tertinggi sampai dengan terendah adalah sebagai berikut: (1) Auditor Penyelia; (2) Auditor Pelaksana Lanjutan; (3) Auditor Pelaksana. 3. Auditor Ahli adalah Auditor yang berijazah serendah-rendahnya Strata 1/ Diploma IV dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan oleh Instansi Pembina, mempunyai sertifikat yang dipersyaratkan sesuai jenjang jabatannya, serta dalam melaksanakan tugas pengawasan dilandasi oleh pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu pengawasan. 4. Auditor Trampil adalah auditor yang berlatar pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau Diploma II/III dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan oleh Instansi Pembina, mempunyai sertifikat masuk auditor trampil, serta dalam melaksanakan tugas pengawasan mempergunakan prosedur dan teknik kerja yang telah ditentukan di bidang pengawasan. 5. Auditor Ahli dan Auditor Trampil dalam pelaksanaan penugasannya bertindak sesuai dengan peran dalam Tim Mandiri sebagai: a. Auditor Ahli Utama, berperan sebagai Pengendali Mutu (PM) untuk kegiatan Pembinaan dan Penggerakan Pengawasan. b. Auditor Ahli Madya, berperan sebagai: (1) Pengendali Teknis (PT) untuk kegiatan Pembinaan dan Penggerakan Pengawasan; atau (2) Pengendali Mutu (PM) untuk kegiatan Pelaksanaan Pengawasan. c. Auditor Ahli Muda, berperan sebagai: - 9 -

(1) Ketua Tim (KT) untuk kegiatan Pembinaan dan Penggerakan Pengawasan; atau (2) Pengendali Teknis (PT) untuk kegiatan Pelaksanaan Pengawasan. d. Auditor Ahli Pertama, berperan sebagai: (1) Anggota Tim (AT) untuk kegiatan Pembinaan dan Penggerakan Pengawasan; atau (2) Ketua Tim (KT) untuk kegiatan Pelaksanaan Pengawasan. e. Auditor Penyelia, Auditor Pelaksana Lanjutan, Auditor Pelaksana, berperan sebagai Anggota Tim (AT) untuk kegiatan Pelaksanaan Pengawasan. Melakukan tugas secara mandiri adalah melakukan tugas dalam suatu tim pengawas mandiri yang merupakan kerja bersama tetapi tanggung jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas tetap melekat pada masing-masing PFA tersebut. 6. Uraian tugas dan tanggung jawab Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim mengacu pada ketentuan terkait. 7. Seorang Auditor yang telah mempunyai sertifikat peran sebagai Anggota Tim/Ketua Tim/Pengendali Teknis/Pengendali Mutu tetapi tidak melaksanakan tugas sesuai dengan perannya karena alasan kepentingan penugasan, berlaku ketentuan tugas limpah ke bawah atau ke atas sesuai Kepmenpan No. 19/1996 Pasal 9. I. ATASAN LANGSUNG PFA 1. Dalam setiap penugasan yang berbentuk Tim Mandiri, Atasan Langsung PFA yang menandatangani SPMK adalah sebagai berikut: a. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Anggota Tim dan Ketua Tim adalah Pengendali Teknis. b. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Pengendali Teknis adalah Pengendali Mutu. c. Atasan Langsung PFA dengan peran sebagai Pengendali Mutu adalah Kepala/Pimpinan Unit Kerja atau Pejabat setingkat eselon I atau eselon II yang membawahkannya. 2. Untuk penugasan yang tidak berbentuk Tim Mandiri, Atasan Langsung PFA yang menandatangani SPMK adalah Atasan Langsung yang telah ditetapkan pada setiap awal tahun oleh Kepala/Pimpinan Unit Kerja atau Pejabat setingkat eselon I atau eselon II yang membawahkannya. - 10 -

J. PEJABAT PENGUSUL ANGKA KREDIT 1. Pejabat Pengusul Angka Kredit adalah pejabat di bidang kepegawaian atau melakukan fungsi pengelolaan kepegawaian yang menandatangani usulan peroleh angka kredit PFA untuk disampaikan kepada Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit. 2. Pejabat Pengusul Angka Kredit untuk Penilaian Terpusat berbeda dengan Pejabat Pengusul Angka Kredit untuk Penilaian Setempat (Instansi). 3. Pejabat Pengusul Angka Kredit untuk Penilaian Terpusat adalah: a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi di lingkungan Sekretariat Utama BPKP b. Direktur di lingkungan Deputi BPKP. c. Sekretaris Inspektorat Jenderal Departemen di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen. d. Sekretaris Inspektorat Utama atau Kepala/Pimpinan unit organisasi (Eselon II) yang membidangi kepegawaian di lingkungan Inspektorat Utama LPND. e. Inspektur di lingkungan Inspektorat LPND. f. Kepala Pusat, dan Kepala Perwakilan di lingkungan BPKP. g. Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota di lingkungan unit pengawasan Pemerintah Daerah. 4. Pejabat Pengusul Angka kredit untuk Penilaian Setempat adalah: a. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi di lingkungan Sekretariat Utama BPKP. b. Direktur di lingkungan Deputi BPKP c. Kepala Bagian/Sub-unit organisasi (Eselon III) yang membidangi kepegawaian di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen dan Inspektorat Utama LPND. d. Kepala Sub-bagian TU atau Pejabat di bidang kepegawaian di lingkungan Inspektorat LPND. e. Kepala Bagian Tata Usaha atau pejabat struktural lain di lingkungan Pusat-pusat dan Perwakilan BPKP. f. Kepala Bagian Tata Usaha (TU) atau Sekretaris Bawasda di lingkungan Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. K. PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN ANGKA KREDIT 1. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit adalah Pejabat yang menandatangani keputusan mengenai besaran angka kredit yang diperoleh Auditor. 2. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk Auditor Ahli Madya dan Auditor Ahli Utama adalah Sekretaris Utama BPKP. 3. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk Auditor Ahli Pertama dan Auditor Ahli Muda serta Auditor - 11 -

Pelaksana, Auditor Pelaksana Lanjutan, dan Auditor Penyelia adalah: a. Sekretaris Utama di lingkungan Sekretariat Utama BPKP. b. Deputi di lingkungan Deputi BPKP. c. Inspektur Jenderal di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen. d. Inspektur Utama di lingkungan Inspektorat Utama LPND. e. Inspektur di lingkungan Inspektorat LPND. f. Kepala Pusat dan Kepala Perwakilan di lingkungan Pusatpusat dan Perwakilan BPKP g. Kepala Bawasda Provinsi/Kabupaten/Kota. L. TIM PENILAI ANGKA KREDIT 1. Tim Penilai Angka Kredit adalah Tim yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit yang bertugas membantu dalam proses penilaian dan penetapan angka kredit Pejabat Fungsional Auditor. 2. Penunjukan Tim Penilai dilakukan dengan keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit. Contoh surat keputusan (SK) dapat dilihat pada Lampiran I. 3. Susunan keanggotaan Tim Penilai terdiri dari PFA dan Pejabat Struktural dengan jumlah sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dengan rincian sebagai berikut: a. Seorang ketua merangkap anggota b. Seorang wakil ketua merangkap anggota c. Seorang sekretaris merangkap anggota d. Sekurang-kurangnya 4 (empat) orang anggota 4. Jumlah Anggota Tim Penilai yang berasal dari PFA harus lebih besar dari jumlah pejabat struktural. 5. Pejabat yang diangkat sebagai Anggota Tim Penilai harus memiliki jenjang kepangkatan minimal setara dengan PFA yang angka kreditnya dinilai, serta memiliki keahlian dan kemampuan di bidang pengawasan agar kompetensi penilaian dapat dilakukan secara efektif, dan dapat aktif melakukan penilaian. 6. Pejabat yang diangkat sebagai Sekretaris Tim Penilai adalah sebagai berikut: a. Sekretaris Tim Penilai Pusat adalah pejabat di lingkungan Pusat Pembinaan JFA atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Sekretaris Utama BPKP. b. Sekretaris Tim Penilai Setempat adalah pejabat yang mengurusi bidang kepegawaian pada unit organisasi masing-masing. - 12 -

7. Jumlah Anggota Tim Penilai harus ganjil dengan ketentuan 1 (satu) orang Anggota Tim Penilai untuk kurang lebih 50 (lima puluh) orang PFA yang dinilai. Jumlah Anggota Tim Penilai ditentukan berdasarkan kemampuan dalam melakukan penilaian dengan memperhatikan jumlah PFA yang dinilai dan batasan waktu penilaian yang harus dipenuhi sebagaimana diuraikan dalam BAB V. 8. Dalam hal jumlah PFA dalam satu unit kerja adalah 50 (lima puluh) orang atau kurang, maka jumlah tim penilai ditetapkan berdasarkan pertimbangan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dengan tidak menutup kemungkinan bergabung dengan tim penilai unit organisasi PFA terdekat. Penggabungan Tim Penilai antar unit kerja pengawasan dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan Instansi Pembina. 9. Untuk unit pengawasan yang melakukan penggabungan penilaian angka kredit PFA, maka pembentukan Tim Penilai, Sekretariat Tim Penilai, dan Tim Teknis Penilai dilakukan oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit pada instansi/unit pengawasan yang jumlah PFA-nya lebih besar. 10. Masa jabatan tim penilai adalah 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Anggota tim penilai yang telah menduduki 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut, dapat diangkat kembali setelah melampaui tenggang waktu 1 (satu) kali masa jabatan. 11. Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dapat mengangkat Anggota Tim Penilai Pengganti dalam hal terdapat Anggota Tim Penilai yang ikut dinilai sepanjang diperlukan untuk memenuhi jumlah minimum Anggota Tim Penilai yang dipersyaratkan. 12. Dalam hal terdapat anggota tim penilai yang berhenti atau karena satu dan lain hal tidak dapat melaksanakan tugas sebagai anggota tim penilai, maka kedudukannya diganti pejabat lain dengan sisa masa kerja dari anggota yang diganti. M. SEKRETARIAT TIM PENILAI 1. Sekretariat Tim Penilai dibentuk untuk membantu pelaksanaan tugas Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dan Tim Penilai dalam bidang administrasi. 2. Pembentukan dan penunjukan pegawai yang bertugas pada Sekretariat Tim Penilai dilakukan dengan keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit. Contoh surat keputusan (SK) sebagaimana pada Lampiran III. 3. Sekretariat Tim Penilai dipimpin oleh Sekretaris Tim Penilai. - 13 -

4. Jumlah staf sekretariat tim penilai ditetapkan berdasarkan pertimbangan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit dengan berdasarkan pada kemampuan dalam melakukan tata administrasi dokumentasi penilaian dan penetapan angka kredit dengan persyaratan harus dapat aktif melakukan kegiatan kesekretariatan. 5. Pelaksanaan tugas Sekretariat Tim Penilai dipertanggung jawabkan oleh Sekretaris Tim Penilai kepada Ketua Tim Penilai. N. TIM PENILAI TEKNIS 1. Tim Penilai Teknis adalah Tim yang dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit yang anggotanya terdiri dari para ahli di bidangnya baik PNS atau bukan PNS yang mempunyai keahlian dan kemampuan teknis yang diperlukan dalam penilaian kegiatan yang bersifat khusus. 2. Penunjukan Anggota Tim Penilai Teknis dilakukan dengan keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit. Contoh surat keputusan (SK) sebagaimana pada Lampiran II. 3. Tim Penilai Teknis menerima tugas dan bertanggung jawab kepada Ketua Tim Penilai Angka Kredit dengan tugas pokok memberikan pendapat dan masukan dalam memberikan kegiatan yang bersifat khusus. 4. Tim Penilai Teknis dapat berupa suatu Komite yang berkaitan dengan penilaian kegiatan PFA, seperti Komite untuk memberikan rekomendasi pengesahan Karya Tulis/Karya Ilmiah yang disusun oleh PFA. O. WAKTU PELAKSANAAN 1. Pengumpulan angka kredit merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan penugasan PFA. Kegiatan ini dilakukan terus menerus dan sesegera mungkin agar pendokumentasian bahan-bahan penilaian yang diperlukan tertata lebih baik. 2. Penilaian dan penetapan angka kredit dilakukan pada: a. Bulan Januari dan Juli untuk penilaian dan penetapan angka kredit reguler. (1) Penilaian angka kredit reguler dilakukan sesuai dengan ketentuan minimal waktu penilaian angka kredit sebagaimana diatur dalam Kep Menpan No. 19/1996. (2) Periode yang dinilai adalah kegiatan selama satu semester (Januari s.d Juni dan Juli s.d Desember). - 14 -

(3) Pada kegiatan penilaian angka kredit reguler, semua PFA diwajibkan untuk menyampaikan DUPAK dan berkas pendukungnya. (4) Keputusan penilaian angka kredit reguler dapat digunakan untuk kenaikan pangkat pada periode kenaikan pangkat berikutnya (1 April atau 1 Oktober). b. Bulan Maret dan September atau bulan sebelumnya berdasarkan yang mana yang dianggap memungkinkan berdasarkan keputusan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit untuk penilaian dan penetapan angka kredit tambahan. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan bahwa SK PAK tersebut harus ditetapkan sebelum tanggal kenaikan pangkat.. (1) Penilaian angka kredit tambahan dilakukan agar PFA yang belum memenuhi angka kredit kumulatif untuk kenaikan pangkat dapat memenuhinya dalam kurun waktu kurang dari dua bulan setelah periode penilaian reguler terakhir. (2) Penilaian angka kredit tambahan hanya diberlakukan bagi PFA yang telah menyampaikan DUPAK reguler periode terakhir. Contoh: PFA yang tidak menyampaikan DUPAK reguler per 31 Desember 2001, tidak dapat menyampaikan DUPAK tambahan walaupun angka kredit sampai dengan periode Januari dan Februari 2002 diperkirakan dapat memenuhi angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan pangkat per 1 April 2002. Penilaian dan penetapan angka kreditnya baru dapat dilakukan pada penilaian reguler Juli 2002. (3) Kegiatan penilaian ini hanya dilakukan untuk usulan dari PFA yang berdasarkan prakiraan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan dapat memenuhi angka kredit kumulatif yang dibutuhkan untuk kenaikan pangkat. Contoh: PFA yang angka kreditnya per 31 Desember 2001 berdasarkan SK PAK yang terbit pada bulan Februari 2002 belum mencukupi untuk naik pangkat per 1 April 2002 hanya karena kurang 2 (dua) angka kredit, maka PFA tersebut dapat mengajukan DUPAK tambahan periode Januari dan Februari 2002 apabila selama bulan tersebut telah diselesaikan tugas pengawasan dan memperoleh angka kredit kekurangannya, dengan SK PAK yang ditetapkan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret 2002. c. Setiap saat dibutuhkan atau tidak terikat pada periode tertentu untuk penilaian dan penetapan angka kredit keperluan lain, seperti: - 15 -