INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

No TGL PROGRAM PELANGGARAN TV SANKSI 1 20 Sept Menyiarkan Konvensi Partai Demokrat (15 September 2013) UU Penyiaran: Pasal 14 (1), Pasal 36 (4)

BAB I PENDAHULUAN. Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail,

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

PROFIL PARA CALON PRESIDEN PADA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN 2014 DALAM MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang pas dalam tayangan yang disiarkan. Stasiun TV swasta dalam satu hari dapat

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

semakin majunya teknologi teknologi yang terus ditemukan. Selain itu hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

Hasil Riset Media Monitoring Parpol dan Capres April-Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. siaran atau tayangan berita. Menurut Charnley dalam Wahyudi (1996:27) News is

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pemilih Pemula di Indonesia

Dari Fadli dan Novanto: Welcome Papa Trump...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kotak kecil yang dapat memunculkan gambar dan suara ini kerap disebut

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa politik selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin, kebijakan dan kemana arah masa depan bangsa. Kita ketahui

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

MENYIMAK PEMBERITAAN PARTAI POLITIK DI MASA KAMPANYE TERBUKA (16 Maret 1 April 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Headline Berita Hari Ini Periode: 10/06/2014 Tanggal terbit: 10/06/2014

BAB I PENDAHULUAN. dianggap pasif karena pengaruh media pada saat itu didukung oleh munculnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, media kampanye

EXECUTIVE SUMMARY. Oleh Tim Peneliti. Indonesia Corruption Watch. Hasil Kajian Monitoring Dana Kampanye Pilpres 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. negara di masa yang akan datang, sebab kebijakan di masa depan akan sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang memperoleh suara 20%. Perolehan suara tertinggi dimiliki oleh PDIP

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA. Bagian ini disajikan hasil temuan penelitian yang diperoleh dari data informan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

ANALISIS FRAMING BERITA CAPRES DAN CAWAPRES PADA PEMILU 2014 DI HARIAN REPUBLIKA DAN JAWA POS

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri merupakan proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu proses bisnis yang paling kompleks. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. adalah parameter pelaksanaan pemilu yang demokratis :

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan televisi dapat menjadi candu (Morrisan, 2004:41) harus menyajikan acara yang bermutu.

LAPORAN HASIL MEDIA MONITORING RAKERNAS PDIP & RAPIMNAS GOLKAR

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB V PENUTUP. Prabowo-Hatta dan Jokowi-Jusuf Kalla dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan

Headline Berita Hari Ini Periode: 30/05/2014 Tanggal terbit: 30/05/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. partai politik untuk mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan presiden 2014 cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, kemudian kemunculannya disusul oleh stasiun stasiun

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sebanyak mungkin orang untuk membaca dan melihatnya.

BAB IV PENUTUP. Dari analisis berita di atas yang disiarkan oleh Metro Tv tentang aksi klaim yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. modern yang saat ini berkembang dengan pesat dan telah menjadi bagian hidup

I. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan

Analisis Isi Tema Persoalan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di stasiun TVOne dan Metro TV. Zakia Megasari Basahil.

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tak terkecuali sektor ekonomi. Berbagai sektor dalam perekonomian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

PENGARUH ORIENTASI POLITIK PEMILIK MEDIA TERHADAP PEMBERITAAN TELEVISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB VI KESADARTAHUAN DAN PREFERENSI RESPONDEN PADA IKLAN PRODUK SIRUP MARJAN


MOTIF DAN KEPUASAN PESERTA KUIS KEBANGSAAN DALAM MENGIKUTI PROGRAM ACARA KUIS KEBANGSAAN RCTI. Ruth Alvoncia Hernawan / Mario Antonius Birowo

Transkripsi:

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014 Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik (Bagian 3) Sebuah laporan penelitian Remotivi mengenai praktik pemberitaan, iklan, dan program non-berita politik di 11 stasiun televisi Muhamad Heychael

INDEPENDENSI TELEVISI MENJELANG PEMILU PRESIDEN 2014: Ketika Media Jadi Corong Kepentingan Politik Pemilik (Bagian 3) Muhamad Heychael Remotivi, 2014 Penyunting: Yovantra Arief Tim Peneliti: Fina Azmiya Grace Esther Gabriela Eriviany Gondokusumo Nadia Hanum Nadia Silvarani Rayhana Anwarie Setyo Manggala Utama Perdana Putri Suci wulan Ningsih Penelitian ini merupakan hasil kerja Divisi Penelitian Remotivi. Materi tayangan televisi yang digunakan untuk keperluan analisis diperoleh dari rekaman yang dilakukan Remotivi, dan sebagian lainnya didapat dari Komisi Penyiaran Indonesia. Penelitian ini terselenggara atas dukungan dana Yayasan Tifa. Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi laporan ini dilindungi dengan lisensi Creative Common Attribution 3.0. Hak cipta dilindungi secara terbatas Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media, penelitian, dan advokasi, yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik. remotivi.or.id kotaksurat@remotivi.or.id t: @remotivi f: Lembaga Remotivi

Pendahuluan Penelitian ini adalah bagian terakhir dari serial penelitian Remotivi mengenai Independensi televisi selama pemilu 2014. Dua penelitian sebelumnya telah dipublikasikan dengan tajuk yang sama dengan mengambil data amatan pada 1-7 November 2013 dan 1-7 Mei. Ada konteks yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (1-7 Mei). Dalam temuan kami sebelumnya, terindikasi adanya pengaruh koalisi politik pada isi siaran televisi. Dalam penelitian kali ini, eskalasinya jauh meningkat. Dalam penelitian periode 1-7 Mei kami lalu, hanya ada satu koalisi yang resmi terbentuk, yakni PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dengan Partai Nasdem (Nasional Demokrat). Hal yang berbeda terjadi pada periode amatan kali ini. Sepanjang minggu awal Mei hingga saat penelitian ini dilakukan (1-7 Juni), telah terjadi dua kesepakatan koalisi baru. Yaitu kesepakatan koalisi Gerindra dengan Golkar yang terjadi pada 19 Mei, dan disusul oleh kesepakatan Prabowo dengan Harry Tanoesoedibjo pada 22 Mei. Fakta-fakta koalisi tersebut kian menunjukkan garis demarkasi yang jelas antara dua kubu. Sebagaimana nanti dijelaskan pada sub-bab temuan, fakta koalisi ini ikut menyeret televisi yang dimilik Aburizal bakrie (TV One dan ANTV) dan Harry Tanoe (MNC TV, Global TV, dan RCTI) untuk turut menjadi sarana propaganda politik. Berlandaskan tujuan yang sama dengan dua riset sebelumnya, kami mencoba mengamati indepedensi televisi di tahun politik ini dengan melihat kencenderungan praktik penyiaran (Berita, iklan, dan program non berita) di tengah meningkatnya ekskalasi politik menjelang pemilu. Untuk tujuan itu, kami mengamati isi siaran televisi terkait dua pasang capres dan cawapres (Prabowo-Hatta Rajasa dan Jokowi-Jusuf Kalla) yang telah ditetap KPU (Komisi Pemilihan Umum) di 11 stasiun televisi. Maka, untuk mengukur independensi tiap stasiun televisi, kami meneliti program berita 1, iklan 2, dan non-berita 3. Masih sama dengan penelitian sebelumnya, pada tayangan berita kami mencatat kehadiran dua pasang capres dan cawapres melalui tiga variabel, yaitu: frekuensi 4, durasi 5, dan durasi 1 Produk berita yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program reguler berita di masing-masing stasiun televisi. Misalnya, Liputan 6 di SCTV, Metro Pagi di Metro TV, Seputar Indonesia di RCTI, dan seterusnya. 2 Iklan dalam pengertian ini adalah commercial break yang di dalamnya memunculkan lima tokoh politik sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Dengan definisi yang demikian, baik iklan politik maupun iklan komersial sekalipun, jika memunculkan salah satu tokoh politik maka akan di-coding sebagai bentuk kemunculan. Pada iklan politik kami hanya menghitung frekuensi dan durasi kemunculan. 3 Program non-berita adalah semua program di luar kategori iklan dan berita. Termasuk di dalamnya kuis, reality show, talkshow, dan lain-lain. Pada program non-berita, kami hanya menghitung kemunculan saja (frekuensi) 3. Seorang tokoh capres disebut muncul dalam program non-berita ketika tokoh capres tersebut hadir atau direpresentasikan (baik dalam bentuk nama, slogan, atau term yang menggantikan, misalnya Win- HT ) dalam tayangan. Pada praktiknya, pada satu tayangan kuis misalnya, setiap kemunculan sebagaimana definisi di atas, kami hitung sebagai satu. Dan pada sebuah program umumnya terjadi lebih dari satu kali kemunculan dan meski demikian tetap kami hitung satu. Artinya, hanya mungkin satu kemunculan pada satu program untuk tiap capres dan cawapres. 4 Frekuensi dihitung berdasarkan kemunculan tokoh politik dalam setiap item berita, iklan, dan non-berita. 5 Durasi adalah lama waktu tayang sebuah berita, iklan, dan non-berita (hitungan detik) dalam memunculkan tokoh politik.

penonjolan 6. Namun, itu saja tidak cukup. Banyaknya ruang kemunculan yang diberikan pada capres/cawapres tidak selalu menguntungkan. Untuk mengonstruksi opini publik atas seorang tokoh politik, media kerap menggunakan bingkai pemberitaan. Oleh karena itu, kami juga mengukur nada pemberitaan 7. Tak hanya itu, untuk memberi gambaran strategi framing yang dilakukan televisi terhadap masingmasing capres dan cawapres kami menambahkan variabel topik berita 8. Topik juga berguna untuk memberikan potret wacana politik kita hari ini. Selama periode pemantauan, populasi data yang kami jadikan sampel meliputi : 3.305 Berita berdurasi 500.981 detik, 1043 spot iklan berdurasi 30.482 detik, dan 191 titik kemunculan program non-berita. Berdasar data itulah kami melakukan analisis terhadap 11 stasiun televisi bersiaran nasional. Temuan: Eskalasi Politik Dalam Bingkai Konglomerasi Media Jumlah berita politik dalam periode ini meningkat tajam dibanding dengan periode pemantauan sebelumnya, hingga mencapai enam kali lipat 9. Seiring dengan itu kontestasi politik media juga ikut meningkat tajam. Hal ini misalnya tercermin dari praktik siaran televisi pasca kesepakatan koalisi politik pemiliknya. Pasca kesepakatan koalisi Gerindra dengan Golkar, pemberitaan Prabowo di TV One meningkat. Peningkatan itu terlihat dengan meningkatnya jumlah penonjolan Prabowo di TV One yang pada periode sebelumnya hanya 32% kini mencapai 70%. Seiring dengan itu berita bernada positif mengenai Prabowo juga meningkat tajam. Dalam periode sebelumnya, TV One sama sekali tidak memberi berita positif untuk Prabowo, dan dalam periode kali ini, 52% dari pemberitaan positif di TV One diberikan pada Prabowo. Hal yang sama juga terjadi pada durasi iklan Prabowo, yang pada periode sebelumnya tidak ada sama sekali, kini meroket menjadi 62%. Selaras dengan TV One, pemberitaan Prabowo di ANTV, televisi yang juga dimiliki Aburizal Bakrie, mengalami peningkatan frekuensi. Dalam periode 1-7 Mei hanya ada 20% berita Prabowo di ANTV, kini ada 32%. Penonjolan Prabowo pun meningkat dari 25%, menjadi 34%. 6 Durasi Penonjolan dalam berita adalah ketika suara (berupa kalimat yang utuh, tidak termasuk kalimat sapaan) tokoh politik muncul di dalam tayangan visual, baik diwawancarai langsung maupun ketika sedang berpidato atau beraktivitas lainnya. 7 Nada pemberitaan adalah bingkai yang diciptakan media atas sebuah berita melalui kata sifat yang terdapat pada teks/audio yang dibacakan oleh pembaca berita. Bingkai pemberitaan ini yang menghasilkan nada pemberitaan: netral, positif, dan negatif. 8 Topik merupakan ide utama berita yang menjadi tema paling dominan dalam narasi. Topik ditentukan lewat headline (judul berita) dan sub-judul. Bila pada hal tersebut belum jelas topik yang diusung, coder diminta untuk memperhatikan narasi berita secara keseluruhan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai tema utama pemberitaan. Pada peneltian ini, karena beragamnya topik-topik berita yang tidak terantisipasi oleh kategori awal yang telah dibuat, sebagian topik ditentukan secara induktif. 9 Pada periode pemantauan 1-7 Mei, jumlah berita politik yang menjadi data pemantauan berjumlah 512. Bandingkan dengan jumlah berita pada periode ini yang mencapai 3.305.

TV ONE 1-7 Mei 1-7 Juni Hatta Jusuf Prabowo Jokowi Prabowo Rajasa Jokowi Kalla Frekuensi berita 38.5% 15.2% 34% 32% 20% 14% Penonjolan dalam Berita (kemunculan dalam bentuk audio dan visual : Wawancara, pidato,dll) 32% 0% 70% 14% 14% 2% Berita positif 0% 0% 52% 44% 4% 0% Berita Negatif 0% 100% 0% 0% 80% 20% Durasi Iklan 0% 0% 62% 9% 15% 14% Kemunculan dalam program non berita 31.8% 13.6% 27% 27% 23% 23% Hal yang sama terjadi pada grup MNC. Setelah Harry Tanoesoedibjo resmi berkoalisi dengan Prabowo Subianto, mulai terlihat perubahan praktik siaran; porsi besar yang diberikan pada Partai Hanura sebelum pemilu, kini dilimpahkan pada Prabowo. Hal ini terlihat gamblang dalam praktik siaran RCTI. Pada periode sebelumnya, RCTI hanya memiliki satu berita mengenai Prabowo, dan itu pun bernada negatif. Kini Prabowo adalah tokoh capres yang paling banyak diberitakan (41%) sekaligus di tonjolkan (78%). 100% berita bernada positif yang ada di RCTI adalah berita Prabowo. Tidak hanya itu, 100% slot iklan di RCTI selama 1-7 Juni adalah milik pasangan capres nomer urut satu tersebut. RCTI 1-7 Mei 1-7 Juni Prabowo Jokowi Prabowo Hatta Rajasa Jokowi Jusuf Kalla Frekuensi berita 100% 0% 41% 27% 21% 11% Penonjolan dalam Berita (kemunculan dalam bentuk audio dan visual : Wawancara, pidato,dll) 100% 0% 78% 18% 1% 3% Berita positif 0% 0% 100% 0% 0% 0% Berita Negatif 100% 0% 0% 0% 100% 0% Durasi Iklan 0% 0% 27% 19% 27% 27% Kemunculan dalam program non berita 0% 0% 50% 50% 0% 0% Pada dua stasiun televi milik grup MNC lainnya, tren yang sama terjadi. Berita Positif mengenai Prabowo di MNC TV meningkat dari periode sebelumnya yang berjumlah 33% menjadi 55%. Total berita positif pasangan nomer urut satu di MNC TV mencapai 100% (Prabowo 55% dan Hatta 45%). Sementara di Global TV frekuensi pemberitaan Prabowo yang pada periode sebelumnya hanya

15.4% meningkat menjadi 37%. Prabowo juga adalah tokoh yang paling banyak ditonjolkan di Global TV dengan persentase mencapai 83%. Bersamaan dengan meningkatnya pemberitaan dan iklan politik Prabowo di Grup Viva dan MNC, juga terjadi pemberiaan proporsi yang tidak berimbang pada lawan politik. Jokowi adalah figur yang paling banyak diberitakan secara negatif di dua televisi milik Aburizal Bakrie (TV One 80% dan ANTV 100%). Sementara televisi yang tergabung dalam Grup MNC juga mencatatkan hal yang kurang lebih sama. Seluruh (100%) berita negatif yang ada di RCTI adalah berita Jokowi, sementara Global TV mencatat 43% berita negatif mengenai Jokowi. Fakta sebaliknya ditemukan dalam televisi milik Surya Paloh, ketua pembina Partai Nasdem, salah satu partai pengusung capres nomor urut dua. Berbeda dengan dua grup televisi lainnya, eskalasi politik yang terjadi di Metro TV lebih merupakan peningkatan serangan atas lawan politik. Pasalnya, televisi yang dimiliki oleh ketua partai rekan koalisi PDIP ini, sejak periode awal penelitian telah memberikan porsi pemberitaan yang tinggi pada Jokowi. Jumlah berita negatif mengenai Prabowo yang, dalam periode 1-7 Mei, sebesar 22% meningkat menjadi 65% dalam periode ini. Angka tersebut belum termasuk berita negatif yang diperoleh pasangan Prabowo, Hatta Rajasa sebesar 35%. Dengan demikian, seluruh berita negatif yang ada di Metro TV adalah milik pasangan nomor urut satu. Metro TV 1-7 Mei 1-7 Juni Hatta Jusuf Prabowo Jokowi Prabowo Rajasa Jokowi Kalla Frekuensi berita 12% 74.4% 17% 13% 38% 32% Penonjolan dalam Berita (kemunculan dalam bentuk audio dan visual : Wawancara, pidato,dll) 9% 75% 13% 2% 54% 31% Berita positif 3% 90% 2% 2% 51% 45% Berita Negatif 22% 0% 65% 35% 0% 0% Durasi Iklan 0% 100% 0% 0% 54% 46% Kemunculan dalam program non berita 50% 50% 4% 2% 86% 8% Serangkaian temuan di atas menujukkan bahwa isi siaran televisi bergerak seiring jalan dengan koalisi politik. Pada titik ini, sesungguhnya televisi tidak sedang mempertontonkan siaran pemilu, melainkan kenyataan bahwa media adalah bentuk komoditas yang lain. Komoditas yang bisa diperjual belikan dalam pasar politik. Independensi media dibungkam kepentingan politik dan ekonomi pemilik. Dalam dalam situasi yang demikian, publik sekadar penoton yang perhatiannya (akumulasi dalam bentuk rating) menjadi nilai tukar dalam pasar politik pemilu 2014.

Konstruksi Berita Capres Dalam Bingkai Media Partisan Secara umum isu berita politik di 11 stasiun televisi bersiar nasional selama 1-7 Juni didominasi oleh pemberitaan soal dukung mendukung capres dan cawapres. Layar televisi kita dipenuhi oleh informasi mengenai pernyataan dan deklarasi dukungan dari publik figur atau pun organisasi masyarakat. Situasi ini adalah petanda minimnya substansi yang bisa menjelaskan alasan kelompok tertentu dukung seorang capres. Yang bisa kita dapatkan hanya sebatas ujaran normatif. Kesimpulan penelitian pada periode sebelumnya belum berubah. Bahwa agenda televisi adalah agenda elit. Televisi gagal menjadi ruang publik yang mampu mengetengahkan persoalan-persoalan publik yang penting kecuali sebatas mengikuti rangkaian kegiatan pemilu yang telah ditetapkan KPU. Itulah mengapa berita mengenai deklarasi damai dan berintegritas memenuhi layar kaca kita pada periode penelitian ini. Bukan hanya itu, televisi lebih banyak melaporkan kerja kampanye masingmasing capres di berbagai wilayah Indoensia. Tak ada isu politik kecuali sorak-sorai dengan narasi semacam, Kampanye capres nomor urut satu dipenuhi oleh ribuan massa, atau Kedatangan capres nomor urut dua dinantikan publik sejak pagi hari, dll. Namun demikian, di luar isu yang umum, terdapat isu khas dua capres di televisi. Sayangnya kekhasan ini bukan merupakan hasil ketekunan untuk memberitakan apa yang jadi kepentingan publik terhadap dua capres tersebut, melainkan suara televisi partisan yang berupaya membingkai lawan politik secara negatif serta memberikan bingkai positif pada capres yang diusungnya. Dalam kerangka ini, publik tetaplah objek yang jadi sasaran agenda setting media. Di Metro TV, pelanggaran Hak Azasi Manusia dan penyalahgunaan simbol negara menjadi berita khas Prabowo yang dibingkai secara negatif. Pada isu pertama, topik berita banyak mengangkat masa lalu Prabowo yang diberhentikan dari militer akibat keterlibatannya dalam peristiwa penculikan aktivis pada tahun 1997-1998. Pernyataan Prabowo yang hendak mengangkat presiden Soeharto sebagai Pahlawan pun, oleh Metro TV, dibingkai dalam perspektif HAM dengan memberi latar belakang peristiwa kemanusian selama kekuasaan Soeharto.

Topik Berita Negatif Prabowo di Metro TV 1-7 Juni 2014 24% 24% 21% 5% 6% 10% 10% Sementara dalam topik soal penyalahgunaan lambang negara, simbol garuda merah yang digunakan pasangan capres nomer urut satu, yang dinilai menyalahi aturan perundangan, menjadi strategi pembingkaian negatif Metro TV. Tak hanya itu, Metro TV juga kerap menurunkan berita yang mempersoalkan sikap nasionalisme Prabowo yang dikatakan oleh adiknya Hasim sebagai pro- Amerika Serikat. Topik Berita Positif Jokowi di Metro TV 1-7 Juni 2014 59% 9% 8% 12% 12% Dukungan Kinerja Ormas Pada Pemda DKI Capres/ Cawapres Survey Politik Profil Lainnya

Sementara itu, di Metro TV, Jokowi adalah figur yang didukung publik, terlihat dari banyaknya berita positif mengenai dukungan organsisasi masyarakat padanya. Kinerja sebagai gubernur DKI Jakarta juga mendapatkan pemberitaan yang positif, selain survey politik yang selalu menempatkannya lebih unggul atas kubu capres nomor urut satu. Jokowi pun ditampilkan sebagai sosok yang sederhana dengan, misalnya, menunggang bajaj ketika hendak mengambil nomor urut di KPU. Topik Berita Negatif Jokowi di TV One 1-7 Juni 2014 25% 25% 25% 25% Dugaan Pelanggaran Kampanye Dugaan KTP Jokowi Palsu Korupsi (Trans Jakarta) Lainnya Hal berbeda terjadi di TV One. Bila di Metro TV kinerja Jokowi di DKI Jakarta dibingkai sebagai prestasi, maka di TV One pemberitaan menyoal ini cenderung negatif, dengan penekanan pada kasus, misalnya tentang korupsi TransJakarta. Bahkan lebih jauh, TV One pernah secara khusus mengangkat berita mengenai KTP palsu Jokowi. Terdapat pula berita tentang video wawancara Jusuf Kalla yang tidak setuju dengan pencapreasan Jokowi, atau bahkan berita kemacetan yang diakibatkan oleh kampanye Jokowi.

Topik Berita Positif Prabowo di TV One 1-7 Juni 2014 50% 25% 25% Survey Politik Dukungan Ormas Pada Capres/cawapres Lainnya Wajah Prabowo sebagai pelanggar HAM di Metro TV dipulas dengan cara berbeda oleh TV One. Di TV One, Prabowo adalah figur yang dicintai publik; kita disuguhkan pada tayangan-tayangan yang menggambarkan banyaknya aliran dukungan organisasi massa. Survey versi TV One pun selalu mengunggulkan Prabowo. Singkat kata, apa yang kita saksikan di Metro TV dan TV One adalah representasi wajah media partisan, yang hanya pandai bernarasi dari satu sisi. Media partisan membunuh kesempatan publik untuk melihat kompleksitas figur capres yang ada. Kita tidak akan menemukan kompleksitas rekam jejak dan gagasan capres yang komprehensif dan berimbang. Media partisan mengungkap sambil, pada saat bersamaan, menyembunyikan. Dengan sendirinya, media partisan melakukan sensor atas hak publik akan informasi. Serangkaian fakta ini kemudian mengarahkan kita pada tanya yang sulit dijawab; benarkah hari ini kita tengah menikmati kebebasan pers?