PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PERTAMA PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLUERAGE DI PUNGGUNG DENGAN ABDOMEN TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI IBU NIFAS DI RUANG TERATAI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

1

Sekar Laras Amerli Andriani *) Rahardjo Apriyatmoko, SKM., M. Kes **), Puji Lestari, S.Kep., Ns., M. Kes (Epid)***)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA KARYAWAN DI YAYASAN NGUDI WALUYO UNGARAN ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

KORELASI LAMA INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP PENGELUARAN ASI DI PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / EFEKTIFITAS BREAST CARE POST PARTUM TERHADAP PRODUKSI ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

GAMBARAN PARITAS DAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN TENTANG PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI BPM HUSNIYATI PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

PENGARUH PENATALAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO, Wirdawty S.

PENGARUH PELATIHAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS PRIMIPARA TERHADAP KETRAMPILAN DALAM MENYUSUI

HUBUNGAN ANTARA JENIS PERSALINAN DENGAN KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI DESA MRANGGEN KECAMATAN JATINOM KLATEN MEILANI YUDI ARINI INTISARI

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

GAMBARAN PENGETAHUAN, MOTIVASI IBU NIFAS DAN PERAN BIDAN TERHADAP BOUNDING ATTACHMENT DI RUANG KEBIDANAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER TAHUN

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Volume 08, Nomor 01, Juni 2017 Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI RSUD dr.soegiri KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

ST NURRAHMAH, S.ST AKADEMI KEBIDANAN KONAWE. Jl. Letj.DII Panjaitan No.217, Unaaha, Konawe Sulawesi Tenggara. Telp/Fax (0408)

Daftar Pustaka : 44 ( ) Kata Kunci : Perilaku Bidan, Inisiasi Menyusu Dini

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

Linda Januarti Kamariatmi*), Sigit Ambar W.**), Gipta Galih Widodo***)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN IMD PADA PASIEN PASCA PERSALINAN DI BPM RATNA WILIS PALEMBANG TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KETERAMPILAN MENYUSUI YANG BENAR PADA IBU NIFAS. Ansik Khoiriyah* Ravita Prihatini**

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP TANDA KECUKUPAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PROSES PENGELUARAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH

Sugiarti dan Vera Talumepa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN PAKET EDUKASI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI TERHADAP KETERAMPILAN IBU MENYUSUI DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA. Karya Tulis Ilmiah

Dinamika Kebidanan vol. 1 no. 2 Agustus 2011

KEBERHASILAN BOUNDING ATTACHMENT. Triani Yuliastanti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS LAU BARANDASI MAROS

NASKAH PUBLIKASI RIYAN ROSSALIN NIM I

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

PENGARUH TEKNIK MARMET TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NOGOSARI KARYA TULIS ILMIAH

EFEKTIFITAS METODE KANGURU TERHADAP KECUKUPAN ASI PADA BAYI CUKUP BULAN DI RB KHADIJAH MEDAN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

MENGATASI MASALAH PENGELUARAN ASI IBU POST PARTUM DENGAN PEMIJATAN OKSITOSIN. Novia Tri Tresnani Putri, Sumiyati

Erlina Hadi Nur Pratiwi*), Auly Tarmaly**), Rosalina***)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 7 12 BULAN DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN TEHNIK MARMET DAN BREAST CARE DI RSUD KARANGANYAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG KERUGIAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI BPS MEI MUHARTATI YOGYAKARTA TAHUN 2009

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

Mahakam Midwifery Journal, Vol 2, No. 1, Mei 2017 : ARTIKEL PENELITIAN

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DI DESA SEI KOPAS KECAMATAN BANDAR PASIR MANDOGE

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin (Suherni, 2009).

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP LAMA PENGELUARAN PLASENTA PADA KALA III PERSALINAN DI RB PATEN REJOWINANGUN UTARA KOTAMADIA MAGELANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI PADA MASA NIFAS DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

Transkripsi:

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP WAKTU PENGELUARAN ASI PERTAMA PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL OLEH Umei Tantina 030113b027 PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PENGELUARAN ASI PERTAMA PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS Umei Tantina*) Yuliaji Siswanto, SKM., M.Kes (Epid)**) Eko Susilo, S.Kep., Ns., M.Kep***) *) : Mahasiswa Alumni STIKES Ngudi Waluyo **) : Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat Ngudi waluyo ***) : Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Ngudi Waluyo ABSTRAK Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan suatu program untuk mendukung ASI eksklusif. Selain dapat meningkatkan ikatan kasih sayang IMD diasumsikan dapat membantu pengeluaran ASI pertama. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh IMD terhadap waktu pengeluaran ASI pertama pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimen dengan rancangan non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang melahirkan di BPS wilayah kerja puskesmas Bergas Desember 2014-Januari 2015, terdapat 2 kelompok sampel penelitian (intervensi & pembanding) dengan masing-masing kelompok sebanyak 10 ibu post partum dengan BPS yang berbeda dengan teknik quota sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi penelitian. Hasil penelitian pada kelompok ibu yang IMD rata-rata waktu pengeluaran ASI pertama 9,60 jam dan pada kelompok ibu yang tidak IMD 21,65 jam. Melalui uji t-tes independen didapat perbedaan bermakna waktu pengeluaran ASI pertama antara kelompok ibu yang IMD dan kelompok yang tidak IMD dengan p-value 0,00001 < α (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh IMD terhadap waktu pengeluaran ASI pertama di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan kepada ibu untuk mau melakukan program inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir untuk mendukung praktek ASI eksklusif. Kata Kunci : Inisiasi menyusu dini, Pengeluaran ASI Kepustakaan : 25 pustaka (2003-2013) ABSTRACT Early breatsfeeding initiation is a program to support exclusive breastfeeding. In addition to intensify bounding attachment, it can also help to flow first milk. This study aimed to find the influence of early breastfeeding initiatiaon toward the time of flowing first milk in puerperal women in the working area of Bergas Public Health Centre, Semarang Regency.

This was a pre experimental study with non equivalent control group. The population was all puerpural women in the working area of BPS in Bergas health centre from December 2014 to January 2015, the samples were 2 different groups (intervention & control groups) which consisted of 10 puerperal women using quota sampling technique. The data instrument in this study used observation sheets. The results of the study showeded the group who did early breastfeeding initiation had the average time of flowing the first milk which was 9,60 hours and the other group which did not do it had the average time of flowing the first milk which was 21,65 hours. The results of independent t-test showeded significant difference of flowing the first milk between the first and second group with p- value of 0,00001 < α (0,05). The results of the study indicated that there was an influence of early breastfeeding initiation toward the time of flowing first milk in puerpural women in the working area of Bergas Public Health Centre, Semarang regency. For the mothers should do early breastfeeding initiation program to support exclusive breastfeeding. Keywords : Early Breastfeeding Initiation, The time of flowing first milk PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indakator penting dalam menetukan tingkat kesehatan masyarakat. Banyak tindakan yang mudah dan relatif murah diterapkan untuk mengurangi kematian bayi baru lahir hidup. Salah satunya dengan pemberian dini air susu ibu pada bayi segera setelah lahir yang disebut dengan inisiasi menyusu dini serta pemberian ASI eksklusif (UNICEF, 2007). Pencapaian target Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di Indonesia adalah 80%, ini masih terlihat terlalu tinggi karena tren ASI eksklusif justru menurun. Kebijakan pemerintah untuk mendukung pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 237/1997, PP No. 69/1999, Kepmenkes No. 450/2004, dianalisis menggunakan pendekatan konten, konteks, proses dan aktor serta kerangka kerja koalisi advokasi. Salah satu program dari pendekatan tersebut yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Rawat Gabung. IMD sendiri mulai diperkenalkan dan berjalan di Indonesia pada tahun 2007 (Maryuni, 2012). Riksani (2012) menyatakan bahwa alasan ibu yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif bermacam-macam. Angga- pan yang paling sering berkembang di masyarakat adalah tidak keluarnya ASI dan jumlah ASI yang dianggap kurang. Hal ini membuat ibu panik karena merasa kasihan saat mendengar tangisan bayi. Maka keputusan yang diambil oleh ibu adalah memilih alternatif lain dengan memberikan susu formula. Sungguh hal tersebut sangat disayangkan. Ibu tidak akan mengambil keputusan tersebut jika ASI cepat keluar pada ibu post partum pada hari pertama (1x24 jam) setelah melahirkan sehingga ibu atau keluarga tidak memilih alternatif lain yaitu memberikan susu formula. Selain itu juga bahwa pada 2x24 jam pertama bayi baru lahir memiliki simpanan energi di dalam tubuh ber-

upa glukosa (glikogen) (Coad & Dunstal, 2007). Waktu Pengeluaran ASI pertama adalah pengeluaran hasil produksi ASI dimana dikatakan ASI keluar secara normal pada hari pertama (1x 24 jam). Secara umum anyak faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu penyakit yang diderita, ketenangan jiwa dan pikiran, kelelahan saat bersalin, umur kehamilan saat melahirkan, pengkonsumsian rokok dan alkohol selama kehamilan, berat lahir bayi waktu lahir, dan faktor hisapan bayi (Prasetyono, 2009). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. IMD bukan program menyusui bayi, tetapi bayi yang aktif mencari puting susu ibu. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara ibu (Roesli, 2012). Program IMD juga telah lama digalakkan di Kabupaten Semarang untuk menunjang ASI eksklusif. Semakin tinggi angka ASI eksklusif menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan bayi di wilayah tersebut. Jumlah bayi (0-6 bulan) yang diberikan ASI eksklusif di Kabupaten Semarang pada tahun 2013, dari 6.614 bayi hanya 2400 bayi (36%) yang diberikan ASI eksklusif. Kabupaten Semarang terbagi menjadi 19 Kecamatan dan Kecamatan Klepu/Bergas dengan wilayah kerja Puskesmas Bergas yang memiliki jum-lah balita ter- banyak yaitu 492 bayi namun jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif hanya sejumlah 97 bayi (19,72%) dengan berbagai faktor penyebab (Kesga Gizi Kabupaten Semarang, 2013). Puskesmas Bergas dalam pelaksanaan memberikan layanan kese- hatan terutama masalah kesehatan ibu dan bayi, dibantu oleh BPS (Bidan Praktik Swasta) yang ter cakup dalam wilayah kerjanya. Pelaksanaan IMD ini memang tidak terlepas dari peran bidan namun diperlukan juga pengetahuan ibu terhadap program ini. Penolakkan dilakukannya IMD oleh ibu akibat kurangnya pengetahuan tersebut menjadi penghambat penerapan/pemberian penatalaksanaan IMD di BPS. Hal ini lah membuat pelaksanaan IMD oleh bidan telah diterapkan dan ada sebagian yang tidak menerapkan atas permintaan/penolakan ibu. Penelitian ini bertujuan umum untuk menganalisis pengaruh pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap waktu pengeluaran ASI pertama dan tujuan khusus untuk menga-nalisis secara univariat dan bivariat. Penelitian ini diharapkan pene-litian ini dapat bermanfaat bagi responden, institusi pendidikan, tenaga kesehatan dan bagi peneliti sendiri. METODE PEBNELITIAN Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimen dengan rancangan non equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu yang melahirkan di BPS wilayah kerja puskesmas Bergas Desember 2014-Januari 2015, terdapat 2 kelompok sampel penelitian yang dilakukan IMD & dan yang tidak dilakukan IMD dengan masingmasing kelompok sebanyak 10 ibu post partum dengan BPS yang berbeda dengan teknik quota sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat pengumpulan data pada variabel terikat yaitu waktu pe-

ngeluaran ASI menggunakan lembar observasi berupa master table. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara prosepektif. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu pada kelompok yang dilakukan IMD, pengobservasian dimulai saat satu jam setelah ibu post partum melakukan IMD untuk mengukur waktu pengeluaran ASI pertama (variabel terikat) serta mencatat pada lembar observasi berupa master table. Sedangkan pada kelompok yang tidak dilakukan IMD hanya mengukur dengan pengobservasian pada waktu pengeluaran ASI setelah 1 jam bayi lahir. Hasil pengukuran baik dari kelompok yang dilakukan IMD dan yang tidak dilakukan IMD disimpan pada file tertutup. Analisis yang digunakan dalam pene-litian ini adalah analisis univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN Gambaran Waktu Pengeluaran ASI Pertama pada Kelompok di Lakukan IMD Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini Waktu Pengelua ran ASI Kelompok kukan f Yang dila IMD Persentase (%) Normal 9 90,0 Tidak 1 10,0 Normal Jumlah 10 100,0 waktu pengeluaran ASI pertama responden terbanyak adalah kategori normal ( 24 jam) yaitu sebanyak 9 ibu (90,0%), sedangkan responden yang memiliki waktu pengeluaran ASI-nya tidak normal ( >24 jam) hanya 1 ibu (10,0%). Gambaran Waktu Pengeluaran ASI pada Kelompok yang Tidak Dilakukan IMD Tabel.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Yang Tidak Dilakukan Inisiasi Menyusu Waktu Pengelua ran ASI Kelompok dilakukan f yang tidak IMD Persentase( %) Normal 6 60,0 Tidak 4 40,0 Normal Jumlah 10 100,0 Hasil pada tabel 2 menunjukkan bahwa responden pada kelompok ibu post partum yang tidak inisiasi menyusu dini memiliki waktu pengeluaran ASI pertama normal ( 24 jam) sebanyak 6 ibu (60,0%) dan yang memiliki waktu pengeluaran ASI pertama tidak normal (> 24 jam) sebanyak 4 ibu (40,0%). Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada kelompok ibu post partum yang dilakukan inisiasi menyusu dini,

Pengaruh Inisisasi Menyusu Dini Terhadap Pengeluaran ASI Pertama Pada Ibu Post Partum Tabel 3 Perbedaan Waktu Pengeluaran ASI Dalam 24 Jam Pertama Pada Kelompok yang Dilakukan IMD dan Kelompok yang Tidak Dilakukan IMD di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang, 2014-2015 Variabel Kelompok F Mean SD p-value Waktu Dilakukan IMD 10 9,600 0,525 0,00001 Pengeluaran ASI Tidak Dilakukan IMD 10 21,650 0,357 Hasil dari tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata waktu pengeluaran ASI pada kelompok ibu yang dilakukan inisiasi menyusu dini sebesar 9,600 jam (mean hasil transformasi data 2,129) yang lebih kecil dibandingkan pada kelompok ibu yang tidak inisiasi menyusu dini sebesar 21,650 jam (mean hasi transformasi data 3,007). Hal ini menunjukkan bahwa waktu pengeluaran ASI pada kelompok ibu yang inisiasi menyusu dini 2 x lebih cepat dibandingkan kelompok ibu yang tidak inisiasi menyusu dini. PEMBAHASAN Gambaran Waktu Pengeluaran ASI Pada Kelompok yang Dilakukan IMD Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden pada kelompok ibu post partum yang diberikan inisiasi menyusu dini sebagian besar merupakan ibu dengan paritas primipara dan memiliki rentang usia reproduktif (20-35 tahun). Responden yang dilakukan intervensi yaitu inisiasi menyusu dini (IMD) hampir seluruhnya memiliki waktu pe-ngeluaran ASI pertama normal. Inisiasi menyusu dini ini dilakukan segera setelah bayi lahir sesuai prosedur IMD. Hasil dari pengobservasian yang dilakukan, waktu pengeluaran ASI pertama ibu tercepat setelah dilakukan inisiasi menyusu dini adalah 3,33 jam dan waktu pengeluaran ASI pertama ibu terlama adalah 24,75 jam (masuk dalam ketegori waktu pengeluaran ASI yang tidak normal). Menurut Maryuni (2012) inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan program yang telah lama dianjurkan pemerintah. Inisiasi menyusu dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif dan dapat menekan angka kematian bayi hingga 22 %. IMD dilakukan langsung setelah lahir, dimana program ini memberikan rangsangan secepat mungkin pada puting susu ibu. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, responden yang waktu pengeluaran ASI pertamanya tidak normal (10%) memiliki payudara yang kecil sehingga menimbulkan kekhawatiran tidak keluarnya ASI. Kekhawatiran ini menimbulkan rasa kurang percaya diri pada ibu dalam menyusui bayinya. Ibu merasa dirinya tidak mampu mencukupi kebutuhan ASI untuk bayinya nanti. Seorang ibu tetap akan bisa menyusui bayinya karena payudara perempuan dirancang untuk memproduksi air susu. Hal lain yang dapat mendorong timbulnya reflek mengeluarkan air susu adalah ketenangan dan rasa

percaya pada diri ibu. Oleh karena itu ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara berlebihan (Coad & Dun-stal, 2007). Gambaran Waktu Pengeluaran ASI pada kelompok yang Tidak Dilakukan IMD Responden kelompok yang tidak dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sebagian besar (60,0%) waktu pengeluran ASI pertama mereka keluar dengan normal. Berdasarkan hasil peng-matan yang dilakukan pada 6 ibu post partum ini, meskipun tidak dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) para ibu memiliki kemauan untuk menyusui bayinya. Ibu post partum pada kelompok ini mulai menyusui bayinya ketika selesai d- iobservasi selama dua jam pertama setelah persalinan dengan didampingi oleh suami ataupun keluarga pendamping persalinan. Menurut Sulistyawati (2009) bahwa faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI selain rangsangan berupa hisapan efektif pada puting susu ibu, kondisi psikis ibu juga sangat mempengaruhi pengelua-ran dan produksi ASI. Dukungan suami dan keluarga dapat me-nimbukan rasa percaya diri ibu bahwa dirinya mampu memberikan ASInya kepada bayi-nya. Kondisi psikis merangsang hipofisis anterior ibu untuk melepaskan hormon prolaktin sebagi hormon yang mem- produksi ASI. Adapun responden yang waktu pengeluaran ASInya > 24 jam yaitu 4 ibu (40,0%) menolak dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD) karena faktor rasa lelah setelah melahirkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, 2 ibu merasakan kelelahan akibat terlalu lama menghadapi rasa nyeri karena kontraksi otot dinding rahim. Rasa nyeri membuat ibu sedikit istirahat bahkan tidak tidur selama proses persalinannya. 2 responden yang lain adalah ibu yang mengalami nyeri akibat kontraksi otot din-ding rahim setelah keluarnya plasenta. Rasa nyeri dipicu oleh suntikan oksitosin yang diberikan kepada ibu segera setelah bayi lahir untuk melahirkan pla-senta, sehingga saat akan dilakukan IMD ibu menolak karena merasa tidak nyaman. Rasa nyeri inilah yang menjadi faktor kelelahan ibu. Hal ini membuat respon ibu pada bayinya menjadi berkurang sehingga membuat ibu menolak untuk menyusui bayi. Tangisan bayi membuat ibu semakin gelisah dan tertekan sehingga mengganggu proses let down reflex. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Waktu Pengeluaran ASI Pertama pada Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa rata-rata waktu pengeluaran ASI pada kelompok ibu yang dilakukan inisiasi menyusu dini sebesar 9,600 jam (mean hasil tranformasi 2,129) yang lebih kecil dibandingkan pada kelompok ibu yang tidak inisiasi menyusu dini sebesar 21,650 jam (mean hasil transformasi 3,007). Hal ini menunjukkan bahwa waktu pengeluaran ASI pertama pada kelompok ibu yang inisiasi menyusu dini 2 x lebih cepat dibandingkan kelompok ibu yang tidak inisiasi menyusu dini. Hasi dari uji t independen, didapatkan nilai p-value sebesar 0,00001<(0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan waktu pengeluaran ASI pertama antara kelompok ibu yang dilakukan inisiasi menyusu dini dan

kelompok ibu yang tidak inisiasi menyusu dini. Hal ini menunjukkan juga bahwa ada pe-ngaruh inisiasi menyusu dini (IMD) terhadap waktu penge-luaran ASI pertama pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Ransangan mekanik terjadi saat bayi menyusu. Gerakan menyedot dan memeras aerola dari mulut bayi ini membuat ASI ter-pancar keluar. Bayi baru lahir memiliki refleks mencari puting susu (rooting reflex) dan refleks pengisapan yang sangat kuat (suc-kling reflex). Pelepasan ASI be-rada dibawah kendali neuroendo-krin. Rangsangan sentuhan payu-dara (bayi menghisap) akan me-rangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hor-monhormon laktasi. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus lactiferus. Hisapan juga merangsang produksi hormon prolaktin (milk production reflex) dan hormon oksitosin (let down reflex) oleh kelenjar hypofisis posterior. Rangsangan pendenga-ran dan penglihatan ibu juga dapat mempengaruhi kelenjar pituitary posterior (Sulistyawati, 2009). Responden yang dilakukan inisiasi menyusu dini akan mendapatkan rangsangan pada puting ibu oleh hisapan bayi. Semakin cepat ada rangsangan hisapan dari puting ibu, maka proses pengeluaran air susu (ASI) akan cepat. Hal ini tentu selaras dengan adanya program IMD yang memanfaatkan reflek yang d- imiliki bayi baru lahir yaitu reflek mencari pu-ting susu ibu, reflek menghisap dan reflek menelan. Kelancaran pengeluaran ASI tergantung pada hisapan pada puting yang merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon prolaktin yang mengatur selsel alveoli memproduksi ASI yang dikumpulkan di saluran-saluran air susu yang disebut refleks prolaktin (milk production reflex). Hisapan bayi juga menghasilkan hormon oksitosin yang membuat otot-otot serabut halus disekitar payudara (alveoli) berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar yang disebut refleks oksitosin (let down reflex). Bayi baru lahir pun memiliki refleks mencari puting susu (rooting reflex) dan refleks penghisapan yang sangat kuat (suckling reflex). Inilah sebabnya hisapan pertama bayi begitu penting untuk pengeluaran ASI yang pertama (Co-ad & Dunstal, 2007). Berdasarkan hasil pengama-tan yang dilakukan, selama proses inisiasi menyusu dini (IMD) terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi. Selain mendapatkan rang-sangan pada puting susu lebih cepat, kontak kulit ini bermanfaat untuk melindungi bayi dari kehilangan panas tubuhnya dan menimbulkan perasaan emosional antara ibu dan bayi. Res-ponden yang dilakukan IMD saat bayi diletakkan di atas perut, ibu me-megang, membelai dan memeluk bayinya. Perilaku seperti ini mempengaruhi psikis ibu yang juga mempengaruhi pengeluaran hor-mon produksi ASI. Hal inilah mengapa sangat dianjurkan dilakukannya program IMD, karena IMD memiliki dua sisi manfaat yaitu segi hisapan aktif dari bayi sebagai rangsangan pada hormon oksitosin dan segi psikologi yaitu ikatan antara ibu dan bayi (bounding attacment). Dua hal tersebutlah yang mem-buat IMD

sangat berpengaruh terhadap waktu pengeluaran ASI pertama. Ibu pada kelompok yang mau melakukan inisiasi menyusu dini tentunya mendapatkan rang-sangan hisapan aktif dan psiko-logis lebih cepat untuk menge-luarkan hormon-hormon laktasi (oksitosin dan prolaktin) dibandingkan ibu yang tidak inisiasi menyusu dini. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tripudjiastuti (2013) tentang hubungan inisiasi menyusu dini dengan produksi ASI pada ibu pasca bersalin di kecamatan Bawen, dengan menggunakan uji chi squre diperoleh nilai X² hitung 4.286 X² tabel 3,841, menyatakan hasil penelitian ada hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan produksi ASI. KESIMPULAN 1. Waktu pengeluaran ASI pertama ibu post partum pada kelompok yang dilakukan inisiasi menyusu dini dengan presentase tertinggi responden yang memiliki kriteria waktu pengeluaran ASI normal ( 24 jam) sebanyak 9 ibu (90%) 2. Waktu pengeluaran ASI pertama ibu post partum pada kelompok yang tidak dilakukan inisisai menyusu dini dengan presentase tertinggi responden yang memiliki kriteria waktu pengeluaran ASI normal ( 24 jam) sebanyak 6 ibu (60%). 3. Ada pengaruh inisiasi menyusu dini (IMD) terhadap waktu pengeluaran ASI pertama pada ibu post partum di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang dengan hasil p-value = 0,00001 yang berarti p-value < (0,05). Waktu pengeluaran ASI pertama pada kelompok ibu post partum inisiasi menyusu dini 2 x lebih cepat dibandingkan kelompok ibu post partum yang tidak inisiasi menyusu dini. SARAN Diharapkan kepada ibu untuk mau melakukan program inisiasi menyusu dini segera setelah bayi lahir untuk mendukung praktek ASI eksklusif. DAFTAR PUSTAKA Coad J & Dusntal M. 2007. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta: EGC Kesga Gizi. 2014. Jumlah Bayi Diberi ASI Eksklusif (0-6 bulan) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskes-mas Kabupaten/kota Semarang Tahun 2013. Dinas kesehatan Kabupaten Semarang. Maryuni, Anik. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi (Cetakan Ke 3). Jakarta: Trans Info Media Prasetyono, Dwi S. 2009. ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press Roesli, Utami. 2012. Panduan Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Riksani, Ria. 2012. Keajaiban Air Susu Ibu. Jakarta: Dunia Sehat Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offset Tripudjiastuti, Ignasia (20013). Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Produksi ASI Pada Ibu Pasca Bersalin Di

Kecamatan Bawen Kabupaten semarang. Karya Tulis Ilmiah. Hal 48: 1 Breast Crawl, Breast Crawl.org. (diakses 14 Augustus 2014) UNICEf, Breast Crawl ;2007. Initiation of Breastfeeding by