LAPORAN SOSIALISASI PERUBAHAN AKREDITASI DAN PENINGKATAN BUDAYA MUTU PENDIDIKAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Oleh: Prof. Dr. Johannes Gunawan,SH.,LL.M Koordinator Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI. Disusun oleh:

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

Oleh: Tim Pengembang SPMI, Ditjen Dikti, Kemdikbud

Oleh: Prof. Dr. Johannes Gunawan,SH.,LL.M Ketua Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) Titiek Widyastuti. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pedoman. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

2016, No Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 201

Oleh: Tim Pengembang SPMI Ditjen Dikti, Kemdikbud

Kebijakan Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

1.2 Dasar Hukum Dasar hukum implementasi Sistem Penjaminan Mutu (SPM) Dikti adalah UU Dikti. Didalam UU Dikti terdapat pasal-pasal yang relevan

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

Kebijakan Nasional Sistim Penjaminan Mutu Internal

Pedoman. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

UNIVERSITAS PERJUANGAN BUKU I KEBIJAKAN SPMI

MEMBANGUN PERGURUAN TINGGI BERBUDAYA MUTU Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 17

Sosialisasi Permenristekdik0 No. 62 Tahun 2016 Tentang SPM Dik0

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PENDIDIKAN AKADEMIK - PENDIDIKAN VOKASI - PENDIDIKAN PROFESI - PENDIDIKAN JARAK JAUH

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi (Pengalaman Praktis di Universitas Warmadewa Denpasar)

KEBIJAKAN NASIONAL SISTEM PENJAMINAN MUTU PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA

Pedoman Sistem Penjaminan Mutu Internal Pendidikan Akademik Pendidikan Vokasi Pendidikan Profesi Pendidikan Jarak Jauh

K E B I J A K A N S I S T E M P E N J A M I N M U T U I N T E R N A L S T I K E S H A R A P A N I B U J A M B I

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan

LAPORAN AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL (AMAI) TAHUN AKADEMIK

BAB VI PENUTUP Kesimpulan 1. Implementasi Kebijakan Penjaminan Mutu Pada Perguruan Tinggi

Oleh: Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PANDUAN PEMBENTUKAN ORGANISASI MUTU ITS

Pedoman. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Penyelenggaraan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi di Indonesia

BUKU PROSEDUR MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU INSTITUT AGAMA ISLAM DDI POLMAN

PANDUAN PELAKSANAAN KERJA

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH

Agreement Comparison Strategi Penerapan Sistem Penjaminan Mutu di Universitas PGRI Palembang

SPMI Politeknik Negeri Jakarta

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

BUKU RENCANA PROGRAM KERJA LEMBAGA PENJAMIN MUTU DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA (LPMPSDM)

PENERAPAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DI UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL PADA PERGURUAN TINGGI

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI BERBASIS AKREDITASI

Bab II Model Dasar Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT)

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

STMIK MUSIRAWAS Jl. Jendral Besar H.M Soeharto RT.08 Kelurahan Lubuk Kupang Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau DOKUMEN STANDAR

PENGELOLAAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERAN SPMI BAGI PENINGKATAN KUALITAS PT

KEBIJAKAN SPMI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN

Penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal di Universitas Telkom

DOKUMEN SPMI 5. oleh : Titiek Widyastuti Kepala Bidang Penjaminan Mutu Internal BPM UMY Fasilitator SPMI Anggota Majlis Dikti PP Aisyiyah

PROFIL BADAN PENJAMIN MUTU INTERNAL (BPMI) PENYUSUN: TIM BPMI UNP UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Manual Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG. Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved

Oleh: Tim Pengembang SPMI. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Manual dan Prosedur Operasional Baku (POB) Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Serambi Mekkah. Badan Penjaminan Mutu

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ABULYATAMA

BAB I SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

Tinjauan Manajemen Unit Jaminan Mutu

BADAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Rapat Tinjauan Manajemen Tahun Akademik 2014/2015

ABDURAHMAN ADISAPUTERA BAN-PT

Bidang keuangan terbukti dengan transparansi dalam penganggaran, pengelolahan, penggunaan dan pengawasan keuangan. Dalam hal

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

KEBIJAKAN SPMI-PT LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016

PETA MASALAH DALAM AKREDITASI PRODI BERDASARKAN ISIAN BORANG AKREDITASI

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

Disajikan pada pelatihan sistem penjaminan mutu akademik Agustus 2008 KOPERTIS WILAYAH III 1

2 Menetapkan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Pre

JOB DESCRIPTION. ( Rincian Tugas )

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB I SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI

STANDAR MUTU UNIVERSITAS BUNG HATTA. Diterbitkan oleh : BADAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU (BP3M)

AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN INSTITUSI

PEDOMAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

SALINAN KEBIJAKAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

Pengorganisasian dan Sosialisasi SPMI

36 BAB III. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI)

MANUAL MUTU SPMI UNIGAL

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

PENDIDIKAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PROFESIONAL. Prof. Dr. Hj. Nunuy Nur Afiah, SE, M.Si, Ak, CA Ketua IAI KAPD

MANUAL MUTU UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG AKREDITASI PROGRAM STUDI DAN PERGURUAN TINGGI

KENDALA DALAM IMPEMENTASI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI (PDDIKTI)

Manado Februari 2016 Koordinator dan Tim Penjaminan Mutu PPDSN FK Unsrat. dr. Corry N. Mahama, SpS

Manual Mutu Akademik UNIVERSITAS SAMUDRA

PELUANG DAN TANTANGAN MENGHADAPI AKREDITASI PENDIDIKAN TINGGI BERDASARKAN UU 12/2012

BAB I MANUAL MUTU AKADEMIK UNIVERSITAS ISLAM MALANG

DOKUMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TIM UJM UNDIKSHA

KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN

Transkripsi:

LAPORAN SOSIALISASI PERUBAHAN AKREDITASI DAN PENINGKATAN BUDAYA MUTU PENDIDIKAN TINGGI Latar Belakang Perguruan tinggi sebagai suatu satuan pendidikan harus memiliki berbagai pedoman penyelenggaraan, antara lain tentang struktur organisasi (Pasal 52 UU No 19 Th 2005). Untuk menjaga mutu penyelenggaraan dan mutu produk, diaturlah organisasi, tata kerja lembaga, dan tatacara penjaminan mutu pendidikan (KepMendiknas No 087/0/2003). Dengan berbagai aturan diharapkan masyarakat dapat mengawal penyelenggaraan pendidikan yang memenui standard mutu tertentu di mana lulusanya dapat bersaing. Pendidikan yang melahirkan lulusan berkualitas, harus memadukan budaya dan keseluruhan aspek kehidupan (Tilaar, 2000, 15). Organisasi pendidikan dipandang oleh berbagai pihak sebagai organisasi bidang bisnis, dimana organisasi tersebut membutuhkan manusia yang berkualitas (Pfeffer, 1996,19). Semakin tingggi budaya bisnis suatu masyarakat semakin tinggi pula tuntutan dan kompetisi kualitas manusia. Tuntutan kualitas manusia yang semakin tinggi akan sejalan dengan tuntutan organisasi penyelenggaraan pendidikan tinggi yang semakin baik. Perguruan Tinggi memiliki ciri keunikan dan kekomplekan. Kondisi unik dan kompleks itu terletak pada keanekaragaman sumber-sumber organisasi perguruan tinggi. Jika penyelenggara kegiatan akademik memiliki latar budaya yang beragam maka kemungkinan kampus akan tercerai-berai secara kultural. Oleh karena itu, diperlukan tingkat koordinasi dan adaptabilitas yang tinggi diantara pimpinan perguruan tinggi (Bartky, 1956,12). Organisasi perguruan tinggi yang baik adalah organisasi perguruan tinggi yang secara kultur terintegrasi. Kultur perguruan tinggi yang terintegrasi ada pada struktur organisasi 1

perguruan tinggi yang birokratis. Namun, struktur organisasi perguruan tinggi yang bercirikan birokrasi yang sentralistik perlu dikaji ulang (Bachor & Andriyani, 2005,5). Oleh karena itu, pimpinan perguruan tinggi harus memahami peranan-peranan dan hubunganhubungan antar orang yang ada. Hubungan antara pimpinan, dosen, dan karyawan perguruan tinggi swasta biasanya didasarkan atas persamaan kegiatan dan kepentingan. Persamaan dan perbedaan itu akan melahirkan kelompok kelompok. Secara alamiah, keberadaan kelompok atau klik, atau organisasi informal tidak dapat dihindarkan. Kelompok merupakan ikatan yang sangat berpengaruh terhadap keseluruhan lingkungan motivasional individu (Nadler & Lawler, dalam Staw, 1991,47). Perbaikan mutu menjadi semakin penting dengan meningkatnya persaingan dalam era liberalisasi ini. Otonomi yang semakin besar, harus diimbangi oleh peningkatan tanggung jawab. Lembaga pendidikan tinggi harus bisa mendemonstrasikan bahwa lembaga tersebut mampu menyelenggarakan pendidikan yang bermutu kepada para mahasiswanya. Perguruan tinggi harus menyelenggarakan pendidikan yang mengacu kepada mutu yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pola manajemen yang berazazkan otonomi, namun diiringi akuntabilitas yang memadai. Hal ini hanya akan bisa dicapai bila suatu perguruan tinggi melakukan evaluasi diri secara teratur sebelum dievaluasi oleh pihak ketiga secara eksternal yakni akreditasi. Evaluasi secara teratur dalam bentuk audit internal yang dilanjutkan dengan review sistem manajemen akan menjamin suatu perguruan tinggi dapat secara kontinyu melakukan perbaikan mutu, dalam mengantisipasi persaingan yang semakin ketat bagi lulusannya dalam meniti karir di dunia kerja. Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 50 ayat (6) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas juncto Pasal 91 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kegiatan sistemik penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi di perguruan tinggi oleh perguruan tinggi (internally 2

driven), untuk mengawasi penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh perguruan tinggi sendiri secara berkelanjutan (continuous improvement ) perlu dilakukan. Serta berkaitan dengan Permendikbud nomor 50 tahun 2014, tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. pasal 1 ayat (2) dan (3) dinyatakan bahwa Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan dan Sistem Penjaminan Mutu Internal yang selanjutnya disingkat SPMI, adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan Pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan. Sedangkan Permendikbud Nomor 87 tahun 2014, tentang Akreditasi Program Studi dan Perguruan Tinggi Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa Akreditasi merupakan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal sebagai bagian dari Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Permendinas Nomor 36 Tahun 2010 Pasal 717, disebutkan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan penjaminan mutu pendidikan. Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi pada dasarnya menerapkan pendekatan bottom up, bertumpu pada lima pilar utama yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Dengan penerapan Paradigma Baru Manajemen Pendidikan Tinggi pada setiap perguruan tinggi, diharapkan setiap perguruan tinggi akan mempunyai Kesehatan Organisasi yang dinilai cukup baik dan kondusif bagi pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi dan landasan perkembangan perguruan tinggi itu sendiri agar bisa bersaing dan sejajar dengan perguruan tinggi terkemuka di dunia. Unesa yang merupakan salah satu PTN juga kerkewajiban untuk melaksanakan paradigma tersebut dalam rangka mewujudkan organisasi yang sehat akuntabel, dan memiliki 3

akreditasi yang sangat baik atau unggul sesuai dengan kebijakan Permendikbud Nomor 87 tahun 2014 pasal 3 ayat (3) dan (4), serta terjaminnya mutu/kualitas input-proses-ouput. Untuk itu perlu adanya program sosialisasi akreditasi program studi dan perguruan tinggi sesuai dengan Permendikbud 87 tahun 2014 dalam upaya peningkatan budaya mutu di selingkung Unesa Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan ini yaitu 1. Memberikan wawasan bagi semua sivitas akademika Unesa untuk lebih memahami Permendikbud nonor 49, 50, dan 87 tahun 2014 2. Terjadinya peningkatan budaya mutu di selingkung Unesa 3. Memberikan kesiapan kepada semua prodi di lingkungan Unesa dalam mempersiapkan borang akreditasi yang baru berdasarkan Permendikbud Nomor 87 tahun 2014 Keluaran Kegiatan 1. Tersusunnya borang akreditasi dan evaluasi diri berbasis Permendikbud Nomor 87 tahun 2014 2. Terbentuknya budaya mutu di selingkung Unesa Sasaran Kegiatan Sasaran dari kegiatan ini yaitu semua anggota tim yang menyusun borang akreditasi dan evaluasi diri di semua prodi S1 di selingkung Unesa 4

Hasil Kegiatan Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa, tanggal 24 dan 25 Nopember 2014, di mulai pukul 13.00 s.d. 16.30. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh para dosen yang menjadi anggota penjaminan mutu di tingkat prodi atau para dosen yang menyusun borang dan evaluasi diri untuk akreditasi di selingkung Unesa dari prodi berbagai prodi di selingkung Universitas Negeri Surabaya. Kegiatan sosialisasi di dahului dengan laporan ketua panitia yaitu Prof. Dr, MV Roesminingsih (ka PPM Unesa) tentang pentingnya memahami Permendikbud nomor 49, 50 dan 87 tahun 2014, dan kemudian dibuka dengan Pembantu Rektor 1 Unesa (Dr. Sc.Agr. Yuni Sri Wahyuni, M.Si) dan disampaikan juga pesan pesan dari Pembantu Rektor 1 Unesa yang meliputi; (1) pentingnya memahami secara utuh Permendikbud Nomor 49, 50 dan 87 tahun 2014, (2) memahami tentang pentingnya budaya mutu dan (3) menginformasikan tentang prodi-prodi yang perlu menyiapkan borang akreditasi dan evaluasi yang prodinya hampir habis masa akreditasinya. Pemberian materi sosialisasi hari pertama berkaitan dengan Permendikbud nomor 49, 50, dan 87 tahun 2014 oleh Prof. MV Roesmingsih dan Materi akreditasi dan budaya mutu oleh Drs. Ismono, MS. Materi yang diberikan dalam bentuk power point. Setelah pemberian materi sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan tanyajawab dan diskusi. 5

1. Dr. Warih, M.Pd ; perlu adanya bimbingan dan pendampingan dari PPM pusat kepada prodi-prodi yang mengalami kesulitan dalam menyusun evaluasi diri dan borang 2. Dr. Syamsul Sodik; di mana untuk memperoleh dokumen-dokumen kerjasama yang dilakukan oleh pendidikan bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia dengan instansi terkait lainnya 3. Dari FIP, kalo akreditasi prodinya berakhir pada awal tahun 2016, apakah menggunakan format akreditasi yang baru atau yang lama? Dari pertanyaan yang ada dijelaskan bahwa: 1. PPM Unesa siap melakukan bimbingan atau pendampingan bagi prodi-prodi di FBS yang mengalami kesulitan dan penyusunan borang akreditasi atau evaluasi diri 2. Dokumen-dokumen tersebut dapat ditanyakan di rektorat atau dekanat 3. Masih dapat digunakan dengan format akreditasi (baik borang dan evaluasi diri versi yang lama) Kegiatan sosialisasi dan diskusi hari pertama diakhiri sekitar pukul 16.30 wib. Kegiatan hari ke dua di fokuskan pada budaya mutu yang disampaikan oleh Drs. Ismono, MS. Khususnya berkaitan dengan fungsi dan peran penjaminan mutu di Pusat, Fakultas dan Jurusan atau Prodi. Dari paparan yang ada berkembang beberapa pertanyaan dalam diskusi diantaranya pertanyaan dari: 1. Prof. Dr. Suyatno.; Apakah yang dimaksud dengan SPMI yaitu penjaminan mutu yang telah dikembangkan di fakultas MIPA dan prodi-prodi di 6

selingkung FMIPA Unesa, seperti GJM dan UJM dan semua kegiatan yang telah dilakukan baik monev EMI, dll 2. Dr. Raharjo, M.Si: Perlu adanya kesamaan nomenklatur untuk penamaan organisasi yang menanggani penjaminan mutu di level fakultas dan jurusan yaitu dengan nama GPM (gugus penjaminan mutu fakultas) dan UPM (unit penjaminan mutu- jurusan) 3. Pertanyaan lain dari FE, bagaimana caranya mengusul akreditasi, yang prodinya baru berjalan dua tahun dan telah memperoleh ijin yaitu prodi ekonomi syariah Dari pertanyaan yang ada dijelaskan bahwa: 1. Yang termasuk dalam SPMI yaitu semua kegiatan yang bernuansa penjaminan mutu baik di level fakultas maupun prodi 2. Perlu adanya menyamakan nomenklatur dan template organisasi dalam penjaminan mutu di level fakultas dan prodi 3. Untuk kepentingan akreditasi sd tahun 2016 masih menggunakan format akreditasi (baik borang dan evaluasi diri versi yang lama) Penutup Penerbitan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti) mengokohkan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Walaupun dengan nama baru, yaitu Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, sebagai sebuah sistem tetap mengintegrasikan tiga pilar yaitu (1) Sistem Penjaminan Mutu Internal yang dilaksanakan oleh 7

setiap perguruan tinggi; (2) Sistem Penjaminan Mutu Eksternal atau Akreditasi yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Perguruan Tinggi atau Lembaga Akreditasi Mandiri; dan (3) Pangkalan Data Pendidikan Tinggi baik pada aras perguruan tinggi maupun aras Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Dengan pengaturan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) di dalam UU Dikti, semua perguruan tinggi di Indonesia berkewajiban menjalankan SPM Dikti tersebut dengan modus yang paling sesuai dengan sejarah, visi, misi, mandat, ukuran, budaya organisasi perguruan tinggi yang bersangkutan. Program studi atau perguruan tinggi yang memenuhi SN Dikti menurut UU Dikti dinyatakan memenuhi peringkat terakreditasi baik, sedangkan Program Studi atau Perguruan Tinggi yang mampu melampaui SN Dikti akan dinyatakan terakreditasi baik sekali atau unggul. Mutu program studi atau perguruan tinggi selain diukur dari pemenuhan setiap Standar Dikti, harus pula diukur dari pemenuhan interaksi antarstandar Dikti untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. Perguruan tinggi wajib melaporkan data dan informasi pemenuhan Standar Dikti secara berkala kepada Mendikbud melalui Pangkalan Data Dikti. Selanjutnya, sesuai dengan Pasal 54 ayat (6) UU Dikti, data dan informasi pemenuhan Standar Dikti tersebut akan dievaluasi melalui SPME atau akreditasi. Perguruan tinggi harus membentuk Pangkalan Data Dikti yang memiliki struktur data dan informasi yang identik dengan struktur data dan informasi pada Pangkalan Data Dikti yang dibentuk secara Nasional. Data dan informasi pada Pangkalan Data Dikti aras perguruan tinggi terintegrasi ke dalam Pangkalan Data Dikti aras nasional. Selanjutnya, data dan informasi pada Pangkalan Data Dikti aras perguruan tinggi 8

digunakan oleh perguruan tinggi untuk mengimplementasikan SPMI baik di program studi maupun di perguruan tinggi. Sementara itu, data dan informasi pada Pangkalan Data Dikti aras nasional akan digunakan oleh LAM atau BAN-PT untuk melakukan SPME atau akreditasi program studi atau akreditasi perguruan tinggi. Data dan informasi implementasi serta luaran SPMI dan data serta informasi status terakreditasi dan peringkat terakreditasi hasil implementasi SPME atau Akreditasi, dilaporkan oleh perguruan tinggi dan LAM atau BAN-PT kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk disimpan dalam Pangkalan Data Dikti pada aras nasional. Selanjutnya, LAM atau BAN-PT melakukan pemantauan dan evaluasi (monitoring and evaluation) secara rutin terhadap data dan informasi yang disimpan dalam Pangkalan Data Dikti aras nasional. Dalam hal data dan informasi tersebut yang tidak memenuhi lagi Standar Dikti, LAM atau BAN-PT dapat meninjau kembali status terakreditasi dan peringkat terakreditasi program studi atau perguruan tinggi. 9