Bab 5 Kesimpulan
44 Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang dihadapi dan potensi sumberdaya yang dimiliki masyarakat sungai. Hal ini perlu dijadikan acuan untuk dikembangkan menjadi model kurikulum sesuai misi dan orientasi Kurikulum 2013. Mengggunakan metode penelitian konsultatif, yaitu mengajukan sebuah konsepsi dan kerangka penyusunan model kurikulum untuk dikonsultasikan kepada warga masyarakat, penelitian ini sampai pada kesimpulan. Terdapat empat masalah yang perlu mendapat kepedulian, yaitu: masalah kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih, sarana dan sistem transportasi perkapalan, pertanian dan perikanan. Kontekstualisasi misi dan orientasi kurikulum 2013 menekankan pentingnya penguasaan pengetahuan, penggunaan pengetahuan dalam praktek untuk menumbuhkan sikap religiositas serta etik sosial di kalangan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggungjawab terhadap diri dan masalah yang dihadapi komunitas dan masyarakat. Pengetahuan di sini lebih berdimensi pengetahuan etik, artinya penguasaan pengetahuan dipergunakan dalam praktik untuk menjawab permasalah di masyarakat. Keterampilan tidak harus dimaknai sempit terkait dengan keterampilan teknis saja, tetapi juga kecakapan dalam arti kemampuan dalam penguasaan pengetahuan dan menghadirkan solusi. Ini juga mempunyai arti terdapat kapasitas intelektual dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, memiliki keterampilan strategis atau keterampilan sosial ketika dihadapkan dengan masalah pembangunan. Disini diperlukan infrastruktur pengetahuan untuk menumbuhkannya, yaitu penguasaan pengetahuan dan pengetahuan dalam praktik, yang berarti mendayagunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Bagaimana hal itu dilakukan? Ini lah yang penting untuk dirumuskan dalam strategi dan praktik pendidikan di sekolah menengah, khususnya SMA. Keterpaduan dalam muatan substansi kurikulum dan praktek pembelajarannya, pelajaran integratif dan juga tematik perlu mendapat tekanan di SMA. Pengetahuan dalam praktik untuk menumbuhkan sikap ini ditekankan dengan memperhatikan masalah, potensi sumberdaya, kelembagaan dalam praktik pendidikan yang melibatkan guru, sekolah, orang tua dan komunitas. Dalam kontekstualisasi ini, kita perlu menempatkan kedua masalah itu dalam alur logika identifikasi masalah yang kita temukan. Selanjutnya akan dipecahkan dengan memperhatikan potensi sumberdaya lokal yang ada, bagaimana respon sekolah dan pengembangan model kurikulum
45 sebaiknya dilakukan sejalan dengan Kurikulum 2013 dan kebijakan pendidikan ke depan. Sehubungan dengan itu, dalam pengembangan model kurikulum yang lebih praktikal dan bisa dipergunakan dalam proses pembelajaran, perlu dilakukan elaborasi antara masalah dan sumber daya yang ada. Secara khusus terkait dengan dua masalah yang dipilih, yaitu kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih dan pengembangan sistem dan sarana transportasi perkapalan untuk sampai ke model kurikulum perlu dilakukan pendalaman masalah lebih mendetail. Hal itu meliputi empat hal penting yang perlu dijawab, yaitu: (1) seberapa jauh masalah ini sesungguhnya dihadapi; (2) potensi sumberdaya lokal apa saja yang telah digunakan atau diberdayakan untuk mengatasi masalah itu; (3) pembelajaran apa yang bisa dipetik dari apa yang sudah dikembangkan, dan; (4) apa yang bisa dikembangkan ke depan melalui pengembangan model kurikulum terkait kedua masalah tersebut. Model kurikulum ini dikembangkan dari hasil wawancara dengan responden, dan diperoleh kesimpulan terkait masalah yang perlu dikembangkan dalam model kurikulum ini, yaitu kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih. Hal itu didasarkan pada penggalian masalah sebagai berikut. Masalah ketersediaan air terkait dengan masalah relasi manusia-alam-air karena perilaku dan cara hidup warga komunitas di daerah ini tidak terlepas dari kaitan tiga komponen tersebut. Masalah kesehatan muncul dalam kaitannya dengan dimensi relasi ketiganya; manusia-alam-air. Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk konsumsi minum yang langsung mempengaruhi kesehatan. Selain masalah kesehatan, masalah air bersih juga merupakan masalah ketersediaan dan pendistribusian atau terkait dengan soal sosial-ekonomi. Selain masalah kelangkaan air dan distribusi, masalah akses terhadap air bersih juga menjadi masalah yang dihadapi warga masyarakat. Hal itu terkait infrastruktur yang tersedia, ketika pasang harus memakai kapal melalui sungai dan ketika surut harus memakai sarana darat, sementara keduanya kurang tersedia untuk sarana transportasi umum. Memperhatikan berbagai masalah serta upaya yang telah dilakukan itu, dapat disimpulkan bahwa pengembangan model kurikulum di SMA Negeri 1 Aluh-Aluh sebaiknya diarahkan untuk memberikan pengetahuan dan praktiknya secara tematik
46 sebagai bagian dari tanggungjawab pendidikan terhadap lingkungan dan komunitas sekitar. Praktik pengetahuan dengan melakukan pemberdayaan komunitas dalam perspektif lingkungan khususnya pengembangan model kurikulum kesehatan lingkungan melalui pengadaan air bersih. Hal itu bisa dilakukan dengan membuat mata pelajaran tematik tersendiri atau diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran. Penelitian ini menyarankan, mengingat potensi dan ketersediaan sumberdaya yang ada, sebaiknya dibuat mata pelajaran tersendiri secara tematik. Mata pelajaran itu dipandu oleh guru yang secara kolektif melibatkan materi terkait atau oleh team pengajar. Selain jalan darat, transportasi di daerah ini kebanyakan menggunakan sarana kapal kecil, sedang dan kadang kapal besar. Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya sarana transportasi kapal. Selain itu, juga terdapat masalah dalam sistem transportasi sungai yang masih belum terbangun dengan sarana infrastruktur yang memadai. Namun demikian, terdapat potensi sumberdaya bahwa penduduk di daerah ini sudah sejak lama menggunakan sarana transportasi dalam sistem transportasi sungai dan laut sekitar. Sarana kapal dibuat secara mandiri di daerah Alak-Alak tempat para pengrajin kapal berasal. Salah satu responden penelitian ini merupakan anak dari salah satu keluarga yang sejak lama membuat kapal. Penduduk di Alak-Alak memiliki semacam pengetahuan lokal dan kurikulum sendiri bagaimana membuat kapal dan diajarkan kepada masyarakat sekitar secara turun-temurun. Pembuatan kapal itu dilakukan dalam bentuk industri rumah tangga atau home industry. Dari studi kasus ini, penelitian mengambil kesimpulan bahwa masalah sarana transportasi perkapalan dan sistem transportasi bisa dikembangkan dengan memberdayakan pengetahuan dan komunitas lokal ditambah dengan pengetahuan dan teknologi yang lebih maju. Selain dalam hal penyediaan kapal, perlu juga diperhatikan kelengkapan sarana transportasi dan komunikasi untuk perbaikan sistem transportasi. Dengan menggunakan potensi dan sumberdaya pengetahuan atau kurikulum lokal yang sudah ada, sebuah model kurikulum baru bisa dikembangkan dan diajarkan di SMA Negeri 1 Aluh-aluh sesuai misi dan orientasi Kurikulum 2013. Sama halnya dengan model kurikulum kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih, model kurikulum untuk sarana perkapalan masih dipertimbangkan. Apakah akan diberikan dalam mata pelajaran baru yang dirancang
47 secara tematik ataukah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang ada. Ini perlu juga dilihat dari segi kelembagaan sekolah dan ketersediaan sumberdaya. Dalam kasus ini, berbeda dengan kasus kesehatan lingkungan melalui ketersediaan air bersih, mengingat ketersediaan sumberdaya yang masih terbatas, sebaiknya dijadikan agenda dulu ke depan, meski hal itu tetap dijadikan prioritas. Agenda itu perlu dirancang bagi perbaikan sistem transportasi dan ketersediaan sarana transportasi perkapalan yang sangat dibutuhkan.