PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kelangsungan hidup

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Green Constitution Sebagai Upaya Untuk Menguatkan Norma Lingkungan Hidup Oleh: Meirina Fajarwati *

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan anugerah Tuhan

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB XV POPULASI PENDUDUK

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

PENGANTAR PENGEMBANGAN SUMBERDAYA AIR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wini Oktaviani, 2015

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISA MASALAH DAMPAK LINGKUNGAN AMDAL DWI ASTUTY. G

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

BAB. Keseimbangan Lingkungan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JENIS dan TAHAPAN KONSERVASI. MATA KULIAH KONSERVASI KAWASAN Oleh: PARFI KHADIYANTA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN MAGETAN. INDIKATOR KINERJA Meningkatkan kualitas rumah ibadah dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengabaikan masalah lingkungan (Djamal, 1997).

PERUBAHAN KEDUA PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 02 TAHUN 2014 ABSTRAK : a. 1.

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya tidaklah sederhana, melainkan kompleks karena pada umumnya di dalam lingkungan itu terdapat banyak unsur. Pengaruh terhadap suatu unsur akan merambat pada unsur lain, sehingga pengaruhnya terhadap manusia sering tidak dapat dengan segera terlihat dan terasakan. Manusia hidup dari unsur-unsur lingkungan, yaitu udara untuk pernapasan, air untuk minum, keperluan rumah tangga untuk kebutuhan lain, tumbuhan dan hewan untuk makanan, tenaga dan kesenangan, serta lahan untuk tempat tinggal dan produksi pertanian (Soemarwoto 2004). Pada hakekatnya manusia mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sangat beragam. Kebutuhan dan keinginan bermacam-macam baik berupa fisik maupun non fisik. Apabila setiap kebutuhan dan keinginan fisik dan non fisik terpenuhi maka akan terpuaskan, akan tetapi jika tidak terpenuhi maka akan menimbulkan rasa tidak puas. Kebutuhan terdiri dari kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut juga kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Kenyataan bahwa pembangunan juga melaju dengan cepat agar kebutuhan penduduk dapat tercapai. Manusia dapat memenuhi kebutuhannya yang berupa sandang, pangan dan papan jika memanfaatkan hasil penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengeruk hasil kekayaan alam yang ada sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Perkembangan teknologi dan industri yang pesat dewasa ini di lain pihak menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia. Dampak yang bersifat positif memang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup, sebaliknya dampak yang bersifat negatif tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyaman hidup. Shaw (1997) diacu dalam Widiyanta (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan salah satu kunci yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan saat ini. Fakta pokok yang menjadi masalah lingkungan global adalah pengembangan teknologi yang sifatnya mencemari lingkungan (polluting technology), mendorong konsumsi kemewahan (affluent

2 consumption), dan meraup sumber daya alam tanpa memperhitungkan dampaknya bagi masa depan (eksploitating technology). Kenyataannya sering terjadi bahwa orientasi pembangunan di masa lalu seolah-olah mengorbankan lingkungan demi kepentingan manusia. Muncul konsep yang mencerminkan besarnya perhatian terhadap masalah lingkungan. Diantaranya adalah konsep daya dukung dan daya tampung lingkungan, keserasian interaksi kependudukan dengan lingkungan serta pembangunan berkelanjutan. Berbagai konsep tersebut menempatkan pentingnya kepedulian manusia terhadap lingkungan yang seharusnya diimplementasikan ke dalam berbagai bentuk perilaku manusia (Faturochman & Himam 1995 dalam Widiyanta 2002). Buruknya pengelolaan lingkungan yang disebabkan oleh masing-masing individu berdampak buruk terhadap semua sektor, khususnya perekonomian dan masyarakat miskin (IEH 2004). Permasalahan yang timbul antara lain polusi, banjir atau tanah longsor, keterbatasan air bersih atau kekeringan saat musim kemarau, limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik, dan enggannya masyarakat untuk mengkonsumsi produk ramah lingkungan. Polusi kendaraan bermotor maupun asap rokok yang menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga berakibat pada meningkatnya masalah kesehatan dan rendahnya produktivitas. Ketersediaan sumber utama air menurun dengan sangat cepat, diakibatkan kurangnya pencarian sumber air tanah yang baru untuk daerah perkotaan dan meningkatnya polusi terhadap air permukaan dan air tanah. Penebangan liar dapat menyebabkan banjir yang menggenangi daerah-daerah tertentu rawan banjir. Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS (Environmental Protection Agency, EPA) memproyeksikan bahwa bila permukaan air laut naik satu meter saja, akan dapat merusak daerah pantai sekitar 26-65 persen. Kadar garam di daerah muara sungai, danau, dan daratan dekat pantai akan naik sehingga cadangan airnya tidak dapat digunakan lagi sebagai air minum, karena air laut sudah mengintrusi air tanah. Maka krisis air bersihpun terjadi (Mukhlis 2009). Rumah tangga adalah salah satu produsen limbah padat maupun cair yang berdampak buruk terhadap air dan kualitas tanah maupun udara. Produksi limbah padat (sampah organik maupun anorganik) maupun cair pada rumah tangga naik secara signifikan pada tahun terakhir ini. Hanya sekitar 50% dari limbah padat yang dikumpulkan untuk dibuang ke tempat pembuangan. Daerah-

3 daerah miskin di perkotaan secara umum dilayani secara setengah-setengah atau justru tidak dilayani sama sekali. Sekitar 15-20 persen dari limbah dibuang secara baik dan tepat, sisanya dibuang di sungai dan kali, menciptakan masalah banjir. Diperkirakan 85 persen dari kota-kota kecil dan lebih dari 50 persen kota berukuran menengah secara resmi membuang limbah di tempat-tempat terbuka (IEH 2004). Tabel 1 Limbah padat yang dihasilkan di sejumlah kota di Indonesia Kota Limbah yang dihasilkan (m 2 /hari) Limbah harian yang dihasilkan tiap orang (kg/orang/hari) Jakarta, Jawa 24,025 0.66 Bandung, Jawa 6,862 0.70 Semarang, Jawa 3,215 0.69 Yogyakarta, Jawa 1,240 0.78 Padang, Sumatra 1,922 0.90 Ujung Pandang, Sulawesi 2,424 0.86 Sumber: Indonesia Environment Monitor (2003) dalam Indonesia Expanding Horizon (2004) Tingkat partisipasi masyarakat Indonesia dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam, masih sangat rendah. Pengambilan keputusan dalam berbagai rencana pembangunan tidak secara penuh meminta pendapat publik dan sering kali tidak transparan. Dalam lima tahun terakhir, kelompokkelompok masyarakat sipil dan LSM-LSM telah lebih berani dalam menyuarakan perlindungan lingkungan yang lebih besar dan pengelolaan yang lebih baik dalam sumber daya alam, namun kesadaran dalam keaktifan dari masyarakat sipil belum dapat menciptakan momentum yang cukup untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang secara aktif mendorong partisipasi yang lebih luas dari penduduk setempat dalam mengelola lingkungan mereka. Kondisi lingkungan hidup sudah mencapai tingkat yang memprihatinkan dengan kecenderungan yang terus menurun. Penyebab utamanya adalah pada tingkat pengambilan keputusan, kepentingan pelestarian sering diabaikan. Hal ini terjadi mengingat kelemahan dari pihak-pihak yang menyadari pentingnya pengelolaan lingkungan hidup. Seperti diketahui, pada saat ini perjuangan untuk melestarikan lingkungan hanya didukung sekelompok kecil kelas menengah yang kurang mempunyai kekuatan politik dalam pengambilan keputusan. Seperti kelompok-kelompok peduli lingkungan, LSM, individu-individu yang aktif dalam pelestarian lingkungan dan kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang merugikan lingkungan,serta kalangan akademisi. Pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan

4 selama ini yang lebih menekankan pada pendekatan sektor dan cenderung terpusat, menyebabkan pemerintah daerah kurang mendapat kesempatan untuk dapat terus mengembangkan kapasitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat secara optimal (Imansyah 2010). Kemerosotan lingkungan hidup di banyak negara berkembang berada pada situasi yang berbahaya. Semakin maraknya permasalahan lingkungan dan semakin menonjolnya perhatian berbagai kalangan menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup agar penghuni bumi ini juga bisa hidup secara berkelanjutan. Semakin maraknya permasalahan lingkungan dan semakin menonjolnya perhatian berbagai kalangan menunjukkan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup agar penghuni bumi ini juga bisa hidup secara berkelanjutan (Widiyanta 2002). Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah pengkonsumsian produk-produk ramah lingkungan, tetapi sejauh ini masyarakat masih enggan untuk melaksanakannya karena adanya faktor informasi maupun persepsi harga produk yang relatif tidak terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah padahal tidak semua produk ramah lingkungan harganya mahal. Perumusan Masalah Kurangnya peranan dan tanggung jawab masyarakat atau individu dalam perhatian dan pemeliharaan lingkungan menunjukkan rendahnya norma personal yang berkembang luas di kalangan masyarakat Indonesia yang mengikat pribadi masing-masing agar setidaknya mampu mentaati peraturan atau undang-undang pemerintahan yang mencakup kelestarian lingkungan. Semakin pesat pertumbuhan penduduk maka semakin meningkat pula jumlah kebutuhan yang diperlukan oleh masing-masing individu. Pengembangan teknologi yang memenuhi kebutuhan penduduk berdampak signifikan terhadap meningkatnya limbah rumah tangga dan polutan bahan bakar industri yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Buruknya pengelolaan lingkungan, rendahnya pengetahuan maupun akses informasi berdampak buruk terhadap semua sektor apabila tidak diimbangi kesadaran, tanggung jawab, dan peran masing-masing individu dalam menjaga kelestarian lingkungannya. Buruknya pengelolaan dan kesadaran lingkungan menimbulkan suatu kondisi rawan masalah lingkungan yang banyak terjadi di Indonesia. Bahkan dari perkembangan yang muncul akhir-akhir ini terkesan semakin meningkat dan

5 meluas di kawasan yang semula tidak terjadi masalah lingkungan telah berlangsung kondisi ini. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, eksploitasi sumberdaya alam, polusi udara, pengelolaan limbah yang tidak tepat, dan adanya kegiatan rawan lainnya yang berlangsung di wilayah Indonesia. Daerah rawan masalah lingkungan ini ditandai dengan adanya permasalahan lingkungan yang ekstrem dibandingkan dengan wilayah yang tidak memiliki permasalahan lingkungan. Akibat eksploitasi sumberdaya alam yang tidak terkendali menyebabkan terganggunya keseimbangan alam dan lingkungan, sehingga timbul berbagai macam masalah lingkungan dan polusi, yang pada hakekatnya diciptakan oleh manusia itu sendiri. Manusia dan sistem sosial lah yang juga akan langsung merasakan akibatnya dengan berbagai masalah. Disinilah diperlukan adanya kesadaran terhadap lingkungan dari setiap anggota keluarga, yang merupakan bagian terkecil dari sistem sosial masyarakat (Guhardja et al 1989). Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan pemahaman lingkungan di seluruh masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan niat (intensi) masyarakat dalam menyadari pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Intensi atau maksud perilaku pro lingkungan mencakup kesadaran, peranan tanggung jawab, dan norma personal dari masing-masing individu dalam menjalankan fungsi sosialnya dalam menjaga kelestarian pro lingkungan (Garling et al 2001). Hubungan antara sikap dengan perilaku lingkungan masih terlalu jauh dan diperlukan adanya faktor yang berperan sebagai penghubung yaitu intensi. Intensi perilaku pro lingkungan dapat memprediksi tingkah laku yang berhubungan dengan perilaku pro lingkungan dengan berbagai alasan. Pengetahuan, akses informasi, kesadaran, tanggung jawab, dan norma personal terhadap lingkungan masing-masing individu mengarah kepada intensi atau maksud perilaku pro lingkungan yang akan memberi gambaran seberapa besar peran aktual individu dalam mengembangkan sumberdaya pribadinya dalam perilaku pro lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang penting untuk diteliti, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik dan pengetahuan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan? 2. Bagaimana akses informasi responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan?

6 3. Bagaimana kesadaran, tanggung jawab, norma personal, dan intensi perilaku pro lingkungan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan? 4. Bagaimana perilaku pro lingkungan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan? 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik responden (umur, lama pendidikan dan pendapatan), pengetahuan, jumlah informasi, kesadaran, norma personal, tanggung jawab, intensi, dan perilaku pro lingkungan? 6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intensi dan perilaku pro lingkungan pada responden? Tujuan Penelitian Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pembentukan intensi dan perilaku pro lingkungan keluarga di daerah rawan dan tidak rawan masalah lingkungan di Kabupaten Banyumas. Tujuan khusus 1. Membedakan karakteristik dan pengetahuan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan. 2. Membedakan akses informasi responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan. 3. Membedakan kesadaran, tanggung jawab, norma personal, dan intensi perilaku pro lingkungan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan. 4. Membedakan perilaku pro lingkungan responden di daerah rawan masalah lingkungan dan daerah tidak rawan masalah lingkungan. 5. Menganalisis hubungan antara karakteristik responden (umur, lama pendidikan dan pendapatan), pengetahuan, jumlah informasi, kesadaran, norma personal, tanggung jawab, intensi, dan perilaku pro lingkungan. 6. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi dan perilaku pro lingkungan pada responden. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan intensi dan perilaku pro lingkungan yang berguna untuk:

7 1. Penulis, sebagai bahan pembelajaran dalam memahami konsep pembentukan intensi dan perilaku pro lingkungan. 2. Peneliti, sebagai bahan informasi yang dapat menambah pengetahuan tentang pembentukan intensi dan perilaku pro lingkungan. 3. Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan pro lingkungan dan memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ramah lingkungan. 4. LSM, Ormas, dan pemerhati lingkungan sebagai bahan masukan untuk menentukan bentuk pelayanan secara sukarela kepada masyarakat. 5. Pembaca atau masyarakat pada umumnya, sebagai bahan informasi yang dapat memberikan lebih banyak pengetahuan mengenai pembentukan intensi dan perilaku pro lingkungan.