BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya pembangunan nasional adalah dengan menjamin dan mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Salah satu bentuk terwujudnya kesejahteraan tenaga kerja adalah terpenuhinya jaminan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional sehingga harus mempunyai acuan yang jelas tentang arah pembangunan kesehatan yang dapat dipedomani oleh seluruh komponen pelaku pembangunan. Jaminan kesehatan merupakan faktor penting terciptanya sumber daya manusia unggul yang dapat membantu terwujudnya pembangunan nasional sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Terpenuhinya jaminan kesehatan dapat dicapai dengan penyediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang layak bagi tenaga kerja. Pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Kedua. Dalam rangka menjamin terwujudnya hak asasi manusia dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, maka sesuai dengan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat, Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak, termasuk bagi tenaga kerja. Penyediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang layak, akan mendukung program jaminan kesehatan khususnya dalam pembangunan ketenagakerjaan. Dengan demikian upaya untuk terus mengembangkan penyediaan dan pelayanan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Program jaminan sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan 1
2 kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi. Resiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas pada saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua, dan meninggal (Asri Wjiayanti, 2009 :138-139) Penyelenggara Program Jaminan Sosial diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tertuang dalam pasal 28H ayat (3) yang menyatakan: Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat dan pada Pasal 34 ayat (2) yang disebutkan bahwa: Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan (Rudy Hendra Pakpahan dan Eka N.A.M Sihombing, Vol. 9 No.2.2012: 164). Pada Tahun 2004 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang SJSN memberikan jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu tindak lanjut dari lahirnya Undang-Undang SJSN adalah dengan membentuk satu badan penyelenggara jaminan sosial yang akan melaksanakan jaminan sosial sesuai dengan Undang-Undang SJSN. Tindak lanjut dari amanat konstitusi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pada akhir 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS mengamanatkan transformasi badan penyelenggara yaitu PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan sedangkan PT Jamsostek bertransformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan memberikan jaminan kesehatan sedangkan BPJS Ketenagakerjaan memberikan jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian, pemutusan tenaga kerja. PT. BPJS Ketenagakerjaan memiliki sebuah motto yakni sebagai jembatan menuju kesejahteraan pekerja, hal ini juga diterapkan dalam visi dan misi yang harus dijalankan oleh setiap pegawainya. Tentunya berbagai hal perlu dilakukan oleh perusahaan ini untuk dapat bergerak meraih segala target pasar berupa meningkatnya jumlah pengguna jasa produk BPJS dan juga kepuasan dari para
3 pelanggan yang menggunakan berbagai produk jasa tersebut. BPJS Ketenagakerjaan ini dulunya lebih dikenal masyarakat luas dengan nama PT. Jamsostek sebelum akhirnya berganti nama per tanggal 1 Januari 2014 lalu. PT. BPJS Ketenagakerjaan dalam kiprahnya selama 30 tahun ini telah membuktikan bahwa program jaminan sosial tenaga kerja merupakan salah satu instrumen kebijaksanaan ketenagakerjaan yang tangguh, khususnya dalam memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja terhadap resiko sosial ekonomi yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja, cacat, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Pada hakekatnya BPJS Ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan nasional khususnya dibidang ketenagakerjaan. Pembangunan nasional yang telah menciptakan lapangan kerja dan memperluas kesempatan kerja, juga memberikan perlindungan bagi tenaga kerja yang menjalankan pekerjaannya. Dengan banyaknya pekerja yang jatuh sakit, cacat dan meninggal dunia karena pekerjaannya sendiri dan tidak mendapatkan jaminan sama sekali maka pada tahun 1992 Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Perlindungan jaminan sosial bagi tenaga kerja menjadi lebih mudah karena memiliki dasar hukum yang kuat. Lahirnya undang-undang ini merupakan karya monumental dalam sejarah ketenagakerjaan Indonesia. Jaminan sosial yang memberikan perlindungan dasar kepada tenaga kerja ini merupakan amanah dalam menjaga harkat dan martabat tenaga kerja sebagai manusia saat menghadapi resiko sosial ekonomi. Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan ini menjamin setiap pekerja mendapatkan kebutuhan dasar yang akan diterimanya dengan cara terhormat yang merupakan haknya dan bukan berdasarkan belas kasihan. PT. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam penyelengaraan jaminan sosial tenaga kerja tersebut, terus berupaya memberikan pelayanan terhadap peserta program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sehingga perlindungan terhadap seluruh pekerja dapat terwujud yang pada akhirnya pekerja merasa tenang dan nyaman untuk bekerja ditempat kerjanya.
4 Produk dan layanan yang diberikan kepada seluruh pekerja oleh BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Pensiun (JP), serta program lain dari BPJS yaitu Program Jaminan Jasa Konstruksi dan Program Pekerja Bukan Penerima Upah. Salah satu program BPJS Ketenagakerjaan adalah Jaminan Hari Tua (JHT) yang khusus menangani setiap peserta yang mencapai usia 56 tahun, meninggal dunia, cacat total tetap, berhenti bekerja karena mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja dimanapun, atau peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya. Dalam hal pendaftaran dan pencairan Jaminan Hari Tua (JHT) harus dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Menurut Pasal 1 angka 2 Perturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah salah satu lembaga pemerintah yang memberikan program jaminan sosial bagi tenaga kerja, yang wajib diikuti oleh setiap orang yaitu pemberi kerja atau pengusaha dan tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud yaitu tenaga asing yang berkerja di Indonesia kurang lebih 6 (enam) bulan, Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI), Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri, Prajurit Siswa Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Peserta didik Polisi Republik Indonesia (POLRI). Pelaksanaan pendaftaran dan pencairan jaminan hari tua dibuat melalui langkah-langkah yang mudah dan cukup sederhana. Akan tetapi harus memenuhi syarat-syarat dan tata cara yang ditentukan oleh BPJS Ketenagakerjaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengamati lebih lanjut mengenai sistem informasi pendaftaran dan pencairan jaminan hari tua secara lebih spesifik. Untuk itu penulis mengadakan praktek kerja atau magang di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Surakarta dengan mengambil judul SISTEM INFORMASI PENDAFTARAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN HARI TUA (JHT) DI BADAN
5 PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN KANTOR CABANG SURAKARTA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu: Bagaimana Sistem Informasi Pendaftaran dan Pencairan Dana Jaminan Hari Tua (JHT) Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenegakakerjaan? C. Tujuan Pengamatan Tujuan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Operasional Untuk Sistem Informasi Pendaftaran dan Pencairan Dana Jaminan Hari Tua (JHT) Pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenegakakerjaan Cabang Surakarta. 2. Tujuan Fungsional Hasil pengamatan ini diharapkan bisa menjadikan masukan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen sehingga dapat membenahi kekurangan dan meningkatkan pelayanan kepada peserta Jaminan Hari Tua (JHT) 3. Tujuan Individual Pengamatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Sebutan Profesional Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Jurusan Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Pengamatan Manfaat yang dapat diambil dari pengamatanan ini adalah mampu memberikan wawasan dalam masyarakat umum, ilmu administrasi, pendidikan, bagi internal perusahaan dan bagi pengamat sendiri
6 1. Dapat menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan untuk evaluasi dalam pendaftaran dan pencairan dana jaminan hari tua. 2. Hasil pengamatan ini dapat memberikan kontribusi kepada BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan strategi komunikasi pemasaran atau pelayanan.