BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Posyandu) adalah Suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat, oleh dan untuk masyarakat, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Depkes RI, 1999). Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (Depkes dan Kessor RI, 2002). 2. Tujuan Posyandu a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu (Ibu Hamil, Melahirkan dan Nifas ), dan Kematian Bayi. b. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Kecil Keluarga Bahagia dan Sejahtera) c. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak d. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat 7
8 sehat sejahtera serta berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera. 3. Manfaat Posyandu Posyandu ternyata tidak hanya digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan saja, tetapi paling utama adalah merupakan forum komunikasi diantara ibu-ibu. Tidak hanya terbatas pada masalah kesehatan saja tetapi juga dibidang lainnya. Salah satu contoh tukar menukar informasi mengenai pengalaman/pengetahuan pendidikan anak. Dari hasil penimbangan anaknya, para ibu mendapat penyuluhan kesehatan sehingga menimbulkan kesadaran dan budaya perilaku sehat (Fatimah,1999). 4. Penyelenggaraan Posyandu Penyelenggaraan posyandu dilakukan secara langsung dari ketua Tim penggerak PKK dan KPMD pada seksi kesehatan di desa wilayah kerjanya (Budiono, 1997). Penyelenggaran posyandu dilakukan dengan pola meja yang meliputi : a. Meja 1 : Pendaftaran. b. Meja 2 : Penimbangan bayi dan Anak balita. c. Meja 3 : Pengisian KMS. d. Meja 4 : Penyuluhan Perorangan berdasarkan KMS. e. Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga peserta professional meliputi : KIA, KB, GIZI, Imunisasi, dan Pengobatan, serta Pelayanan lain sesuai kebutuhan setempat.
9 Petugas ada meja 1 dan 4 dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja 5 merupakan meja pelayanan paramedis ( Jaru, Bindes, Perwat, dan Petugas KB ) ( Depkes RI, 2000 ). 5. Syarat Posyandu a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita b. Terdiri dari 120 kepala keluarga c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa) d. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh. 6. Sasaran Posyandu Sasaran Posyandu adalah bayi berusia kurang dari 1 tahun, anak balita usia 1-5 tahun, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Wanita Usia Subur (WUS). Sedangkan untuk kegiatan posyandu dalam pelaksanaan kegiatan posyandu berupa kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), imunisasi, peningkatan gizi, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan penyediaan obat essensial. 7. Alasan pendirian posyandu a. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB. b. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.
10 8. Peran Posyandu Peran Posyandu saat ini lebih kepada prioritas masalah kesehatan terutama pada masyarakat yang mengindikasikan perubahan kebijakan penanganan tersebut. Peran posyandu di desa sangat signifikan dalam memantau masalah kesehatan di daerah setempat, menurunkan masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat. Kinerja Posyandu lebih relevan untuk mengatasi masalah kesehatan pada balita misal Kurang Energi Protein (KEP), ibu hamil dan Wanita Usia Subur (WUS) yang dengan mudah ditemukan di Posyandu. Pemanfaatan meja ke-5 tidak dimanfaatkan oleh ibu balita misalnya pada saat balita sakit biasanya langsung diperiksakan ke bidan setempat, pada ibu hamil lebih sering kontrol keadaan kehamilannya pada bidan dengan alasan jika ke Posyandu terlama menunggu, kurangnya masyarakat berobat untuk ke Posyandu akibatnya pemanfaatan meja ke-5 menjadi tidak berjalan (DepKes, 1998). 9. Jenis Kegiatan Posyandu Kegiatan Posyandu terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu) yaitu untuk kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), Immunisasi, peningkatan kesehatan, Penanggulangan diare. Untuk tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) yaitu kesehatan ibu dan anak, Keluarga Berencana (KB), Immunisasi, peningkatan kesehatan, Penanggulangan diare, sanitasi dasar serta penyediaan obat essensial. Pembentukan kegiatan Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada
11 yang diselenggarakan oleh pelaksana kegiatan yaitu anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas, dan penggelola Posyandu yaitu pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut. B. Motivasi 1. Pengertian Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu (Sumanto, 1997). Motivasi merupakan karakteritik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang, banyak faktor yang meyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu Motivasi merupakan perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan dalam berperilaku (Kadek, 2006). 2. Unsur-unsur motivasi Unsur-unsur motivasi menurut Manurung (2006) terdiri dari: a. Motivasi merupakan tenaga dinamis manusia, dimana kemunculannya memerlukan rangsang baik dari dalam atau dari luar. b. Motivasi seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi. c. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian
12 tujuan. d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia. 3. Ciri-ciri motivasi Terdapat ciri-ciri motivasi menurut Irwanto (2002) yang terdiri dari: a. Penggunaan perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja, tetapi merangsang berbagai kecenderungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan-tanggapan yang berbeda-beda. b. Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan penentu. Rangsang yang lemah mungkin saja menimbulkan reaksi yang hebat atau bahkan sebaliknya. c. Motivasi mengarahkan perilaku dan tujuan tertentu. 4. Faktor faktor yang mempengaruhi motivasi Terdapat 2 (dua) jenis motivasi menurut Handoko (1999) yaitu: a. Motivasi intristik Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri (internal), dimana biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas. Faktor intrinsik ini meliputi : 1) Fisik Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik ibu balita untuk datang ke Posyandu, dimana kondisi
13 fisik berakhir pada putusnya niat ibu balita untuk datang ke Posyandu karena sakit. Pada ibu yang sakit, berpengaruh pada kedatangan ibu membawa anaknya ke Posyandu, hal ini akan berdampak pada status kesehatan balitanya demikian sebaliknya. 2) Proses mental Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Ibu balita tidak datang ke Posyandu disebabkan terjadi gangguan pada proses mental yang tentunya sulit untuk secara rutin datang ke Posyandu. Pada ibu yang mengalami gangguan mental misalnya mengalami stress karena masalah keluaraga, sehingga proses untuk dating ke Posyandu menjadi terhambat (Handoko, 1999). 3) Faktor kematangan usia (Umur) Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada ibu balita berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu balita untuk datang ke posyandu (Nasoetion, 1999). Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses berfikir dan pengambilan keputusan dalam selalu rutin datang di kegiatan Posyandu dengan baik. Seorang ibu dengan umur yang matang cenderung akan lebih bisa menerima semua kegiatan sebaliknya
14 dengan umur yang muda sangat berpengaruh terhadap motivasi untuk datang ke Posyandu, dimana semakin muda seorang ibu maka kesadaran untuk tidak datang ke Posyandu semakin menurun atau kurang, tidak tertib dan kurang bertanggung jawab serta kurang berpengalaman. Umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo, 2002). 4) Keinginan dalam diri sendiri Di dalam diri tiap individu terdapat kemampuan, ketrampilan, kebiasaan yang menunjukkan kondisi orang untuk melaksanakan suatu kegiatan yang mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin tidak. Pada ibu balita mempunyai keinginan untuk datang sendiri tanpa adanya paksaan, hal ini dipengaruhi oleh kesadaran ibu untuk memnatau status kesehatan balitanya. Keinginan seseorang dapat mewujudkan suatu motivasi untuk datang ke posyandu dengan alasan telah mengetahui tentang manfaat dari posyandu, menimbang balita ke posyandu, hal ini menjadi suatu tujuan utama dari ibu balita datang ke posyandu. 5) Pengelolaan diri Pengelolaan dimaksudkan adanya pengaruh. Pengelolaan diri seseorang dapat dipengaruhi dari individu itu sendiri atau dari luar.
15 Pengelolaan ibu balita dapat berupa dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitar missal anggota keluarga, dukungan suami amupun dari tenaga kesehatan setempat, hal ini memunculkan motivasi untuk datang ke Posyandu secara rutin. Keinginan untuk berpartisipasi untuk aktif datang ke posyandu dapat dipengaruhi oleh dukungan semua pihak antara lain lingkungan, kader posyandu yang senantiasa memberikan penyuluhan dan memorivasi ibu balita untuk secara kontinue datang ke posyandu. 6) Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan perabaan. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka memberikan respon yang lebih baik dalam hal untuk datang ke Posyandu, Adapun bentuk perilaku yaitu (Notoatmodjo, 2002) : a) Tingkat pengetahuan Terdapat 6 tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif yang terdiri dari yaitu (Notoatmodjo, 2002) :
16 (1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Pada ibu balita diharapkan dapat mengetahui fungsi, manfaat dan peran Posyandu kepada orang lain serta untuk dirinya sendiri. (2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Hal ini diharapkan ibu balita dapat menjelaskan alasan dari mengapa perlu tahu tentang fungsi Posyandu. (3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
17 kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukun-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. (4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut serta masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu ibu dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan. (5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. (6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteriakriteria yang telah ada.
18 b) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terdiri beberapa faktor antara lain : (1) Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru. Pada ibu balita yang mempunyai pendidikan yang baik dapat menerima informasi dengan baik tentang Posyandu. (2) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. Pada ibu balita yang mengetahui informasi tentang Posyandu dengan baik akan memberikan informasi kepada ibu balita yang belum tahu dengan cara yang tepat. (3) Kultur budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. Pada ibu balita dengan kultur budaya yang modern cenderung lebih bisa menerima informasi yang didapat. (4) Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada ibu balita tidak mempunyai cukup informasi
19 tentang fungsi Posyandu, sehingga tidak mengetahui dengan benar tentang manfaat, kegiatan di dalam Posyandu. Pengalaman seseoramg pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan seseorang, dimana semakin baik pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuan serta informasi yang dimiliki (Notoatmodjo, 2002) c) Cara mencari pengetahuan Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah yang di kelompokkan sebagai berikut : (1) Tradisional Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2002). (2) Cara coba-salah (trial and error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada seseorang yang menghadapi persoalan, maka upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan
20 sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmdjo, 2002). (3) Cara kekuasaan atau otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi berikutnya. Pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2002). (4) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian kata pepatah dengan maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar maka diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoatomodjo, 2002). (5) Melalui jalan pikiran
21 Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2002). b. Motivasi ekstrinsik Motivasi sebagai suatu dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan, yang mana dorongan tersebut datang dari luar seseorang yang bersangkutan. Mengingat motivasi ekstrinsik ini terjadi karena rangsangan dan pengaruh dari luar, maka selayaknya tenaga kesehatan untuk selalu memanfaatkan pola penyuluhan, media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan memberikan pengetahuan tentang fungsi Posyandu pada ibu balita. Faktor ekstrinsik meliputi : 1) Lingkungan Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di sekitar individu baik secara fisik, biologis maupun sosial (Notoatmodjo, 2003). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu balita untuk datang ke Posyandu. Lingkungan yang tidak mendukung dan kurang kondusif akan membuat ibu untuk enggan datang ke Posyandu. Pada ibu yang mempunyai motivasi untuk
22 datang ke Posyandu tetapi lingkungan yang tidak mendukung, maka berpengaruh pada keaktifan ibu untuk datang, karena itu lingkungan yang positif sangat dibutuhkan. 2) Dukungan suami Dukungan suami sangat mempengaruhi dalam memotivasi ibu balita untuk datang ke Posyandu, dimana dukungan suami meliputi (Friedman, 1998) : a) Perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat membantu dan memotivasi ibu balita untuk datang ke posyandu, perhatian suami yaitu mngantar ibu balita untuk datang ke Posyandu b) Informasi, dimana suami yang selalu mendukung akan memberikan informasi tentang posyandu pada ibu balita, suami akan mencari informasi tentang posyandu, baik lewat TV maupun majalah dan koran. c) Finansial, suami akan menyediakan dana atau uang untuk keperluan ke posyandu, misalkan biaya transport ataupun kebutuhan dalam kegiatan posyandu. d) Emosional, dimana suami mengingatkan atau memberikan saran pada ibu balita untuk selalu rutin datang ke posyandu Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap ibu balita, baik secara moral maupun material, dimana dukungan suami dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998). Dukungan
23 sosial suami dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998). 3) Penguatan/kekuatan Penguatan atau kekuatan adalah perubahan perilaku yang dilaksanakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan sesuai dengan yang diharapkan, dimana pada ibu balita menjadi termotivasi untuk datang ke Posyandu jika telah mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk datang, sehingga dalam keadaan apapun ibu akan datang ke Posyandu. 4) Media Media berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan (Notoatmodjo, 2002). Adanya media ini ibu balita akan tahu fungsi Posyandu yang bermanfaat bagi dirinya, balita maupun keluarga. C. Usia Usia adalah indikator dalam kedewasaan di setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi perilaku, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia muda (Notoatmodjo,2002). Karakteristik pada ibu balita berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap motivasi ibu balita untuk datang ke Posyandu, dimana
24 semakin tua usia ibu maka semakin baik pula ibu untuk termotivasi datang ke posyandu. D. Kerangka Teori Faktor-faktor pengaruhi motivasi : Motivasi intristik Fisik Proses mental Faktor usia Keinginan dalam diri sendiri Pengelolaan diri Tingkat pengetahuan Motivasi ekstrinsik Lingkungan Dukungan suami Penguatan/kekuata Media Motivasi ibu balita datang ke Posyandu Gambar 2.1 : Kerangka Teori Sumber: Handoko (1998)
25 E. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent Tingkat pengetahuan Usia Motivasi ibu balita datang ke Posyandu Dukungan suami Gambar 2.2 : Kerangka Konsep F. Variebel Penelitian 1. Varibel Independen (bebas) : usia ibu, tingkat pengetahuan, dukungan suami 2. Variabel Dependent (terikat) : motivasi ibu balita datang ke Posyandu G. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan usia dengan motivasi ibu balita datang ke Posyandu di desa Wonowoso Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. 2. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang fungsi Posyandu dengan motivasi ibu balita datang ke Posyandu di desa Wonowoso Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. 3. Ada hubungan dukungan suami dengan motivasi ibu balita datang ke Posyandu di desa Wonowoso Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak.