II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan taksonomi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. : Artiodactyla. Bos indicus Bos sondaicus

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Potong Tropis Bangsa sapi potong tropis adalah merupakan bangsa sapi potong yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum : Chordata; Subphylum :

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Rokan Hulu, Rokan Hilir, Siak, Natuna,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Sapi Brahman Cross (BX)

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Karakteristik Domba Lokal di Indonesia

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

tumbuh lebih cepat daripada jaringan otot dan tulang selama fase penggemukan. Oleh karena itu, peningkatan lemak karkas mempengaruhi komposisi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara zoologis ternak babi termasuk ke dalam phylum Chordata, kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

TINJAUAN PUSTAKA. Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Banteng (bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Payne dan Rollinson (1973)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sejarah Sapi Potong Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

Hubungan antara Umur dengan Berat Karkas Depan (Fore Quarter) Ditinjau dari Potongan Primal Sapi Bali Jantan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

PARAMETER TUBUH DAN SIFAT-SIFAT KARKAS SAPI POTONG PADA KONDISI TUBUH YANG BERBEDA SKRIPSI VINA MUHIBBAH

PERSENTASE KARKAS, TEBAL LEMAK PUNGGUNG DAN INDEKS PERDAGINGAN SAPI BALI, PERANAKAN ONGOLE DAN AUSTRALIAN COMMERCIAL CROSS

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Pedaging

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

Transkripsi:

6 II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class Ordo Sub ordo Infra ordo Famili Genus Group Spesies : Chordata : Vertebrata : Mamalia : Theria : Eutheria : Artiodactyla : Ruminantia : Pecora : Bovidae : Bos (cattle) : Taurinae : Bos taurus (sapi Eropa) Bos indicus (sapi India/sapi zebu) Bos sondaicus (banteng/sapi Bali) Bangsa sapi Eropa antara lain Frisian Holstein (FH), sapi jersey, sapi limousin, Gallowy, Hereford, Shorthorn, dan Carolais. Sapi-sapi Amerika dan Australia merupaka keturunan sapi-sapi Eropa dan sebagian hasil persilangan dengan bangsa sapi india.

7 Bangsa sapi India sering disebut dengan sapi Zebu, bangsa sapi Zebu ini antara lain sapi Ongole, Gir, Guzarat, Sahiwal,dan Brahman yang berkembang di Amerika. Sedangkan sapi-sapi Afrika merupakan keturunan bangsa sapi Zebu dengan beberapa jenis sapi Eropa. Misalnya, sapi Nandi merupakan keturunan antara sapi Zebu dengan sapi Shorthon, Boran, Kenana dan Africander. Beberapa jenis sapi di Indonesia. Misalnya, sapi PO (Peranakan Ongole), sapi Bali dan sapi Madura. Sapi Bali merupakan sapi potong asli indonesia yang didomestikasi dari Banteng. Sapi Bali digolongkan sebagai sapi pedaging ideal ditinjau dari bentuk badan yang kompak dan serasi bahkan dinilai mempunyai keunggulan yang hampir menyerupai sapi pedaging Eropa. Oleh karena itu, dianggap mempunyai kemampuan beradaptasi dengan pemberian pakan yang bernilai gizi tinggi (Williamson dan Payne, 1976). Sapi Bali memiliki bibir, kaki dan ekor berwarna hitam, sedangkan warna putih ditemukan pada bagian sekitar bawah bibir, lutut ke bawah dan bokong yang berbentuk oval. Garis hitam dari bahu sampai di atas ekor, ditemukan pada punggung. Sapi Bali digunakan sebagai ternak kerja, tetapi dianggap sebagai ternak potong karena memiliki kualitas karkas yang baik. Kepala lebar dan pendek dengan puncak kepala yang datar, telinga berukuran sedang dan bediri. Tanduk jantan berukuran besar tumbuh ke samping kemudian ke atas dan meruncing (Williamson dan Payne., 1993). 2.2 Pendugaan Umur Ternak Umur sapi dapat diketahui dengan melihat gigi serinya. Gigi seri sapi hanya terdapat dirahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah tumbuh. Gigi secara bertahap tumbuh pada umur tertentu akan tanggal sepasang demi

8 sepasang, berganti ddengan gigi seri yang baru. Gigi seri yang pertama tumbuh disebut gigi susu, sedangkan gigi seri baru yang mengganti gigi susu disebut gigi tetap. Pemunculan setiap pasang gigi bermunculan kira-kira pada waktu yang sama dari kehidupan dan dengan demikian indikasi dari umur ternak yang mugkin yang dapat diperiksa dari gigi-gigi ternak tersebut (Williamson dan Payne., 1993). Pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi 3 fase, yaitu fase gigi susu, fase ini dimana gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti dengan gigi yang baru, fase pergantian gigi, yaitu dari awal pergantian sampai selesai, dan fase keausan yaitu dimana gigi tetap mengalami keausan (Murtidjo, 1992). Sapi yang mengalami gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar kurang lebih 1,5 tahun.sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 2 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai usia sekitar 3 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah, mempunyaiusia sekitar 4 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus, mempunyai usia sekitar 6 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 50% bagian telah aus, mempunyai usia sekitar 7 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% telah aus, mempunyai usia sekitar 8 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap empat pasang, tapi semua telah aus, mempunyai usia diatas 8 tahun (Murtidjo, 1992). Gambar 1 menunjukan contoh pendugaan umur sapi.

9 2.3 Pertumbuan dan Perkembangan Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukura yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dimensi linier, dan konformasi tubuh termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, tulang, lemak, dan organserta kompnen seperti air, protein, dan abu pada karkas (Soeparno, 1992). Selanjutnya dinyatakan bahwa perubahan organ-organ dan jaringan tersebut berlangsung secra gradual sehingga tercapai ukuran dan bentuk karakteristik masing-masing organ dan jaringan. Menurut Berg dan Butterfield (1976) pertumbuhan dapat diukur sebagai pertambahan massa tubuh persatuan waktu. Massa tubuh ini merupakan alat pengukur yang secara komersial sangat penting dan berguna dalam pertumbuhan yaitu untuk meramalkan produk-produk yang dihasilkan dan layak dikonsumsi, terutama daging yang mempunyai kualitas baik.

10 Proses pertumbuhan yang dialami ternak sapi mulai saat terjadinya pertumbuhan hingga pedet itu lahir, dan dilanjutkan sampai sapi menjadi dewasa. Selama proses ini berlangsung, pertumbuhan saat pembuahan berlangsung lambat, kemudian menjadi agak cepat pada saat menjelang kelahiran. Sesudah pedet lahir pertumbuhan semakin cepat hingga usia penyapihan. Usia penyapihan hingga pubertas laju pertubuhan masih bertahan pesat, akan tetapi dari usia pubertas sampai dewasa laju pertumbuhannya menurun. Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan adalah hasil dari pertumbuhan bagian-bagian tubuh yang berbeda-beda. Rangka atau tulang tumbuh cepat dalam waktu yang singkat sesudah hewan dilahirkan yang kemudian turun lagi. Setelah itu baru diikuti pertumbuhan otot-otot dan terakhir adalah lemak. Penimbunan lemak terjadi setelah hewan mencapai kedewasaan tubuh, yakni setelah jaringan tulang dan otot selesai. Kemudian diikuti pembentukan lemak. Oleh karena itu, sapi yang dipotong pada usia muda 1,5-2,5 tahun persentase dagingnya lebih tinggi sebab belum tertimbun lemak (Sugeng, 2003). Pertumbuhan ternak menunjukkan peningkatan ukuran linear, bobot, akumulasi jaringan lemak dan retensi nitrogen dan air. Terdapat tiga hal penting dalam pertumbuhan seekor ternak, yaitu: proses-proses dasar pertumbuhan sel, diferensiasi sel-sel induk menjadi ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan mekanisme pengendalian pertumbuhan dan diferensiasi. Pertumbuhan sel meliputi perbanyakan sel, pembesaran sel dan akumulasi substansi ekstraseluler atau material-material non protoplasma (Williams, 1982; Edey, 1983) Berdasarkan waktu pengukuran bobot badan sebagai indikator laju pertumbuhan pada periode tertentu, maka petumbuhan ternak dapat digolongkan dalam tiga periode yaitu lahir, sebelum disapih, dan sesudah disapih.

11 Pertumbuhan sering didefinisikan sebagai perubahan hidup, bentuk ukuran, serta komposisi tubuhnya (Hasbullah, 2003). Pertumbuhan biasanya dinyatakan dengan kenaikan bobot badan. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan tahap yang lambat. Tulang paling cepat pertumbuhannya disusul otot dan lemak paling lambat berhenti pertumbuhannya (Tillman dkk., 1991). Pertumbuhan ternak dapat dibedakan menjadi pertumbuhan sebelum kelahiran (prenatal) dan pertumbuhan setelah terjadi kelahiran (postnatal) (Black, 1983). Pertumbuhan prenatal dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu periode ovum, periode embrio dan periode fetus. Pertumbuhan pra sapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu yang dihasilkan oleh induknya (Williams, 1982). Pada domba, pertumbuhan pra sapih dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi susu induk, litter size, umur induk, jenis kelamin anak dan umur penyapihan. Pertumbuhan pasca sapih (lepas sapih) sangat ditentukan oleh bangsa, jenis kelamin, mutu pakan yang diberikan, umur dan bobot sapih serta lingkungan misalnya suhu udara, kondisi kandang, pengendalian parasit dan penyakit lainnya (Edey, 1983). Pertumbuhan dapat diukur dengan tiga cara, yakni: (1) laju pertumbuhan kumulatif (cumulative growth rate), (2) laju pertumbuhan relative (relative growth rate) dan (3) laju pertumbuhan absolut (absolute growth rate). Kurva laju pertumbuhan kumulatif adalah kurva bobot badan versus waktu, bentuk kurva ini sigmoid. Pertumbuhan sapi jantan di bawah kondisi lingkungan yang terkendali dapat digambarkan sebagai kurva yang berbentuk sigmoid (Tulloh, 1978). Kurva pertumbuhan kumulatif diperoleh dengan cara menimbang bobot hidup ternak sesering mungkin, selanjutnya dibuat kurva dengan aksisnya adalah umur dan ordinatnya adalah bobot hidup. Di bawah kondisi lingkungan yang

12 terkendali, bobot ternak muda akan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang tinggi sampai dicapainya pubertas. Setelah pubertas dicapai bobot badan meningkat terus dengan laju pertambahan bobot badan yang semakin menurun, dan akhirnya tidak terjadi peningkatan bobot badan setelah dicapai kedewasaan. Pertambahan bobot badan per unit waktu atau laju pertumbuhan absolut (LPA). Pada saat lahir sampai pubertas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang semakin meningkat (Brody, 1945). Setelah dicapai pubertas, pertambahan harian menurun sampai dicapai titik nol setelah dicapainya kedewasaan. Setelah kedewasaan laju pertumbuhannya menjadi negatif (Tulloh, 1978; Edey, 1983, Aberle dkk., 2001). Perkembangan adalah perubahan konformasi tubuh dan bentuk serta perubahan macam-macam fungsi tubuh sehingga dapat digunakan secara penuh (Lawrie,1998). Pertumbuhan dan perkembangan sangat ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, manajemen pakan dan manipulasi exogenous. 2.4 Lebar Dada dan Lebar Kelangkang Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi, antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar (Natasasmita dan Mudikdjo, 1979). Indikator penilaian produktivitas ternak dapat dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh yang sering dipergunakan dalam menilai produktivitas antara lain tinggi badan, lingkar dada dan panjang badan. Bobot badan juga merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan manajemen peternakan (Blakely dan Bade, 1991).

13 Bobot badan merupakan bobot yang didapatkan selama sapi dipelihara dan dalam keadaan hidup, sedangkan bobot potong merupakan bobot yang ditimbang sesaat sebelum sapi dipotong (Natasasmita dan Mudikdjo.,1979). Bobot badan sapi merupakan salah satu indikator produktivitas ternak yang dapat diduga berdasarkan ukuran linear tubuh sapi (Kadarsih, 2003). Sapi seharusnya dipotong pada waktu yang optimum bagi peternak, yaitu saat bobot badan dan komposisi tubuh yang dihasilkan seimbang dengan pakan dan biaya yang dikeluarkan (Phillips, 2001). Perbedaan bobot badan dewasa sapi pedaging yang berbedabeda akan menghasilkan tingkat kegemukannya yang berbeda pula pada umur dan makanan yang sama (Parakkasi, 1999). Perbedaan bobot badan tersebut dikarenakan adanya perbedaan pertambahan bobot badan harian, rataan pakan yang dikonsumsi masing-masing individu, jumlah pertambahan otot tiap hari serta perbedaan jumlah lemak yang telah disimpan oleh tubuh. Perbedaan tersebut akan menjadikan komposisi tubuh atau frame size ternak berbeda (Field dan Taylor., 2002). Ukuran-ukuran linear tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan secara linear. Kadarsih (2003) menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada. Ukuran linear tubuh menurut Minish dan Fox (1979) dapat mengidentifikasi pola atau tingkat kedewasaan fisiologis ternak sehingga dapat dijadikan parameter penduga bobot badan ternak. Penentuan frame size menurut Field dan Taylor (2002) dapat ditentukan berdasarkan nilai parameter tubuh ternak tersebut. Tebal lemak pangkal ekor dan ukuran linear tubuh ternak dapat menduga besarnya komposisi karkas (Pratiwi, 1997).

14 Pengukuran dimensi tubuh sangatlah penting dilakukan namun seringkali para peternak sapi Bali tidak mengetahui dengan pasti perkembangan tubuh ternak sapinya dari awal kelahiran, pemeliharaan hingga saat penjualan sehingga tidak diketahui dengan pasti produktivitas ternak dan keuntungan nominalnya yang akan dan seharusnya diperoleh (Bugiwati, 2007). Menurut Djagra (1994) pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi tubuh luar ternak atau ukuran statistik yaitu : Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat di belakang antara kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar dada. Lebar kelngkang, bagian terluar paha kanan sampai bagian terluar paha kiri. 2.5 Bobot Potong Ternak Bobot potong merupakan bobot yang ditimbang sesaat sebelum sapi dipotong. Sedangkan bobot badan yang biasa ditimbang biasanya untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan ternak yang diamati disebut sebagai bobot hidup (Natasasmita dan Mudikdjo., 1979). 2.6 Berat Karkas dan Persentase Karkas Karkas ternak ruminansia diperoleh dari ternak yang telah dipototng, dipisahkan dari kepala, keempat kakinya pada bagian lutut, kulit, dan jeroannya (kecuali ginjal) serta darah yang keluar selama pemotongan. Pada ternak sapi selanjutnya karkas tersebut dibagi dua secara simetris menjadi belahan karkas kiri dan belahan karkas kanan. Kemudian karkas kiri atu karkas kanan ini dibagi menjadi peempat bagian karkas, yaitu fore quarter yang bagian depan dan hind quarter yang bagian belakang, pembagian perempat karkas dilakukan antara

15 tulang rusuk 12 dan 13, walaupun di beberapa tempat atau negara ada juga yang memotongnya di antara rusuk 10-11 (Santosa, 1995). Estimasi komposisi karkas dapat dilakukan dengan memprediksi jumlah produk yang layak dimakan (edible product). Hasil tersebut terdiri atas proporsi daging, lemak dan tulang, Keseluruhan proporsi karkas tersebut ditentukan oleh pertumbuhan jaringannya. Besarnya jumlah edible product yang dihasilkan ini juga ditentukan oleh keahlian dari orang yang men\angani rangkaian pemotongan ternak (jagal) serta kesukaan konsumen dalam memilih bagian-bagian potongan dari produk tersebut setelah diperdagangkan. Perbedaan yang menjadi hubungannya dalam hal ini biasanya tergantung pada seberapa besar lemak dan tulang yang terdapat dalam jaringan daging dapat diterima oleh konsumen sebagai edible product. Daging dalam hal ini merupakan komponen karkas yang terpenting sehingga dalam penerapannya, total daging secara kuantitatif dipergunakan sebagai titik akhir sarana penduga atau pengukur komposisi karkas (Berg dan Butterfield., 1976). Bobot karkas adalah bobot badan ternak setelah dipotong dikurangi kepala, kulit, keempat kaki bagian bawah (dari carpus sampai tartus), darah dan jerioan (Cole, 1975). Karkas yang dihasilkan oleh suatu ternak sangat dipengaruhi oleh bobot potong, jenis kelamin serta keadaan ternak sebelum dipotong (Bowker, dkk., 1975). Bobot karkas penting digunakan dalam sistem evaluasi karkas. Penggunaan bobot karkas perlu dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya agar evaluasi karkas menghasilkan penilaian yang akurat. Hal tersebut dikarenakan bobot karkas dipengaruhi oleh variasi tipe, bangsa, nutrisi dan jenis dalam pertumbuhan jaringan. Keragaman tersebut dapat diperkecil dengan

16 mengkombinasikan bobot karkas dengan tebal lemak punggung dan luas urat daging mata rusuk dalam mengevaluasi karkas (Johnson et al., 1992). Bobot karkas juga sangat dipengaruhi oleh bobot potong, berdasarkan Herman et al. (1983) semakin tinggi bobot potong maka bobot karkas juga akan bertambah. Kauffman (2001) menjelaskan bahwa bobot karkas sebagian besar dipengaruhi oleh bobot otot dan perototan sangat menentukan kondisi tubuh ternak. Brahman Cross relatif menghasilkan bobot karkas yang lebih tinggi karena ukuran saluran pencernaan sapi tersebut relatif lebih kecil (Brahmantiyo, 1996). Penilaian yang umum terhadap ternak sapi penggemukan dilakukan terhadap persentase karkas dan indeks perdagingan. Persentase karkas yaitu berat karkas dibagi dengan bobot potong dikalikan 100 persen (Santosa, 1995). Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan bobot karkas yang tinggi (Arka, 1984). Dengan demikian semakin tinggi bobot karkas per satuan bobot badan maka akan semakin tinggi persentase karkasnya, sehingga semakin tinggi nilai karkas tersebut. Persentase karkas sapi berkisar antara 50-60 persen. Bangsa sapi yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan bobot tubuh yang besar dengan semakin berat tubuhnya maka bobot karkas akan meningkat (Williamson dan Payne, 1971). Persentase karkas dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikalikan dengan bobot potong dikalikan seratus persen (forrest dkk, 1975; Tulloh, 1978). Persentase karkas seekor ternak dipengaruhi oleh umur, bangsa, jenis kelamin dan bobot karkas. Persentase karkas cenderung menurun pada sapi tua (Bowker, 1978). Pertambahan bobot badan yang selaras dengan bertambahnya umur akan

17 mempengaruhi persentasi karkas (Tulloh, 1978). Perbedaan jenis kelamin pada ternak biasanya akan berpengaruh terhadap persentase karkas. Pada jenis kelamin yang berbeda, laju pertumbuhan juga berbeda. Dibandingkan dengan ternak betina, ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat adan pada umur yang sama mempunyai bobot tubuh lebih berat (Chaniago dan Boyes, 1980; Hammond dkk., 1984). Bobot karkas meningkat sejalan dengan meningkatnya bobot badan yang disertai meningkatnya lemak, sehingga persentase menghasilkan persentase karkas yang tinggi (Jones, 1985). Ternak yang gemuk akan mempunyai persentase karkas yang tinggi dari pada ternak yag kurus karena berkaitan dengan persentase daging yang dihasilkan. Hafid dan Rugayah (2009) menyatakan bahwa rata-rata persentse karkas sapi Bali 53-56%. 2.7 Regresi dan Korelasi Regresi adalah hubungan yang terjadi antara variabel tertentu dengan satu atau lebih variabel bebas. Regresi berganda adalah persamaan regresi dengan peubah yang tak bebas (Y) dengan lebih dari satu peubah bebas (X). Variabel bebas yang digunakan misalnya lebar dada (X 1 ) dan lebar kelangkang (X 2 ). Secara umum data pengamatan Y terjadi akibat variabel bebas, sehingga diperoleh regresi Y=a+b 1 x 1 +b 2 x 2 (Laya, 2005). Korelasi adalah hubungan timbal balik yaitu saling bergantungnya dua variabel. Misalnya antara Y 1 dan X 2, koefisien korelasi sebesar +1 artinya bahwa korelasinya adalah positif dan sempurna, apabila korelasinya 0 menunjukan tidak ada hubungan antara dua variabel.

18 Nilai korelasi berkisar antara -1 sampai kurang lebih 1. Korelasi dikatakan sedang bila kecil dari 0,25 0,5 dan berkorelasi tinggi bila lebih dari 0,50 (Chrisnawati, 2009). Nnilai korelasi (r) menurut Hasan (2003) sebagai berikut: 1. Nilai korelasi = 0, tidak ada korelasi 2. 0 < Nilai korelasi 0,20, korelasi sangat rendah/lemah sekali 3. 0,20 < Nilai korelasi 0,40, korelasi rendah 4. 0,40 < Nilai korelasi 0,70, korelasi yang cukup berarti 5. 0,70 < Nilai korelasi 0,90, korelasi yang tinggi atau kuat 6. 0,90 < Nilai korelasi 1,00, korelasi sangat tinggi/kuat sekali 7. Nilai korelasi = 1, korelasi sempurna