PENERAPAN DISTRIBUSI PELUANG UNTUK IDENTIFIKASI PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN EKSTRIM

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO DAN MALANG

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DKI JAKARTA DENGAN METODE EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT DI TELUK BAYUR. Yosyea Oktaviandra 1*, Suratno 2

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

Iklim / Climate BAB II IKLIM. Climate. Berau Dalam Angka 2013 Page 11

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musim Hujan dan Monsun

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

I. INFORMASI METEOROLOGI

INDIKASI PERUBAHAN IKLIM DARI PERGESERAN BULAN BASAH, KERING, DAN LEMBAB

ANALISIS STATISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI INDONESIA UNTUK EVALUASI PERUBAHAN IKLIM

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

I. INFORMASI METEOROLOGI

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

I. INFORMASI METEOROLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Studi Variabilitas Tinggi dan Periode Gelombang Laut Signifikan di Selat Karimata Mulyadi 1), Muh. Ishak Jumarang 1)*, Apriansyah 2)

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ALGORITHMA FAST FOURIER TRASFORM (FFT) UNTUK ANALISIS POLA CURAH HUJAN DI KALIMANTAN BARAT

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

I. INFORMASI METEOROLOGI

VARIASI SPASIAL DAN TEMPORAL HUJAN KONVEKTIF DI PULAU JAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT GMS-6 (MTSAT-1R) YETTI KUSUMAYANTI

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUH TOPOGRAFI TERHADAP CURAH HUJAN MUSIMAN DAN TAHUNAN DI PROVINSI BALI BERDASARKAN DATA OBSERVASI RESOLUSI TINGGI

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

Musim Hujan. Musim Kemarau

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. permukaan Bumi (Shauji dan Kitaura, 2006) dan dapat dijadikan sebagai dasar

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

LAPORAN POTENSI HUJAN AKHIR JANUARI HINGGA AWAL FEBRUARI 2016 DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

ANALISIS CUACA PADA SAAT PELAKSANAAN TMC PENANGGULANGAN BANJIR JAKARTA JANUARI FEBRUARI Abstract

ANALISIS VARIABILITAS TEMPERATUR UDARA DI DAERAH KOTOTABANG PERIODE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

PENGARUH SEBARAN SUHU UDARA DARI AUSTRALIA TERHADAP SUHU UDARA DI BALI. Oleh, Erasmus Kayadu

ANALISA ANGIN ZONAL DALAM MENENTUKAN AWAL MUSIM HUJAN DI BALI BAGIAN SELATAN

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

VARIASI GELOMBANG LAUTDI SELAT MAKASSAR BAGIAN SELATAN

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

IDENTIFIKASI PERUBAHAN DISTRIBUSI CURAH HUJAN DI INDONESIA AKIBAT DARI PENGARUH PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

MEKANISME HUJAN HARIAN DI SUMATERA

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

ANALISIS HUJAN LEBAT MENGGUNAKAN RADAR CUACA DI JAMBI (Studi Kasus 25 Januari 2015)

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMlPA IPB

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Juniarti Visa (Penerapan Distribusi untuk Identifikasi Perubahan Klimatologis Curah Hujan Ekstrim) PENERPN DISTRIUSI PELUNG UNTUK IDENTIFIKSI PERUHN KLIMTOLOGIS CURH HUJN EKSTRIM Juniarti Visa Pusat Pemanfaatan Sains tmosfer dan Iklim-LPN Jl. DR. Junjunan 3, andung-473 bstract. Climatological change analysis of rain fall in Maros and Ciamis had been done using rain fall data for 3 years. The rain fall process was focused in wet months () and dry months (). The results show that in Maros and Ciamis area there had been a rain fall climatological change in every 3 years an average period. Using Statistical Distribution method, an extreme rain fall occurred in each period. The maximum rain fall in Maros was 937 mm/month for wet months () and 36 mm/month, while in Ciamis was 39 mm/month for wet month and 99mm/month for dry month. Keyword: rain fall,,. PENDHULUN Curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsoon yang digerakkan oleh adanya sel tekanan tinggi dan sel tekanan rendah di benua sia dan ustralia secara bergantian. Dalam bulan Desember, Januari, Februari di belahan bumi utara terjadi musim dingin akibat adanya sel tekanan tinggi di benua sia, sedangkan di belahan bumi selatan pada waktu yang sama terjadi musim panas, akibatnya terjadi sel tekanan rendah di benua ustralia. Karena ada perbedaan tekanan di kedua benua tersebut maka pada periode Desember, Januari, Februari bertiup angin dari tekanan tinggi ke tekanan rendah di ustralia, angin ini disebut monsoon arat atau monsoon barat laut. Dalam bulan Juni, Juli, gustus terjadi sebaliknya, terdapat sel tekanan rendah di sia dan sel tekanan tinggi di ustralia yang menggerakkan monsoon timur atau monsoon tenggara []. Secara geografis posisi wilayah Indonesia sangatlah strategis dan bersifat khusus, ia berada di wilayah tropis yang kaya akan radiasi matahari dengan lama siang dan malam sepanjang tahun hampir selalu sama, sehingga jumlah radiasi matahari sepanjang hari relatif hampir konstan. Ia terletak diantara dua benua sia dan ustralia, diantara dua samudra India dan Pasifik, dan diantara dua elahan umi Utara dan elahan umi Selatan. Disamping itu dengan kondisi permukaan yang sekitar 7 % didominasi oleh lautan, terdiri atas lebih dari 7.5 pulau besar dan kecil. Sementara itu sebaran pulaunya yang banyak dikelilingi oleh laut dangkal atau dikenal dengan benua maritim merupakan potensi penguapan yang cukup besar untuk mempermudah pembentukan awan hujan dan umumnya permukaan daratan bergunung gunung, sehingga [5], menyebutnya sebagai maritim continent. Kondisi ini mengakibatkan tidak terdapat iklim yang seragam di seluruh wilayah Indonesia, keragaman iklim ini terjadi karena perbedaan letak geografis, kondisi topografis yang kompleks [3] dan kondisi orografis yang berbeda beda, keadaan ini tercermin dari adanya perbedaan tipe hujan di wilayah Indonesia, paling tidak terdapat tiga tipe curah hujan yaitu monsunal, equatorial dan lokal []. tmosfer di atas enua Maritim di Indonesia memiliki dinamika dengan tingkat nonlinieritas yang sangat tinggi sebagai akibat dari sangat beragamnya topografi, vegetasi serta pengaruh monsun dan interaksi laut-atmosfer di Samudra Hindia di samping interaksi darat-atmosfer-laut di enua Maritim Indonesia sendiri. Dampak perubahan iklim di wilayah Indonesia tidak dapat diharapkan seragam. 95

Jurnal Matematika Vol. 8, No.3, Desember 5: 95- Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui perubahan klimatologis curah hujan ekstrim di Maros dan Ciamis. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah diketahuinya perilaku iklim dan curah hujan ekstrim di maros dan ciamis. Rata-rata curah hujan berada disekitar 85%-5% di sebut dalam batas normal, sedangkan bila lebih besar dari 5 % berarti barada di atas normal sedangkan jika lebih kecil dari 85 % berati berada di bawah normal [].. DT DN METODE.. Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data curah hujan bulanan 9-3 untuk daerah Maros, Ciamis. Data diperoleh dari adan Meteorologi dan Geofisika (MG) Jakarta... Metode Tahapan dalam penulisan makalah ini. Data dibagi dalam 9 kelompok sesuai dengan aturan moving average yang dibagi dalam 3 tahun dengan interval tahun. Penelitian difokuskan pada bulan-bu-lan basah (Des,Jan,Feb ()) dan bu-lanbulan kering (Jun,Jul,ug ()). 3. Menentukan distribusi peluang. 4. Menggunakan metode Statistik baku Untuk menentukan perubahan klimatologis curah hujan bulanan digunakan parameter-parameter statistik sebagai berikut: a. Simpangan aku Simpangan aku adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh nilai curah hujan menyimpang dari nilai rata-ratanya. Deviasi standar dihitung dengan metoda metoda (n-) atau non-bias. Deviasi standar (σ) dihitung dengan persaman berikut: n x ( x ) SD = n( n ) dengan x = nilai variabel curah hujan n = jumlah data b. Rata-rata Rata-rata adalah ukuran yang dianggap mewakili suatu kumpulan nilai (variabel curah hujan) yang dihitung dengan menjumlahkan semua nilai curah hujan di bagi banyaknya nilai. x x = n x = nilai variabel curah hujan, n = jumlah data. c. Koefisien variasi Koefisien variasi menyatakan ukuran keragaman data curah hujan. Semakin tidak seragam data, koefisien variasi semakin besar. Cv = σ / x, dengan, σ adalah deviasi standar x = rata-rata curah hujan Cv = koefisien variasi Selanjutnya menentukan distribusi peluang dengan menggunakan distribusi normal atau distribusi Gauss [6], [4]. 3. HSIL DN PEMHSN 3.. Hasil Hasil analisis curah hujan periode 9-3 di daerah Maros, rata rata 3 tahunan curah hujan pada bulan basah () diperoleh nilai maksimun 937 mm/bln, sedangkan rata rata 3 tahun curah hujan bulan kering () nilai maksimum 36 mm/bln. Sementara untuk daerah Ciamis rata rata 3 tahunan curah hujan bulan basah () nilai maksimum 39 mm/bln, dan 99 mm/bln untuk curah hujan bulan kering (). Sedangkan untuk melihat perubahan klimatologis curah hujan pada bulan basah () dan bulan kering () yang diperoleh dari rata rata 3 tahunan setiap periode untuk daerah Maros dan Ciamis, lihat Tabel dan Tabel. 96

Juniarti Visa (Penerapan Distribusi untuk Identifikasi Perubahan Klimatologis Curah Hujan Ekstrim) Tabel. Perubahan klimatologis curah hujan bulan basah dan bulan kering. Perubahan Klimatologis Curah Hujan ulan asah(dj F) mm/bln Kota No. untuk Setiap 3 Tahun yang Terdiri dari 9 Periode Maros 3 4 5 6 7 8 9. standar.96.4 7.6 3.8.5.96 7.6 9.6. standar 8.7 9.45 5.5 4.3. 7.55.86.7 Tabel. Perubahan klimatologis curah hujan bulan basah dan bulan kering Perubahan Klimatologis Curah Hujan ulan asah(dj F) mm/bln Kota No. untuk Setiap 3 Tahun yang Terdiri dari 9 Periode Ciamis 3 4 5 6 7 8 9. standar.3 9.7 * 4.4 37.99 5.8 * 3.68* 3.4* 5.59*. standar 34.74* 35.35* 8.65 6.5 7. 3.59 8.87* 45.3* Keterangan: Tanda * : berarti nilai curah hujan dibawah nilai curah hujan standar atau acuan. Tabel 3. Curah Hujan ulan asah () Curah Hujan ulan Kering () No. Kota 3 4 5 6 7 8 9. Maros.35.36.8.38.44.4.38.37.4. Ciamis.69.77.66.58.9.45.5.6.68 Tabel 4. Curah Hujan ulan Kering () Curah Hujan ulan asah (DJ F) No. Kota 3 4 5 6 7 8 9. Maros.35.33.33.38.45.45.45.35.3. Ciamis.3.35.37.3.3.34.4.4.39 Untuk peluang curah hujan pada bulan basah () dan bulan kering () di daerah Maros dan Ciamis dapat dilihat dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Daerah Maros, kejadian curah hujan ekstrim terjadi pada bulan basah () pada periode, pada tahun 95, 96, 9, 9, 9, 93, 94 dan 97 dengan nilai curah hujan kecil dari 37 mm/bln dan besar dari 5 mm/bln. Pada periode ekstrim kering terjadi pada tahun 9, 9, 97, 99,93, 934, 935 dan 936, nilai curah hujan kecil dari 35 mm/bln dan besar dari mm/bln. Periode 3 curah hujan ekstrim kering terjadi pada tahun 97, 93, 934, 935, 94 dengan nilai curah hujan kecil dari 68 mm/bln dan besar dari mm/bln. Sedang kan untuk periode 4 curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 93, 934, 935,936, 94, 956, 959 dengan nilai curah hujan besar dari 3 mm/bln dan kecil dari 3 mm/bln, untuk periode 5 terjadi ekstrim kering pada tahun 94, 956, 959, 96, 963 nilai curah hujan kecil dari mm/bln dan besar dari 8 mm/bln, untuk periode 6 curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 956, 959, 96, 96, 964, 963, 964, 966 nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 368 mm/bln, untuk periode 7 curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 96, 96, 963, 964, 975, 983, 985, 986, kemudian untuk periode -8 curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 975, 983, 986, 99, 99, 994, 97

Jurnal Matematika Vol. 8, No.3, Desember 5: 95-997, 998 dengan nilai curah juan kecil dari 335 mm/bln dan besar dari 87 mm/bln, dan untuk periode 9 curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 983, 99, 99, 994, 997, 998 dengan nilai curah hujan besar dari 87 mm/bln dan kecil dari 37 mm/bln dan ekstrim basah terjadi pada tahun 3 curah hujan sebesar 937 mm/bln. Kemudian kejadian curah hujan ekstrim yang terjadi pada bulan kering () pada periode, curah hujan ekstrim basah terjadi pada tahun 97 pada bulan Juni nilai curah hujan sebesar 3 mm/bln, untuk periode curah hujan ekstrim basah terjadi pada tahun 934 bulan Juli curah hujan sebesar 9 mm/bln, untuk periode 3 curah hujan ekstrim basah terjadi pada tahun 934 pada bulan Juli sebesar 9 mm/bln. Sedangkan untuk periode 4 dan 5 ekstrim basah terjadi pada tahun 958 curah hujan sebesar 57 mm/bln dan untuk periode 6 ekstrim basah terjadi tahun 958 dengan nilai curah hujan 57 mm/bln dan tahun 97 nilai curah hujan sebesar 68 mm/bln, periode -7 ekstrim basah terjadi tahun 968 nilai curah hujan sebesar 9 mm/bln dan tahun 97 curah hujan sebesar 68 mm/bln, selanjutnya untuk 8 ekstrim basah terjadi pada tahun 97 dengan nilai curah hujan 68 mm/bln dan tahun 998 nilai curah hujan sebesar 36 mm/bln dan untuk periode 9 ekstrim basah terjadi tahun 99, 998 dan nilai curah hujan besar dari 9 mm/bln dan kecil dari 36 mm/bln. Selanjutnya untuk daerah Ciamis curah hujan ekstrim yang terjadi pada bulan basah () pada periode curah hujan ekstrim terjadi pada tahun 9 bulan Januari sebesar 34 mm/bln dan 94 bulan Februari sebesar mm/bln dan 9 bulan Februari sebesar 35 mm/bln ini adalah ekstrim kering dan ekstrim basah yang terjadi pada tahun 96 bulan Januari curah hujan sebesar 39 mm/bln dan bulan Februari curah hujan sebesar 966 mm/bln dan pada periode ekstrim kering terjadi tahun 9, 93, 9, 93 nilai curah hujan besar dari 9 mm/bln dan kecil dari 64 mm/bln ekstrim basah terjadi 9, 94, 96, 97, 99, 9, 93, 97, 93, 93 dengan nilai curah hujan besar dari 5 mm/bln dan kecil dari 39 mm/bln, untuk 3 ekstrim kering terjadi tahun 9, 9, 93, 934, 943 dengan nilai curah hujan besar dari 9 mm/bln dan kecil 7 mm/bln, sedangkan ekstrim basah terjadi pada tahun 93 dengan nilai curah hujan 8 mm/bln, 4 ekstrim kering terjadi pada tahun 93,934,943,957 dengan nilai curah hujan kecil dari 7 mm/bln dan besar 9 mm/bln, 5 ekstrim kering terjadi pada tahun 96 dengan curah hujan sebesar 58 mm/bln dan tahun 969 curah hujan sebesar mm/bln, -6 ekstrim kering terjadi 969, 97, 973, 974 nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 4 mm/bln, 7 ekstrim kering terjadi pada tahun 969, 97, 973, 974 dengan nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 56 mm/bln, ekstrim basah terjadi pada tahun 968 bulan Januari curah hujan sebesar 9 mm/bln, 8 ekstrim kering terjadi pada tahun 97, 973, 974, 976, 99, 994, 997 dengan nilai curah hujan besar dari 38 mm/bln dan kecil dari 57 mm/bln, untuk 9 ekstrim kering terjadi pada tahun 98,99,997,, dengan nilai curah hujan besar dari 38 mm/bln dan kecil dari 8 mm/bln. Selanjutnya untuk bulan kering () curah hujan ekstrim kering terjadi pada periode tahun 9, 93, 99 dengan nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 7 mm/bln sedangkan ekstrim basah terjadi pada tahun 96 dengan nilai curah hujan 593 mm/bln, periode ekstrim kering terjadi pada tahun 9, 93, 98, 99, 9, 95, 97, 99, 93, 93, 93, 934, 935, 936, 937 dengan nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 73 mm/bln, periode -3 ekstrim kering terjadi pada tahun 95, 97, 99, 93, 93, 93, 934, 935, 936, 94 nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 36 mm/bln, 98

Juniarti Visa (Penerapan Distribusi untuk Identifikasi Perubahan Klimatologis Curah Hujan Ekstrim) untuk -4 ekstrim kering terjadi pada tahun 93, 934, 935, 937 dengan nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 8 mm/bln dan ekstrim basah tarjadi pada tahun 955 curah hujan sebesar 76 mm/bln dan 977 curah hujan sebesar 99 mm/bln, untuk 5 terjadi ekstrim basah tahun 957 dengan curah hujan sebesar 99 mm/bln dan tahun 968 curah hujan sebesar 9 mm/bln, periode 6 dan 7 tidak terjadi ekstrim kering maupun ekstrim basah, sedang periode 8 ekstrim kering terjadi pada tahun 97, 976, 975, 977, 98, 98, 983, 984, 99, 996, 999 dengan nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 38 mm/bln dan untuk periode 9 curah hujan ekstrim kering terjadi pada 98, 98, 984, 99, 996, 997, 999,, nilai curah hujan besar dari mm/bln dan kecil dari 5 mm/bln. 3.. Pembahasan Sifat hujan normal artinya bahwa akumulasi curah hujan yang terjadi di suatu daerah prakiraan musim hujan berada disekitar nilai rata-ratanya selama 3 tahun. Sementara itu kondisi diatas nomal diartikan bahwa akumulasi curah hujan lebih tinggi dari batas atas normalnya. Sementara itu sifat hujan di bawah normal berarti akumulasi curah hujan selama musim hujan lebih rendah dari batas bawah nilai normalnya []. Data dibagi dalam setiap 3 tahun dengan interval tahun maksudnya dalam 3 tahun dapat dideteksi fenomena a- lam yang terjadi dan interval tahun agar peristiwa alam yang terjadi tidak ada yang tidak terdeteksi dan dalam hal ini sebagai tahun acuan atau standar diambil tahun 9-99, dari Gambar terlihat disini perubahan klimatologis curah hujan ratarata 3 tahun pada bulan basah () masih berada dalam batas normal yang berkisar antara 5 5 dapat dikatakan tidak terjadi perubahan klimatologis curah hujan. Penelitian pada bulan kering () daerah Maros diperoleh seperti yang terdapat pada Gambar, diambil sebagai tahun acuan atau standar pada periode 9-99, perubahan klimatologis curah hujan tertinggi terjadi sebesar 5.5 mm/bln pada tahun, memperli-hat perubahan klimatologis curah hujan cukup signifikan yang terjadi pada tahun 9 sampai tahun 999 seperti yang ter-lihat pada Gambar disini nampak pe-rubahan klimatologis curah hujan yang ter-jadi berada diatas 5 ini adalah tidak normal. nom ali. 5.5 5 5 9-99 9-949 96-989 98-3 Gambar. Perubahan klimatologis curah hujan bulan basah () di Maros. nomali.65.6.55.5.45.4.35.3.5. 5.5 5 5 9-99 9-949 96-989 98-3 Gambar. Perubahan klimatologis curah hujan bulan kering () di Maros Untuk daerah Ciamis lihat Gambar 3, disini tampak perubahan klimatologis selama 3 tahun dalam batas normal, grafik bulan basah() berada dalam range 5-5. Sebagai standar diambil tahun 9-99, pada gambar jelas terlihat periode-4 perubahan klimatologis curah hujan sebesar 4.4 mm/bln, periode-5 perubahan klimatologis curah hujan sebesar 37.99 mm/bln, tetapi berada dalam range normal. S S 99

Jurnal Matematika Vol. 8, No.3, Desember 5: 95- Selanjutnya untuk bulan kering () di daerah Ciamis perubahan klimatologis curah hujan rata-rata 3 tahun terjadi pergeseran yang cukup besar seperti yang terlihat pada Gambar 4. Tetap sebagai tahun acuan atau standar diambil tahun 9-99. nomali. 5.5 5 5 9-99 9-949 96-989 98-3 Gambar 3. Perubahan klimatologis curah hujan bulan basah() di Ciamis nomali.9 5.9.8 5.8.7 5.7.6 5.6.5 5.5.4 5.4.3 5.3. 5. 5. 5.9 5.8 5.7 5.7.6 5.6 9-99 9-949 96-989 98-3 Gambar 4. Kondisi curah hujan pada bulan kering() daerah Ciamis Dari Gambar 4 terlihat periode-, periode-3, periode-4, periode-5, periode-6, periode-8 dan periode 9 berada diluar batas normal atau diluar range 5-5 perubahan yang terjadi cukup signifikan. Dari Gambar 5, terlihat jelas peluang perubahan curah hujan yang terjadi sangat beragam. Melalui distribusi peluang dengan menentukan deviasi rata-rata dan standar deviasi dapat ditentukan curah hujan ekstrim yang terjadi pada bulan basah () dan bulan kering () di daerah Maros. Oleh karena itu dilakukan pendekatan dengan distribusi normal kemudian dapat ditentukan kondisi ekstrim secara statistik, disini peluang paling tinggi sebesar.45 dan peluang yang berada dibawah S S.5 adalah ekstrim karena peluangnya kecil, begitu juga untuk bulan kering ()..5.45.4.35.3.5..5..5 87 333.9 58 87.7 74.6 3.5 568.4 85.3 djf djf djf3 djf4 djf5 djf6 djf7 djf8 djf9 Gambar 5. curah hujan bulan basah () daerah Maros..5.45.4.35.3.5..5..5 4. 84. 6.3 68.4.5 5.6 94.7 Gambar 6. curah hujan bulan bulan kering() daerah Maros. Selanjutnya untuk daerah Ciamis yang dikenal dengan daerah sentrapangan, ternyata dari analisis data curah hujan daerah Ciamis menunjukkan ada terjadi curah hujan ekstrim di daerah Ciamis. Namun terlebih dahulu diperhatikan untuk peluang curah hujan bulan basah () daerah Ciamis terlihat pada Gambar 7. Nampak disini peluang curah hujan bervariasi dan peluang maksimum terjadi pada periode -8 sebesar.4..45.4.35.3.5..5..5 4.4 78.8 47. 555.6 694 83.4 97 Gambar 7. curah hujan bulan basah () daerah Ciamis. jja jja jja3 jja4 jja5 jja6 jja7 jja8 jja9 djf djf djf3 djf4 djf5 djf6 djf7 djf8 djf9

Juniarti Visa (Penerapan Distribusi untuk Identifikasi Perubahan Klimatologis Curah Hujan Ekstrim) 5.7.65.6.55.5.45.4.35.3.5..5..5 6.3 3.6 48.9 64. 8.5 96.8. Gambar 8. curah hujan bulan Kering() daerah Ciamis Demikian halnya untuk peluang curah hujan pada bulan kering () dapat dilihat pada Gambar 8, jelas dini nampak peluang paling tinggi terjadi pada periode jja- sebesar.76 dan peluang yang dibawah.5 adalah curah hujan ektrim. 4. PENUTUP Dari hasil analisis data curah hujan bulanan tahun 9-3 dapat disimpulkan bahwa untuk daerah Maros untuk rata-rata 3 tahun kondisi curah hujan dalam batas normal untuk bulan basah (), dan pada bulan kering () kondisi curah hujan pada umumnya berada diatas normal. Sedangkan curah hujan ekstrim pada bulan basah () setiap periode terjadi curah hujan ekstrim kering, tetapi pada periode 98-3 terjadi ekstrim kering dan ekstrim basah. Sedangkan untuk daerah Ciamis dari rata-rata 3 tahun, kondisi curah hujan setiap periode berada dalam batas normal untuk bulan basah(), dan pada bulan kering () periode-4, 5 dan 6 berada diatas normal sedangkan untuk periode-, 3, 8 dan 9 berada dibawah normal. Kemudian untuk curah hujan ekstrim setiap periode jja jja jja3 jja4 jja5 jja6 jja7 jja8 jja9 pada bulan basah terjadi ekstrim kering dan pada periode 9-99 juga terjadi ekstrim basah Februari dan Desember 96 dengan nilai curah hujan sebesar 966 mm/bln dan 39 mm/bln.periode 9-939 juga terjadi ekstrim kering dan ekstrim basah. Pada bulan kering () terjadi ekstrim kering namun periode dan periode 96-989 tidak terjadi ekstrim, pada periode yang lainnya terdapat curah hujan ekstrim kering. 5. UCPN TERIM KSIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada apak Prof. DR. Mezak. Ratag yang telah membimbing penulis dalam penelitian ini juga kepada teman teman idang Pemodelan Iklim LPN-andung 6. DFTR PUSTK [] MG. (), Prakiraan Musim Kemarau di Indonesia. [] ayong, T. (999), Klimatologi Umum, IT andung. [3] Hamada, J.I. (3), Intra Seasonal and Diurnal Variation of Rainfall Over West Sumatra, uku Panduan Workshop Pemanfaatan Informasi Iklim Pertanian di Sumatra arat. [4] Juniarti Visa (4), Rata-rata 3 Tahunan Curah Hujan di Jakarta, Seminar MIP, IV IT, 6-7 Oktober 4 di andung. [5] Ramage (97), Monsoon Meteorology, cademic Press. Inc, International Geophisics, Series, 5. [6] Sudjana (96), Statistika, Tarsito andung.