IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MERAUKE

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA ABSTRACT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN

IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK RAKYAT MISKIN (RASKIN) DI DESA BARANGKA KECAMATAN MANGANITU KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE OLEH :

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO JANWAR BINGKU PATAR RUMAPEA MARTHA OGOTAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Website:

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik

Andyana Frida Febiani 1

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

MALINAU. Desi Natalena S 1

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO.

PENETAPAN KEBIJAKAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan

IMPLEMENTASI PENDELEGASIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan menjadi salah satu faktor

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DESA SUNGAI PADUAN KECAMATAN TELUK BATANG KABUPATEN KAYONG UTARA.

IMPLEMENTASI PENGALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) MENJADI PAJAK DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

Pentingnya implementasi What is implementation? Proses Implementasi

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR

Aji Yerico Defriandi 1

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN SARANA PRASARANA SEKOLAH PADA SMK NEGERI DI KABUPATEN PASURUAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN KLATEN

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum berjalan secara optimal, karena pemenuhan hak-hak anak seperti

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KERINGANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BADUNG

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Transformasi No. 32 Tahun 2017 Volume I Halaman 1-75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO

ABSTRAK. Lely Utami Sari Rusman Thoeng Haliah

IMPLEMENTASI RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI KECAMATAN BABULU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

IMPLEMENTASI PROGRAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN MELALUI KEGIATAN HUTAN RAKYAT DI DESA KALISIDI KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ada didaerahya. Berbagai hal yang berhubungan dengan pembangunan tersebut tentu selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi Program Gerdu Kempling di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

JURNAL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DALAM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah

Idham: Kajian kritis pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam perspektif otonomi..., USU e-repository 2008

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

IMPLEMENTASI PROGRAM WIRAUSAHA BARU OLEH DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG GERDU KEMPLING KOTA SEMARANG TAHUN 2014

ANALISIS PAJAK HOTEL DALAM PARADIGMA PELAYANAN PUBLIK UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BATU

Oleh : Nurul Fauziah, Kismartini

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BREBES PADA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SUMENEP

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi di Kecamatan Ciamis) LILIS ISTORIYAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Administrasi Perpajakan. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan Mandiri diharapkan

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. hipotesis untuk membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, membuat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. misi pembangunan Kabupaten Natuna Tahun , sebagai upaya yang

Lucyani Prastecia Mangopang 1. Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Dana Perimbangan

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BOS TAHUN 2011 di SMP AL AZHAR 14, SMP 12 dan SMP 29 Kota SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA PALEMBANG

ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PULAU MOROTAI

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

Implementasi Kebijakan Penanganan Anak Jalanan di Kota Yogyakarta. Oleh : Ayu Isrovani Pratiwi, Sundarso, Zainal Hidayat

KONTRIBUSI PAJAK PENGELOLAAN AIR TANAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MALANG (Studi Pada Unit Pelayanan Terpadu Perijinan Kabupaten Malang)

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

ANALISA TINGKAT EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Hakim Reformasi Penglolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.

Daftar Pustaka. Islamy, M Irfal, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Pemerintah. Jakarta: Bumi Aksara

IMPLEMENTASI PROGRAM SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN (STUDI PADA MADRASAH ALIYAH NEGERI CIPARAY KABUPATEN BANDUNG)

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai daerah otonom, maka daerah berhak untuk mengurus rumah

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA) OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C DI KABUPATEN MERAUKE Policy Implementation of Acquisition and Processing Tax of Class C Mineral in Merauke Regency Edoardus E. Maturbongs, H. Rakhmat dan H. Baharuddin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menjelaskan proses implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C. (2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Merauke menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan berasal dari Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Pertambangan dan Energi serta masyarakat. Hasil penelitian menunjukan proses implementasi meliputi pembayaran pajak atas setiap kegiatan penambangan, adanya izin terhadap kegiatan penambangan dan sanksi atas setiap pelanggar peraturan daerah masih belum berjalan baik. Faktor yang mempengaruhi yakni hubungan antar organisasi, perilaku aparat tingkat bawah dan perilaku kelompok sasaran masih perlu ditingkatkan terutama dalam peningkatan sumber daya manusia sebagai implementor kebijakan. Kata Kunci : Implementasi, Pajak, Bahan Galian Golongan C. ABSTRACT The aims of the research are to (1) explain the process of policy implementation of acquisition and processing tax of class C mineral, (2) explain the factors affecting policy implementation of acquisition and processing tax of class C mineral in Merauke Regency. The research was conducted in Merauke Regency by using qualitative method. The data were obtained through observation, interview, and documentation. The informants were taken from Regional Revenue Department and Mining and Energy Department of Merauke and community. The results of the research reveal that implementation process involves tax payment of any mining activity. License for mining activities and sanctions for those who break any rules do not run well. Meanwhile, the affecting factors consisting of realtionship among organizations, behaviour of lower officials, and target group still need improving especially to increase human resources as the policy implementers. Key Word : Implementation, Tax, Class C Mineral. 1

Pendahuluan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pemerintah daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di daerahnya. Nick Devas, Richard M. Bird, dan B.C. Smith (Riduansyah,2003) menyatakan suatu pemerintah daerah dapat menetapkan dan memungut beragam jenis pajak daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini sangat dimungkinkan jika pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk menetapkan sendiri sumber pendapatan yang bersumber dari potensi daerahnya tersebut. Dari jumlah total pendapatan asli daerah untuk Kabupaten Merauke dalam kurun waktu tahun 2008-2009, kontribusi pajak dari sektor bahan galian golongan C terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Merauke adalah sebesar 4,10% tahun 2008, tahun 2009 sebesar 2,53% dan pada tahun 2010 sebesar 3,07%. Mengingat potensi galian yang dimiliki jumlah ini jelas belum memberikan kontribusi yang besar. Data ini menunjukan bahwa penerimaan pajak dari sektor galian golongan C belum memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penerimaan keuangan daerah. Dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah dari bahan galian golongan C, Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke mengeluarkan kebijakan berupa Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Tingkat II Merauke Nomor 2 Tahun 1998 Tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. Tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan ini adalah agar masyarakat taat pada aturan dengan melakukan kewajiban membayar pajak untuk setiap aktifitas penambangan yang dilakukan, mempunyai ijin galian dalam setiap pengambilan material bahan galian C dan pemberian sanksi atas setiap pelanggaran terhadap isi kebijakan. Sebagaimana umumnya setelah kebijakan diformulasikan maka tahap selanjutnya adalah kebijakan tersebut diimplementasikan guna melihat apakah kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan tujuannya atau tidak. Dalam pengamatan di lapangan masih begitu banyak kegiatan masyarakat yang tidak sesuai dengan apa yang terkandung dalam kebijakan tersebut. Penggalian terhadap material galian C khususnya pasir, tanah timbun dan tanah liat masih dilakukan tanpa membayar pajak, penambangan yang dilakukan tidak memiliki ijin galian serta masih adanya pelanggaran terhadap sanksi yang ditetapkan. Disamping masih kurangnya kepedulian masyarakat, hal lain yang perlu dilihat adalah bagaimana implementor dalam mengimplementasikan kebijakan agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C Di Kabupaten Merauke?

2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C Di Kabupaten Merauke? Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Said dalam Rakhmat (2009) perbedaan makna antara konsep kebijakan dan kebijaksanaan tidak menjadi persoalan selama kedua istilah itu diartikan sebagai keputusan pemerintah yang bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat atau kepetingan publik. Kebijakan publik atau dalam kepustakaan internasional disebut sebagai publik policy menurut Thomas R. Dye dalam Riant Nugroho (2003) adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. David Easton melukiskannya sebagai pengaruh (impact) dari aktivitas pemerintah sedangkan James Anderson (1979) dalam Subarsono (2005) mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari bahwa kebijakan publik dapat pula dipengaruhi oleh para aktor dan faktor dari luar pemerintah. Harold Laswell dan Abraham Kaplan menjabarkan kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada dalam masyarakat. 2. Konsep Implementasi Kebijakan Implementasi dalam kamus besar Webster dalam Widodo (2008) diartikan sebagai to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak / akibat terhadap sesuatu). Pengertian ini diperkuat oleh pendapat Ripley dan Franklin dalam Winarno (2007) tentang definisi Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Sedangkan Grindle dalam Winarno (2007) memberikan pandangan tentang implementasi dengan mengatakan bahwa Secara umum tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah Pendapat Jones lebih luas dibandingkan dengan pendapat kedua penulis di atas. Menurut Jones dalam Widodo (2008), implementasi diartikan sebagai : Getting the job done and doing it (menyuruh menyelesaikan pekerjaan dan melakukannya) and a process of getting additional resources so as to figure out what is to be done (implementasi adalah sebuah proses dalam mendapatkan sumber daya tambahan sehingga dapat mengukur apa-apa yang telah dikerjakan).

Kerangka Pikir Agar supaya tujuan dari kebijakan dapat berjalan dengan baik maka implementasi kebijakan harus mempunyai Isi kebijakan, Adanya pelaksana atau aktor dari implementasi kebijakan dan yang paling penting adanya kelompok sasaran yang menjadi sasaran kebijakan. Kerangka pikir diambil dari model implementasi Soren C. Winter. Keberhasilan implementasi menurut ditentukan oleh Perilaku hubungan antar organisasi, perilaku aparat tingkat bawah dan perilaku kelompok sasaran. Kerangka pikir tergambar sebagaimana dibawah ini : Gambar 1.1 Kerangka Pikir Perda Kabupaten Merauke No 4 Tahun 2006 Proses Implementasi Perilaku hub. Organisasi antara Distamben dan Dispenda Hasil Implementasi Hasil : Peningkatan PAD Perilaku Implementor Tingkat Bawah Perilaku Kelompok Masyarakat Perubahan pada : - Kesadaran membayar pajak; - Mengurus izin tempat/lokasi ; - Menaati aturan yang diberlakukan. Umpan balik Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan mendeskripsikan, yaitu strategi penelitian yang lebih menekankan pada kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data dengan maksud untuk menyajikan suatu gambar terperinci tentang segala situasi dan gejala yang terjadi mengenai proses implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke. Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Merauke yang difokuskan pada Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Pendapatan Daerah. Adapun sumber

data pada penelitian ini adalah Data Primer dan Data Sekunder. Teknik pengumpulan data melalui Observasi, Wawancara dan dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan informan sebanyak 17 orang. Hasil Penelitian dan Pembahasan Implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 yang menjadi implementor utama dari kebijakan ini adalah Dinas Pertambangan dan Energi yang dalam tugas pokok dan fungsinya yakni memetakan daerah lokasi galian sebagaimana diusulkan oleh penambang serta mengeluarkan ijin galian dan ijin angkut. Sedangkan Dinas Pendapatan Daerah melaksanakan tugas pokoknya memungut pajak atas kegiatan galian golongan C serta atas setiap kegiatan yang mendatangkan pemasukan bagi daerah. Untuk wilayah kabupaten Merauke yang memiliki daerah daratan rendah serta berlahan gambut, potensi bahan galian golongan C hanyalah terletak pada pasir semen, tanah timbun dan tanah liat. Ketiga sektor ini yang menjadi sumber pendapatan bagi daerah dari pajak galian golongan C selama ini. Dari data pajak galian C di Kabupaten Merauke belum terlalu menunjukan peningkatan yang baik, hal ini dibenarkan sendiri oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah dalam suatu kesempatan wawancara hal ini juga berlaku untuk penambang dengan ijin resmi yang belum terlalu menunjukan peningkatan dalam hal jumlah. Secara garis besar Implementasi kebijakan ini melandaskan pada 3 (tiga) hal pokok yakni : 1. Pembayaran pajak Pembayaran pajak menjadi mutlak nagi setiap warga negara karena dari sektor pajak lah pembangunan bangsa dan negara ini dapat dilakukan. Pembayaran pajak bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke memakai sistem Self Assestment artinya wajib pajak membayar sendiri pajaknya sebelum melakukan aktifitas penambangan. Dengan sistem self assestment sebenarnya tidak efektif dijalankan karena dengan sistem ini cenderung menimbulkan adanya praktek-praktek kecurangan sebab bisa saja antara ijin yang dikeluarkan dengan material yang diambil tidak sesuai maka dalam hal ini yang diuntungkan adalah penambang tersebut. Namun sistem self assestmen menjadi solusi paling baik mengingat Kabupaten Merauke tidak mempunyai satu wilayah galian akan tetapi masih tersebar secara acak di setiap wilayah potensial. Dari target dan realisasi pajak dalam kurungan waktu 3 (tiga) tahun terakhir tidak mengalami perubahan yang berarti, maka sepenuhnya implementasi kebijakan pajak ini belum maksimal dijalankan disebabkan karena pemungutan pajak galian C belum dilakukan secara maksimal oleh petugas maupun pembayaran pajak yang tidak dilakukan secara sadar oleh masyarakat itu sendiri.

2. Ijin Lokasi Setiap aktfitas penambangan harus terlebih dahulu mengantongi iji resmi dari pemerintah dimana Dinas Pertambangan dan Energi ditunjuk sebagai instansi teknis sebagai instansi pengelola ijin-ijin pertambangan. Dari data dan hasil penelitian disimpulkan bahwa jumlah penambang berijin sebanyak 30 orang atau kelompok sangatlah sedikit apabila dilihat dari luasnya wilayah Kabupaten Merauke. Akibat tidak adanya ijin sudah barang tentu mempengaruhi pendapatan dari sektor pajak galian C sendiri, akibatnya pajak tidak berkembang dan negara dirugikan atas kejadian ini. Oleh karena jumlah ijin resmi masih sedikit jumlahnya, maka dapat dikatakan kesadaran masyarakat untuk mengurus ijin belum baik. ini menandakan implementasi kebijakan belum maksimal dijalankan karena belum ada perubahan yang berarti dari jumlah ijin yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan dan Energi. 3. Sanksi-sanksi pelanggaran kebijakan Sanksi yang diberikan dengan mengacu pada peraturan daerah yang ada dirasa tidak memberatkan, akibatnya kesalahan yang sama sering terulang kembali. Dari sejumlah pelanggaran yang terjadi dengan hanya membayar Rp.1.100.000,- sangatlah kecil apabila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan yang dilakukan. Tidak adanya penegakan aturan yang jelas serta jumlah tenaga lapangan yang terbatas dan dibarengi dengan kondisi geografis yang sangat sulit maka penegakan hukum terhadap pelanggar tidak maksimal dijalankan. Hal ini tentu menyebabkan pajak galian golongan C tidak mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan guna mencapai keberhasilan implementasi kebijakan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain : 1. Perilaku hubungan antar organisasi a. Komitmen Komitmen instansi terkait sudah jelas yakni meningkatkan pendapatan asli daerah dan penegakan aturan atau peraturan daerah. Cheema dan Rondinelli dalam Subarsono (2008) karakteristik dan kapabilitas agen pelaksana tergambar pada bagaimana komitmen petugas terhadap program. Komitemen dari kedua instansi ini sudah baik dalam hal komitmen instansinya guna meningkatkan PAD. Apabila komitmen ini dijaga dengan baik maka harapannya adalah PAD akan meningkat dengan sendirinya. b. Koordinasi Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono (2005) menjelaskan Dalam berbagai kasus, implementasi sebuah program terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang diinginkan. Sedangkan Cheema dan Rondinelli dalam Subarsono (2008) pembagian fungsi antar instansi yang pantas. Koordinasi antara Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Pendapatan daerah selama ini dilakukan secara triwulan, semester hingga tahunan. Dalam

koordinasi tersebut hal paling pokok yang dilakukan adalah untuk melihat sejauh mana realisasi pajak yang tekah dicapai dan sebagai pembanding berapa selisih penerimaan dengan ijin yang dikeluarkan. Walaupun koordinasi yang dibangun selama ini belum sepenuhnya maksimal akan tetapi upaya untuk terus meningkatkan koordinasi tetap dilakukan. 2. Perilaku aparat tingkat bawah a. Kontrol Organisasi Kontrol organisasi berfungsi melakukan pengawasan terhadap aktifitas yang dilakukan oleh staf, baik diluar maupun didalam lingkungan kerja sehingga staf dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai tugas pokok dan fungsinya. Dalam implementasi kebijakan ini, kontrol organisasi tetap dilakukan oleh pimpinan kepada staf. Dalam setiap tugas yang dilakukan staf selau melaporkan tugas-tugasnya kepada pimpinan, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kontrol organisasi dalam implementasi kebijakan sudah berjalan dengan baik. b. Profesionalisme Aparat Faktor sumber daya manusia menjadi sangat penting dalam proses implementasi kebijakan, sebab jika SDM lemah maka sudah barang tentu kebijakan tidak akan terimplementasi dengan baik. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Edward III mengemukakan apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Implementasi kebijakan mengalami kendala karena faktor profesionalisme aparat yang masih kurang, hasil penelitian menunjukan bahwa etos kerja staf sangat baik akan tetapi tidak ditunjang dengan profesionalisme yang masih harus ditingkatkan. Merilee S. Grindle dalam Nugroho (2006) menjelaskan dalam mengimplementasikan isi kebijakan maka memperhatikan sumber daya yang dikerahkan. Kendala lain adalah pada kedua instansi ini yakni Dinas Pertambangan dan Energi serta Dinas Pendapatan Daerah adalah pada banyaknya jumlah tenaga honor daerah yang justru penempatannya tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Akibatnya dalam implementasi dilapangan mengalami kendala dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Selain itu jumlah staf yang sangat sedikit mempengaruhi implementasi kebijakan mengingat luasnya wilayah Kabupaten Merauke maka jumlah staf setidaknya disesuaikan dengan wilayah kerja. 3. Perilaku kelompok sasaran a. Dukungan Positif Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2005) Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Tanpa dukungan kelompok sasaran maka kebijakan tidak akan maksimal dijalankan, hasil penelitian menunjukan

masyarakat memberikan dukungan yang positif atas kebijakan yang dijalankan walaupun yang disorot bukanlah aspek pembayaran pajaknya namun yang diinginkan masyarakat adalah kebijakan pelarangan terhadap penggalian pasir secara ilegal. b. Dukungan Negatif Respon negatif dalam implementasi kebijakan bagai sisi uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Umumnya penambang pasir di Kabupaten Merauke adalah para penambang lokal yang menyandarkan hidupnya dari material galian yang dijual. Mazmanian dan Sabatier dalam Subarsono (2005) mengungkapkan keberhasilan implementas dipengaruhi juga oleh variabel lingkungan dimana kondisi sosial ekonomi masyarakat menjadi perhatian. Penegakan aturan sering terkendala kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal yang mengatasnamakan hak ulayat, akibatnya respon negatif akan muncul apabila aturan diterapkan pada kelompok sasaran. Hasil penelitian menunjukan respon negatif yang muncul diakibatkan tidak adanya komunikasi yang baik kepada masyarakat berupa sosialisasi kebijakan dan pendekatan persuasif pada masyarakat. Maka perlu kiranya dilakukan hal-hal yang Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke yang terdiri dari pembayaran pajak, pengurusan ijin lokasi dan penegakan hukum berupa sanksi belum maksimal dijalankan karena belum adanya perubahan pada pajak, belum banyaknya jumlah ijin penambang, sanksi yang masih sering dilanggar dan didukung dengan koordinasi yang masih kurang maksimal dari kedua instansi, masih kurangnya sumber daya manusia yang profesional serta masih adanya respon negatif dari masyarakat atas kebijakan yang dibuat. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Implementasi Kebijakan Pajak Bahan Galian Golongan C meliputi : a. Pembayaran Pajak Pembayaran pajak yang dilakukan atas setiap kegiatan penambangan dengan menggunakan sisten self assestment tidak berjalan dengan baik karena masih banyak kegiatan penambangan yang dilakukan tidak membayar pajak sehingga penerimaan dari sektor pajak galian C tidak mengalami kenaikan yang diharapkan dan dengan model pembayaran pajak ini memungkinkan terjadinya kecurangan dalam pelaksanaannya. b. Ijin Lokasi Ijin lokasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Pertambangan dan Energi masih sedikit jumlahnya, padahala kenyataan

dilapangan masih banyak penambangan yang dilakukan dengan tidak disertai ijin resmi. c. Sanksi Lemahnya penegakan hukum dan tidak kuatnya landasan hukum tentang pelanggaran aturan menjadi kendala dalam pemberian sanksi terhadap pelanggar kebijakan, akibatnya masyarakat dengan mudah mengulangi kesalahan yang dilakukan karena beranggapan sanksi yang diberikan relatif mudah dan ringan. Dibutuhkan suatu kebijakan yang benar-benar memuat prosedur, tata cara dan sanksi apabila melakukan penambangan ilegal. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan Pajak Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Merauke antara lain : a. Perilaku hubungan antar organisasi meliputi komitmen dan koordinasi; Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari instansi maka kebijakan ini tetap dapat diimplementasikan walaupun dalam implementasinya koordinasi yang dibangun masih belum maksimal akibatnya implementasi kebijakan menjadi tidak maksimal pula. b. Perilaku aparat tingkat bawah meliputi kontrol organisasi dan profesionalisme; Tingkat profesionalisme staf masih kurang baik dari segi jumlah maupun kompetensi. Walaupun kontrol organisasi terus dilakukan akan tetapi dibutuhkan pula staf yang benar-benar profesional agar dapat menjalankan tugas yang diberikan dengan baik pula. c. Perilaku kelompok sasaran meliputi respon positif dan respon negatif; Respon masyarakat yang cenderung negatif mengindikasikan bahwa mereka belum sepenuhnya memahami isi kebijakan sehingga perlu sekali apabila kebijakan ini disosialisasikan kepada masyarakat. 3. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi kebijakan pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C di Kabupaten Merauke belum sepenuhnya berhasil menunjukan perubahan, sehingga hal ini berpengaruh terhadap penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor galian C yang tidak menunjukan peningkatan dalam menyumbangkan pajak terhadap kas daerah. Saran 1) Perlu adanya aturan yang jelas dan terpisah dari kebijakan yang sudah ada berupa kebijakan yang khusus mengatur tentang prosedur penggalian bahan galian golongan C serta sanksi kepada pelanggar aturan; 2) Implementor lebih lagi mensosialisasikan tentang pentingnya pembayaran pajak yang disertai dengan adanya ijin kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan potensi penerimaan daerah dari sektor pajak galian golongan C;

3) Agar supaya SKPD yang terkait dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Pertambangan dan Energi lebih lagi mengintensifkan komitmen dan koordinasi dalam mengimplementasikan kebijakan ini; 4) Perlu peningkatan sumber daya manusia yang handal dan betul-betul profesionalisme sesuai bidang tugasnya sehingga dapat memungkinkan tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh instansi. Daftar Pustaka Buku : Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung. Dewi, Elita. 2002. Identifikasi Sumber Pendapatan Asli Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah.(online).http://manajemen-elita.pdf, Diakses 15 Januari 2010) Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik ( Edisi Kedua, Cetakan Kelima). Gadja Mada University. Yogyakarta. Ekowati, Lilik Roro Mas. 2009. Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan atau Program ( Suatu Kajian Teoritis dan Praktis ). Pustaka Cakra. Surakarta. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatis dan Kuantitatif edisi kedua. Erlangga. Jakarta. Irwan, Irmawati. 2009. Implementasi Kebijakan Sisduk Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Takalar. Tesis Magister, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, Evaluasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara Berkembang. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Peters, B. Guy and Jon Pierre. 2003. Handbook of Public Administration. SAGE Publications. London. Rakhmat. 2009. Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Penerbit Pustaka Arief. Jakarta. Riduansyah, M. 2003. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah. Makara, Sosial Humaniora. 7, 49-51. Subarsono, AG. 2008. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Cetakan Ketiga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. 2009. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung 2009. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. Widodo. Joko. 2008. Analisis Kebijakan Publik (Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik) Cetakan Kedua. Bayumedia Publishing. Malang. Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publlik Teori dan Proses, Edisi Revisi. Media Pressindo. Yogyakarta.

Dokumen : Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Peraturan Bupati Kabupaten Merauke Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Nilai Hasil Produksi Produksi Bahan Galian Golongan C Sebagai Dasar Perhitungan Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Standar Minimum Denda Atas Pelanggar Peraturan Daerah. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan Galian.