B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan

dokumen-dokumen yang mirip
c. jumlah bagian lancar TGR/TPA ini dimasukkan ke kelompok aset

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

f. apakah ada aset jalan, irigasi dan jaringan yang benar-benar sudah tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah dan direklasifikasikan ke

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

dilakukan proses serah terima kepada pemilik aset telah sesuai dengan posisi Neraca pada SIMAK- penambahan aset yang berasal dari pembelian dan

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB II SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

Laporan Keuangan UAPPA-E1 Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2014 (Unaudited) No Jenis Tahun 2014 Tahun 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 272/PMk.05/2014 TENTANG

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

SMK-SMAK MAKASSAR Laporan Keuangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

BAGIAN ANGGARAN 089 JALAN TAMALANREA RAYA NOMOR 3 BTP MAKASSAR 90245

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEMATIKA DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DITJEN BADILAG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 27/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH LINGKUP DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Sampul Luar Merupakan sampul luar dari laporan keuangan, memuat informasi mengenai Eselon I dan periode penyampaian laporan keuangan.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN (Rp0,00) 2. Belanja Barang , Belanja Modal ,

Nomor : W17-A/1859/OT.01.2/XII/2013 Samarinda, 31 Desember 2013

BAB XI AKUNTANSI PADA KUASA PENGGUNA ANGGARAN

BAGIAN ANGGARAN 005 DIPA 01 (308152)

DATA PENDUKUNG LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA POLEWALI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 BAGIAN ANGGARAN

EVALUASI LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited)

BAB II LANDASAN TEORI

PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN BULANAN REALISASI ANGGARAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI SELATAN BULAN MEI 2013

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sist

PERATURAN SEKRETARIS MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 01 /PER/SM/II/2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR Inspektur Utama Arizal Ahnaf, MA

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN KEUANGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAGIAN ANGGARAN 089 BULAN DESEMBER 2013 JALAN TAMALANREA RAYA NOMOR 3 BTP MAKASSAR 90245

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

BAGIAN ANGGARAN 007 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 260/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA

BAGIAN ANGGARAN 054. LAPORAN KEUANGAN SATKER BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN ANGGARAN 2012 (Unaudited)

SURAT EDARAN Nomor SE/06/I/2015. tentang

BAGIAN KESATU PENDAHULUAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C.1. POSISI KEUANGAN SECARA UMUM

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian 2011 (Audited)

SURAT EDARAN Nomor SE/05/I/2015. tentang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 191/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN HIBAH

LAPORAN KEUANGAN (04)

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN MILITER III - 13 MADIUN. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. SALAK III NO. 38

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga (PMK 272/PMK.05/2014)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Sistem Akuntansi. Keuangan. Pelaporan. Tentara Nasional Indonesia.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

Tabel 12 Rincian Aset lancar per 31 Desember 2014 dan 2013

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C.1. Penjelasan Umum Neraca Komposisi Neraca per 30 Juni 2012 adalah sebagai berikut :

SISTEM DAN TATA CARA PEMBUKUAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

dan pertanggungjawaban Anggaran Kantor/Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Perhubungan;

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010

PEDOMAN REKONSILIASI. A. Latar Belakang Rekonsiliasi

PELAKSANAAN REKONSILIASI EKSTERNAL TINGKAT KPPN TA. 2015

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2010 (Audited)

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI SIBOLGA. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Padangsidimpuan No. 6 Sibolga

FORMAT BERITA ACARA REKONSILIASI DATA BARANG MILIK NEGARA LINGKUP INTERNAL KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA BUN DAERAH

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN TINGKAT SATUAN KERJA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

SURAT EDARAN Nomor : SE/07/I/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 te

Transkripsi:

ketentuan yang berlaku. B. Sasaran Verifikasi Sasaran verifikasi adalah untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan dan laporan BMN entitas akuntansi dan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan sesuai dengan standar skuntansi pemerintah. Dengan dilakukan verifikasi secara memadai maka akan didapatkan konsistensi atas laporan keuangan, laporan BMN dan laporan pertanggungjawaban anggaran yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Jadwal Pelaksanaan Verifikasi Pelaksanaan verifikasi dilakukan secara berkala setiap bulan sesuai dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga. 1. Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran / Barang (UAKPA/B). Verifikasi dilaksanakan setiap bulan sebelum tanggal 7 bulan berikutnya, setelah laporan keuangan dan BMN diverifikasi dilakukan pengiriman secara berjenjang ke tingkat wilayah tanggal 7 bulan berikutnya. 2. Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran /Barang Wilayah (UAPPA/B-W). Verifikasi dilaksanakan setiap bulan setelah data diterima dari tingkat UAKPA/B dan sebelum tanggal 12 bulan berikutnya, setelah laporan keuangan dan BMN diverifikasi dilakukan pengiriman secara berjenjang ke tingkat Eselon 1tanggal 12 bulan berikutnya. 3. Tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran /Barang Eselon 1 (UAPPA-E1). Verifikasi dilaksanakan setiap bulannya, setelah data diterima dari tingkat UAPPA/B-W dan sebelum tanggal 17 bulan berikutnya. Disamping mengirimkan laporan keuangan dan laporan BMN yang telah dilakukan verifikasi, kantor/satker sesuai Keputusan Menteri Perhubungan nomor 8

KM. 66 Tahun 2010, juga menyampaikan laporan pertanggungjawaban anggaran secara bulanan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya ke Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan tembusan kepada Kepala Bagian Keuangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

BAB III TAHAPAN VERIFIKASI A. Persiapan Verifikasi Sebelum pelaksanaan verifikasi, pelaksana verifikasi perlu melakukan persiapan-persiapan agar verifikasi dapat dilaksanakan secara efektif dan terpadu. Adapun persiapan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan verifikasi adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan informasi dan data keuangan Pelaksana verifikasi perlu mengumpulkan informasi dan data keuangan seperti laporan bulanan, triwulanan, semester, tahunan dan data dukung laporan keuangan lainnya yang diperlukan dalam proses verifikasi serta kebijakan akuntansi dan keuangan yang telah ditetapkan. Informasi ini diperlukan untuk memperoleh informasi awal tentang laporan keuangan entitas akuntansi dan pelaporan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam akuntansi dan pelaporan keuangan. 2. Persiapan petugas pelaksana verifikasi Petugas pelaksana verifikasi secara perorangan dan/atau tim harus mempunyai kemampuan yang memadai di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan. Pelaksanaan verifikasi dilakukan secara berkelanjutan sejalan dengan penyusunan dan pelaporan keuangan di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. B. Pelaksanaan Verifikasi Pelaksanaan verifikasi atas laporan keuangan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Penelusuran angka-angka dalam laporan keuangan dan laporan BMN. Dalam melaksanakan verifikasi, pelaksana verifikasi perlu menelusuri angkaangka yang disajikan dalam laporan keuangan dan laporan BMN terhadap dokumen sumber atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa 10

angka-angka tersebut lengkap dan benar. Penelusuran ini dapat dilakukan dengan cara: a. membandingkan angka pos laporan keuangan terhadap dokumen sumber. b. membandingkan angka-angka pos laporan keuangan terhadap laporan pendukung dan laporan pertanggungjawaban; c. membandingkan laporan posisi aset pada neraca BMN terhadap neraca laporan keuangan; d. membandingkan angka-angka pos belanja modal terhadap laporan mutasi BMN misalnya, perolehan BMN melalui pembelian, penyelesaian pembangunan, pengembangan nilai aset, Konstruksi dalam pengerjaan; e. membandingkan angka-angka pada akun perubahan nilai koreksi tim penertiban BMN (Inventarisasi penilaian), koreksi pencatatan nilai/kuantitas, transfer masuk/keluar, penghapusan dan hibah dengan berita acara atau surat keputusan yang menjadi dasar dilakukannya proses tersebut. 2. Hal-hal yang diperhatikan dalam pelaksanaan verifikasi: a. kemungkinan salah saji baik kurang/lebih saji dan reklasifikasi/salah akun; b. pemahaman terhadap peraturan di bidang keuangan dan BMN serta SAI; c. kelengkapan data keuangan dan laporan pertanggungjawaban bulanan sebagai data pendukung lainnya yang mendasari; d. kelengkapan informasi dan catatan yang disajikan dalam laporan keuangan. B.1 Tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B). Verifikasi laporan keuangan tingkat UAKPA/B diperlukan dalam rangka validitas laporan keuangan dan BMN yang disajikan. Validitas laporan keuangan dan BMN pada tingkat UPT/Satker menentukan validitas neraca pada level di atasnya. Dalam melakukan verifikasi menggunakan acuan sebagai berikut: 1. Estimasi Pendapatan a. pastikan bahwa estimasi pendapatan telah direkam berdasarkan data DIPA(jikaada). n

b. verifikasi register transaksi harian (RTH) dengan dokumen sumber (DIPA dan estimasi pendapatan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara). c. jika terdapat perbedaan data antara dokumen sumber yang digunakan yaitu DIPA dan estimasi pendapatan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, maka yang menjadi acuan dalam laporan adalah data berdasarkan DIPA namun perbedaan tersebut harus diungkapkan dalam CaLK. 2. Anggaran/Allotment Belanja a. melakukan verifikasi antara register transaksi harian dengan dokumen sumber DIPA berdasarkan kode fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, sub kegiatan, sumber dana dan cara penarikan. b. jika terdapat perbedaan data, maka dilakukan perbaikan dengan berpedoman kepada dokumen sumber DIPA. 3. Realisasi Anggaran Belanja/Pendapatan a. yakinkan bahwa seluruh dokumen sumber realisasi anggaran dan realisasi pendapatan telah direkam dan telah dicocokan dengan data bendahara pengeluaran/penerima. ' b. angka/nilai yang ada pada LRA adalah merupakan nilai neto yang direalisasikan. c. jika terjadi pengembalian belanja, maka nilai yang dicantumkan pada LRA adalah realisasi belanja dikurangi pengembalian belanja berdasarkan SSPB atau pemotongan SPM. d. perekaman realisasi belanja dipastikan telah sesuai dengan dokumen sumber. e. jika pada laporan realisasi belanja terdapat kegiatan yang tidak tersedia pagu anggaran atau melebihi pagu anggarannya, maka perlu dilakukan perbaikan dengan cara meneliti kembali perekaman atau input realisasi belanja berdasarkan dokumen sumber. 12

4. Kas Bendahara Pengeluaran a. akun kas di bendahara pengeluaran harus sama dengan uang muka dari KPPN (UP dan TUP). b. jika terjadi nilai minus (kurang), maka segera melakukan perbaikan dengan mengecek pada dokumen sumber yaitu SPM/SP2D UP/TUP. c. jika terjadi nilai plus (lebih), maka segera melakukan perbaikan dengan mengecek pada dokumen sumber yaitu SPM GU nihil dan SSPB pengembalian UP. 5. Kas Bendahara Penehma a. akun kas di bendahara penehma harus sama dengan uang kas di bendahara penerima (kas yang diterima dari PNBP) per tanggal neraca. b. jika ada, sajikan nilai kas tersebut di neraca sebesar nilai yang ada pada bendahara penerima. 6. Setara Kas a. lakukan verifikasi ke rekening koran, jika masih ada saldo jasa giro yang belum disetorkan ke kas negara pada akhir periode laporan, entry saldo tersebut pada akun setara kas. b. lakukan verifikasi ke kas di bendahara pengeluaran, jika masih ada saldo kas yang belum didistribusikan (honor, gaji dll) pada akhir periode laporan, entry saldo tersebut pada akun setara kas. 7. Persediaan a. sering terjadi tidak ada nilai barang persediaan pada neraca baik pada laporan semester maupun akhir tahun. b. mintalah laporan barang persediaan ke bagian barang, terutama pada akhir semester, karena pada setiap semester satker seharusnya mempunyai persediaan. lakukan verifikasi data manual persediaan dengan hasil aplikasi baik pada SIMAK-BMN dan aplikasi persediaan. c. nilai persediaan sama dengan nilai cadangan persediaan pada neraca. 13