KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA Nomor : 024/SK/ILMEA/XI/2003 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTERIAN. Kendaraan Bermotor. Pedoman

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

FORMULIR: M-1 PERNYATAAN HARGA KENDARAAN BERMOTOR YANG HEMAT ENERGI DAN HARGA TERJANGKAU (KBH2)

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang. Bea Masuk. Impor.

NO. NOMOR HS URAIAN BARANG BM NOMOR HS URAIAN BARANG BM Rantai dan bagiannya, dari besi atau Rantai dan bagiannya, dari besi atau

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Nega

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 129/MPP/Kep/4/2000

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 458/MPP/Kep/7/2003 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 290/MPP/Kp/6/1999

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PMK.011/2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 569/KMK.04/2000 TENTANG JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 88/PMICOll/2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/3/2006

DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU IMPORNYA DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN TARIF SEBESAR 10% (SEPULUH PERSEN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, M E M U T U S K A N :

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 85 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERLAKUAN KEWAJIBAN MELENGKAPI DAN MENGGUNAKAN SABUK KESELAMATAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-39/BC/1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tipe terbaru dengan teknologi terbaru dan keunggulan-keunggulan lainnya.

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA

BAB III LANDASAN TEORI

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III ANALISIS KASUS

JOB SHEET (LEMBAR KERJA) : Melaksanakan overhaul kepala silinder

BAB II TINJAUAN LITERATUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU IMPORNYA DIKENAI PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN TARIF SEBESAR 10% (SEPULUH PERSEN)

BAB III PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

KETENTUAN DAN TATA CARA UJI PUBLIK KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM, MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA,

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN

MEMELIHARA/SERVIS ENGINE DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

DAFTAR KENDARAAN BERMOTOR YANG ATAS PENYERAHAN ATAU IMPORNYA DIKENAI PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DENGAN TARIF SEBESAR 10% (SEPULUH PERSEN)

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Mesin uji yang akan menggunakan cylinder head, cylinder dan crankshaft

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

Jadwal Penggantian Oli/Filter/Komponen Kendaraan Foam Tender 35

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

210 TAHUN 2015 PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BE

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft

POROS PENGGERAK RODA

2013, No.97 2 Mengingat b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (3) Undang-

Diagram 2.1 Prinsip Kerja Motor Matic Narasumber : Kawan Pustaka


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.011/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN. NOMOR : 14 TAHUN 2007 KM. 74 Tahun 1990 TENTANG KENDARAAN PENGANGKUT PETI KEMAS DI JALAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO REKALKULASI MESIN DIESEL MITSUBISHI 4 SILINDER TUGAS AKHIR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS

PEMELIHARAAN/SERVIS ENGINE DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA

CASIS GEOMETRI RODA. Sistem starter, pengapian, sistem penerangan, sistem tanda dan sistem kelengkapan tambahan

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

BAB I MOTOR DIESEL ( DIESEL ENGINE ) Motor diesel untuk perkapalan ( Marine Diesel Engine ) dikelompokan kepada :

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 19 Tahun 2005 TENTANG

Transkripsi:

KEPUTUSAN Nomor : 024/SK/ILMEA/XI/2003 TENTANG KETENTUAN INDUSTRI PERAKITAN DAN TINGKAT KETERURAIAN KENDARAAN BERMOTOR DAN KOMPONEN UNTUK TUJUAN PERAKITAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran kebijaksanaan industri perakitan kendaraan bermotor dipandang perlu memperjelas dan menambah ketentuan tingkat keteruraian kendaraan bermotor dan komponen kendaraan bermotor produksi dalam negeri dan impor, dengan mencabut Keputusan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Nomor 016/SK/DJ-ILMEA/XI/2001 yang merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2), (3) dan (4) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 275/MPP/Kep/6/1999 dan mengatur kembali ketentuan tersebut; b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka. Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahuin 2001 tentang Kdudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 275/MPP/Kep/6/1999 tentang Industri Kendaraan Bermotor; 5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 589/MPP/Kep/10/ 1999 tentang Penetapan Jenis-Jenis Industri Dalam Pembinaan Masing-Masing Direktorat Jenderal dan Kewenangan Pemberian Izin Bidang Industri dan Perdagangan di Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 233/MPP/Kep/6/2000; 6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 590/MPP/Kep/10/ 1999 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri; 7. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 8. Keputusan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Nomor 007/SK/DJ- ILMEA/V/2001 tentang Pedoman Teknis Pendaftaran Tipe dan Varian dan Penerapan Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK/VIN);

MEMUTUSKAN Mencabut : Keputusan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Nomor 016/SK/DJ- ILMEA/XI/2001 tentang Ketentuan Industri Perakitan dan Tingkat Keteruraian Kendaraan Bermotor dan Komponen Untuk Tujuan Perakitan. Menetapkan : KEPUTUSAN TENTANG KETENTUAN INDUSTRI PERAKITAN DAN TINGKAT KETERURAIAN KENDARAAN BERMOTOR DAN KOMPONEN UNTUK TUJUAN PERAKITAN. Pasal I Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknis (motor penggerak) yang ada pada kendaraan bermotor yang bersangkutan. 2. Kendaraan bermotor dalam keadaan terurai sama sekali (Completely Knocked Down/CKD) adalah kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar menjadi bagian-bagian termasuk perlengkapannya yang memiliki sifat utama kendaraan bermotor yang bersangkutan. 3. Kendaraan bermotor dalam keadaan terurai tidak lengkap (Incompletely Knocked Down/IKD) adalah kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar menjadi bagian-bagian yang tidak lengkap dan tidak memiliki sifat utama kendaraan bermotor yang bersangkutan. 4. Komponen kendaraan bermotor dalam keadaan terurai tidak lengkap (Incompletely Knocked Down/IKD) adalah komponen kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar menjadi beberapa sub-komponen dan tidak memenuhi sifat utama komponen yang bersangkutan. 5. Sedan adalah kendaraan bermotor dengan ciri memiliki 3 ruang (boxes) yang terdiri dari ruang engine, ruang penumpang dan ruang bagasi yang masing-masing ruangnya tersekat secara permanen dalam satu kesatuan dan tempat duduknya tidak lebih dari 2 baris. 6. Bus adalah kendaraan bermotor angkutan penumpang lebih dari 10 orang sebagaimana dimaksud dalam Pos Tarif HS 8702. 7. Kendaraan angkutan barang adalah kendaraan bermotor angkutan barang sebagaimana dimaksud dalam Pos Tarif HS 8704. 8. Perusahaan Industri perakitan kendaraan bermotor adalah perusahaan industri yang didirikan dan beroperasi di Indonesia, serta memiliki Izin Usaha Industri untuk memproduksi kendaraan bermotor. Pasal 2 (1) Setiap perusahaan industri perakitan kendaraan bermotor sekurang-kurangnya harus melakukan kegiatan pengelasan, pengecatan, perakitan komponen utama kendaraan bermotor sehingga menjadi 1 (satu) unit kendaraan yang utuh serta melakukan pengujian dan pengendalian mutu. (2) Dalam melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) perusahaan industri perakitan kendaraan bermotor dapat : a. melakukannya sendiri dengan sarana dan prasarana yang dimilikinya, atau b. melimpahkan kepada pihak lain untuk melaksanakannya (sub kontrak) apabila perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki sarana atau prasarana sendiri dengan kententuan masa kontrak minimal selama 3 tahun.

(3) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memiliki perjanjian merek dengan prinsipal atau merek terdaftar pada Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) serta memiliki kode perusahaan dalam rangka penerapan Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK) yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka. Pasal 3 (1) Tingkat keteruraian minimal kendaraan bermotor roda empat dalam keadaan terurai sama sekali (CKD) untuk tujuan perakitan sekurang-kurangnya harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran I Keputusan ini. (2) Tingkat keteruraian maksimal kendaraan bermotor roda empat dalam keadaan terurai tidak lengkap (IKD) untuk tujuan perakitan tidak boleh melebihi ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran II, III, IV, V. VI, dan VII Keputusan ini. (3) Tingkat keteruraian minimal kendaraan bermotor roda dua dalam keadaan terurai sama sekali (CKD) untuk tujuan perakitan sekurang-kurangnya harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum pada Lampiran VIII Keputusan ini. (4) Tingkat keteruraian maksimal komponen kendaraan bermotor dalam keadaan terurai tidak lengkap (IKD) untuk tujuan pembuatan komponen tertentu kendaraan bermotor roda empat tidak boleh melebihi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Keputusan ini. Pasal 4 (1) Impor kendaraan bermotor roda empat dalam keadaan terurai sama sekali (CKD) harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini. (2) Impor kendaraan bermotor roda empat dalam keadaan terurai tidak lengkap (IKD) harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, III, IV, V, VI dan VII Keputusan ini, dengan tingkat keteruraian yang akan diimpor sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional. (3) Impor kendaraan bermotor roda dua dalam keadaan terurai sama sekali (CKD) harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Keputusan ini. (4) Impor komponen tertentu kendaraan bermotor roda empat dalam keadaan terurai tidak lengkap (IKD) harus memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Keputusan ini, dengan tingkat keteruraian yang akan diimpor sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional. Pasal 5 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal dtetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Nopember 2003 ttd Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perindustrian dan Perdagangan;

2. Direktur Jenderal Bea dan Cukai,Departemen Keuangan; 3. Para Eselon I Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 4. Karo Hukum dan Organisasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 5. Sesditjen.ILMEA; 6. Direktur Industri Alat Angkut Darat dan Kedirgantaraan, Ditjen.ILMEA; 7. Pertinggal. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------

LAMPIRAN I KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MINIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI SAMA SEKALI (CKD) POS TARIF HS : 8702, 8703 dan 8704 1. Bodi/kabin dalam keadaan terurai belum dicat terdiri dari: - Engine hood - Engine compartment - Fender - Doors - Trunk lid - Side panel - Roof - Floor 2. Sasis dalam keadaan terurai belum dicat, terdiri dari : - Side member - Cross member - Bagian lainnya Untuk kendaraan bermotor bersasis 3. Mesin piston pembakaran dalam rotari atau bolak balik, cetus api, atau nyala kompresi (mesin diesel) dalam keadaan terakit atau terurai 4. Poros kendali dengan diferensial (axle) dalam keadaan terakit atau terurai Untuk Rear Drive 5. Kotak roda gigi transmisi dalam keadaan terakit atau terurai 6. Poros kendali disertai atau tidak disertai dengan komponen transmisi lainnya, dalam keadaan terakit atau terurai 7. Poros tanpa kendali (lazy axle) dalam keadaan terakit atau terurai 8. Poros (propeler shaft) dalam keadaan terakit atau terurai Untuk Front Drive/ Front axle Catatan : 1. Khusus No. 4, 5, 6, 7 dan 8 dipilih sesuai dengan penggunaannya pada masing-masing jenis kendaraan bermotor 2. Untuk kendaraan bermotor Front Drive menggunakan No. 6 3. Untuk kendaraan bermotor Rear Drive menggunakan No. 4, 5 dan 8 4. Untuk kendaraan bermotor angkutan barang dengan masa total > 5 ton, Rear Drive, dapat menggunakan No. 4, 5, 7 dan 8.

LAMPIRAN II KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN ORANG KURANG DARI 10 ORANG JENIS SEDAN DENGAN KAPASITAS ISI SILINDER TIDAK LEBIH DARI 1500 CC POS TARIF HS : 9801.10.100 1. Bodi dalam keadaan terurai belum dicat : - Engine hood terurai - Engine compartment terurai - Fender terurai - Door terurai - Trunk lid terurai - Side panel terurai - Roof terurai - Floor terurai 2. Poros kendali dengan differensial (axle), dalam keadaan terakit atau terurai disertai atau tidak disertai dengan komponen transmisi lain 3. Kotak roda gigi transmisi dalam keadaan terakit atau terurai Untuk Rear Drive 4. Poros (propeler shaft) dan bagiannya dalam keadaan terakit dan terurai 5. Rem dan servo dan bagiannya 6. Kopling dan bagiannya 7. Roda kemudi, kolom kemudi, kotak kemudi dan bagiannya 8. Peredam kejut suspensi 9. Pegas daun 10. Pegas spiral 11. Bagian dan perlengkapan lainnya, tidak termasuk mesin piston pembakaran dalam Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN III KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN ORANG KURANG DARI 10 ORANG SELAIN SEDAN DENGAN SISTEM 1 GANDAR PENGGERAK (4 X 2) DAN KENDARAAN PENGANGKUTAN BARANG DENGAN MASSA TOTAL TIDAK LEBIH DARI 5 TON POS TARIF HS : 9801.10.200 DAN 9801.20.100 1. Rem dan servo dan bagiannya 2. Kopling dan bagiannya 3. Roda kemudi dalam keadaan terurai 4. Peredam kejut suspensi 5. Pegas daun 6. Pegas spiral 7. Bagian dan perlengkapan lainnya, tidak termasuk bodi, sasis, motor piston pembakaran dalam, kotak roda gigi transmisi (manual) dan poros kendali Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN IV KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN BARANG DENGAN MASSA TOTAL LEBIH DARI 5 TON TETAPI TIDAK LEBIH DARI 24 TON POS TARIF HS : 9801.20.200 1. Poros kendali dengan diferensial (axle termasuk propeller shaft) dalam keadaan terurai 2. Kotak roda gigi transmisi (manual) dalam keadaan terurai 3. Poros tanpa kendali (front axle dan lazy axle) dan bagiannya dalam keadaan terurai 4. Rem dan servo bagiannya 5. Kopling dan bagiannya 6. Roda kemudi dalam keadaan terurai 7. Suspensi termasuk peredam kejut, pegas daun, pegas spiral dan bagiannya 8. Suspensi udara (air suspension) 9. Bagian dan perlengkapan lainnya, tidak termasuk kabin, sasis, motor piston pembakaran dalam Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN V KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN PENUMPANG LEBIH DARI 10 ORANG (BUS) DENGAN MASSA TOTAL LEBIH DARI 5 TON TETAPI TIDAK LEBIH DARI 24 TON POS TARIF HS : 9801.30.200 1. Poros kendali dengan diferensial (axle termasuk propeller shaft) dalam keadaan terurai 2. Kotak roda gigi transmisi (manual) dalam keadaan terurai 3. Poros tanpa kendali (front axle dan lazy axle) dan bagiannya dalam keadaan terurai 4. Rem dan servo bagiannya 5. Kopling dan bagiannya 6. Roda kemudi dalam keadaan terurai 7. Suspensi termasuk peredam kejut, pegas daun, pegas spiral dan bagiannya 8. Suspensi udara (air suspension) 9. Bagian dan perlengkapan lainnya, tidak termasuk bodi, sasis, motor piston pembakaran dalam Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN VI KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN BARANG DENGAN MASSA TOTAL LEBIH DARI 24 TON POS TARIF HS : 9801.20.300 1. Motor piston pembakaran dalam, dalam keadaan terakit atau terurai 2. Kotak roda gigi transmisi dalam keadaan terakit atau terurai 3. Poros kendali dengan diferensial (axle termasuk propeller shaft) ) dalam keadaan terakit atau terurai 4. Poros tanpa kendali (front axle dan lazy axle) dan bagiannya dalam keadaan terakit atau terurai 5. Rem dan servo dan bagiannya 6. Kopling dan bagiannya 7. Roda kemudi dalam keadaan terakit atau terurai 8. Suspensi termasuk peredam kejut, pegas daun, pegas spiral dan bagiannya 9. Suspensi udara (air suspension) 10. Bagian dan perlengkapan lainnya dalam keadaan terakit atau terurai tidak termasuk kabin dan atau sasis Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN VII KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) UNTUK JENIS KENDARAAN PENGANGKUTAN PENUMPANG LEBIH DARI 10 ORANG (BUS) DENGAN MASSA TOTAL LEBIH DARI 24 TON POS TARIF HS : 9801.30.300 1. Motor piston pembakaran dalam, dalam keadaan terakit atau terurai 2. Kotak roda gigi transmisi dalam keadaan terakit atau terurai 3. Poros kendali dengan diferensial (axle termasuk propeller shaft) dalam keadaan terakit atau terurai 4. Poros tanpa kendali (front axle dan lazy axle) dan bagiannya dalam keadaan terakit atau terurai 5. Rem dan servo dan bagiannya 6. Kopling dan bagiannya 7. Roda kemudi dalam keadaan terakit atau terurai 8. Suspensi termasuk peredam kejut, pegas daun, pegas spiral dan bagiannya 9. Suspensi udara (air suspension) 10. Bagian dan perlengkapan lainnya dalam keadaan terakit atau terurai tidak termasuk bodi dan atau sasis Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.

LAMPIRAN VIII KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MINIMAL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DALAM KEADAAN TERURAI SAMA SEKALI (CKD) POS TARIF HS : 8711 1. Rangka/bodi (termasuk tangki) dalam keadaan terurai (belum dilas/dibaut/dikeling dan belum dicat) 2. Rem dan bagiannya dalam keadaan terurai 3. Motor piston pembakaran dalam rotari atau bolak balik cetus api dalam keadaan terurai sekurang-kurangnya terdiri dari : - Cylinder Head Assy - Cylinder Block Assy - Crankcase Assy dengan atau tanpa transmisi dan kopling 4. Roda, hub dan bagian perlengkapannya dalam keadaan terurai 5. Peredam kejut suspensi dalam keadaan terurai

LAMPIRAN IX KEPUTUSAN TINGKAT KETERURAIAN MAKSIMAL KOMPONEN TERTENTU KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT DALAM KEADAAN TERURAI TIDAK LENGKAP (IKD) A. Motor piston pembakaran dalam rotari atau bolak balik cetus api (Pos Tarif HS. 9802.10.000) 1. Kendaraan bermotor sedan dengan isi silinder sampai dengan 1500 cc - Bearing - Bearing cap - Camshaft - Connecting rod - Crankshaft - Gasket - Intake manifold - Piston dan piston ring - Pulley crankshaft - Rocker arm - V Belt - Oil pan - Fan shroud - Water overflow tank - Timing case & cover - Air intake pipe - Engine support - Engine hanger 2 Kendaraan bermotor dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dan kendaraan pengangkutan barang dengan massa total sampai dengan 5 ton. - Bearing - Camshaft - Connecting rod - Crankshaft - Gasket - Piston, pin - Rocker arm - Air intake pipe 3. Kendaraan bermotor angkutan barang dan pengangkutan penumpang lebih dari 10 orang dengan massa total lebih dari 5 ton tetapi kurang dari 24 ton - Bearing - Bearing cap - Camshaft - Connecting rod - Cover cylinder head - Crankshaft - Cylinder block - Cylinder head - Exhaust manifold - Piston dan piston ring - Pulley crankshaft - Rocker arm - Oil pan - Fan shroud - Water overflow tank - Timing case & cover - Air intake pipe - Engine support - Engine hanger

Lampiran IX Keputusan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka Nomor : 024/SK/ILMEA/XI/2003-2- B. Kotak roda gigi transmisi, untuk kendaraan bermotor dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dan kendaraan pengangkutan barang dengan massa total tidak lebih dari 5 ton (Pos Tarif HS. 9802.20.000) - Bearing - Cover - Gears - Input shaft/main shaft - Shift fork/speed shaft rail - Synchronizer C. Poros kendali (axle), untuk kendaraan bermotor dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dan kendaraan pengangkutan barang dengan massa total tidak lebih dari 5 ton (Pos Tarif HS. 9802.30.000) - Bearing - Companion range - Differential case - Differential gear - Drive shaft - Hub wheel - Pinion shaft - Side bearing nut - Yoke Catatan : Sekurang-kurangnya 2 item dalam jumlah yang proporsional.