HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

dokumen-dokumen yang mirip
HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

PENDAHULUAN Latar belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENDAHULUAN. Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia mempunyai banyak manfaat bagi. kelangsungan hidup manusia. Salah satunya adalah tanaman aren (Arenga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

TINJAUAN PUSTAKA. Pohon aren atau enau (Arenga pinnata) adalah pohon yang banyak

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Buah kelapa merupakan salah satu bahan pangan yang banyak. digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan akan produk kelapa bagi

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. Telur merupakan sumber protein hewani yang baik, murah dan mudah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

<-- ' ' '\' l~i~ ;~~ B riicl~"':ii

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bahan alam yang mudah diperoleh dan dapat diupayakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

Untuk Daerah Tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

Lampiran 1.Surat Hasil Identifikasi Daun Bangun-bangun

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Proses Pembuatan Madu

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

Transkripsi:

III. KERANGKA PIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Pikiran Salah satu permasalahan yang menyebabkan rendemen gula rendah di pabrik-pabrik gula di Indonesia adalah masalah downtime pabrik yang disebabkan kerusakan mesin yang sudah tua usia teknisnya. Masalah downtime pabrik adalah terhentinya proses produksi sehingga nira yang sedang diolah menjadi terbuang atau tetap digunakan tetapi kadar sukrosa dalam nira sudah sangat rendah akibat kerusakan enzimatis dan mikrobiologis. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penambahan bahan pengawet ke dalam nira tebu agar kadar sukrosa di dalamnya dapat dipertahankan secara maksimal. Bahan pengawet yang biasa digunakan petani nira tebu adalah bahan pengawet kimia, seperti formalin, Na-metabisulfit dan Na-benzoat (Muchtadi, 1992). Bahan pengawet kimia tersebut terbukti dapat mempertahankan kadar sukrosa. Petani memilih menggunakan bahan pengawet kimia karena mudah didapat, harganya murah dan hanya memerlukan penambahan dalam jumlah yang kecil. Penggunaan bahan pengawet kimia untuk menekan kerusakan nira tebu segar dapat memberikan efek yang tidak baik bagi tubuh dalam jangka panjang. Menurut National Health and Medical Research Council, NH & MRC Australia (1982) dikutip Buckle, et. al (1987), penambahan bahan pengawet kimia pada setiap bagian dari bahan pangan kecuali yang khusus diizinkan dalam standar adalah dilarang. Menurut Sedarnawati et al. (1997) banyak bahan alam yang dapat dijadikan sebagai pengawet pada nira, diantaranya laru janggut, kulit kayu kusambi, kulit batang manggis dan kulit kayu 24 FTIP001640/038

25 nangka. Petani nira aren dan nira kelapa menggunakan akar kawao (Millettia sericea) sebagai pengganti bahan kimia untuk mengawetkan dan memperpanjang umur simpan nira segar. Nira tebu memiliki kesamaan karakteristik dengan nira aren dan nira kelapa sehingga diduga bahwa akar kawao dapat juga dijadikan sebagai bahan pengawet pada nira tebu. Dugaan tersebut dikuatkan oleh penelitian Filianty (2007) yang menjelaskan bahwa akar kawao berpengaruh positif menghambat degradasi sukrosa dalam nira tebu dengan signifikansi di atas 90% untuk setiap faktor yang mempengaruhi kondisi proses pengawetan. Menurut Widipratomo (2006), ekstrak akar kawao pada konsentrasi 5% (v/v) memberikan reaksi inhibisi invertase terbaik. Kinetika inhibisi laju degradasi sukrosa menghasilkan nilai KM dan Vmax yang berbeda seiring dengan peningkatan suhu. Nilai KM dan Vmax tertinggi yaitu pada suhu 50ºC dengan nilai KM 2105,3 g/l dan Vmax 1360,4 µm/min. Menurut Rachma (2006), kondisi terbaik untuk menghambat degradasi sukrosa akibat reaksi invertasi yaitu pada suhu 72,48ºC, nilai ph 6,19 dan konsentrasi akar kawao (Millettia sericea) sebesar 3,49 g. Menurut Dirga (2011), akar kawao mampu menghambat laju pertumbuhan dari Saccharomyces cereviceae dengan konsentrasi yang tinggi, yaitu 60% (v/v) dengan luas areal bening 730,4 mm2. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin besar hambatan pertumbuhan Saccharomyces cereviceae. Akar kawao (Milletia sericea sp.) berpotensi sebagai bahan pengawet alami karena mengandung sejumlah senyawa fitokimia. Teknik umum yang paling banyak digunakan untuk memperoleh fitokimia pada suatu tanaman adalah ekstraksi. Ekstraksi dapat menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Metode FTIP001640/039

26 ekstraksi yang paling sederhana adalah metode maserasi. Menurut Wulandari (2011) telah ekstraksi komponen fitokimia ekstrak akar kawao (Millettia sp.) menggunakan empat pelarut, yaitu akuades, etanol, etil asetat dan heksan, dimana hasil yang didapat yaitu etanol merupakan pelarut yang mampu mengekstrak fitokimia paling banyak, yaitu 18 jenis fitokimia. Persentase fitokimia terbesar pada ekstrak akar kawao fraksi larut etanol adalah senyawa myristicin sebanyak 22,32% dan safrol sebanyak 19,12% yang termasuk kedalam golongan senyawa fenilpropene. Pada estil asetat juga terdapat senyawa-senyawa tersebut namun dalam persentase yang lebih kecil, yaitu 2,40% dan 1,07%. Hal tersebut menunjukan bahwa etanol adalah pelarut terbaik diantara heksan, aquades dan etil asetat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya maka peneliti akan menggunakan teknik ekstraksi pada akar kawao dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol untuk mendapatkan ekstrak fraksi larut etanol yang akan digunakan sebagai penghambat kerusakan pada nira tebu. Percobaan pendahuluan dilakukan dalam empat tahap, yaitu karakterisasi nira tebu, pembuatan dan karakterisasi serbuk akar kawao, pembuatan dan karakterisasi ekstrak akar kawao fraksi larut etanol dan penentuan kisaran konsentrasi ekstrak akar kawao fraksi larut etanol. Prosedur dan hasil percobaan pendahuluan disajikan pada Lampiran 1. Percobaan pendahuluan tahap pertama yaitu karakterisasi nira tebu yang terdiri dari sifat kimia dan sifat fisik. Sifat kimia meliputi nilai ph, gula pereduksi, sukrosa dan total asam, sedangkan sifat fisik meliputi warna aroma, dan kekentalan. Hasil pengamatan menunjukan nira tebu mempunyai ph yang agak asam (ph 5,1), FTIP001640/040

27 gula pereduksi sebesar 0,25%, sukrosa 0,61% dan total asam 4,25 ml NaOH. Sifat fisik pada nira tebu yang dicobakan menunjukan bahwa nira tebu berwarna hijau tua keruh, memiliki aroma khas tebu segar dan bersifat encer atau tidak kental. Berdasarkan hasil karakterisasi sifat kimia dan fisik nira tebu diperlukan upaya persiapan nira tebu sebelum pelaksanaan percobaan berupa penggunakan wadah yang bersih dan steril untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme dan penanganan penyimpanan dingin untuk menghindari reaksi kerusakan nira selama transportasi menuju tempat percobaan. Percobaan pendahuluan tahap kedua yaitu pembuatan dan karakterisasi serbuk akar kawao. Serbuk akar kawao yang diperoleh berwarna lebih cerah (coklat muda) dibandingkan warna akar kawao asalnya yang masih berbentuk gaplek (coklat tua). Rendemen pembuatan serbuk akar kawao sebesar 46,72%. Serbuk akar kawao memiliki kandungan air sebesar 10,11%, abu 4,9%, lemak 1,25%, karbohidrat 14,5% dan total N sebesar 68,37%. Kandungan nitrogen yang besar pada serbuk akar kawao tidak menggambarkan jumlah protein seluruhnya, melainkan menggambarkan sebagian besar kadar alkaloid dalam serbuk akar kawao, dimana alkaloid merupakan jenis basa nitrogen. Serbuk akar kawao yang dihasilkan pada tahap ini akan menjadi bahan baku percobaan pendahuluan tahap selanjutnya dan menjadi stok bahan akar kawao karena kadar airnya lebih rendah daripada bentuk gapleknya sehingga dapat disimpan lebih lama pada suhu ruang dalam keadaan udara yang tidak lembab. Percobaan pendahuluan tahap ketiga yaitu pembuatan dan karakterisasi ekstrak kawao. Pembuatan ekstrak akar kawao dilakukan dengan metode maserasi serbuk akar kawao menggunakan pelarut etanol. Etanol merupakan pelarut food- FTIP001640/041

28 grade sehingga cenderung aman bagi kesehatan (Widyawati, 2005). Hasil karakterisasi ekstrak akar kawao fraksi etanol dilakukan menunjukan adanya kandungan alkaloid dan flavonoid, saponin, tannin dan fenol yang kuat. Berdasarkan kandungan tersebut maka diduga ekstrak akar kawao fraksi larut etanol mempunyai kemampuan untuk menghambat kerusakan nira tebu yang besar. Percobaan pendahuluan tahap keempat yaitu penentuan kisaran konsentrasi ekstrak akar kawao fraksi larut etanol. Konsentrasi ekstrak akar kawao yang dicobakan adalah 2,5%; 5%; 7,5% dan 10% (v/v). Hasil percobaan ini menunjukan bahwa nilai ph selama penyimpanan 24 jam pada nira tebu tanpa penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol berbeda nyata dengan nira tebu yang ditambahkan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol. Nilai ph nira tebu tanpa penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol adalah 3,07 sedangkan pada nira yang ditambahkan ekstrak ekstrak akar kawao fraksi larut etanol mempunyai nilai ph 3,93 untuk konsentrasi 2,5% dan nilai ph 4,20 untuk konsentrasi 7,5%. Berdasarkan uji duncan, konsentrasi ekstrak akar kawao 7,5% tidak berbeda nyata dengan ekstrak akar kawao 10%. Untuk itu penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol akan dibatasi maksimal 7,5% pada perlakuan percobaan utama dengan interval konsentrasi ekstrak yang lebih kecil mulai dari konsentrasi 2,5%. Berdasarkan hasil-hasil percobaan pendahuluan, maka pada percobaan utama akan dilakukan perlakuan penambahan ekstrak akar kawao fraksi larut etanol dengan konsentrasi 2,5%; 3,75%; 5%; 6,25%; 7,5% (v/v) pada nira tebu. Penghambatan kerusakan nira tebu dilihat berdasarkan parameter perubahan bahan akibat reaksi enzimatik dan mikrobiologi dalam nira tebu, yaitu kadar sukrosa, gula pereduksi, FTIP001640/042

29 total asam, nilai ph dan total mikroba. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan interval pengamatan setiap 2 jam. 3.2. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikiran di atas, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut : Konsentrasi ekstrak akar kawao fraksi larut etanol yang ditambahkan pada nira tebu akan memiliki hubungan yang erat dengan parameter kerusakan nira tebu. FTIP001640/043