BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian Selatan dan Timur Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN pulau, terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan di antara dua

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

PERBANDINGAN DAN ANALISIS KUAT DESAK DAN KUAT TARIK BETON DENGAN MENGGUNAKAN PASIR ERUPSI MERAPI SUNGAI KUNING DAN SUNGAI OPAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulstiwa dan berada pada

NEWS READER : data korban gempa bumi di DIY 01 mei 2006 sampai pukul 11.00

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB III LANDASAN TEORI

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Jenis Bahaya Geologi

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam, selain menyimpan potensi kekayaan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai kepentingan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih

Desa Tlogolele tak Lagi Terisolir Ambrolnya Dam Kali Apu oleh hantaman banjir lahar hujan pasca erupsi Merapi 2010, menyebabkan Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan masih aktifnya proses erupsi dan peningkatan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kelompok maupun perorangan. Landasan hukum tersebut ialah

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi gunung Merapi telah menimbulkan kerusakan dan mengakibatkan banyak orang meninggal dunia. Lebih dari dua kali terjadi letusan erupsi, dan hampir dipastikan 4 tahun sekali Gunung ini mengeluarkan erupsi, guguran kubah lava serta awan panas yang meluncur hingga radius kurang lebih 7 km dari puncak Merapi. Erupsi terjadi pada tanggal 20 September 2010, dimana status gunung Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan kembali menjadi siaga (level III) pada 21 Oktober 2010. Sejak 25 Oktober 2010, pukul 06:00 WIB, status gunung Merapi di naikkan menjadi awas ke level IV, hingga pada tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami Erupsi pertama dan berlanjut pada Erupsi lanjutan hingga 5 November 2010 (BNPB, 2011). Erupsi Merapi kedua lebih kuat dengan menimbulkan beberapa lontaran material vulkanik setinggi 6,5 km dari puncak Merapi dan hembusan awan panas sejauh 14 km ke arah Selatan. Erupsi Merapi ini telah merusak sebagian besar pemukiman warga di sekitar lereng Gunung Merapi. Hal ini mengakibatkan 1

2 banyak korban jiwa yang meninggal dan bangunan warga yang rusak, runtuh bahkan hancur. Selain menimbulkan korban jiwa dan hunian warga yang rusak, bencana Erupsi Merapi ini juga menimbulkan kerusakan dan kerugian besar di wilayahwilayah yang tersebar di beberapa Kabupaten, seperti Kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten dan Kabupaten Sleman (BNPB, 2011). Desa-desa yang terkena dampak letusan Merapi mengalami kerusakan rumah, infrastruktur dasar dan fasilitas sosial ekonomi masyarakat. Banyaknya rumah yang hancur, tertutup abu, pasir dan kerikil. Beberapa pemukiman sudah tidak layak huni, sulit untuk diperbaiki atau bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkannya dari material letusan. Material-material yang berserakan dan hancur akibat terjangan awan panas, debu vulkanik yang cukup pekat mengakibatkan rusaknya rumah-rumah warga di sekitar lereng gunung Merapi. Gambar 1. Kondisi Pasca Erupsi (Sumber : Data Primer, Oktober 2012) Erupsi Merapi telah merubah segi kehidupan dan penghidupan warga desa Umbulharjo. Desa ini merupakan salah satu desa yang berada di kaki gunung

3 Merapi dan memiliki potensi sumber daya alam yang beragam (RPP, 2011). Rumah adalah salah satu aset terbesar yang dimiliki oleh warga, maka rumah yang sifatnya lebih permanen memiliki keterikatan yang lebih tinggi terhadap tempat tinggal. Rasa keterikatan warga akan aset ini yang memotivasi warga untuk menolak di relokasi ketika dihimbau oleh Pihak Pemerintah untuk meninggalkan atau pindah dari daerah rawan ancaman bencana Gunungapi Merapi. Hunian rumah warga desa Umbulharjo yang direkonstruksi ini menggunakan material lokal dan material non lokal. Umumnya material yang dipilih oleh warga adalah material sisa-sisa rumah warga, yang diolah/digunakan kembali oleh warga desa Umbulharjo sebagai upaya untuk menghemat biaya/keterbatasan dana dan faktor lainnya, seperti kebutuhan utama dalam menempati tempat tinggal. Material-material yang dikeluarkan oleh Gunung Merapi tersebut, digunakan bersama-sama oleh masyarakat atau warga sebagai material baru untuk membangun tempat tinggal warga. Material ini yang nantinya sebagai bahan bangunan untuk membangun rumah warga. Beberapa keluarga dari warga Desa Umbulharjo memiliki taraf kehidupan yang berbeda-beda, dilihat dari beberapa faktor seperti jenis pekerjaan, faktor sosial, dan faktor ekonomi sebagai hal dasar untuk sampel. Perbedaan taraf kehidupan macam ini pula yang membedakan dalam faktor penentu dan pemilihan material dalam rekonstruksi rumah tinggal warga.

4 Melalui penelitian ini diharapkan agar hasil dan manfaat penelitian ini dapat memberikan kesadaran kepada pelaku kebijakan akan pentingnya faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal. Penelitian ini dapat dijadikan data/bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan sehingga kriteria dalam merencanakan dan mengembangkan kawasan rawan bencana dapat digunakan untuk penelitian yang lainnya. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian masalah yang telah disampaikan dalam latar belakang, rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat hubungan antara studi faktor penentu dengan pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman? 2. Apa saja faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman? 3. Bagaimana rangking kriteria faktor penentu dengan pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman? 1.3 BATASAN MASALAH Supaya tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan permasalahan menjadi jelas, maka pada penelitian ini akan di batasi pada :

5 a. Faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca erupsi Merapi b. Pemilihan material rekonstruksi c. Objek penelitian dan survey kuisioner dilakukan pada Desa Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan responden berasal dari desa Umbulharjo, jumlah yang dikumpulkan minimal 80 responden d. Jumlah sampel dilihat dari kriteria pemilihan tiga dusun yang dikaitkan dengan KRB dengan tingkat wilayah aman untuk ditempati. Tiga dusun tersebut antara lain Plosorejo, Karanggeneng dan Plosokerep. 1.4 KEASLIAN PENELITIAN Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan beberapa macam material di beberapa lokus yang berbeda, namun untuk penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti adalah penelitian pertama yang lokusnya berada di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, dan penelitian semacam ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dari berbagai kalangan akademisi, antara lain : 1

6 Tabel 1. Keaslian Penelitian Penulis Tahun Judul, hasil penelitian dan sumber Lokus Fokus Metodologi A Kadir Aboe 2010 Pasir lahar dingin di Kali Boyong/Code sebagai bahan susun beton. Hasil : secara visual pasir yang berasal dari kali Boyong bervariasi ke kasarannya (sumber : http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/3h_artikel_kadir.pdf.dppm.uii.ac.id.pdf, diakses tanggal 18 September 2012) Helmy Akbar Bale 2011 Analisis pasir lahar dingin di Sungai Opak untuk material Beton dengan pengerjaan Konvensional Hasil penelitian : secara visual material yang diambil dari bagian hulu masih tercampur banyak dengan kerikil, bagian tengah masih bercampur kerikil dengan ukuran lebih kecil, bagian hilir sangat sedikit dan nyaris tidak bercampur dengan kerikil. (sumber : http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/3g_artikel_helmy.pd f.dppm.uii.ac.id.pdf, diakses tanggal 18 September 2012) Fitri Nugraheni 2011 Potensi ekonomi pasir vulkanik merapi untuk material conblock Studi Kasus pada Kali Kuning Hasil Penelitian : pasir vulkanik semakin halus ke Hilir Kali Kuning (sumber : http://dppm.uii.ac.id/dokumen/prosiding/3f_artikel_fitri.pdf.d ppm.uii.ac.id.pdf, diakses tanggal 18 Spetember 2012) Lasino.,dkk 2011 Pemanfaatan pasir dan debu Merapi sebagai bahan konstruksi dalam mendukung pembangunan infrastruktur dan meningkatkan nilai guna lahar vulkanik Hasil Penelitian : sifat fisis pasir cukup baik, bersih, padat dab agregat halus cocok untuk pembuatan beton (sumber : http://www.bsn.go.id/files/348256357/ppis%202011%20yog ya/pemanfaatan%20pasir-debu%20merapi.pdf, diakses Sungai Boyong/ Code Argo Mulyo, Cangkringan Kali Kuning Sungai Code Kualitas beton Kualitas material hasil erupsi Merapi Potensi ekonomi pasir vulkanik Karakteristik pasir dan abu Eksperimental Metode eksperimental Metode analisis investasi Eksperimental

7 Tabel 1. Keaslian Penelitian (Lanjutan) Penulis Tahun Judul, hasil penelitian dan sumber Lokus Fokus Metodologi Dhita Wahyu Anggraeni Benedicta Sophie Marcella Uniek Praptiningrum Wardhono tanggal 18 September 2012) 2011 Faktor Penentu dalam memilih bahan bangunan lokal bagi Penduduk Dusun Tirto Pasca Gempa Bumi Hasil Penelitian : Penggunaan ulang (Re-Use), penggunaan ulang tapi tidak sesuai dengan aslinya (Reduce) dan penggunaan bahan yang baru pada masing-masing rumah responden (sumber : JURNAL ARSITEKTUR KOMPOSISI, Volume 9 Nomor 1, April 2011, ISSN 1411-6618) 2011 Perilaku masyarakat dalam memilih pemanfaatan ulang dan daur ulang bahan bangunan pasca gempa bumi Hasil Penelitian : pertimbangan keamanan (safety) serta biaya (sumber : JURNAL ARSITEKTUR KOMPOSISI, Volume 9 Nomor 1, April 2011, ISSN 1411-6618) 2011 Fenomena pemilihan bahan bangunan pada hunian di Surabaya dan pemukiman di Kali Code Hasil Penelitian : bahan bangunan lokal sangat tepat di terapkan untuk bangunan rumah tinggal di iklim tropis lembab seperti Indonesia dan memiliki potensi keawetan (sumber : JURNAL ARSITEKTUR KOMPOSISI, Volume 9 Nomor 1, April 2011, ISSN 1411-6618) Dusun Tirto, Srandakan, Bantul Desa Sidomulyo, Bambanglipur o, Bantul Surabaya dan Kali Code Faktor penentu dalam memilih bahan bangunan Perilaku masyarakat dalam memilih bahan bangunan dan menemukan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih bahan bangunan bagi tempat tinggal Penyebab pemilihan bahan bangunan pada rumah tinggal di Surabaya Fenomenologi Rasionalistik Fenomenologi Kualitatif Instrumen kuisioner

8 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian mengenai studi faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca erupsi Merapi di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman ini mempunyai manfaat antara lain : a. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini juga menambah wawasan dan memahami gambaran faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi pasca erupsi Merapi untuk rumah tinggal. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai kontribusi dalam penanganan rekonstruksi rumah tinggal warga dan material rekonstruksi pasca erupsi sebagai potensi yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan di desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. b. Manfaat bagi Penentu Kebijakan Penelitian ini dapat menjadi sarana bahan referensi sebagai sumbangan ide dalam menjelaskan faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca erupsi Merapi di desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Selain itu dengan penelitian ini bisa bermanfaat untuk pemerintah Kota Sleman dalam rangka mengkaji kembali pemilihan material rekonstruksi pasca Erupsi Merapi. c. Manfaat Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Rawan Bencana

9 Penelitian ini dapat menjadi manfaat dalam perencanaan dan pengembangan wilayah kawasan rawan bencana untuk Kabupaten Sleman dalam rangka mengkaji kembali lokasi-lokasi yang aman dari peristiwa/kejadian bencana alam gunungapi Merapi. 1.6 TUJUAN PENELITIAN a. Tujuan Penelitian Memahami gambaran faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca erupsi Merapi dan menemukan faktorfaktor dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca erupsi Merapi yang dikaitkan dengan teori yang ada juga sebagai perencanaan dan pengembangan wilayah kawasan rawan bencana b. Sasaran Penelitian - Menyebarkan kuisioner ke beberapa warga di tiga dusun Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman - Mengetahui faktor-faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal - Menemukan hubungan faktor penentu dalam pemilihan material rekonstruksi rumah tinggal pasca Erupsi Merapi dengan pendekatan teori perilaku dari segi Arsitektur, teori Psikologi Arsitektur dan teori Persepsi

10 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini terdiri atas enam bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Yang berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian (manfaat pengetahuan, penentu kebijakan, dan manfaat perencanaan dan pengembangan wilayah kawasan rawan bencana), tujuan dan sasaran penelitian BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN Berisi mengenai profil kabupaten Sleman (luas wilayah, karakteristik wilayah), lokasi penelitian, identifikasi desa Umbulharjo (kondisi fisik, kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi) BAB III TINJAUAN PUSTAKA Berisi mengenai tinjauan mengenai perilaku dalam arsitektur (perilaku manusia, dinamika perilaku manusia, perilaku dari segi arsitektur) dan teori psikologi arsitektur (latar belakang psikologi arsitektur, pengertian dan tujuan psikologi arsitektur, manusia dari segi psikologi dan arsitektur), teori persepsi dari Atkinson BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Berisi mengenai bahan atau materi penelitian, alat dan bahan penelitian, responden, metode pengumpulan data, penyusunan kuisioner, metode

11 penyusunan data, metode pengolahan dan analisa data, variabel yang dipelajari dan data yang dikumpulkan, langkah-langkah penelitian (tahapan studi penelitian, tahap-tahap kegiatan penelitian, rincian kegiatan penelitian), kesulitan yang timbul dan pemecahannya. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi mengenai deksripsi data yang terkumpul, hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel (daftar) dan grafik. Untuk pembahasan disajikan secara analisis disertai penjelasan secara teoritis. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dan juga memberikan saran-saran yang bermanfaat bagi warga desa Umbulharjo, bagi Penentu Kebijakan dan Perencanaan Pengembangan Wilayah Rawan Bencana serta kepada penelitian yang serupa.