ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

Penyebaran Kuisioner

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB III METODE KAJIAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB 3 METODE PENELITIAN

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

PEMODELAN PEMILIHAN MERK DUMP TRUCK UNTUK PROYEK URUGAN MELALUI PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

Analytic Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB IV ANALISA DATA 4.1. PENDAHULUAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

GROUP DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PEMBELIAN RUMAH DENGAN MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DAN BORDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Sistem pendukung keputusan pemilihan program studi pada perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN pada SMA N 16 Semarang

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas tentang tahapan penelitian. Tahapan penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pemilihan Tanaman Pangan Unggulan Kotamadya Cilegon Menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP)

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISA PEMILIHAN APLIKASI BERITA BERBASIS MOBILE MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Pengambilan Keputusan Multi Kriteria. Riset Operasi TIP FTP UB

Transkripsi:

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP ITS ABSTRAK Dalam rangka menampung aktifitas perdagangan di Kecamatan Muaradua sebagai Ibu kota kabupaten, Pemerintah kabupaten merencanakan akan merelokasi pasar dengan membangun pasar baru yang bersekala regional di Kecamatan Muaradua. Dalam perencanaan pembangunan tersebut, terdapat 3 lokasi yang akan dipilih yaitu Desa Batu Belang, Desa Sumber Jaya, Desa Bumi Agung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memilih lokasi yang terbaik untuk pembangunan pasar baru tersebut. Methode yang dipergunakan adalah Analytical Hyerarchi Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria teknik adalah kriteria terpenting dalam penentuan lokasi pembangunan pasar. Urutan prioritas pemilihan lokasi adalah : Desa Batu Belang dengan bobot 0,5128, Desa Sumber Jaya dengan bobot 0, 2538 dan Desa Bumi Agung dengan Bobot 0,2334. Kata kunci: AHP, Pembangunan Pasar, Penentuan Lokasi 1. PENDAHULUAN Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang baru dimekarkan di Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2003 pada bulan Juli th 2003 dengan Muaradua sebagai ibukota kabupaten. Dengan dijadikannya ibukota kabupaten, Muaradua menjadi pusat pemerintahan. Selain itu, Muaradua juga merupakan pusat kegiatan perdagangan barang dan jasa dan pusat pelayanan ekonomi yang bersekala regional. Pasar sebagai salah satu tempat aktifitas ekonomi yang ada di Muaradua, sudah tidak mampu lagi menampung aktifitas perdagangan. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten OKU Selatan mengeluarkan kebijakan untuk membangun pasar baru pada lokasi lain dan pasar yang lama akan ditutup. Hal ini dikarenakan pada lokasi pasar yang lama tidak memungkinkan untuk melakukan pengembangan karena luas lahan tidak cukup untuk menampung bangunan pasar dan fasilitasnya. Ada tiga alternatif lokasi yang dapat diajadikan sebagai lahan untuk pembangunan pasar baru tersebut. Ketiga lokasi tersebut berada pada wilayah pengembangan B dan C dan merupakan wilayah yang menjadi pusat kegiatan perdagangan barang dan jasa yang berskala regional. Lokasi tersebut terletak di desa Batu Belang, Sumber Jaya dan Bumi Agung. Penelitian ini bertujuan untuk memilih lokasi terbaik dari ketiga lokasi tersebut. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penentuan Lokasi Pasar Badan Pembinaan Perdagangan Dalam Negeri dalam Anwar (2001) menyatakan bahwa untuk menetapkan lokasi pembangunan pasar tradisional harus memperhatikan letak strategis,luas lahan yang dapat menampung bangunan dan fasilitas, mudahnya komunikasi dan transportasi, bukan lokasi banjir serta sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat. Disamping hal tersebut dalam penyediaan lahan untuk lokasi pasar perlu memperhatikan mengenai: ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-10

Analisa Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar Baru Di Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan a. Adanya embrio Adanya pedagang dan pembeli Adanya kegiatan jual beli (perdagangan) Ada barang yang diperdagangkan Belum ada wujud fisik pasar b. Penyediaan lahan Swadaya masyarakat Dibeli dengan dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Propinsi atau APBN (dana pusat) c. Status lahan Tidak dalam sengketa Tidak sedang dalam jaminan atau penyitaan Sudah ada ketetapan hukum Duncan dan Hollander, dalam Desmianti (2004), mengemukakan bahwa hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi pasar adalah : - Populasi yang terdapat pada daerah perdagangan, meliputi komposisi dan pertumbuhannya - Perkembangan kota yang dapat diukur dari perubahan sosial ekonomi - Kebiasaan belanja penduduk - Daya beli penduduk yang dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tabungan yang dimiliki - Perbedaan status sosial yang dapat dilihat dari tipe rumah, kepemilikan rumah, tingkat pendidikan dan jumlah kepemilikan kendaraan - Jumlah, luas, tipe dan lokasi pasar lama - Aksesibilitas berupa fasilitas transportasi umum, kedekatan dengan konsumen potensial yang dapat berupa daerah perumahan dan perkantoran - Kondisi fisik lahan, dapat dilihat dari tofografi, kondisi geologis, rawan bencana dan sebagainya Chiara dan Koppelman (1997) mengemukakan bahwa kriteria yang harus dipenuhi dalam menentukan lokasi suatu pusat perbelanjaan adalah : 1. Kedekatan terhadap pangsa pasar 2. Kedekatan terhadap bahan baku 3. Ketersediaan tenaga listrik dan air 4. Ketersediaan modal 5. Iklim 6. Adanya perlindungan terhadap bahaya kebakaran, perlindungan polisi dan pelayanan kesehatan 7. Terdapatnya perumahan /permukiman penduduk 8. Sikap masyarakat 9. Peraturan setempat 10. Pertumbuhan kota di masa yang akan datang Lokasi pasar merupakan faktor yang penting/berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan pasar tersebut dan menurut pendapat David Dewar Vanessa W (1990), pada skala kota ada Tiga faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pasar, yaitu sebagai berikut : 1. Location of generator of population movement (lokasi yang menimbulkan pergerakan populasi/orang). 2. Sources of supply (sumber persediaan barang yang diperjual belikan) 3. Location of consumers (lokasi yang berada dekat dengan pembeli) 2.2. Analisa Multi Kriteria Analisa multi kriteria adalah analisa yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan menggunakan metode penilaian dan pembobotan terhadap beberapa kriteria yang mempengaruhi pengambil keputusan dalam membuat keputusan. Salah satu analisa multi kriteria yang sering dipakai adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Proses penyelesaian masalah dengan AHP : a. Mengidentifikasi masalah dan menentukan solusi yang diinginkan b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan / kriteria yang setingkat di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-11

Yusrinawati, Retno Indryani, Eko Budi Santoso d. Melakukan perbandingan berpasangan hingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyak elemen yang dibandingkan. e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten, maka pengambilan data diulangi. f. Mengulangi langkah 3,4,5 untuk seluruh tingkat hirarki g. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. Nilai faktor eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini untuk mensistensi judgment dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan h. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki 3. METODA PENELITIAN 3.1. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini ditentukan dari instansi pemerintah kabupaten OKU Selatan yang terkait dengan masalah penentuan alternatif lokasi pembangunan pasar baru di kecamatan Muaradua Kabupaten OKU Selatan.Responden dari instansi tersebut ada 7 orang yaitu : 1. Sekretaris Daerah 2. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 3. Kepala Dinas Kebersihan keindahan dan Pertamanan 4. Kepala Dinas Pekerjaan Umum 5. Kepala Dinas Pendapatan Daerah 6. Kepala Bagian Perekonomian 7. Camat Muaradua 3.2. Teknik Pengambilan sampel Teknik Pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Pengambilan elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan secara sengaja dengan catatan sampel harus mewakili populasi. Purposive sampling disebut juga judgment sampling, dimana pemilihan subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciriciri populasi yang sudah diketahui. 3.3. Metoda Analisa Untuk melakukan pemilihan lokasi pembangunan pasar, menggunakan Analisa Hyerarchy Process (AHP).Faktor yang berpengaruh dalam penentuan lokasi pembangunan pasar dijadikan sebagai sub kriteria. Ada tiga Kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu : Kriteria teknik, sosial ekonomi dan sarana prasarana. Sub kriteria yang sejenis kemudian dikelompokkan dalam kriteria. Pengelompokan seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini Tabel 1. Kriteria dan Sub Kriteria Penentuan Lokasi No Kriteria Sub Kriteria 1 Teknik 1. Luas lahan 2. Berada di sekitar terminal 3. Topografi rendah 4. Tidak Rawan Bencana 2 Sosial Ekonomi 3 Sarana dan Prasarana 1. Dekat dengan pemukiman penduduk 2. Kepadatan penduduk tinggi 3. Sikap masyarakat terhadap pembangunan pasar 1. Adanya jaringan jalan menuju lokasi pasar 2. Tersedia alat angkutan Sumber : Hasil analisa Setelah semua unsur didapatkan dari setiap level hirarki pengambilan keputusan, maka disusun hirarki tersebut seperti pada gambar 3.1 ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-12

Analisa Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar Baru Di Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan Gambar 1. Rancangan Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Penentuan Bobot Kriteria Pada penelitian ini ada 3 kriteria yang akan dibandingkan yaitu kriteria teknik,sosial ekonomi dan sarana prasarana. Jawaban dari setiap responden dihitung rata-ratanya dengan menggunakan rata-rata geometrik. Setelah nilai rata-rata dari jawaban seluruh responden didapat langkah selanjutnya adalah menghitung bobot prioritas kriteria dan penentuan nilai konsistensi : 1. Memasukkan nilai matriks yang diperoleh dari hasil nilai rata-rata jawaban responden Tabel 2. Matrik Perbandingan Berpasangan KRITERIA T SE SP Teknik (T) 1 4 2 Sosial Ekonomi (SE) 1/4 1 1/4 Sarana Prasarana (SP) 1/2 4 1 Jumlah 1,75 9 3,25 2. Membuat matriks normalisasi perbandingan berpasangan, dengan membagi semua nilai pada kolom dengan jumlah dari semua nilai per kolom. Tabel 3. Matrik Normalisasi Perbandingan Berpasangan KRITERIA T SE SP Teknik 0,5714 0,4444 0,6154 Sosial Ekonomi (SE) 0,1429 0,1111 0,0769 Sarana Pras 0,2857 0,4444 0,3077 Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 3. Jumlahkan semua hasil normalisasi perbandingan berpasangan (tahap 2) per baris, kemudian masing-masing hasil penjumlahan dibagi dengan jumlah kriteria untuk mendapatkan bobot. Tabel 4. Matrik Normalisasi Perbandingan Berpasangan Level Kriteria KRITERIA T SE SP Jumlah Bobot Teknik 0,5714 0,4444 0,6154 1,6313 0,5437 Sosial Ekonomi (SE) 0,1429 0,1111 0,0769 0,3309 0,1103 Sarana Pras 0,2857 0,4444 0,3077 1,0379 0,3460 Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 3,0000 0,9999 ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-13

Yusrinawati, Retno Indryani, Eko Budi Santoso 4. Menghitung eigen value terbesar (λ maks ) yaitu dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom matrik perbandingan berpasangan dengan bobot. λ maks = (1,75 x 0,5437) + (9 x 0,1103 ) + (3,25 x 0,3460) λ maks = 3,0686 5. Menghitung Indeks Konsistensi (CI) λ n CI = maks 3,0686 3 = = 0,0343 n 1 3 1 6. Menghitung Rasio Konsistensi (CR), dengan nilai RI = 0,58 (sesuai dengan tabel 5.10 dengan ukuran matrik = 3) CI 0,0343 CR = = = 0,0591. Karena RI 0,58 CR < 0,1 maka matrik diatas konsisten. Dari langkah di atas maka dapat diketahui bobot dan prioritas level kriteria seperti pada tabel 5 : Tabel 5. Bobot dan Prioritas Level Kriteria Kriteria Bobot Prioritas Teknik (T) 0.5437 1 Sosial Ekonomi (SE) 0.1103 3 Sarana Prasarana (SP) 0.3460 2 Dari tabel 5 di atas diketahui bahwa kriteria teknik / fisik mempunyai bobot yang paling tinggi yaitu sebesar 0,5437, urutan kedua adalah kriteria sarana prasarana dengan nilai 0,3460, urutan ketiga adalah kriteria sosial ekonomi dengan nilai 0,1103. 4.2 Penentuan Bobot Sub Kriteria Pada penelitian ini ada 9 sub kriteria yang dikelompokkan dalam 3 kriteria. Langkahlangkah perhitungan bobot sub kriteria sama dengan langkah-langkah perhitungan bobot kriteria. Hasil perhitungan bobot sub kriteria seperti pada tabel 6, tabel 7 dan tabel 8 Tabel 6. Bobot Sub Kriteria dalam Kriteria Teknis Sub Kriteria T 0,5437 Bobot Prioritas Luas Lahan ( T1 ) 0,5388 0,2930 1 Berada di Sekitar Lokasi Terminal (T2) 0,2523 0,1372 2 Topografi (T3) 0,0625 0,0340 4 Tidak rawan Bencana (T4) 0,1464 0,0796 3 Tabel 7. Bobot Sub Kriteria dalam Kriteria Sosial Ekonomi Sub Kriteria SE 0.1103 Bobot Prioritas Dekat dengan permukiman (SE1) 0.2605 0.0287 2 Kepadatan Penduduk (SE2) 0.6333 0.0699 1 Sikap Masyarakat (SE3) 0.1062 0.0117 3 Tabel 8. Bobot Sub Kriteria dalam Kriteria Sarana Prasarana Sub Kriteria SP 0.3460 Bobot Prioritas Adanya jaringan jalan (SP1) 0.7500 0.2595 1 Tersedia alat angkutan (SP2) 0.2500 0.0865 2 ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-14

Analisa Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar Baru Di Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan 4.3 Penentuan Lokasi Pada level ini penentuan lokasi dilakukan dengan cara menentukan bobot pada setiap alternatif lokasi sebagai alternatif keputusan dalam semua sub kriteria yang ada. Langkah yang dilakukan dalam perhitungan bobot sama dengan langkah perhitungan pada kriteria dan sub kriteria. Hasil perhitungan bobot dalam penentuan lokasi seperti tercantum pada tabel 9 sampai tabel 17 Tabel 9.Penentuan Lokasi berdasarkan Luas Lahan KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0048 Desa batu Belang (L1) 1 2 5 0,5812 CI = 0,0024 Desa Sumber jaya (L2) 1/2 1 3 0,3092 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/5 1/3 1 0,1096 CR = 0,0042 Jumlah 1,7 3,3333 9 1,0000 Tabel 10. Penentuan Lokasi berdasarkan Berada di sekitar lokasi Terminal KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0793 Desa batu Belang (L1) 1 3 6 0,6393 CI = 0,0397 Desa Sumber jaya (L2) 1/3 1 4 0,2737 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/6 1/4 1 0,0870 CR = 0,0684 Jumlah 1,5 4,25 11 1,0000 Tabel 11. Penentuan lokasi berdasrkan Topografi KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0000 Desa batu Belang (L1) 1 2 6 0,6000 CI = 0,0000 Desa Sumber jaya (L2) 1/2 1 3 0,3000 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/6 1/3 1 0,1000 CR = 0,0000 Jumlah 1,6667 3,3333 10 1,0000 Tabel 12. Penentuan lokasi berdasarkan tidak rawan bencana KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0000 Desa batu Belang (L1) 1 2 6 0,6000 CI = 0,0000 Desa Sumber jaya (L2) 1/2 1 3 0,3000 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/6 1/3 1 0,1000 CR = 0,0000 Jumlah 1,6667 3,3333 10 1,0000 Tabel 13. Penentuan lokasi berdasarkan dekat dengan pemukiman penduduk KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0255 Desa batu Belang (L1) 1 3 4 0,6232 CI = 0,0127 Desa Sumber jaya (L2) 1/3 1 2 0,2395 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/4 1/2 1 0,1373 CR = 0,0220 Jumlah 1,5833 4,5 7 1,0000 Tabel 14. Penentuan lokasi berdasarkan Kepadatan Penduduk Tinggi KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0650 Desa batu Belang (L1) 1 3 2 0,5247 CI = 0,0325 Desa Sumber jaya (L2) 1/3 1 1/3 0,1415 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/2 3 1 0,3338 CR = 0,0560 Jumlah 1,8333 7 3,3333 1,0000 ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-15

Yusrinawati, Retno Indryani, Eko Budi Santoso Tabel 15. Penentuan lokasi berdasrkan sikap masyarakat terhadap pembangunan pasar KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0650 Desa batu Belang (L1) 1 3 2 0,5247 CI = 0,0325 Desa Sumber jaya (L2) 1/3 1 1/3 0,1415 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/2 3 1 0,3338 CR = 0,0560 Jumlah 1,8333 7 3,3333 1,0000 Tabel 16.Penentuan lokasi berdasarkan adanya jaringan jalan KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0075 Desa batu Belang (L1) 1 2 1/2 0,2766 CI = 0,0037 Desa Sumber jaya (L2) 1/2 1 1/5 0,1285 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 2 5 1 0,5949 CR = 0,0064 Jumlah 3,5 8,0 1,7 1,0000 Tabel 17. Penentuan lokasi berdasarkan tersedia alat angkutan menuju pasar KRITERIA L1 L2 L3 Bobot λ maks = 3,0326 Desa batu Belang (L1) 1 2 5 0,5679 CI = 0,0163 Desa Sumber jaya (L2) 1/2 1 4 0,3339 RI = 0,58 Desa Bumi Agung (L3) 1/5 1/4 1 0,0982 CR = 0,0281 Jumlah 1,7 3,25 10 1,0000 Setelah bobot dari alternatif lokasi untuk setiap sub kriteria diketahui maka selanjutnya dilakukan perhitungan konsistensi keseluruhan (CR gabungan ). Hasilnya adalah 0,0438. Karena CR gabungan < 0,1 maka hirarki keseluruhan konsisten. Langkah terakhir adalah menentukan bobot dan prioritas alternatif lokasi dengan cara mengalikan bobot alternatif lokasi dalam sub kriteria dengan bobot sub kriterianya masing-masing. Seperti pada Tabel 18: Tabel 18. Penentuan Lokasi Pembangunan Pasar Kriteria T Kriteria SE Kriteria SP Alternatif Lokasi 0,5437 0,1103 0,3460 Bobot T1 T2 T3 T4 SE1 SE2 SE3 SP1 SP2 0,2929 0,1372 0,0340 0,0796 0,0287 0,0699 0,0117 0,2595 0,0865 Desa batu Belang (L1) 0,5812 0,6393 0,6000 0,5679 0,6232 0,6333 0,5247 0,2766 0,5679 0,5128 Desa Sumber jaya (L2) 0,3092 0,2737 0,3000 0,3339 0,2395 0,2605 0,1415 0,1285 0,3339 0,2538 Desa Bumi Agung (L3) 0,1096 0,0870 0,1000 0,0982 0,1373 0,1062 0,3338 0,5949 0,0982 0,2334 4.4. Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas dilakukan dengan cara merubah bobot setiap kriteria sehingga akan diketahui apakah setiap kriteria tersebut berpengaruh (sensitif) atau tidak dalam menentukan alternatif terbaik lokasi pembangunan pasar di Kecamatan Muaradua. 4.4.1 Sensitivitas terhadap Kriteria Teknik Jika bobot kriteria teknik dinaikkan sampai dengan 30 %, kriteria sosial ekonomi dan sarana parasarana diturunkan sampai 30 %, tidak terjadi perubahan prioritas lokasi pembangunan pasar. Penurunan berdasarkan proporsi.tetapi jika bobot kriteria teknik diturunkan sampai dengan 10 % dan kriteria sosial ekonomi dan sarana parasarana dinaikkan sampai 10 % hanya berpengaruh terhadap prioritas lokasi.desa Bumi Agung yang semula berada pada prioritas nomor 3, berubah menjadi prioritas nomor 2. Hal ini menunjukkan bahwa kriteria teknik tidak sensitif terhadap penentuan prioritas lokasi ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-16

Analisa Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar Baru Di Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan Tabel 19. Perhitungan sensitivitas kriteria teknis PERUBAHAN KRITERIA Teknik (T) 0.3806 0.4350 0.4894 0.5437 0.5981 0.6525 0.7069 KRITERIA LAINNYA Sosial Ekonomi (SE) 0.1497 0.1366 0.1234 0.1103 0.0972 0.0840 0.0709 Sarana Prasarana (SP) 0.4696 0.4284 0.3872 0.3460 0.3047 0.2635 0.2223 ALTERNATIF LOKASI Desa Batu Belang (L1) 0.4833 0.4932 0.5030 0.5128 0.5226 0.5324 0.5422 Desa Sumber Jaya (L2) 0.2362 0.2421 0.2480 0.2538 0.2597 0.2656 0.2715 Desa Bumi Agung (L3) 0.2805 0.2648 0.2490 0.2334 0.2177 0.2020 0.1863 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 Desa Batu Belang (L1) Desa Sumber Jaya (L2) Desa Bumi Agung (L3) Gambar 2. Grafik sensitivitas kriteria teknis 4.4.2 Sensitivitas terhadap Kriteria Sosial Ekonomi Jika bobot kriteria sarana / prasarana dinaikkan sampai dengan 30% maka tidak terjadi perubahan prioritas lokasi pembangunan pasar.demikian juga jika bobot kriteria sarana / prasarana diturunkan sampai dengan 30% juga tidak berpengaruh terhadap prioritas lokasi. Tabel 20. Perhitungan sensitivitas kriteria sosial ekonomi KRITERIA PERUBAHAN Sosial Ekonomi (SE) 0,0772 0,0882 0,0993 0,1103 0,1213 0,1324 0,1434 KRITERIA LAINNYA Teknik ( T ) 0,5639 0,5572 0,5504 0,5437 0,5370 0,5302 0,5235 Sarana Prasarana (SP) 0,3588 0,3545 0,3502 0,3460 0,3417 0,3374 0,3331 ALTERNATIF LOKASI Desa Batu Belang (L1) 0,5088 0,5101 0,5114 0,5127 0,5140 0,5154 0,5167 Desa Sumber jaya (L2) 0,2543 0,2541 0,2540 0,2538 0,2537 0,2536 0,2534 Desa Bumi Agung (L3) 0,2369 0,2357 0,2345 0,2334 0,2322 0,2310 0,2298 ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-17

Yusrinawati, Retno Indryani, Eko Budi Santoso 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 Desa Batu Belang (L1) Desa Sumber jaya (L2) Desa Bumi Agung (L3) Gambar 3. Grafik sensitivitas kriteria sosial ekonomi 4.4.3 Sensitivitas terhadap Kriteria Sarana Prasarana Jika bobot kriteria sarana parasarana dinaikkan sampai dengan 20 % maka terjadi perubahan prioritas lokasi pembangunan pasar dimana lokasi di Desa Bumi Agung yang semula berada pada prioritas nomor tiga berubah menjadi prioritas nomor dua. Demikian juga jika dinaikkan sampai dengan 30 % tidak mempengaruhi prioritas lokasi.hal ini menunjukkan bahwa kriteria sarana prasarana tidak sensitif terhadap penentuan prioritas lokasi. Jika bobot kriteria sarana prasarana diturunkan sampai dengan 30 % tidak berpengaruh terhadap prioritas lokasi. Tabel 21. Perhitungan sensitivitas kriteria sarana prasarana PERUBAHAN KRITERIA Sarana Prasarana (SP) 0.2422 0.2768 0.3114 0.3460 0.3805 0.4151 0.4497 KRITERIA LAINNYA Teknik (T) 0.6300 0.6012 0.5725 0.5437 0.5150 0.4862 0.4575 Sosisl Ekonomi 0.1278 0.1220 0.1161 0.1103 0.1045 0.0986 0.0928 ALTERNATIF LOKASI Desa batu Belang (L1) 0.5387 0.5301 0.5214 0.5128 0.5040 0.4955 0.4869 Desa Sumber jaya (L2) 0.2656 0.2617 0.2578 0.2538 0.2499 0.2460 0.2421 Desa Bumi Agung (L3) 0.1957 0.2082 0.2208 0.2334 0.2459 0.2585 0.2710 0,6000 0,5000 0,4000 0,3000 0,2000 0,1000 0,0000 Desa batu Belang (L1) Desa Sumber jaya (L2) Desa Bumi Agung (L3) Gambar 4. Grafik sensitivitas kriteria sarana prasarana ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-18

Analisa Pemilihan Lokasi Pembangunan Pasar Baru Di Kecamatan Muaradua Kabupaten Oku Selatan 5. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: urutan prioritas pemilihan lokasi diperoleh sebagai berikut : Prioritas Pertama Desa Batu Belang dengan bobot 0,5128, Prioritas ke Dua Desa Sumber Jaya dengan bobot 0, 2538 dan prioritas ke Tiga dengan Bobot 0,2334. Hasil analisa sensitivitas terhadap perubahan bobot masing-masing kriteria tetap memberikan Desa Batu Belang sebagai prioritas yang pertama. Daftar Pustaka 1. Anwar, M, (2001), Pedoman Pembinaan Pasar Tradisional, Dirjen Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta. 2. De Chiara, J dan E lee K (1997), Standar Perencanaan tapak, PT Erlangga, Jakarta 3. Desmianty, L (2005), Analisis Penentuan Lokasi Pembangunan Pasar di kota Lahat Berdasarkan kajian Faktor-faktor Penentu Lokais Pasar Menurut Preferensi Pengguna Pasar dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten, Institut Teknologi Surabaya 4. Dewar, D and Watson, V (1990), Urban Market Developing Informal Retailing, London : Rontledge 5. Saaty, Thomas L, (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Bustaman Binaman presindo, Jakarta ISBN No. 978-979-18342-0-9 D-19