MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

PEMBAYARAN ATAS HASIL PEKERJAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

BOLEHKAH MENGGUNAKAN KONTRAK HARGA SATUAN UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

KLARIFIKASI DAN PEMBUKTIAN DOKUMEN DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

B. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

1. Keterbatasan Jumlah Petugas.

ANTARA PPK, PPTK, dan PPK-SKPD Abu Sopian, Balai Diklat Keuangan Palembang

PASAL-PASAL KONTROVERSIAL DALAM PERPRES NOMOR 70 TAHUN 2012

PENTINGNYA MEMAHAMI JENIS KONTRAK PENGADAAN BARANG/JASA

G. Kontrak Pengadaan Barang dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN BARANG Nomor :..

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

POKJA VIII ULP KABUPATEN BALANGAN 2013

MASALAH SURAT JAMINAN PENAWARAN DALAM PROSES PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA. Oleh : Abu Sopian Balai Diklat Keuangan Palembang

PERUBUAHAN PEKERJAAN DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

BEBERAPA CATATAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya 1. Sistem Gugur 2. Sistem Nilai 3. Biaya Selama Umum Ekonomis

Pada hari ini tanggal bulan tahun, kami yang bertandatangan di bawah ini:

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak)

F. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Rp ,- (lima juta Rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

TIM PENGELOLA KEGIATAN KECAMATAN

BENTUK SURAT PERINTAH KERJA (SPK) [kop surat K/L/D/I] SATUAN KERJA PPK: NOMOR DAN TANGGAL SPK NOMOR DAN TANGGAL DOKUMEN PENGADAAN :

DOKUMEN KONTRAK. NOMOR SURAT PERINTAH KERJA (SPK) : SPK-19/PPK.PA-BTG/V/2016 Tanggal : 16 Mei 2016 PENGADAAN BARANG

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

PENGADILAN AGAMA KELAS I-A KENDAL

SURABAYA SATUAN KERJA : RSUD Dr.SOETOMO SURAT PERINTAH KERJA (SPK) NOMOR DAN TANGGAL SPK : 027/15121/301/XI/2016, TGL.

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA SURAT PERJANJIAN Paket Pekerjaan Konstruksi

PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN MEUBELAIR

Mekanisme Pengadaan Langsung

Kata Kunci : kontes, memperlombakan, harga pasar, tim juri, Pokja ULP.

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

7. PELAKSANAAN PENGADAAN JASA LAINNYA MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

TIM PENGELOLA KEGIATAN DESA KECAMATAN... Alamat : UNDANGAN PENGADAAN BARANG/JASA

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara

HPS MELEBIHI PAGU ANGGARAN DAPAT TERJADI DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011

KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA. Oleh : Rusdian Rasih Hendrato, S.H. Surakarta, 2005

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

12. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG MELALUI PENUNJUKAN LANGSUNG ATAU PENGADAAN LANGSUNG

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :..

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (AANWIJZING) Nomor : 05/PPBJ/Bappeda/APBD /2012

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN CARA PENGADAAN LANGSUNG oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN II (AANWIJZING)

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 Tahun 2014 TENTANG PENGADAAN LANGSUNG SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

TAHUN ANGGARAN : 2015 NOMOR : BA / 13-AV / VII / 2015 PEKERJAAN : PENGADAAN MAKAN DAN EXTRA FOODING SISWA DIKTUK BA POLRI SPN SELOPAMIORO TA.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PANGANDARAN DINAS PEKERJAAN UMUM, PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SURAT PERJANJIAN PEKERJAAN KONSTRUKSI «REKANAN»

Republik Indonesia. Pengadaan Barang. - Metoda Pengadaan Langsung -

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

E. BENTUK SURAT PERJANJIAN KERJA KONSTRUKSI/KONTRAK HARGA SATUAN ATAU KONTRAK TAHUN TUNGGAL ATAU KONTRAK PENGADAAN TUNGGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB II TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Transkripsi:

MITIGASI RISIKO PELAKSANAN KONTRAK Oleh : Abu Sopian, S.H., M.M. Abstrak Pengadaan barang dan jasa pemerintah untuk paket pekerjaan dengan nilai di atas Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) harus dilaksanakan dengan berdasarkan suatu perikatan dalam bentuk Surat Perjanjian (kontrak) antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Jasa. Bagi penyedia barang/jasa, kontrak merupakan jaminan bahwa proses pembayaran atas pekerjaan yang telah dilaksanakannya tidak akan mengalami hambatan. Bagi PPK kontrak merupakan jaminan bahwa penyelesaian pekerjaan oleh penyedia barang/jasa sesuai dengan kesepakatan. Tujuan dibuatnya perikatan tertulis dalam bentuk kontrak adalah agar masingmasing pihak yang mengikatkan diri dalam kontrak mengetahui secara rinci hak dan kewajibannya serta berupaya maksimal untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari sudut pandang majemen risiko setiap kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah pasti mengandung risiko. Indikator adanya risiko dalam pelaksanaan kontrak tersebut dapat dilihat dari adanya ketentuan dalam Peraturan Presiden tentang Pengadaan barang dan Jasa Pemerintah yang membolehkan PPK untuk melakukan pemutusan kontrak secara sepihak dan/atau mengenakan denda kepada penyedia barang/jasa yang tidak melaksanakan kontrak sebagaimana mestinya. Tulisan ini mencoba menguraikan tentang risiko pelaksanaan kontrak dan langkahlangkah penanganannya. Pengertian Risiko Dalam pergaulan masyarakat sehari-hari kata risiko diartikan sebagai akibat dari suatu perbuatan atau tindakan yang telah dilakukan oleh seseorang. Contohnya ketika seseorang memanjat pohon dan jatuh maka orang mengatakan bahwa jatuh dari pohon itu adalah resiko dari pekerjaan memanjat. Contoh lain ketika seorang pejabat tertangkap karena telah melakukan tindakan korupsi orang mengatakan bahwa tertangkapnya pejabat tersebut adalah risiko dari perbuatannya melakukan korupsi. Masyarakat pada umumnya hanya membicarakan risiko ketika akibat dari perbuatan seseorang telah terjadi. Apabila kegiatan yang dilakukan seseorang telah berakhir dengan baik orang tidak pernah membicarakan risiko pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dalam pengertian sehari-hari di kalangan masyarakat risiko itu diartikan sebagai akibat dari suatu perbuatan yang telah dilakukan. Di jajaran pemerintahan, istilah risiko diartikan sebagai suatu yang belum terjadi dan belum tentu terjadi yang kalau hal tersebut terjadi akan berakibat tidak baik terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah pasti memiliki risiko meskipun risiko dimaksud belum tentu terjadi. Risiko tersebut harus dikelola supaya tidak menyebabkan timbulnya pengaruh negatif yang akan menghambat terhadap tujuan organisasi pemerintah. Pengelolaan risiko di lingkungan instansi pemerintah disebut manajemen risiko. Di lingkungan Kementerian Keuangan penerapan manajemen risiko telah menjadi suatu kewajiban dan terus dikembangkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan. Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008 berbunyi: (1) Setiap unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan harus menerapkan dan mengembangkan manajemen risiko di lingkungan masing-masing.

(2) Penerapan dan pengembangan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh seluruh unit Eselon II sebagai unit yang memiliki risiko yang selanjutnya disebut Unit Pemilik Risiko. (3) Pimpinan unit Eselon II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Pemilik Risiko. Perihal Kontrak Dalam pergaulan masyarakat pada umumnya setiap orang tidak mungkin terlepas dari adanya persetujuan-persetujuan ketika berhubungan dengan orang lain. Akibat dari persetujuan itu akan timbul hak dan kewajiban pada masing-masing individu. Adakalanya hak dan kewajiban itu dilaksanakan secara seketika, misalnya dalam peristiwa jual beli hak penjual untuk memperoleh pembayaran dan memberikan barang kepada pembeli, dan hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk membayar kepada penjual timbul secara bersamaan dalam waktu yang sama dimana hak dan kewajiban tersebut dilaksanakan secara seketika. Adakalanya pemenuhan hak dan kewajiban tersebut tidak langsung dilaksanakan pada saat persetujuan itu dibuat, tetapi harus dilaksanakan di masa yang akan datang. Untuk menjamin dipenuhinya kewajiban di masa yang akan datang maka kesepakatan yang dibuat pada saat ini perlu dituangkan secara tertulis dalam suatu perjanjian. Dalam pengadaan barang/jasa perjanjian demikian disebut kontrak. Menurut pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian (kontrak) adalah suatu perbuatan di mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Semua klausule yang telah dituangkan dalam kontrak bersifat mengikat sebagai hukum bagi para pihak yang berkontrak. Bahkan menurut pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Yang dimaksud sesuai dengan undang-undang dalam pembuatan persetujuan adalah terpenuhinya unsur-unsur yang dikehendaki dalam pasal 1320 KUH Perdata yaitu: 1. Adanya kewenangan para pihak untuk membuat suatu kesepakatan; 2. Adanya kesepakatan para pihak terhadap apa yang dijanjikan dalam kontrak; 3. Adanya sesuatu objek tertentu yang diperjanjikan; 4. Objek perjanjian tersebut bukan merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku. Jika dilihat dari persyaratan kontrak dapat dipastikan bahwa semua kontrak antara PPK dan penyedia barang jasa pemerintah adalah sah dan telah memenuhi unsur-unsur yang dikehendaki pasal 1320 KUH Perdata. Persyaratan kewenangan jelas ada pada para pihak, wewenang PPK di atur dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 dan wewenang pimpinan perusahaan diatur dalam akte pendirian perusahaannya. Adanya kesepakatan para pihak terhadap isi kontrak sudah sangat jelas karena lahirnya kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah telah melalui seluruh rangkaian proses pemilihan penyedia barang/jasa. Untuk menyatakan bahwa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah batal demi hukum juga suatu hal yang tidak mungkin karena pengadaan barang/jasa yang merupakan objek kontrak bukan merupakan suatu yang dilarang. Karena itu ketika PPK dan penyedia barang/jasa telah selesai menandatangani kontrak tidak ada pilihan lain kecuali kedua belah pihak berupaya untuk menunaikan seluruh kewajiban yang telah diatur dalam kontrak dengan sebaikbaiknya. 2

3 Resiko Pelaksanaan Kontrak dan Cara Penanganannya Dalam konteks pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah, risiko kontrak adalah setiap kemungkinan yang dapat terjadi dan bila hal itu terjadi akan berakibat menghambat pencapaian tujuan pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah. Meskipun risiko kontrak tersebut belum terjadi namun tetap harus dilakukan penanganan (mitigasi) dengan cara menurunkan level risiko dari level tinggi sampai pada level terendah dimana risiko itu dapat diterima oleh pemilik risiko. Pilihan tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil mitigasi risiko adalah: 1. Menerima risiko 2. Menghindari risiko 3. Menurunkan dampak risiko 4. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko 5. Membagi atau mentransfer risiko Dengan pertimbangan bahwa penanganan risiko harus dilakukan dengan cara yang efisien, maka tidak semua risiko harus ditangani. Risiko yang berada dalam batas toleransi pemilik risiko dapat dibiarkan saja tidak ditangani. Palaksanaan penanganan risiko harus memperhatikan petunjuk penanganan sebagai berikut: 1. Pihak yang terlibat dalam penangan risiko harus memahami proses bisnis organisasi. 2. Penyusunan rencana penanganan risiko melibatkan pihak yang berkepentingan dengan risiko. 3. Rencana penanganan risiko harus SMART (Specific, Measurable, Acheivable, Realistic, Time bound). 4. Memperhatikan dan dialamatkan pada penyebab yang menimbulkan risiko. 5. Memperhatikan biaya dan manfaat. 6. Bukan untuk mengurang jumlah risiko tetapi hanya untuk menurunkan level risiko. 7. Rencana penanganan risiko yang telah disusun harus dijalankan. Resiko pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian pekerjaan terlambat dari jadwal yang telah disepakati. Batas waktu yang disediakan bagi penyedia barang/jasa untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan telah diatur dengan jelas dan pasti di dalam setiap kontrak. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan mengharuskan PPK mengenakan sanksi kepada penyedia barang/jasa pemerintah berupa denda sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan. Apabila jumlah denda mencapai lebih dari 5% dari nilai kontrak maka PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak, PPK harus memberitahu kepada KPA untuk mengenakan sanksi kepada penyedia barang/jasa berupa blacklist (dimasukkan dalam daftar hitam) selama dua tahun. Meskipun atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan telah dikenakan sanksi berupa denda dan blacklist, namun akibat dari keterlambatan penyelesaian pekerjaan tetap saja akan membawa pengaruh negatif terhadap tujuan organisasi pemerintah. Karena itu dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah keterlambatan penyelesaian pekerjaan merupakan salah satu risiko yang perlu dimitigasi. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: a. Cuaca/musim seperti curah hujan yang terlalu tinggi yang dapat menghambat

4 penyelesaia pekerjaan konstruksi. b. Keamanan seperti gangguan terhadap pekerja. c. Kelangkaan/ketiadaan bahan di pasar. d. Rendahnya frofesionalitas pekerja. Penanganan risiko tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Untuk menghindari gangguan cuaca dapat dilakukan dengan menyesuaikan rencana jadwal pelaksanaan kegiatan dengan musim. Penyusun jadwal rencana pengadaan merupakan tugas pokok PPK. Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh PPK dikomunikasikan kepada Kelompok Kerja ULP untuk dijadikan pedoman dalam menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa. b. Untuk menghindari terjadinya gangguan keamanan terhadap pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan termasuk keamanan terhadap bahan-bahan dan peralatan kerja pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan cara membangun pagar pembatas yang membatasi lokasi bangunan dari gangguan masyarakat umum. c. Untuk menghindari kelangkaan bahan dapat dilakukan dengan mencantumkan syarat perlunya surat dukungan dari agen barang atau distributor resmi sebagai persyaratan bagi penyedia dalam mengikuti proses pemilihan panyedia. d. Untuk menghindari rendahnya profesionalitas pekerja dan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan mencantumkan persyaratan berupa daftar personil tetap dengan syarat kualifikasi tertentu. 2. Kwalitas dan volume hasil pekerjaan kurang dari yang semestinya. Jenis dan kwalitas barang yang menjadi objek kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah harus dituangkan dengan jelas di dalam kontrak dan/atau dokumen lainnya. Surat perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan dokumen-dokumen lainnya yang digunakan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa. Dengan demikian meskipun kualitas barang/jasa tidak tercantum dengan jelas di dalam kontrak pihak penyedia barang/jasa tetap harus menyediakan barang/jasa sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Spesifikasi teknis barang dimaksud dapat merujuk pada dokumendokumen yang digunakan dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa seperti surat penawaran, dokumen pemilihan penyedia, berita acara penjelasan dll. Volume pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa juga harus dicantumkan dengan jelas di dalam kontrak. Dalam hal jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak harga satuan, volume yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan dapat dilakukan perubahan sepanjang tidak menyebabkan nilai kontrak bertambah menjadi lebih dari 110% nilai kontrak awal. Penyedia barang/jasa wajib menyerahkan barang/jasa sesuai dengan kebutuhan nyata berdasarkan pesanan yang mungkin saja berbeda dengan jumlah barang/jasa yang tercantum dalam kontrak. Pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah barang/jasa yang benar-benar diserahkan oleh penyedia barang/jasa. Jika jumlah barang yang nyata-nyata diserahkan melebihi jumlah yang tercantum dalam kontrak maka harus dilakukan addendum kontrak. Sebaliknya jika jumlah barang yang nyata-nyata diserahkan kurang dari jumlah yang tercantum dalam kontrak, tidak perlu dilakukan addendum kontrak meskipun nilai pembayaran kontrak menjadi tidak terbayar seluruhnya. Dalam hal jenis kontrak yang digunakan adalah kontrak lump sum penyedia harus menyerahkan barang/jasa sesuai volume yang telah ditetapkan dalam kontrak.

Volume pekerjaan yang telah disepakati tidak boleh dilakukan penambahan atau pengurangan. Jumlah/volume barang serta spesifikasi teknis barang yang dituangkan dalam kontrak adalah hasil perhitungan kebutuhan dalam rangka melaksanakan tugas satuan kerja. Kekurangan penyerahan barang dan/atau tidak terpenuhinya spesifikasi teknis barang akan berakibat kurang maksimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi satker. Karena itu dalam manajemen risiko kualitas dan jumlah/volume barang yang tidak sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak, merupakan risiko dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah. Di bibang konstruksi pelaksanaan pekerjaan memerlukan pengawasan langsung di lapangan. Pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang sifatnya membangun atau membuat bentuk fisik lainnya seperti pengerjaan bangunan gedung atau pembuatan kapal dan sebagainya. Perlunya pengawasan pelaksanaan pada pekerjaan konstruksi adalah untuk mengetahui lebih awal kualitas, ukuran, dan spesifikasi bahan-bahan yang akan dipasang/dilekatkan pada konstruksi bangunan. Jika tidak diawasi sejak sebelum pemasangannya, maka bahan atau komponen bangunan tersebut sulit diketahui kualitasnya karena sudah tertutup oleh bahan atau komponen lain, atau kalaupun diketahui ada bahan atau komponen yang telah terpasang yang tidak memenuhi syarat maka bahan atau komponen tersebut sulit untuk dilepaskan kembali. Contohnya pemasangan besi baja yang tertanam di dalam cor beton, kalau tidak diawasi pada saat pemasangan, untuk mengetahuinya hanya dapat diketahui dengan cara membongkar cor beton yang ada. Contoh lainnya adalah kramik lantai yang sudah terpasang, jika diketahui bahwa bahan tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan maka untuk menggantinya harus dengan cara menghancurkan lantai yang ada. Tujuan lain dari pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut dikerjakan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga tidak terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus benar-benar kuat. Lemahnya pengawasan akan menghambat terwujudnya tujuan kontrak yaitu terlaksananya pekerjaan konstruksi sesuai dengan rencana. Rendahnya kwalitas barang dan/atau hasil pekerjaan dapat disebabkan oleh: a. Spesifikasi teknis barang tidak dicantumkan secara jelas dalam dokumen kontrak. b. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang barang/pekerjaan yang dilaksanakan. c. Lemahnya pengawasan pelaksanaan pekerjaan d. Perbuatan curang dari penyedia barang/jasa. Untuk menghindari terjadinya risiko barang yang diserahkan tidak sesuai dengan kualitas dan jumlah yang tercantum dalam kontrak hal yang dapat dilakukan adalah: a. Mencantumkan spesifikasi teknis barang dengan jelas dan lengkap dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. b. Mengharuskan persyaratan melampirkan gambar dan brosur barang dalam surat penawaran peserta lelang. c. Melaksanakan evaluasi secara ketat terhadap spesifikasi teknis dan merek barang yang tercantum dalam dokumen penawaran peserta. d. Mencantumkan merek dan type/model barang secara jelas dalam kontrak. e. Memberikan pembekalan teknis kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan f. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan. 5

6 3. Timbulnya Perselisihan antara PPK dan Penyedia. Kontrak adalah perjanjian tertulis berisi banyak kesepakatan yang dituangkan dalam pasal-pasal kontrak. Seluruh pasal dalam kontrak merupakan perwujudan dari keinginan para pihak yang telah mendapat persetujuan dari pihak lainnya. Dalam berkontrak kedudukan para pihak adalah seimbang, dan masing-masing boleh mengemukakan keinginannya sepanjang pihak lawannya setuju. Pernyataan setuju dilakukan dengan cara menandatangani kontrak. Karena itu sebelum menandatangani kontrak masing-masing pihak seharusnya telah membaca dengan teliti kata demi kata yang terdapat dalam seluruh pasal-pasal kontrak. Penyusunan kontrak dilakukan oleh PPK dimulai dari penyusunan draft kontrak untuk diserahkan kepada Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan. Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan mencantumkan draft kontrak dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa untuk diketahui oleh semua calon peserta lelang. Dengan demikian semua ketentuan yang akan dituangkan dalam kontrak seyogyanya telah diketahui oleh penyedia barang/jasa sebelum mengajukan penawaran dalam proses pemilihan penyedia barang/jasa. Selanjutnya pemenang lelang mengadakan perikatan dengan PPK dengan mengacu pada draft kontrak. Adakalanya PPK dan penyedia barang/jasa menganggap bahwa kesepakatan yang mereka buat secara lisan sudah cukup jelas dan pasti dapat dilaksanakan manakala masingmasing pihak menyatakan sepakat akan memenuhi kewajiban dengan sebaik-baiknya. Dalam hal ini kontrak hanya merupakan salah satu persyaratan agar proses pengajuan tagihan dapat berjalan dengan lancar. Karena itu mereka tidak begitu perhatian terhadap pasal-pasal kontrak, dan tidak teliti dalam mempelajari kontrak. Akibatnya penuangan isi kesepakatan ke dalam kontrak kadang-kadang kurang lengkap sehingga berpotensi menimbulkan perbedaan persepsi di antara para pihak. Adakalanya pihak yang berkontrak merasa bahwa kalimat yang terdapat dalam pasal kontrak sudah cukup jelas, walaupun kalimat tersebut sebenarnya masih mengandung lebih dari satu tafsiran (ambigu). Akibatnya terjadi perbedaan persepsi yang menimbulkan ketidaksempurnaan hasil pelaksanan kontrak. Perbedaan persepsi tidak hanya berakibat pada buruknya kinerja penyedia barang/jasa dalam pandangan PPK, tetapi dapat berkibat lebih lanjut pada terganggunya pencapaian tujuan satuan kerja pemerintah bahkan dapat menimbulkan perselisihan di antara para pihak. Karena itu perbedaan persepsi terkait isi kontrak merupakan risiko dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk menghindari adanya perbedaan persepsi tentang kontrak, sebelum menanda tangani kontrak PPK dapat meminta pendapat para ahli hukum kontrak. Dalam hal nilai kontrak lebih dari Rp100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah) PPK tidak boleh menandatangani kontrak sebelum ada pendapat dari ahli hukum kontrak. 4. Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai Keinginan. Kegagalan merencanakan sama artinya dengan merencanakan kegagalan demikian bunyi ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya peran perencanaan terhadap hasil pekerjaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu rangkaian kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah. Dalam pengadaan barang dan perlengkapan kantor perlu perencanaan yang matang agar pengadaannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan sehingga

dapat menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja satker. Untuk itu penyusunan rencana tidak hanya terfokus pada jumlah barang yang akan diadakan, tetapi juga memperhatikan spesifikasi teknis dan kinerja dari masing-masing barang. Perlengkapan dan peralatan yang tepat akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi seluruh pegawai dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Dalam pembangunan konstruksi perencanaan harus dituangkan secara detail dalam bentuk gambar disain bangunan. Ruang lingkup perencanaan tidak hanya terbatas pada bentuk bangunan dan penataan letak dan ukuran ruangan, tetapi juga meliputi struktur dan daya tahan bangunan konstruksi. Karena itu bentuk dan kekuatan podasi, ukuran besi, kualitas adukan semen/beton, juga harus mendapat perhatian yang serius dan dituangkan secara jelas dalam perencanaan. Kesalahan perencanaan akan sangat berpengaruh pada hasil akhir pekerjaan. Karena itu kegagalan perencanaan harus diperhitungkan sebagai salah satu risiko pelaksanaan kontrak. Dalam bidang pengadaan barang perencanaan kebutuhan barang dilakukan oleh PPK dengan melakukan analisis kebutuhan berdasarkan data dan informasi kebutuhan dari seluruh pegawai satuan kerja. Data tentang jumlah dan kondisi barang/perlengkapan kantor. Kesalahan dalam melakukan analisis kebutuhan dapat berakibat jumlah barang yang diadakan baik jumlah maupun spesifikasi teknisnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Karena kinerja barang/perlengkapan kantor memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja pegawai maka kesalahan merencanakan kebutuhan dapat mengganggu tugas kantor. Dalam bidang konstruksi perencanaan pembangunan gedung dibuat oleh konsultan perencanaan berdasarkan keinginan PPK. Kesalahan PPK dalam menyampaikan informasi terkait perencanaan kantor, akan berakibat pada buruknya hasil perencanaan yang pada gilirannya akan berkontribusi terhadap hasil kerja pekerjaan konstruksi. Untuk menghindari terjadinya kegagalan perencanaan pekerjaan konstruksi harus dilakukan koordinasi antara PPK sebagai penanggung jawab kegiatan dengan konsultan perencana konstruksi. Konsultan perencana harus mempresentasikan kepada PPK tentang seluruh hasil perencanaannya serta bersedia melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan keinginan PPK. Apabila hasil akhir perencanaan konstruksi yang telah diserahkan kepada PPK masih terdapat kesalahan, konsultan perencana wajib membuat desain perencaan yang baru dengan biaya sendiri. Penutup Pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan nilai paket lebih dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak dapat dilaksanakan secara seketika seperti jual beli barang pada umumnya. Untuk melaksanakan pekerjaan pengadaan tersebut penyedia barang/jasa yang telah ditunjuk membutuhkan waktu penyelesaian pekerjaan. Perbedaan waktu penunjukan penyedia dengan waktu penyerahan pekerjaan memungkinkan timbulnya kondisi yang mempengaruhi atau dapat merubah pendirian penyedia barang/jasa dalam menyelesaikan kewajiban menyediakan barang/jasa yang berakibat tidak diserahkannya barang/jasa dalam keadaan baik sesuai kesepakatan dengan PPK. Untuk menjamin bahwa pihak penyedia barang/jasa memenuhi kewajibannya maka penunjukan penyedia barang/jasa harus diikuti dengan penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa. Tujuan pembuatan kontrak adalah untuk menjamin bahwa penyedia barang/jasa akan menyerah hasil pekerjaannya berupa barang/jasa sesuai dengan yang telah disepakati dalam kontrak. Dalam perspektif manajemen resiko pelaksanaan kontrak memiliki cukup banyak risiko antara lain: 7

8 1. Penyelesaian pekerjaan terlambat dari jadwal yang telah disepakati. 2. Kualitas dan volume hasil pekerjaan kurang dari yang semestinya. 3. Perselihan antara PPK dengan Penyedia. 4. Hasil pekerjaan tidak sesuai keinginan Penanganan resiko tersebut dapat dilakukan sebagai berikut: A. Untuk pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan cara: a. Memilih waktu yang tepat untuk memulai pelaksanaan pekerjaan. b. Membangun pagar pembatas yang membatasi lokasi bangunan dari gangguan masyarakat umum. c. Mencantumkan syarat perlunya surat dukungan dari agen barang atau distributor resmi sebagai persyaratan bagi penyedia dalam mengikuti proses pemilihan panyedia. d. Mncantumkan persyaratan berupa daftar personil tetap dengan syarat kualifikasi tertentu. e. Meminta pendapat para ahli hukum kontrak. f. Melakukan koordinasi antara konsultan perencana g. Memberikan pembekalan teknis kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan h. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan. B. Untuk pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara: a. Mencantumkan syarat perlunya surat dukungan dari agen barang atau distributor resmi sebagai persyaratan bagi penyedia dalam mengikuti proses pemilihan panyedia. b. Mencantumkan spesifikasi teknis barang dengan jelas dan lengkap dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa. c. Mengharuskan persyaratan melampirkan gambar dan brosur barang di dalam dokumen penawaran peserta lelang. d. Melaksanakan evaluasi secara ketat terhadap spesifikasi teknis dan merek barang yang tercantum dalam dokumen penawaran peserta. e. Mencantumkan merek dan type/model barang secara jelas dalam kontrak. f. Memberikan pembekalan teknis kepada Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan g. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan. h. Meminta pendapat para ahli hukum kontrak. i. Menunjuk tim ahli untuk membantu Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Daftar Pustaka 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. 4. Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 5. Peraturan menteri Keuangan nomor 191/PMK.09/2008 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Departemen Keuangan.