BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penting untuk menunjang pendidikan yang bermutu adalah tenaga kependidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

KEBIJAKAN TEKNIS. Oleh: Winarno, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat. Pembangunan dilakukan secara menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN (AKPK) BAGI CALON KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya manusia yang memiliki peran sentral dalam. menentukan output pendidikan. Peran sentral tersebut terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. Era persaingan global menuntut pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN NONFORMAL DIREKTORAL JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 201

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

PEND. TEKNIK ELEKTRO FT UNY

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASl. Pada Bab terakhir ini dikemukakan beberapa kesimpulan, implikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

PENGEMBANGAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA LABORATORIUM. Oleh: Nur Dewi. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan. Abstrak

Pasal 69. Bagian Kesembilan Bagian Tata Usaha dan Sub Bagian. Pasal 70

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gabungan dari Fisika dan Biologi. Di Sekolah Menengah Atas. mata pelajaran fisika akan berdiri sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 18 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Menurut

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA TERHADAP KETERAMPILAN PEMBELAJARAN LABORATORIUM SISWA KELAS XII SMA N 11 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

BAB I PENDAHULUAN. juga sebuah kinerja terus menerus serta sebuah usaha pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

STRATEGI PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA DI SEKOLAH. Oleh: Legiman Widyaiswara Muda LPMP D.I. Yogyakarta

LAPORAN PELAKSANAAN VERIFIKASI CALON SEKOLAH PENGIMBAS PROGRAM KEMITRAAN KEPALA SEKOLAH ANGKATAN VII TAHUN Oleh :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA IPB 2012

BAB I PENDAHULUAN. nasional bertumpu pada tiga tema, yaitu : 1. Pemerataan dan perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. La tar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 26 TAHUN 2008 TANGGAL 11 JUNI 2008 STANDAR TENAGA LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penting untuk menunjang pendidikan yang bermutu adalah tenaga kependidikan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan diwujudkan dengan dibentuknya Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Tendik memiliki tugas pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan dan memberikan bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang pembinaan tenaga kependidikan pada pendidikan formal. Selain itu, Tendik bertugas untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan program-program perluasan dan pemerataan akses, mutu, relevansi, daya saing, tata kelola (governance), akuntabilitas, dan pencitraan publik, melalui penjaringan informasi dan masukan dari berbagai kalangan yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Salah satu komponen yang sangat menentukan dalam upaya optimalisasi pembelajaran selain teori pembelajaran yang dilakukan dalam kelas, juga praktik yang dilakukan oleh siswa bersama guru di Laboratorium IPA. Laboratorium IPA, sebagaimana yang diatur dalam Permendiknas No 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah, berfungsi sebagai tempat mengembangkan keterampilan dalam bidang penelitian. Selain itu, kita juga memanfaatkan laboratorium IPA untuk membantu proses pembelajaran di bidang penelitian dan percobaan, bukan hanya IPA, Bahasa dan sebagainya. Mengingat pentingnya peranan laboratorium IPA dalam mengembangkan keterampilan dan dalam akselerasi proses pembelajaran, maka perlu dilakukan upaya manajemen laboratorium komputer yang baik untuk mendukung peran dan fungsi laboratorium secara optimal. Laboratorium IPA sekolah merupakan salah satu wahana belajar siswa dalam bidang IPA. Untuk menghasilkan proses belajar mengajar dan hasil belajar yang berkualitas, laboratorium harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang 1

diperlukan paling tidak sesuai dengan standar minimal sarana laboratorium. Selain itu, personil laboratorium yang terdiri dari kepala laboratorium, teknisi, laboran, serta guru pembimbing praktikum juga harus mencerminkan tenaga berkualitas. Dalam arti luas, laboratorium dianggap sebagai jantung ilmu pengetahuan. Ini bertolak dengan kenyataan bahwa dari laboratorium itulah akan selalu mengalir informasi-informasi ilmiah baru yang berasal dari hasil-hasil penemuan para peneliti yang bekerja di laboratorium. Dalam arti yang sedikit terbatas, laboratorium merupakan jantung dari proses pendidikan. Artinya, siswa secara individual atau berkelompok, di bawah bimbingan guru, belajar dan berlatih secara aktif menggunakan segenap pancaindra, otak, dan tenaganya, memecahkan berbagai masalahnya sendiridari buku-buku perpustakaan atau petunjuk guru, dan kemudian mendiskusikan hasil-hasil penelahaannya di dalam laboratorium untuk memperoleh pengetahuan. Personil laboratorium memegang peranan penting dalam penyelenggaraan kegiatan laboratorium. Personil yang tidak kompeten sudah pasti akan berdampak pada rendahnya kualitas kegiatan laboratorium, dan akan sangat beresiko terjadinya kecelakaan di laboratorium. Oleh karena itulah, maka personil laboratorium IPA harus memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhannya. Kepala laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan yang ada di laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, kepala laboratorium sekolah juga merupakan tenaga fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya kualifikasi manajerial sebagai kepala laboratorium, yang memiliki perencanaan, pengorganisasian dan lainnya untuk mencapai tujuan. Manajemen yang baik merupakan hal yang esensial bagi semua sumber daya yang ada untuk dapat difungsikan dan memberikan pengaruh secara maksimal dalam pencapaian tujuan organisasi pendidikan. Dengan kata lain, pentingnya manajemen efektif sangat signifikan bagi keberhasilan murid dalam semua jenis dan jenjang lembaga pendidikan. 2

Dalam organisasi yang berlangsung aktivitas manajerial yang mewujudkan usaha bersama dari sejumlah orang untuk mencapai tujuan. Karena itu dalam proses manajemen dibuat rencana, ditetapkan pelaksanaan kegiatan, dibagi tugas-tugas, diberikan imbalan, diberikan tanggungjawab dan diawasi serta dievaluasi hasil yang dicapai. Laboratorium sekolah merupakan organisasi dan wadah bagi aktivitas dan fungsi manajemen yang dijalankan oleh para kepala atau pimpinan bersama dengan anggotanya. Dalam konteks ini, organisasi pendidikan khususnya sistem persekolahan merupakan salah satu wadah bagi aktivitas manajemen. Dengan kata lain proses manajemen hanya berlangsung dalam organisasi, baik organisasi bisnis, pemerintahan maupun organisasi pendidikan yang memadukan sumber daya material untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Winardi 1 manajemen merupakan proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang dilaksanakan untuk mendeterminasi serta mencapai sasaran yang ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Proses perencanaan dalam manajemen ialah suatu tindakan mendeterminasi sasaran-sasaran dan arah tindakan yang akan dilalui. Tindakan perencanaan diikuti oleh proses pengorganisasian sebagai suatu tindakan mendistribusikan pekerjaan kepada kelompok yang ada dan menetapkan hubungan-hubungan yang diperlukan. Setelah itu dilakukan proses menggerakan yaitu upaya merangsang atau mendorong anggota kelompok/organisasi untuk melaksanakan tugas mereka dengan kemauan secara suka rela dan secara antusias. Setelah rencana ditetapkan, ditentukan kapan dan siapa yang melaksanakannya dengan membagi pekerjaan dan mendorong personil melaksanakannya maka dilakukan pengawasan sebagai tindakan mengawasi pekerjaan agar terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan. Pelaksanaan manjemen kepala laboratorium, baik yang konvensional maupun yang menggunakan pendekatan berbasis sekolah, akan dapat berhasil dan 1 Winardi, Asas-asas Manajemen (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 21. 3

berjalan dengan baik jika didukung oleh kepemimpinan kepala laboratorium yang secara fungsional mampu berperan sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggungjawabnya. Dia dituntut mampu mensinergikan seluruh komponen dan potensi sekolah dan lingkungan sekitarnya agar tercipta kerja sama untuk memajukan lab sekolah. Kepala laboratorium harus mampu menjadi manajer yang efisien dan pimpinan yang efektif. Dia harus mencerminkan tampilan laboran sejati, yaitu memiliki kemampuan manajemen dan dapat menampilkan sikap dan sifat sebagai kepala. Prilaku laboran tercermin dari kristalisasi interaksi antara fungsi organik manajeman (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian) dengan fungsi substantif. Fungsi organik manajemen merupakan roda dalam menjalankan fungsi substantif. Interaksi keduanya melahirkan sosok prilaku kepala yang ideal, yaitu mampu membawa organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepala laboratorium tidak hanya mengelola laboratorium dalam makna statis, melainkan menggerakkan semua fotensi yang berhubungan langsung atau tidak langsung bagi kepentingan proses pembelajaran siswa. Kegagalan kepala laboratorium menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien akan berdampak pada mutu prestasi dan masa depan peserta didik. Peningkatan mutu praktik sangat ditentukan oleh kemampuan kepala lab dalam memberdayakan dan memanfaatkan seluruh fasilitas lab sekolah. Peran utama kepala adalah antara lain mengembangkan agar laboratorium sekolah mampu mencapai tujuan, yaitu kualitas praktik belajar siswa. Kepala laboratorium bertanggungjawab memotivasi, dan mengatur siswa agar mampu melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Beberapa tanggungjawab di atas menunjukkan peran penting kepala laboratorium secara utuh. Dia harus mengusahakan agar orientasi kerja, iklim organisasi, dan budaya sekolah yang berorientasi untuk kepentingan peserta didik. Antara kepala laboratorium dan warga sekolah harus bekerja sama dalam 4

membicarakan segala rencana, termasuk dalam meningkatkan kualitas praktik belajar siswa khususnya pada praktik belajar IPA. Peran kepala laboratorium sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya kepala laboratorium sekolah dalam menjalankan tugasnya. Meningkat atau tidaknya kualitas praktik lebih banyak ditentukan oleh kemampuan profesional kepala laboratorium sebagai pengelola. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Laboratorium adalah tempat atau kamar dsb tertentu yg dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dsb). 2 Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium (disingkat lab) adalah suatu bangunan yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu untuk melakukan percobaan ilmiah, penelitian, praktik pembelajaran, kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi bahan tertentu. Laboratorium dibedakan sesuai bidang keilmuan yang dipelajari, misalnya laboratorium kimia yang berkecimpung dalam bidang ilmu kimia. Laboratorium kimia terbagi lebih spesifik lagi seperti laboratorium kimia fisika, laboratorium kimia organik, laboratorium kimia anorganik, laboratorium kimia analitik, laboratorium biokimia, laboratorium kimia instrumen, dsb. Memang diakui bahwa keberhasilan suatu lembaga dipengaruhi oleh banyak faktor: baik internal maupun eksternal, namun manajemen suatu lembaga pendidikan merupakan penentu keberhasilan pendidikan, melalui prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan maka akan tercapai mutu pendidikan yang diharapkan. Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan, merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di Sumatera Utara, yang memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama dengan lembaga-lembaga pendidikan lain, yakni mewujudkan pendidikan berkualitas sebagaimana yang diharapkan serta senantiasa memiliki kesadaran untuk terus secara bersama-sama mengembangkan kapasitas 2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi keempat (Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 767. 5

kemampuannya, termasuk peningkatan di bidang laboratorium. Sebagai salah satu lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan juga mengikuti berbagai kegiatan keilmuan diantaranya Kompetisi Sains Madrasah (KSM) bidang fisika di Makasar pada tahun 2014-2015, sebagai juara ke II. Fasilitas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan diantaranya adalah ruang laboratorium yang sangat memadai, alat-alat praktik yang mencukupi, memiliki struktur organisasi, dengan tugas dan fungsi masing-masing. Hal yang sangat menarik maskipun laboratorium Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan dipimpin oleh seorang kepala yang berkualifikasi pendidikan matematika, tetapi manajemen laboratorium IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan beberapa latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian sehingga ditemukan berbagai informasi yang selanjutnya dapat dijadikan pengetahuan baru seputar upaya-upaya yang dilakukan kepala laboratorium IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan dalam peningkatan kualitas praktik belajar IPA, yang selanjutnya diharapkan pula dapat berguna dan menjadi acuan bagi lembaga pendidikan, khususnya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Mengingat pentingnya manajemen, terutama dalam upaya meningkatkan kualitas praktik belajar IPA siswa pada suatu lembaga pendidikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Implementasi Manajemen Kepala Laboratorium dalam Meningkatkan Kualitas Praktik Belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. B. Fokus Penelitian Merujuk pada latar belakang masalah sebagaimana diungkapkan di atas, mengingat luas dan banyaknya permasalahan yang terkait serta terbatasnya kemampuan peneliti. Dalam hal ini ruang lingkup masalah yang akan diteliti hanya pada aspek manajemen kepala Laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik Belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan, yang terdiri dari: 6

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan program dan pengawasan yang dilakukan kepala laboratorium dalam praktik belajar IPA. C. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah sebagaimana yang diungkapkan di atas, maka masalah penelitian ini akan memberikan gambaran dan analisis tentang manajemen kepala Laboratorium dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan, yang selanjutnya dirumuskan menjadi perumusan masalah pokok, yaitu: Bagaimana Implementasi Manajemen kepala Laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik Belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan?, selanjutnya masalah pokok tersebut dapat dijabarkan kedalam sub masalah pokok, yaitu: 1. Bagaimana Perencanaan yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan? 2. Bagaimana Pengorganisasian yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan? 3. Bagaimana Pelaksanaan program kepala laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan? 4. Bagaimana Pengawasan yang dilakukan kepala Laboratorium dalam meningkatkan Kualitas praktik Belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Perencanaan yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. 7

2. Untuk mengetahui Pengorganisasian yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. 3. Untuk mengetahui pelaksanaan program yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. 4. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan kepala laboratorium dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan. E. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan bermanfaat: a. Secara teoretis 1. Secara teori penelitian ini diharapkan dapat memperkaya temuan pada penerapan manajemen kepala laboratorium. Apabila penelitian ini menunjukkan hasil yang baik dalam meningkatkan kualitas praktik belajar IPA. 2. untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara mengelola laboratorium IPA yang baik di sekolah. b. Secara praktis 1. Kepala laboratorium madrasah Tsanawiyah negeri 2 Medan dalam upaya meningkatkan kualitas praktik belajar IPA dan pengembangan madrasah di masa mendatang. 2. Kepala-kepala madrasah yang ada disekitar khususnya, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam rangka memperbaharui sistem dan manajemen guna meningkatkan kualitas praktik belajar IPA. 3. Pemerhati pendidikan, khususnya studi manajemen pendidikan Islam terutama juga bagi peneliti yang ingin mengungkapkan lebih dalam lagi tentang permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 8