DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETERNAK

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENYULUHAN DAN KEBERADAAN PENYULUH

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Renstra BKP5K Tahun

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

P E N I N G K A T A N K A P A S I T A S P O K T A N &

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PENAJAM PASER UTARA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR : 31 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tugusari Kecamatan Sumberjaya

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016 TENTANG PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOKTANI DAN GABUNGAN KELOMPOKTANI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

G U B E R N U R J A M B I

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. Perubahan strategik dalam tatanan pemerintahan Indonesia diawali. dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB I. PENDAHULUAN A.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transkripsi:

DUKUNGAN PENYULUH DI KELEMBAGAAN PETANI PADA PENGUATAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT Dayat Program Studi Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Bogor E-mail: sttp.bogor@deptan.go.id RINGKASAN Indonesia merupakan negara penghasil kopi no 4 di dunia. Produknya sangat diminati oleh pasar Internasional terutama Amerika, Eropa dan Jepang. 94% dari luas areal kopi merupakan perkebunan rakyat, sedang sisanya diusahakan oleh perkebunan swasta. Permasalah yang dihadapi oleh perkebunan rakyat adalah rendahnya produktivitas dan organisasi usahatani. Oleh sebab itu peran penyuluh sangat penting untuk meningkatkan kemampuan petani dalam menguasai teknologi dan menerapkannya dalam usahatani kopi. Tenaga penyuluh juga mengalami berbagai permasalahan di antaranya usia para penyuluh yang mendekati pensiun, kurangnya peremajaan, wilayah binaan yang cukup luas, kurangnya sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan penyuluh. Desentralisasi Penyuluhan Pertanian akan mengubah paradigma penyuluhan pertanian dari instruktif regulatif menjadi informatif fasilitatif, dan transfer teknologi ke pendampingi teknologi serta pengembangan kemitraan. Dukungan penyuluhan di kelembagaan petani pada penguatan perkebunan kopi rakyat tidak lagi merupakan aparatur pemerintah tapi penyedia jasa konsultan agribisnis. Kata kunci: penyuluh, kopi rakyat, kelembagaan petani, paradigma. PENDAHULUAN Fokus utama pembangunan pertanian adalah mengerahkan upaya peningkatan kesejahteraan petani melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh serta pembangunan wilayah terpadu yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi perdesaan. Berkenan dengan pembangunan pertanian, peran penyuluh dalam pembangunan pertanian semakin diperlukan dan menempati posisi strategis bagi keberhasilan pembangunan. Perubahan petani bertolak dari adanya ide baru hasil penelitian yang diterima dan diolah (direkayasa) oleh penyuluh, selanjutnya disuluhkan (sesuai dengan tingkat kemajuan) ke petani dalam meningkatkan usaha tani. Pembangunan perkebunan kopi rakyat memerlukan upaya yang tidak hanya meningkatkan produksi dan produktivitas saja, tetapi juga upaya meningkatkan kemampuan petani menerapkan konsepsi agribisnis dengan pengelolaan sumber daya seefisien mungkin. 44 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat

Era perdagangan bebas diperlukan produk kopi hasil usahatani perkebunan kopi rakyat dengan kualitas/mutu yang berstandarkan internasional, agar produk tersebut memiliki daya saing di pasar, baik pasar domestik maupun pasar internasional. PERKEBUNAN KOPI RAKYAT Iklim Indonesia yang mendukung tumbuhnya berbagai jenis kopi menjadikan Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar nomor 3 di dunia. Di pasar internasional peluang pasar Indonesia masih terbuka lebar, kopi sebagai salah satu produk Indonesia hingga saat ini masih banyak diminati pasar internasional terutama Amerika, Eropa dan Jepang. Luas perkebunan kopi rakyat adalah 94% dari jumlah luas areal perkebunan kopi di Indonesia, sedangkan sisanya (6%) diusahakan oleh perkebunan besar negara/swasta. Produksi kopi Indonesia sebagian besar berasal dari Pulau Sumatera. Kontribusi Sumatera sekitar 70% dari produksi nasional. Wilayah produksi kopi menyebar di beberapa provinsi, terutama Lampung dan Sumatera Selatan. Pada umumnya perkebunan kopi rakyat belum dikelola secara baik seperti perkebunan besar negara/swasta. Permasalahan yang dihadapi pada perkebunan kopi rakyat adalah: 1) Rendahnya adopsi teknologi/keterbatasan penguasaan teknologi, 2) Produktivitas dan mutu yang relatif redah (pengolahan, sortasi, grading, standarisasi mutu hasil, labelisasi, dan kemasan), mutu hasil produksi yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor. 3) Keterbatasan modal. 4) Pengetahuan petani kopi pada umumnya masih belum memadai. 5) Lemahnya pengorganisasian usahatani (agribisnis) dari hulu sampai hilir. SISTEM PENYULUHAN Dalam UU Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah: 1. Sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut sistem penyuluhan adalah seluruh rangkaian pengembangan kemapuan, pengetahuan keterampilan, serta sikap pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan ( Pasal 1 ayat 1). 2. Peyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup ( Pasal 1 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat 45

3. 4. ayat 2). Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan penyuluhan ( Pasal 1 ayat 18). Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya ( Pasal 20 ayat 1). Beberapa faktor penting yang menjadi anatomi/struktur sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan terdiri dari: 1) Kelembagaan, 2) Ketenagaan, 3) Penyelenggaraan, 4) Sarana dan prasarana, 5) Pembiayaan, dan 6) Pembinaan dan pengawasan. KETENAGAAN Penyuluhan dilakukan oleh penyuluh PNS, penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya (UU Nomor 16/2006 Pasal 20 ayat 1). Sedangkan peran penyuluh sebagai: 1) Peran komunikator, 2) Peran motivator, 3) Peran educator, 4) Peran dinamisator, 5) Peran organisator, dan 6) Peran penasihat. Permasalahan yang dihadapi dalam ketenagaan adalah: 1) Secara kuantitas jauh dari kebutuhan ideal, 2) Secara kualitas belum memadai karena jarang mendapat pelatihan-pelatihan dalam upaya peningkatan kompetensi, 3) Usia penyuluh sebagian besar menuju pada usia pensiun, 4) Kurangnya peremajaan/kaderisasi yang berkesinambungan, 5) Wilayah kerja dan binaan penyuluh termasuk luas dan banyak, dan 6) Dukungan sarana/prasarana dan pembiayaan yang belum sesuai dengan kebutuhan penyuluh. Upaya untuk mengetahui permasalahan tersebut dilakukan sebagai aplikasi otonomi daerah dengan perubahan paradigma seperti pada Tabel 1 sebagai berikut: a) Desentralisasi penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai terjadinya perubahan pola penyuluhan pertanian dari yang bersifat instruktif regulatif ke arah informatif fasilitatif, b) Penyuluhan pertanian yang bersifat transfer teknologi berubah menjadi pendamping petani, atau dari peran mengajar bertani ke mengajar petani, sehingga terwujud penyuluhan pendampingan partisifatif, c) Pemerintah kabupaten kota harus mampu menyediakan penyuluh pertanian yang mampu membangun dan memelihara hubungan interaktif antara komunitas petani, swasta dan pemerintah. 46 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat

Tabel 1. Pergeseran paradigma penyuluhan pertanian. Faktor Paradigma Lama Paradigma Baru 1. Model a. Transfer teknologi. Ukuran keberhasilan adalah produksi meningkat. Manusia dipandang sebagai obyek penyuluhan. b. Keberhasilan sangat bergantung kepada peneliti dan penyuluh. c. Kebergantungan pada satu orang penyuluh. d. Arus komunikasi bersifat linier. Penyuluh lebih berperan daripada klien dan komunikasi bersifat satu arah ( top down). 2. Klien Klien sebagai penerima informasi kurang dilibatkan dalam keseluruhan kegiatan 3. Penyuluh Memilki ciri -ciri pengajar, melakukan kegiatan mengajar dan sebagai sumber informasi serta dianggap sebagai ahli. 4. Proses a. Proses pemberian ilmu, penyuluh menyiapkan materi penyuluhan. b. Hirarkhi penyuluhan dari pusat sampai daerah. a. Berdasarkan pada falsafah pendidikan yang berorientasi pada unsur klien. Ukuran keberhasilan adalah, manusia yang tahu dan mampu/berdaya. b. Model pemberdayaan dengan penyediaan informasi. c. Mengembangkan sinergisme antar lembaga terkait. d. Partisipasi klien lebih besar daripada penyuluh. Komunikasi dengan banyak arah bersifat bottom up. Klien sebagai mitra. Petani sebagai sumber/saluran informasi. Berperan sebagai sumber/saluran informasi, fasilitator, mediator, dan pemandu yang bersifat demokratis dan egaliter. a. Proses penemuan ilmu, klien berinteraksi dengan lingkungan alam, sosial dan akses ke sumber informasi. b. Mengembangkan kemitraan. KELEMBAGAAN PETANI Dalam UU Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan: Kelembagaan petani, pekebun peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk pelaku utama ( Pasal 1 ayat 17). Kelembagan pelaku utama beranggotakan petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang dibentuk oleh pelaku utama, baik formal maupun non formal ( Pasal 19 ayat 1). Kelembagaan petani mempunyai fungsi sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerjasama, unit penyediaan sarana dan prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran serta unit jasa penunjang ( Pasal 19 ayat 2). Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat 47

Kelembagaan petani dapat berbentuk kelompok, gabungan kelompok, asosiasi, atau koperasi ( Pasal 19 ayat 3). Kelembagan petani difasilitasi dan diberdayakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri sehingga mampu mencapai tujuan yang diharapkan anggotanya ( Pasal 19 ayat 4). Kelembagaan pelaku utama dibentuk secara partisipatif sesuai dengan kesepakatan di antara petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan (penjelasan Pasal 19 ayat 1). Organisasi yang dipilih bergantung pada 2 (dua) hal: 1) Kesiapan organisasi, 2) Kondisi masyarakat setempat, sedangkan prinsip dasar penumbuhan organisasi dalam pembangunan pertanian adalah: 1) Prinsip bertolak atas kenyataan yang ada ( existing condition), 2) Prinsip kebutuhan, 3) Prinsip berpikir dalam kesisteman, 4) Prinsip partisipatif, 5) Prinsip efektifitas, 6) Prinsip efisiensi, 7) Prinsip fleksibilitas, 8) Prinsip orientasi pada nilai tambah atau keuntungan, 9) Prinsip desentralisasi, dan 10) Prinsip keberlanjutan. Pengorganisasian petani pada hakikatnya merupakan upaya untuk menjalankan tindakan kolektif, dengan keyakinan bahwa tindakan kolektif lebih murah dan efektif, pertimbangan petani untuk terlibat dalam berorganisasi adalah: 1) Apakah mereka dapat mengakses ke pasar karena sebelumnya mereka menghadapi biaya transaksi yang tinggi, 2) Apakah mereka dapat mengakses kredit dengan bunga yang tidak mahal, 3) Apakah mereka disediakan berbagai pelayanan untuk memperbaiki manajemen resiko di sektor hulu dan 4) Apakah mereka disediakan informasi, penyuluhan, serta dukungan logistik sehingga biaya transaksi yang lebih rendah dapat mereka raih. PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI Pembinaan kelembagaan petani dilakukan dengan: 1) Pengembangan dan pembinaa sarana produksi pertanian, 2) Pengembangan dan pembinaan dalam budidaya pertanian berwawasan agribisnis, 3) Pengembangan dan pembinaan dalam pengelolaan hasil pertanian yang berwawasan agroindustri, 4) Pengembangan dan pembinaan pertanian yang berwawasan internasional, dan 5) Pengembangan dan pembinaan dalam meningkatkan kesejahteraan pelaku pertanian. KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI Secara teoritis: kelompok tani dapat melayani anggotanya untuk seluruhan kebutuhan agribisnis, mulai dari hulu sampai hilir. Definisi dari kelompok tani dan 48 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat

gapoktan adalah: a) Kelompok tani pada dasarnya adalah organisasi non formal di pedesaan yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani (PERMENTAN NOMOR 273/2007), b) Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi linkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (PERMENTAN NOMOR 273/2007), dan 3) Gabungan kelompok tani (gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan sekala ekonomi dan efesiensi usaha (PERMENTAN NOMOR 273/2007), sedang fungsi kelompok tani adalah 1) Kelas belajar, 2) Wahana kerja sama, dan 3) Unit produksi. Peran kelompok tani adalah: Kelembagaan kelompok tani merupakan wadah atau tempat bagi masyarakat pertanian dalam mengaktualisasikan peranan sesuai dengan status yang dimiliki. Peranan kelompok tani mencakup 2 aspek utama: (1) peranan dalam memfasilitasi anggotanya, yaitu a) membangun kemandirian, b) membantu proses belajar, c) penyebaran informasi antar anggota, d) penentuan teknologi oleh petani, (2) peranan dalam sistem agribisnis, yaitu peranan kelompok tani dalam agribisnis: pengorgaisasian usahatani dari hulu sampai hilir. Indikator kemampuan kelompok tani sebagai berikut: 1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dan analisis usahatani) para anggotanya, dengan penerapan rekomendasi yang tepat dan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. 2. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain. 3. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara rasional. 4. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antar kelompok taninelayan dengan KUD. 5. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerjasama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usaha tani para anggota kelompok. ARAH PEMBINAAN KELOMPOK TANI Arah pembinaan kelompok tani adalah penciptaan petani yang tangguh dan mandiri : Mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal. Mampu mengatasi hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan terhadap usahatani. Mampu menyesuaikan usahatani dengan permintaan. Aktif berperan serta dalam pembangunan wilayahnya. Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat 49

Upaya pemberdayaan petani agar menjadi tangguh dan mandiri memerlukan strategi dan pendekatan yang bersifat holistik dan terintegrasi. Pembinaan dan pengembangan di bidang produksi, pengolahan, pemasaran permodalan, SDM dan teknologi harus dilakukan secara terpadu. Selain itu diperlukan pula penciptaan iklim usaha yang kondusif untuk berkembangnya usaha para petani. Reward yang diberikan untuk masing-masing kelas adalah: Kelas pemula: piagam pengukuhan oleh kepala desa Kelas lanjut : piagam pengukuhan oleh camat Kelas madya : piagam pengukuhan oleh bupati Kelas utama : piagam pengukuhan oleh gubernur Namun sampai saat ini banyak permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani yaitu: Belum mampu mengakses kepada penyedia sarana produksi. Belum mampu mengakses kerja sama yang baik kepada lembaga keungan untuk mendapatkan modal usahatani. Belum mampu melaksanakan pemasaran hasil secara berkelompok. Belum mampu mengakses kerja sama yang baik kepada pelaku usaha. DUKUNGAN PENYULUH Pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya yang terkait untuk mengembangkan usahataninya. Selain itu pembinaan kelompok tani diharapkan dapat membantu menggali potensi, memecahkan masalah usahatani anggotanya secara lebih efektif, dan memudahkan dalam mengakses informasi, pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya. Kerangka pemikiran dukungan penyuluh terhadap kelembagaan kelompok tani sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Kelompok Tani Peran Penyuluh : - Komunikator - Motivator - Edukator - Dinamisator - Organisator - Penasehat Pelaksanaan Sistem Usaha Agribisnis oleh Kelompok Tani Sistem Agribisnis Gambar 1. Kerangka Pemikiran Dukungan Penyuluh Pada Kelompok Tani 50 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat

Tabel 2. Beberapa aspek dukungan penyuluh Aspek Produksi Dukungan Penyuluh Sasaran Agribisnis 1. Membimbing penyusunan rencana kerja 1. Pertemuan dan produksi sesuai baku kelompok dalam pembangunan hamparan teknis kelompok. 2. Membimbing penerapan baku teknis di hamparan kelompok. 3. Memberi Informasi mengenai manfaat dan peranan Koperasi/KUD. 4. Menjembatani (menghubungkan) kerja sama yang baik dengan penyedia sarana produksi. Aspek Panen dan Pengolahan Hasil 1. Memberi informasi mengenai jenis dan 1. Mutu hasil seragam dan sesuai standar. mutu hasil yang diminta pasar. 2. Membimbing penyusunan rencana panen dan pengolahan hasil: saat panen, cara panen, cara pengumpulan hasil dan pengolahan. 3. Membimbing teknis pengolahan hasil. 4. Memotivasi pemupukan modal. 5. Memotivasi ketaatan terhadap perjanjian. 6. Menjembatani (menghubungkan) kerja sama yang baik dengan lembaga permodalan. Aspek Pemasaran 1. Menyampaikan Informasi harga pasar. 1. Harga jual yang diterima petani layak. 2. Membimbing penyusunan rencana 2. Kontinuitas produksi/bahan olah pemasaran bersama kelompok dan Gapoktan: pengumpulan hasil, pengangkutan dan harga jual. 3. Memotivasi hubungan melembaga 3. Adanya perusahaan/koperasi/kud kelompok tani dengan koperasi/kud. yang menampng hasil produksi petani. 4. Memotivasi manfaat tabungan kelompok 4. Meningkatkan kemampuan swadaya dan pemanfaatan hasil usaha dengan petani. rasional. 5. Memotivasi perlunya dukungan mitra usaha dan ketaatan terhadap perjanjian. 6. Menjembatani (menghubungkan) kerja sama yang baik dengan lembaga pemasaran. 7. Menjembatani (menghubungkan) kerja sama yang baik dengan lembaga pelaku usaha. Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat 51

PENUTUP Dukungan penyuluh di kelembagaan petani pada penguatan perkebunan kopi rakyat tidak lagi merupakan aparatur pemerintah akan tetapi menjadi milik petani dan lembaganya. Dukungan penyuluh mencakup: penyedia jasa pendidikan (konsultan) termasuk didalamnya konsultan agribisnis (aspek produksi, aspek panen dan pengolahan hasil, serta aspek pemasaran hasil). 52 Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat