PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN SERANG

USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 44 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2004

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG USAHA JASA BOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG USAHA PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 15 TAHUN 1996 TENTANG USAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG USAHA BAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG USAHA DI BIDANG BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1996 TENTANG USAHA RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 20 TAHUN : 1993 SERI :A.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG TERMINAL KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PENETAPAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENEBANGAN POHON PADA PERKEBUNAN BESAR DI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 16 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 9 TAHUN 1990 TENTANG IJIN TEMPAT USAHA DAN IJIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN (HINDER ORDONNANTIE)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun : 2005 Serie : E Nomor : 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PAJAK RUMAH BOLA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 39 TAHUN 2001 TENTANG TANDA DAFTAR GUDANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2002

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PENGAMBILAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1996 TENTANG USAHA HOTEL MELATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IJIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR : 33 TAHUN 2004 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 1991 TENTANG PEMBERIAN IZIN UNDANG-UNDANG GANGGUAN ( HO )

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA BIDANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG RETRIBUSI KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 4 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 4

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2003

RUMAH SUSUN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 26 TAHUN 2009 DISUSUN OLEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 2 Tahun 2002 Seri B PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG Menimbang : a. bahwa minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara, serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional maupun daerah, sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat; b. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 9 ayat (10) Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 2 Tahun 2001 tentang Organisasi dan tata kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung, perlu mengatur penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi; c. bahwa untuk pengaturan dan penyelenggaraan kegiatan dimaksud dalam huruf a dan b tersebut diatas, dipandang perlu menetapkan penyelenggaraan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi dengan Peraturan Daerah Kabupaten Badung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 1655);

2 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214); 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Taun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara tahun 2001 Nomor 136); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara tahun 2000 nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 10. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1454 K/30/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggara Tugas Pemerintahan di Bidang Minyak dan Gas Bumi; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota;

3 12. Peraturan Daerah Kabupaten Badung nomor 2 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung (Lembaran Daerah Kabupaten Badung tahun 2001 Nomor 3 Seri D Nomor 3). Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Badung; b. Pemerintah Kabupaten adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. Kepala Daerah Kabupaten adalah Bupati Badung, yang selanjutnya dalam Peraturan Daerah ini disebut Bupati; d. Keputusan Bupati adalah Keputusan Bupati Badung; e. Kantor Pertambangan dan Energi adalah Kantor Pertambangan dan Energi Kabupaten Badung; f. Penyelenggaraan Usaha Minyak dan Gas Bumi adalah kewenangan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi yang dilakukan Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing; g. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfir berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit dan bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau cadangan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi;

4 h. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfir berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi; i. Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan Gas Bumi; j. Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari Minyak Bumi; k. Ijin adalah kewenangan yang diberikan kepada badan usaha dan/atau perorangan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibidang Minyak dan gas Bumi; l. Rekomendasi adalah keterangan yang diberikan kepada badan usaha sebagai syarat untuk mendapatkan ijin; m. Persetujuan adalah pernyataan setuju yang diberikan secara tertulis kepada Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan tertentu di bidang minyak dan gas bumi; n. Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Pemerintah adalah Perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta Menteri-menteri; o. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi; p. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan bekerja, berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; q. Bentuk Usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; r. Perusahaan jasa penunjang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan usaha penunjang di bidang minyak dan gas bumi; s. Wilayah Kuasa Pertambangan atau wilayah kerja kontraktor adalah daerah tertentu dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi; t. Agen/Distributor adalah setiap badan usaha atau perorangan yang memperjual-belikan bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas dengan kapasitas penyimpanan minimal untuk bahan bakar minyak sebanyak 15.000 (lima belas ribu) liter dan/atau gas 8.500 (delapan ribu lima ratus) kg dan/atau pelumas 1.500 (seribu lima ratus) liter dalam satu lokasi usahanya; u. Sub Agen/Sub Distributor/Pangkalan adalah setiap badan usaha atau perorangan yang memperjual-belikan bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas dengan kapasitas penyimpanan minimal untuk bahan bakar minyak sebanyak 3.000 (tiga ribu) liter dan/atau gas 1.750 (seribu tujuh ratus lima puluh) kg dan/atau pelumas 300 (tiga ratus) liter;

5 v. Pengecer adalah perusahaan perorangan yang memperjual-belikan bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas yang diperoleh dari Agen/Distributor dan/atau Sub Agen/Sub Distributor/Pangkalan. Pasal 2 Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi yang diatur oleh pemerintah Kabupaten Badung adalah : 1. Pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 4 (empat) mil laut; 2. Pembukaan kantor perwakilan perusahaan di sub sektor minyak dan gas bumi; 3. Pendirian depot lokal; 4. Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Umum (SPBU); 5. Pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah; 6. Pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas; 7. Agen/Distributor bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas; 8. Sub Agen/Sub distributor/pangkalan bahan bakar minyak dan/atau gas dan atau pelumas; 9. Prosedur penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi; 10. Lokasi pendirian kilang; 11. Penggunaan wilayah kuasa pertambangan atau wilayah kerja kontraktor untuk kegiatan lain di luar kegiatan minyak dan gas bumi; 12. Surat keterangan terdaftar perusahaan jasa penunjang kecuali yang bergerak di bidang fabrikasi, konstruksi manufaktur, konsultan, dan teknologi tinggi. BAB II PERIJINAN Pasal 3 (1) Setiap penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 hanya dilaksanakan setelah mendapat ijin dari Bupati; (2) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Ijin pendirian dan penggunaan gudang bahan peledak di daerah operasi daratan dan di daerah operasi 4 (empat) mil laut; b. Ijin pembukaan kantor perwakilan perusahaan di sub sektor minyak dan gas bumi; c. Ijin pendirian depot lokal;

6 d. Ijin pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU); e. Ijin pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk mesin 2 (dua) langkah; f. Ijin pengumpulan dan penyaluran pelumas bekas; g. Ijin agen/distributor bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas; h. Ijin sub Agen/sub distributor/pangkalan bahan bakar minyak dan/atau gas dan/atau pelumas; (3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan berdasarkan permohonan tertulis yang diajukan oleh badan usaha dan/atau perorangan. Pasal 4 (1) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor pertambangan dan energi dengan melampirkan : a. Gambar konstruksi gudang/kontainer penyimpanan bahan peledak; b. Gambar tata letak gudang/kontainer penyimpanan bahan peledak; c. Peta situasi wilayah kerja; d. Jenis barat serta ukuran peti/box bahan peledak yang akan disimpan; e. Surat persetujuan prinsip; f. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); g. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); h. Rekomendasi Direktur Jenderal; i. Rekomendasi Surat Pernyataan tidak keberatan dari Kepala Kepolisian Daerah; (2) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : a. Surat Keterangan Terdaftar (Bussiness Registration Certificate) atau sejenis dari negara asal; b. Rekomendasi dari kedutaan besar Republik Indonesia di Negara asal, yang berisi Nama dan Alamat perusahaan, nama pemilik dan Dewan Direksi, dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan di Indonesia; c. Surat kuasa untuk kepala kantor perwakilan dari pimpinan perusahaan kantor pusat; d. Bagan organisasi kantor pusat dan kantor perwakilan di Indonesia; e. Rencana kegiatan kantor perwakilan/realisasi kegiatan di Indonesia (untuk perpanjangan); f. Rekomendasi dari Direktur Jenderal.

7 (3) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor pertambangan dan energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP; d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Surat Persetujuan Prinsip; f. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); g. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); h. Rekomendasi dari Perusahaan penyedia bahan baku; (4) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor pertambangan dan energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP; d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Surat Persetujuan Prinsip; f. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); g. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); h. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); i. Rekomendasi dari Perusahaan penyedia bahan baku; (5) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP; d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Surat Persetujuan Prinsip; f. Ijin Mendirkan Bangunan (IMB); g. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); h. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); i. Rekomendasi dari Perusahaan penyedia bahan baku; (6) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP;

8 d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Surat Persetujuan Prinsip; f. Ijin Mendirkan Bangunan (IMB); g. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); h. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); i. Rekomendasi dari Perusahaan pemegang ijin pengolahan pelumas bekas. (7) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP; d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Ijin Mendirkan Bangunan (IMB); f. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); g. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); h. Rekomendasi dari Perusahaan penyedia bahan baku; (8) Permohonan ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui kantor Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Foto copy KTP; d. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Ijin Mendirkan Bangunan (IMB); f. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); g. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); h. Rekomendasi dari agen/distributor bahan bakar minyak. Pasal 5 (1) Atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Bupati melalui kantor Pertambangan dan Energi melaksanakan penelitian administrasi dan evaluasi; (2) Apabila diperlukan badan usaha dan/atau perorangan wajib melaksanakan presentasi teknis; (3) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan diwajibkan untuk melengkapi persyaratan AMDAL/UKL-UPL sesuai klasifikasi usaha/kegiatan; (4) Berdasarkan hasil penelitian administrasi dan evaluasi, Bupati dapat menerima atau menolak permohonan yang diajukan.

9 Pasal 6 (1) Ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) hanya berlaku untuk lokasi yang dimohon, diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang; (2) Tata cara perpanjangan ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan melampirkan perkembangan usaha terakhir dan Surat Ijin yang masih berlaku; (3) Ijin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) tidak dapat dipindah tangankan, kecuali dengan ijin tertulis dari Bupati. Pasal 7 (1) Ijin berakhir karena : - habis masa berlakunya; - dikembalikan; - dibatalkan. (2) Ijin yang berakhir karena habis masa berlakunya, disebabkan tidak diberikan perpanjangan atau tidak mengajukan perpanjangan; (3) Ijin yang berakhir karena dikembalikan, pemegang ijin wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dan energi untuk mengembalikan Ijinnya dengan disertai alasan yang jelas; (4) Ijin yang berakhir karena dibatalkan, apabila pemegang ijin tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan/atau tidak mentaati peraturan yang diberikan oleh Bupati, sebelum dilakukan pembatalan Bupati terlebih dahulu memberikan peringatan kepada pemegang ijin yang bersangkutan. BAB III REKOMENDASI Pasal 8 (1) Setiap badan usaha yang akan mendirikan kilang minyak dan gas bumi, harus mendapatkan rekomedasi lokasi pendirian kilang dari Bupati; (2) Setiap badan usaha dan/atau bentuk usaha tetap yang akan menggunakan kawasan hutan untuk melaksanakan kegiatan Minyak dan Gas Bumi, harus mendapatkan Rekomendasi dari Bupati;

10 (3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Badung; Pasal 9 (1) Permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi tembusan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Kapasitas produksi; d. Surat persetujuan prinsip. (2) Permohonan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi tembusan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan : b. Data mengenai koordinat daerah yang akan digunakan; c. Data mengenai jenis kegiatan yang akan dilaksanakan; d. Peta wilayah kerja kontraktor. (3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi melakukan penelitian administrasi dan evaluasi; (4) Apabila diperlukan badan usaha wajib melaksanakan presentasi teknis; (5) Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Bupati dapat menerima atau menolak permohonan rekomendasi yang diajukan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal; (6) Pemberian rekomendasi dari Bupati kepada badan usaha dan/atau bentuk usaha tetap untuk selanjutnya disampaikan kepada instansi berwenang guna mendapatkan ijin sesuai peruntukannya. BAB IV PERSETUJUAN Pasal 10 (1) Setiap badan usaha yang akan menggunakan wilayah kuasa Pertambangan atau wilayah kerja kontraktor untuk kegiatan lain diluar kegiatan minyak dan gas bumi, harus mendapatkan persetujuan dari Bupati;

11 (2) Setiap perusahaan jasa penunjang (terkecuali yang bergerak di bidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultasi dan teknologi tinggi), yang akan melaksanakan kegiatan pada badan usaha atau bentuk usaha tetap yang melaksanakan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, harus mendapatkan persetujuan Surat Keterangan Terdaftar dari Bupati. Pasal 11 (1) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Buapti melalui Kantor Pertambangan dan Energi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan : b. Peta lokasi; c. Data mengenai pemanfaatan lahan; d. Surat Persetujuan Prinsip; e. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); f. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); g. Jaminan mentaati ketentuan teknis. (2) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dengan melapirkan : b. Surat persetujuan prinsip; c. Surat Ijin Tempat Usaha/Hinder Ordonantie (SITU/HO); d. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); e. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); f. Refrensi bank. (3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bupati melalui Kantor Pertambangan dan Energi melakukan penelitian administrasi dan evaluasi; (4) Apabila diperlukan badan usaha wajib melaksanakan presentasi teknis; (5) Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi, Bupati dapat memberikan atau menolak persetujuan.

12 BAB V PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Pasal 12 Pembinaan, pengendalian dan pengawasan ijin, rekomendasi dan persetujuan dilakukan oleh Kantor Pertambangan dan Energi bersama-sama dengan instansi terkait. Pasal 13 (1) Pemegang ijin, rekomendasi dan persetujuan wajib mentaati ketentuan mengenai keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan standar teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Pemegang ijin, rekomendasi dan persetujuan wajib menyampaikan evaluasi dan laporan kegiatan setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Bupati; (3) Khusus bagi pemegang ijin agen/distributor dan ijin sub agen/sub distributor/pangkalan yang menyalurkan Bahan Bakar Minyak dan/atau gas dan/atau pelumas kepada pengecer, wajib melakukan bimbingan kepada pengecer pelanggannya mengenai keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan. BAB VI BIAYA Pasal 14 (1) Atas pengeluaran ijin, rekomendasi dan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 8 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan biaya; (2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sebagai berikut : a. Ijin Pendirian dan Penggunaan Gudang Bahan Peledak di Daerah Operasi daratan dan di Daerah Operasi 4 (empat) mil laut : Rp 5.000.000,- b. Ijin pembukaan Kantor Perwakilan Perusahaan di Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi : Rp 3.500.000,- c. Ijin Pendirian Depot Lokal : Rp 3.000.000,- d. Ijin Pendirian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) : Rp 2.500.000,- e. Ijin Pemasaran jenis-jenis Bahan Bakar Khusus (BBK) untuk Mesin 2 (dua) langka : Rp 2.000.000,- f. Ijin Pengumpulan dan Penyaluran Pelumas Bekas : Rp 1.500.000,-

13 g. Ijin Agen/Distributor Bahan Bakar Minyak dan/atau Gas dan/atau Pelumas : Rp 1.000.000,- h. Ijin Sub Agen/Sub Distributor/Pangkalan Bahan Bakar Minyak dan/atau Gas dan/atau Pelumas : Rp 500.000,- i. Rekomendasi Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan kegiatan minyak dan gas bumi : Rp 1.000.000,- j. Rekomendasi lokasi pendirian kilang : Rp 1.000.000,- k. Persetujuan Penggunaan Wilayah Kuasa Pertambangan atau Wilayah Kerja kontraktor untuk kegiatan lain diluar minyak dan gas bumi : Rp 1.000.000,- l. Persetujuan surat keterangan terdaftar perusahaan jasa penunjang kecuali yang bergerak di bidang fabrikasi, konstruksi, manufaktur, konsultan dan teknologi tinggi : Rp 1.000.000,- BAB VII PENYIDIKAN Pasal 15 (1) Selain pejabat penyidik umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidik atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pertauran Daerah ini dapat juga dilakukan oleh pejabat penyidik pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Dalam pelaksanaan penyidikan, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuluruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dan hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat melalui penyidik umum cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka dan keluarganya;

14 i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Terhadap perijinan, rekomendasi dan persetujuan yang telah dikeluarkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perijinan, rekomendasi dan persetujuan tersebut. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

15 Pasal 19 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Badung. Disahkan di : Badung Pada tanggal : 18 Juni 2004 BUPATI BADUNG ttd. A.A. NGURAH OKA RATMADI DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BADUNG Nomor : 10 Tanggal : 21 Juni 2004 Seri : C Nomor : 9 Sekretaris Daerah Kabupaten Badung, ttd. I WAYAN SUBAWA, SH Pembina Utama Muda NIP. 600006201

16 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI I. UMUM Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan, yang dikuasai negara dan merupakan komoditas vital yang memegang peranan penting dalam penyediaan bahan baku industri dan pemenuhan kebutuhan energi di dalam negeri, maka pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin agar dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dalam menghadapi kebutuhan dan tantangan global pada masa yang akan datang, kegiatan usaha minyak dan Gas Bumi dituntut untuk lebih mampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Badung tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 sampai dengan Pasal 19 : Cukup jelas.