S U R A T E D A R A N

dokumen-dokumen yang mirip
No. 8/ 32 /DASP Jakarta, 20 Desember 2006 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

Frequently Asked Questions

Lampiran SE No.8/ 32 /DASP tanggal 20 Desember 2006 Lampiran 1 Contoh Tata Cara Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK

GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N

No.14/15/DPM Jakarta, 10 Mei 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

No. 18/25/DPU Jakarta, 2 November 2016 Oktober Perihal : Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

SURAT EDARAN. Permintaan Klarifikasi oleh Masyarakat dan Bank atas Uang yang Diragukan Keasliannya dan Laporan Penemuan Uang Palsu oleh Bank

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No. 5/2/DPM Jakarta, 3 Februari 2003 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DI INDONESIA

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

No. 12/ 33 /DKBU Jakarta, 1 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 9/36/DPNP Jakarta, 19 Desember 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 16/16/DKSP Jakarta, 30 September 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PENYELENGGARA DAN KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN DI INDONESIA

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

No. 16/1/DKSP Jakarta, 10 Januari 2014 SURAT EDARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/12/PBI/2009 TENTANG UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 14/ 27/DASP Jakarta, 25 September 2012 S U R A T E D A R A N. Perihal : Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/34/DPSP Jakarta, 13 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN NOMOR V.D.10 : PRINSIP MENGENAL NASABAH. a. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam sebagai Kustodian.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No.18/21/DKSP Jakarta, 27 September 2016 S U R A T E D A R A N

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

No. 5/29/DPD Jakarta, 18 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA PERUSAHAAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

BAB I. KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

No. 11/ 25 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22/ POJK.04 / 2014 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI SEKTOR PASAR MODAL

PERATURAN BANK INDONESIA. Nomor : 3/10/PBI/2001 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money)

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

DRAFT FINAL HASIL LEGAL REVIEW No. 13/ 7 /DASP Jakarta, 25 Februari 2011 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA


S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DI INDONESIA

No. 6/ 22 /DLN Jakarta, 10 Mei 2004 S U R A T E D A R A N

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA


SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.03/2017

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.18/ 41 /DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

No. 4/1/DPBPR Jakarta, 24 Januari 2002 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 23 /PBI/2012 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 10/7/DASP Jakarta, 21 Februari 2008 S U R A T E D A R A N

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

2017, No Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5164); 3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

Transkripsi:

No. 10/49/DASP Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N Perihal : Perizinan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang bagi Perorangan dan Badan Usaha Selain Bank --------------------------------------------------------------------------- Sehubungan dengan berakhirnya masa transisi untuk pendaftaran atas kegiatan usaha Pengiriman Uang pada tanggal 31 Desember 2008, sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/28/PBI/2006 tentang Kegiatan Usaha Pengiriman Uang, maka terhitung sejak tanggal 1 Januari 2009, setiap perorangan Warga Negara Indonesia dan badan usaha selain Bank yang akan melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia. Kewajiban untuk memperoleh izin tersebut berlaku juga untuk Penyelenggara kegiatan usaha Pengiriman Uang yang telah terdaftar di Bank Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan perizinan, pelaksanaan kegiatan usaha Pengiriman Uang, serta pelaporan kegiatan usaha Pengiriman Uang oleh Penyelenggara diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini. I. TATA CARA DAN PROSES PERIZINAN Perorangan Warga Negara Indonesia dan badan usaha selain Bank yang akan atau telah melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia. A. Pengajuan

2 A. Pengajuan Permohonan Izin sebagai Penyelenggara 1. Untuk memperoleh izin dari Bank Indonesia, perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank harus menyampaikan permohonan izin secara tertulis kepada Bank Indonesia. 2. Untuk perorangan Warga Negara Indonesia, permohonan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 diajukan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan untuk badan usaha diajukan oleh pengurus badan usaha. 3. Untuk perorangan Warga Negara Indonesia, permohonan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dilampiri dokumen sebagai berikut: a. fotokopi kartu tanda penduduk; b. surat keterangan domisili/tempat tinggal dari lurah/kepala desa setempat; c. surat pernyataan kesanggupan pemohon dalam bentuk akta otentik yang dibuat di hadapan notaris, untuk: 1) bertanggung jawab jika terdapat penyalahgunaan Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 2) memisahkan penatausahaan Uang yang dikirim dan/atau diterima dari harta kekayaan pribadi; d. informasi mengenai tempat usaha dan sarana prasarana yang digunakan oleh pemohon sebagai Penyelenggara; e. prosedur pengiriman dan/atau penerimaan Uang; dan f. mekanisme

3 f. mekanisme pengelolaan risiko yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) penerapan prinsip mengenal nasabah; 2) metode monitoring Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 3) mekanisme penyelesaian permasalahan termasuk permasalahan mengenai Uang kiriman yang terlambat atau tidak sampai kepada Penerima yang dituju. 4. Untuk badan usaha yang berbadan hukum, permohonan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dilampiri dokumen sebagai berikut: a. fotokopi surat keterangan domisili badan usaha dari lurah/kepala desa setempat; b. fotokopi akta pendirian badan hukum Indonesia dan perubahannya jika ada, yang telah memperoleh pengesahan dari instansi yang berwenang. Akta pendirian tersebut harus mencantumkan secara tegas kegiatan Pengiriman Uang sebagai kegiatan dari badan usaha yang bersangkutan; c. surat pernyataan pengurus dalam bentuk akta otentik yang dibuat di hadapan notaris, yang menyatakan kesanggupan pemohon untuk: 1) bertanggung jawab jika terdapat penyalahgunaan Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 2) memisahkan penatausahaan Uang yang dikirim dan/atau diterima dari harta kekayaan perusahaan; d. mekanisme

4 d. mekanisme pengelolaan risiko yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) penerapan prinsip mengenal nasabah; 2) metode monitoring Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 3) mekanisme penyelesaian permasalahan termasuk permasalahan mengenai Uang kiriman yang terlambat atau tidak sampai kepada Penerima yang dituju. e. bukti kesiapan operasional yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) sumber daya manusia yang memadai; 2) kesiapan tempat usaha; 3) sarana dan peralatan untuk melakukan kegiatan pengiriman dan/atau penerimaan Uang; dan 4) mekanisme dan prosedur dalam melakukan kegiatan pengiriman dan/atau penerimaan Uang. 5. Untuk badan usaha yang tidak berbadan hukum, permohonan izin sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dilampiri dokumen sebagai berikut: a. bukti bahwa pemilik dan pengurus badan usaha merupakan Warga Negara Indonesia. Bukti kewarganegaraan Indonesia tersebut antara lain berupa Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi atau Paspor; b. fotokopi surat keterangan domisili badan usaha dari lurah/kepala desa setempat; c. fotokopi

5 c. fotokopi akta pendirian badan usaha dan perubahannya jika ada, yang telah memperoleh pengesahan dari instansi yang berwenang. Akta pendirian tersebut harus mencantumkan secara tegas kegiatan Pengiriman Uang sebagai salah satu kegiatan dari badan usaha yang bersangkutan; d. surat pernyataan pengurus dalam bentuk akta otentik yang dibuat di hadapan notaris, yang menyatakan kesanggupan pemohon untuk: 1) bertanggung jawab jika terdapat penyalahgunaan Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 2) memisahkan penatausahaan Uang yang dikirim dan/atau diterima dari harta kekayaan pribadi; e. mekanisme pengelolaan risiko yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) penerapan prinsip mengenal nasabah; 2) metode monitoring Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan 3) mekanisme penyelesaian permasalahan termasuk permasalahan mengenai Uang kiriman yang terlambat atau tidak sampai kepada Penerima yang dituju; f. bukti kesiapan operasional yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) sumber daya manusia yang memadai; 2) kesiapan tempat usaha; 3) sarana dan peralatan untuk melakukan kegiatan pengiriman dan/atau penerimaan Uang; dan 4) mekanisme

6 4) mekanisme dan prosedur dalam melakukan kegiatan pengiriman dan/atau penerimaan Uang. B. Proses Perizinan 1. Dalam memproses permohonan izin, Bank Indonesia c.q. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) atau Kantor Bank Indonesia (KBI) yang mewilayahi dapat melakukan peninjauan lapangan untuk memastikan kesiapan serta kesesuaian sarana dan prasarana yang ada dengan dokumen yang disampaikan pemohon. 2. Dalam memproses perizinan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Indonesia dapat meminta rekomendasi dari otoritas pengawas atau pembina dari badan usaha pemohon, antara lain tentang kinerja dan kepatuhan pemohon terhadap ketentuan yang berlaku. 3. Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi memberikan izin atau penolakan secara tertulis dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kerja terhitung sejak dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap. Dalam hal proses perizinan memerlukan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada angka 2, pemberian izin atau penolakan tersebut diberikan dalam jangka waktu paling lambat 45 (empat puluh lima) hari kerja setelah diterimanya rekomendasi dan dokumen yang dipersyaratkan diterima secara lengkap. 4. Terhadap permohonan izin yang disetujui, Bank Indonesia c.q.

7 c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi memberikan izin yang disertai dengan tanda izin. II. PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH Dalam rangka penerapan prinsip mengenal nasabah, Penyelenggara wajib melakukan kegiatan yang sekurang-kurangnya meliputi: A. Identifikasi dan Verifikasi Identitas Pengirim dan/atau Penerima 1. Penyelenggara wajib melakukan identifikasi dan verifikasi terhadap identitas Pengirim dan/atau Penerima pada saat Pengirim dan/atau Penerima melakukan transaksi pengiriman dan/atau penerimaan Uang. 2. Penyelenggara wajib melakukan identifikasi dan verifikasi ulang terhadap identitas Pengirim dan/atau Penerima jika: a. terjadi pengiriman dan/atau penerimaan dengan nilai Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara; b. terdapat transaksi yang mencurigakan; dan/atau c. terdapat keraguan Penyelenggara atas keabsahan informasi yang disampaikan oleh Pengirim dan/atau Penerima atau penerima kuasa. 3. Kegiatan identifikasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud di atas dilakukan dengan tata cara sebagai berikut: a. Terhadap Pengirim dan/atau Penerima perorangan: 1) Penyelenggara

8 1) Penyelenggara meminta informasi mengenai: a) Nama dan alamat Pengirim dan/atau Penerima; b) Tempat dan tanggal lahir; c) Pekerjaan; d) Kewarganegaraan; e) Nomor bukti identitas; f) Identitas pihak lain dalam hal Pengirim bertindak untuk dan atas nama pihak lain; g) Sumber dana; h) Tujuan Pengiriman Uang; dan i) Informasi lain yang memungkinkan Penyelenggara untuk dapat mengetahui profil Pengirim dan/atau Penerima. Informasi identitas sebagaimana dimaksud pada butir a) sampai dengan butir f) dibuktikan dengan dokumen seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi atau Paspor. 2) Penyelenggara meneliti bahwa Pengirim dan/atau Penerima tersebut telah sesuai dengan identitas Pengirim dan/atau Penerima yang bersangkutan, antara lain kesamaan pasphoto dan tanda tangan. b. Terhadap Pengirim dan/atau Penerima badan usaha: 1) Penyelenggara meminta informasi mengenai: a) Nama dan alamat Pengirim dan/atau Penerima; b) Bidang usaha; c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); d) Identitas

9 d) Identitas pihak lain dalam hal Pengirim bertindak untuk dan atas nama pihak lain; e) Sumber dana; f) Tujuan Pengiriman Uang; dan g) Informasi lain yang memungkinkan Penyelenggara untuk dapat mengetahui profil Pengirim dan/atau Penerima. Informasi identitas sebagaimana dimaksud pada butir a) sampai dengan butir d) dibuktikan dengan dokumen izin usaha dan/atau NPWP. 2) Penyelenggara meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas nasabah di atas. 4. Transaksi pengiriman dan/atau penerimaan tidak dapat dilakukan jika terjadi hal-hal antara lain sebagai berikut: a. Pengirim dan/atau Penerima tidak dapat menunjukkan bukti identitas atau anonim; b. Terdapat ketidaksesuaian identitas Pengirim dan/atau Penerima dengan bukti dokumen identitas yang disampaikan; atau c. Penyelenggara meragukan keaslian/kebenaran dari identitas Pengirim dan/atau Penerima. B. Pemantauan Transaksi Pengiriman dan/atau Penerimaan 1. Penyelenggara wajib menatausahakan dokumen identitas Pengirim dan/atau Penerima sebagaimana dimaksud pada butir A.3.a, butir A.3.b dan dokumen transaksi pengiriman dan/atau

10 dan/atau penerimaan sesuai ketentuan yang mengatur mengenai dokumen perusahaan serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. 2. Penyelenggara wajib melakukan pengkinian data dalam hal terdapat perubahan informasi dokumen sebagaimana dimaksud pada butir A.3.a dan butir A.3.b. 3. Penyelenggara wajib memiliki sistem informasi yang dapat mengidentifikasi, menganalisa dan memantau Pengirim dan/atau Penerima maupun transaksi yang dilakukannya, serta menyediakan laporan secara efektif mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Pengirim dan/atau Penerima. 4. Penyelenggara wajib melakukan identifikasi transaksi yang tergolong mencurigakan (suspicious transactions). Pada prinsipnya transaksi keuangan tergolong mencurigakan jika memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari Pengirim dan/atau Penerima yang bersangkutan; b. transaksi yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan yang wajib dilakukan Penyelenggara; c. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana diatur dalam peraturan tentang tindak pidana pencucian uang dan pendanaan

11 pendanaan teroris serta peraturan terkait lainnya. Dalam hal suatu transaksi keuangan telah memenuhi satu atau lebih dari unsur-unsur di atas maka Penyelenggara wajib menetapkan transaksi tersebut sebagai transaksi keuangan mencurigakan dan melaporkannya kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Untuk mengidentifikasi suatu transaksi keuangan memenuhi satu atau lebih dari unsur-unsur transaksi keuangan tergolong mencurigakan, Penyelenggara dapat menggunakan indikatorindikator transaksi keuangan mencurigakan, antara lain sebagai berikut: a. Pengiriman dan/atau penerimaan Uang dilakukan dalam jumlah diluar kebiasaan Pengirim dan/atau Penerima. Hal ini dapat dilakukan jika Pengirim dan/atau Penerima sering melakukan transaksi Pengiriman Uang pada Penyelenggara yang sama; b. Pengiriman dan/atau penerimaan Uang dilakukan dalam jumlah relatif kecil namun dengan frekuensi yang tinggi; c. Pengiriman dan/atau penerimaan Uang dilakukan dengan menggunakan beberapa nama individu yang berbeda-beda untuk kepentingan satu orang tertentu; d. Pengiriman dan/atau penerimaan Uang dilakukan untuk tujuan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan atau kegiatan usaha dari Pengirim dan/atau Penerima; e. Perilaku Pengirim dan/atau Penerima, seperti: 1) perilaku

12 1) perilaku Pengirim dan/atau Penerima yang tidak wajar pada saat melakukan transaksi, seperti: gugup, tergesa-gesa, rasa kurang percaya diri; 2) Pengirim dan/atau Penerima memberikan informasi yang tidak benar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan identitas dirinya; 3) Pengirim dan/atau Penerima menggunakan dokumen identitas yang diragukan kebenarannya atau diduga palsu seperti tanda tangan yang berbeda atau foto yang tidak sama; 4) Pengirim dan/atau Penerima keberatan atau menolak untuk memberikan informasi/dokumen yang diminta oleh Penyelenggara tanpa alasan yang jelas; 5) Pengirim dan/atau Penerima mencoba mempengaruhi Penyelenggara untuk tidak melaporkan sebagai transaksi keuangan mencurigakan dengan berbagai cara. Apabila setelah melakukan proses identifikasi transaksi keuangan mencurigakan, Penyelenggara masih ragu, maka Penyelenggara dapat melaporkan transaksi tersebut kepada PPATK sebagai transaksi keuangan mencurigakan. C. Program Pelatihan Pengurus dan/atau Pegawai Penyelenggara wajib melakukan berbagai upaya yang memadai untuk memastikan seluruh pengurus dan/atau pegawai memperoleh pelatihan secara berkala dan berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang bersangkutan. Program pelatihan tersebut

13 tersebut antara lain mencakup materi mengenai: 1. Peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris; 2. Teknik, metode, dan tren tentang tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris; dan 3. Kebijakan internal, prosedur, dan pengawasan. D. Pengendalian Intern Penyelenggara wajib memelihara fungsi audit dengan sarana yang memadai dan mampu untuk menilai efektifitas dari kebijakan internal, prosedur dan pengawasan, serta kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. E. Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) 1. Penyelenggara wajib menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan kepada PPATK paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Penyelenggara mengetahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan. 2. Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan yang dikeluarkan oleh PPATK. 3. Penyelenggara badan usaha wajib menunjuk satu atau lebih pejabat senior manajemen sebagai pejabat kepatuhan yang bertanggung jawab terhadap pelaporan transaksi keuangan mencurigakan. 4. Pejabat

14 4. Pejabat kepatuhan wajib memastikan bahwa mekanisme pelaporan transaksi keuangan mencurigakan terjamin kerahasiaannya. Dalam rangka memenuhi kewajiban pelaporan kepada PPATK, Penyelenggara hendaknya selalu melakukan pengkinian atas pemahaman ketentuan dan pedoman pelaporan yang dikeluarkan oleh PPATK. III. LAPORAN TANGGAL EFEKTIF DIMULAINYA KEGIATAN 1. Perorangan Warga Negara Indonesia dan badan usaha selain Bank yang telah memperoleh izin sebagai Penyelenggara wajib melakukan kegiatannya paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal perizinan. 2. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1, perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank telah melakukan kegiatannya maka perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank tersebut wajib melaporkan secara tertulis tanggal efektif dimulainya kegiatan sebagai Penyelenggara kepada Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi. 3. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 2 disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal efektif dimulainya kegiatan sebagai Penyelenggara. 4. Jika perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank yang telah memperoleh izin tersebut tidak melaksanakan kegiatannya dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1, perorangan

15 perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank tersebut harus melaporkan secara tertulis kepada Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. uraian kesiapan infrastruktur yang antara lain meliputi kesiapan operasional, sistem yang akan digunakan dalam Pengiriman Uang, dan rencana kerjasama dengan Operator jika ada; dan b. uraian kendala yang dihadapi yang mengakibatkan belum atau tidak dapat dilaksanakannya kegiatan Pengiriman Uang. 5. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 4 disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak berakhirnya jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada angka 1. 6. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada angka 4, jika Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi menilai terdapat permasalahan yang bersifat struktural yang dapat mengakibatkan perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank tersebut tidak mampu melaksanakan kegiatan sebagai Penyelenggara, maka Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi dapat membatalkan izin sebagai Penyelenggara yang telah diberikan kepada perorangan Warga Negara Indonesia atau badan usaha selain Bank tersebut. IV. PENCANTUMAN DALAM DAFTAR PENYELENGGARA DAN PUBLIKASI 1. Bank Indonesia c.q. DASP mencantumkan identitas Penyelenggara yang telah menyampaikan laporan dimulainya kegiatan Pengiriman Uang

16 Uang sebagaimana dimaksud dalam butir III.2 dalam Daftar Penyelenggara di Bank Indonesia. 2. Setiap Penyelenggara yang identitasnya telah dicantumkan dalam Daftar Penyelenggara harus menempatkan tanda izin di tempat usaha yang bersangkutan, yakni di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh pengguna jasa. Fotokopi tanda izin ditempatkan pula di setiap kantor cabang Penyelenggara. 3. Dalam hal Penyelenggara memasang papan nama atas kegiatan usaha Pengiriman Uang yang dilakukan berdasarkan izin dari Bank Indonesia, maka pada papan nama tersebut dicantumkan nomor izin yang telah diperoleh dari Bank Indonesia. 4. Bank Indonesia mempublikasikan Daftar Penyelenggara dalam website Bank Indonesia dan/atau booklet. V. LAPORAN OLEH PENYELENGGARA A. Laporan Kegiatan Usaha Pengiriman Uang 1. Penyelenggara wajib menyampaikan laporan kegiatan usaha Pengiriman Uang secara online kepada Bank Indonesia c.q. Unit Khusus Manajemen Informasi (UKMI) secara berkala. 2. Jenis dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai laporan oleh Lembaga Selain Bank dan Bank Perkreditan Rakyat. 3. Waktu pelaksanaan penyampaian laporan secara online sebagaimana dimaksud pada angka 1 diberitahukan oleh Bank Indonesia

17 Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi kepada seluruh Penyelenggara melalui surat. 4. Dalam hal laporan secara online belum diberlakukan, Penyelenggara wajib menyampaikan laporan secara berkala dalam bentuk hardcopy yaitu Laporan Transaksi Kegiatan Usaha Pengiriman Uang sebagaimana dalam Lampiran 1.a dan Lampiran 1.b. Penyelenggara wajib menyampaikan Laporan Transaksi Kegiatan Usaha Pengiriman Uang tersebut meskipun pada periode bulan laporan tidak terdapat transaksi pengiriman dan/atau penerimaan uang. Field dalam Laporan diisi dengan keterangan NIHIL. 5. Laporan berkala sebagaimana dimaksud pada angka 4 disampaikan kepada: a. DASP c.q. Tim Manajemen Informasi dan Administrasi (Tim MIA), untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 6. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 4 disampaikan secara bulanan dan harus sudah diterima oleh DASP c.q. Tim MIA atau KBI yang mewilayahi paling lambat tanggal 15 pada bulan

18 bulan berikutnya. Contoh: laporan bulan Januari 2009, harus sudah diterima oleh DASP c.q. Tim MIA atau KBI yang mewilayahi paling lambat pada tanggal 15 Februari 2009. 7. Dalam hal tanggal paling lambat sebagaimana dimaksud pada angka 6 jatuh pada hari libur, maka tanggal paling lambat adalah pada tanggal hari kerja berikutnya. 8. Untuk Penyelenggara yang memiliki kantor cabang, laporan sebagaimana dimaksud pada angka 4 disampaikan oleh kantor pusat Penyelenggara secara konsolidasi yang merupakan gabungan laporan kantor pusat dan seluruh kantor cabang. B. Laporan Rencana Pembukaan Kantor Cabang 1. Penyelenggara wajib menyampaikan laporan secara tertulis jika merencanakan untuk melakukan pembukaan kantor cabang kepada: a. DASP c.q. Bagian Pengawasan Sistem Pembayaran (Bagian PwSP), untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal efektif dimulainya

19 dimulainya kegiatan oleh kantor cabang tersebut, dengan format sebagaimana dalam Lampiran 2.a dan Lampiran 2.b. C. Laporan Kerjasama Penyelenggara dengan Operator 1. Penyelenggara yang melakukan kerjasama dengan Operator wajib melaporkan secara tertulis kerjasama tersebut, sebagaimana dalam Lampiran 3.a dan Lampiran 3.b kepada: a. DASP c.q. Bagian PwSP, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 2. Laporan kerjasama antara Penyelenggara dengan Operator sebagaimana dimaksud pada angka 1 sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. fotokopi perjanjian kerjasama antara Penyelenggara dengan Operator. Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya memuat: 1) kesepakatan antara Penyelenggara dan Operator untuk memberikan informasi kepada Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk keperluan pemeriksaan; 2) pemberian kewenangan kepada Bank Indonesia atau pihak

20 pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia untuk melakukan pemeriksaan terhadap sistem yang digunakan baik oleh Penyelenggara maupun oleh Operator; dan 3) kesediaan Penyelenggara dan Operator untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia hasil assessment terhadap sistem yang digunakan; b. informasi singkat mengenai profil perusahaan Operator; dan c. hasil assessment terhadap sistem yang digunakan oleh Operator. 3. Jika Penyelenggara menghentikan kerjasama dengan Operator, maka penghentian kerjasama dengan Operator tersebut dilaporkan kepada DASP c.q. Bagian PwSP atau KBI yang mewilayahi sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4.a dan Lampiran 4.b. D. Laporan Perubahan Pengurus 1. Penyelenggara wajib menyampaikan laporan secara tertulis jika terjadi perubahan pengurus kepada: a. DASP c.q. Bagian PwSP, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar

21 luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilengkapi dengan surat pernyataan pengurus yang baru dalam bentuk akta otentik yang dibuat di hadapan notaris yang menyatakan kesanggupan Penyelenggara untuk: a. bertanggung jawab jika terdapat penyalahgunaan Uang yang dikirim dan/atau diterima; dan b. memisahkan penatausahaan Uang yang dikirim dan/atau diterima dari harta kekayaan pribadi atau perusahaan. 3. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus disertai dengan fotokopi bukti perubahan Pengurus antara lain berupa Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham bagi badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas dan perubahan akta pendirian bagi badan usaha yang tidak berbadan hukum. VI. PENGHENTIAN KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG DAN PENGHAPUSAN PENYELENGGARA DARI DAFTAR PENYELENGGARA 1. Penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari Penyelenggara atau berdasarkan keputusan Bank Indonesia. Penghentian kegiatan sebagai Penyelenggara dilakukan dengan mencabut izin kegiatan usaha Pengiriman Uang yang telah diberikan oleh Bank Indonesia. 2. Penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang atas permintaan Penyelenggara sendiri sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. menyampaikan

22 a. menyampaikan laporan penghentian kegiatan usaha paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum Penyelenggara menghentikan kegiatannya; dan b. melaporkan pelaksanaan penghentian kegiatan usaha secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal penghentian kegiatan usaha, dengan melampirkan: 1) dokumen penyelesaian hak dan kewajiban kepada Pengirim dan/atau Penerima; dan 2) surat pernyataan dari pengurus dan/atau pemilik bahwa segala tuntutan yang timbul setelah penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari pengurus dan/atau pemilik. 3. Laporan penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana dimaksud pada butir 2.a disampaikan secara tertulis kepada: a. DASP c.q. Bagian PwSP, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 4. Penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan jika: a. terdapat putusan pengadilan yang menghukum Penyelenggara untuk menghentikan kegiatan usaha Pengiriman Uang yang dilakukan

23 dilakukan; b. terdapat permintaan tertulis/rekomendasi kepada Bank Indonesia dari otoritas pengawas yang berwenang untuk menghentikan kegiatan usaha Penyelenggara, atau otoritas pengawas dimaksud telah menghentikan kegiatan usaha Penyelenggara; c. Penyelenggara melakukan pelanggaran terhadap ketentuan kegiatan usaha Pengiriman Uang dan ketentuan yang terkait lainnya; atau d. Penyelenggara dikenakan sanksi oleh lembaga yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris. 5. Dalam hal terjadi penghentian kegiatan usaha Pengiriman Uang sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank Indonesia menghapus identitas Penyelenggara dari Daftar Penyelenggara dan menginformasikan perubahan status yang bersangkutan di website Bank Indonesia. VII. MASA TRANSISI 1. Perorangan Warga Negara Indonesia dan badan usaha selain Bank yang sebelum berlakunya Surat Edaran ini telah disetujui sebagai Penyelenggara yang terdaftar di Bank Indonesia, dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya Surat Edaran ini wajib melengkapi persyaratan perizinan sebagai berikut: a. Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir I.A.3.c, butir I.A.3.e dan butir I.A.3.f, untuk perorangan Warga Negara Indonesia; b. Dokumen

24 b. Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir I.A.4.d dan butir I.A.4.e.4), untuk badan usaha yang berbadan hukum; c. Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir I.A.5.c, butir I.A.5.e dan butir I.A.5.f.4), untuk badan usaha yang tidak berbadan hukum; 2. Kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1 disampaikan kepada: a. DASP c.q. Tim Pengaturan dan Perizinan Sistem Pembayaran (Tim PPSP), untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 3. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1, perorangan Warga Negara Indonesia dan badan usaha selain Bank tersebut tidak menyampaikan dokumen dimaksud, maka Bank Indonesia menghapus identitas Penyelenggara dari Daftar Penyelenggara serta menginformasikan perubahan status yang bersangkutan di website Bank Indonesia. VIII. LAIN-LAIN 1. Permohonan izin kegiatan usaha Pengiriman Uang disampaikan secara tertulis kepada: a. DASP

25 a. DASP, Bank Indonesia, Gedung D, Lt. 8. Jalan M.H. Thamrin No.2, Jakarta 10350, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang dan Kota Depok; atau b. KBI yang mewilayahi, untuk Penyelenggara yang berkantor pusat atau berdomisili/bertempat kedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. 2. Dalam hal Penyelenggara menggunakan Uang Elektronik (Electronic Money) sebagai sarana dalam Pengiriman Uang, Penyelenggara tersebut selain wajib memperoleh izin sebagai penyelenggara kegiatan usaha Pengiriman Uang juga wajib memperoleh izin sebagai penerbit Uang Elektronik dari Bank Indonesia. 3. Izin sebagai Penyelenggara yang telah diberikan Bank Indonesia kepada perorangan Warga Negara Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan Pengiriman Uang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain dengan cara apapun termasuk jika yang bersangkutan meninggal dunia. 4. Izin sebagai Penyelenggara yang telah diberikan Bank Indonesia kepada badan usaha selain Bank tidak dapat dialihkan, kecuali dengan izin Bank Indonesia. 5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 4 berlaku pula dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan antar badan usaha selain Bank. 6. Dalam

26 6. Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan, dimana badan usaha selain Bank hasil penggabungan atau peleburan belum memperoleh izin sebagai Penyelenggara, maka badan usaha selain Bank hasil penggabungan atau peleburan tersebut harus mengajukan permohonan izin sebagai Penyelenggara kepada Bank Indonesia. 7. Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada angka 6 dilakukan sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini. 8. Dalam hal terjadi penggabungan dimana badan usaha selain Bank hasil penggabungan sebelumnya telah memperoleh izin sebagai Penyelenggara dari Bank Indonesia maka badan usaha selain Bank hasil penggabungan tersebut harus melaporkan kepada Bank Indonesia untuk tetap dapat bertindak sebagai Penyelenggara, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut: a. kesiapan infrastruktur, termasuk sistem dan sumber daya manusia yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan usaha Pengiriman Uang; dan b. penerapan pengelolaan risiko dalam melakukan kegiatan usaha Pengiriman Uang. 9. Penyelenggara yang akan melakukan pengambilalihan, penggabungan atau peleburan, harus melaporkan rencana tersebut kepada Bank Indonesia c.q. DASP atau KBI yang mewilayahi, yang memuat sekurang-kurangnya informasi mengenai pihak-pihak yang akan melakukan pengambilalihan, penggabungan atau peleburan dan tanggal efektif berlakunya pengambilalihan, penggabungan atau peleburan. Laporan tersebut disampaikan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum tanggal efektif dilakukannya pengambilalihan, penggabungan atau peleburan. 10. Dalam

27 10. Dalam hal pengaturan penghitungan jangka waktu dalam Surat Edaran ini menggunakan hitungan bulan, maka jumlah hari dalam 1 (satu) bulan adalah 30 (tiga puluh) hari. IX. PENUTUP Dengan berlakunya Surat Edaran ini maka Surat Edaran Nomor 8/32/DASP tanggal 20 Desember 2006 perihal Pendaftaran Kegiatan Usaha Pengiriman Uang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Demikian agar Saudara maklum. BANK INDONESIA, SWD. MURNIASTUTI DIREKTUR AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN