BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom metabolik adalah masalah global yang sedang berkembang. Sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 15% penduduk Amerika Serikat memiliki kadar kolesterol

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Penelitian Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan sejumlah ketidaknormalan pada profil lipid, yaitu: peningkatan asam lemak bebas, peningkatan kadar LDL-C, peningkatan kadar apolipoprotein B (apob), hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia, dan penurunan kadar HDL-C. Dislipidemia merupakan karakter utama dari sindrom metabolik, dengan karakter lainnya, yaitu: hiperinsulinemia, obesitas, dan hipertensi. Dislipidemia adalah salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular dan stroke. Kadar HDL-C rendah dan hipertrigliseridemia berhubungan dengan infark miokardiak yang terjadi pada pasien dengan sindroma metabolik (Mahamuni et al., 2012). Penelitian selama 4 dekade terakhir secara konsisten menunjukkan bahwa dislipidemia menyebabkan morbiditas, mortalitas, dan biaya pengobatan yang tinggi. WHO memperkirakan bahwa dislipidemia berhubungan dengan lebih dari setengah kasus penyakit jantung iskemik global dan lebih dari 4 juta kematian setiap tahunnya (Smith, 2007). Raza et al. (2003) menjelaskan bahwa terdapat hubungan linear antara kadar kolesterol dan kematian akibat penyakit jantung koroner (PJK) dimana setiap peningkatan 20 mg/dl

pada kolesterol total menyebabkan 12% peningkatan pada risiko kematian akibat PJK. American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 98 juta warga Amerika mempunyai kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl dan lebih dari 31 juta warga mempunyai kadar kolesterol yang melebihi 240 mg/dl. Biaya total pengobatan untuk penyakit kardiovaskular dan stroke di Amerika Serikat pada tahun 2009 diperkirakan melebihi 312 juta dollar, dimana sebagian besar berhubungan dengan dislipidemia. Jumlah tersebut melebihi biaya pengobatan total untuk kanker dan tumor jinak, sebesar 228 juta dollar (AHA, 2013). Setiap tahunnya, minimal 2,6 juta orang meninggal akibat kadar kolesterol total yang tinggi. Di Indonesia, 33,1% laki-laki dewasa dan 38,2% perempuan dewasa diketahui mempunyai kadar kolestorol total 193 mg/dl (WHO, 2011). Prevalensi overweight dan obesitas semakin meningkat dan obesitas kini diperkirakan menjadi penyebab kematian kedua yang dapat dihindari setelah merokok di Amerika Serikat (WHO, 2011). Meskipun istilah overweight dan obesitas sering digunakan bergantian, overweight didefinisikan sebagai berat badan berlebih dibanding tinggi, sedangkan obesitas adalah akumulasi lemak berlebih (Brown et al., 2000). Indeks massa tubuh (IMT) adalah indeks yang umum digunakan untuk mengukur adipositas tubuh dan dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi

badan kuadrat (dalam meter) (WHO, 2013). WHO dan National Institues of Health (NIH) mendefinisikan overweight sebagai IMT 25,0 29,9 kg/m 2 dan 30 kg/m 2 untuk obesitas. Namun, karena adanya perbedaan antara populasi Eropa dan Asia, the International Association for the Study of Obesity and the International Obesity Task Force menyarankan cut-off IMT yang lebih rendah untuk populasi Asia, yakni 23,0 24,9 kg/m 2 untuk overweight dan 25.0 kg/m 2 untuk obesitas (Jafar et al., 2006). Pada tahun 2005, WHO memperkirakan bahwa sekitar 1,6 juta individu di seluruh dunia adalah overweight dan setidaknya 400 juta orang dewasa adalah obese. WHO memprediksikan bahwa pada tahun 2015, akan ada sekitar 2,3 miliar orang dewasa overweight dan minimal 700 juta orang dewasa obese (Nguyen & El-Serag, 2010). Setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat overweight dan obesitas. Di Indonesia, 16,1% dari laki-laki dewasa dan 25,3% perempuan dewasa diketahui mempunyai IMT dalam kategori overweight, sedangkan 2,5% laki-laki dewasa dan 4,7% perempuan dewasa termasuk dalam kategori obesitas (WHO, 2011). Efek buruk dari peningkatan IMT terhadap kolesterol total, HDL-C dan tekanan darah sudah terbukti dengan jelas (Stone, 2006). Risiko untuk mengalami penyakit parah dalam bentuk diabetes tipe 2, PJK, dan kondisi lainnya, termasuk kanker, meningkat seiring dengan peningkatan IMT (IDF, 2006).

Overweight dihubungkan dengan peningkatan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan berbagai ko-morbiditas metabolik lainnya. Individu dengan karakteristik sindroma metabolik (IMT 25 kg/m2 dan waist/hip ratio 0,91) mempunyai risiko relatif 3,2 kali lebih besar untuk kejadian sindrom koroner akut (Kolovou et al., 2005). Profil lipid puasa dapat digunakan untuk skrining risiko penyakit kardiovaskular (AACE, 2012). Beberapa penelitian menunjukkan hubungan langsung antara peningkatan kadar kolesterol total serum atau LDL-C dan terjadinya penyakit jantung koroner pada laki-laki dan perempuan yang awalnya tidak mempunyai riwayat penyakit jantung (NIH, 2002). Peningkatan kadar LDL-C, hipertrigliseridemia, dan kadar HDL-C rendah telah terbukti dapat mempercepat proses atherosklerosis. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa penurunan berat badan dapat menurunkan kadar LDL-C dan kadar kolesterol total, serta meningkatkan kadar HDL-C, yang kemudian menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular akibat dislipidemia (Rohilla et al., 2012). ATP III menetapkan LDL-C sebagai target primer dari terapi dislipidemia. Kadar LDL-C <100 mg/dl berhubungan dengan risiko sangat rendah untuk PJK (NCEP, 2002). Peningkatan IMT juga berhubungan dengan peningkatan trigliserida yang selanjutnya meningkatkan risiko PJK juga (AHA, 2011). HDL-C mempunyai sifat vaskuloprotektif karena

mempunyai sifat anti-inflamasi. Kadar HDL-C yang rendah juga merupakan faktor risiko untuk PJK (Chapman et al., 2011). Terapi lini pertama dislipidemia adalah perubahan gaya hidup dengan cara mengurangi asupan makanan berlemak, mengurangi berat badan, dan meningkatkan aktivitas fisik. Namun, bila perubahan gaya hidup gagal dalam pencapaian target LDL-C, farmakoterapi harus diberikan (NCEP, 2002). Saat ini, terdapat 5 golongan obat hipolipidemik yang dapat digunakan, yaitu: golongan statins, turunan asam nikotinat, resin atau pengikat asam empedu, fibrat, dan ezetimibe (AACE, 2012). Oleh karena LDL-C merupakan target primer dalam terapi untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, statins adalah golongan obat utama yang digunakan. Saat ini terdapat beberapa obat golongan statin yang beredar, yaitu: lovastatin, pravastatin, simvastatin, fluvastatin, dan atorvastatin. Obat obat ini berbeda dalam efikasi, waktu paruh, metabolisme, interaksi antar obat, dan efek samping, namun semuanya efektif dalam menurunkan LDL-C (Sorrentino, 2012). Atorvastatin dan simvastatin adalah 2 obat dari golongan statin yang paling banyak dipelajari dan diketahui menjadi obat yang paling berguna dalam terapi dan prevensi penyakit kardiovaskular dan stroke (Spector, 2013). Terapi yang menarget komponen lain dari profil lipid memberikan efek yang lebih rendah. Fibrat, agonis dari peroxisome proliferator alfa reseptor (PPAR) telah

dipelajari selama 40 tahun dan terbukti dapat meningkatkan HDL-C, menurunkan trigliserida, dan menurunkan LDL-C. Terapi dengan fibrat dapat menurunkan risiko kejadian PJK. Efek ini moderat, namun pada individu dengan risiko tinggi, penurunan risiko dapat menjadi signifikan (Jun, 2010). Banyak faktor berpotensial untuk mempengaruhi respon terhadap obat obat hipolipidemik tersebut, seperti faktor demografik (seperti usia, status gender, ras), faktor penyakit metabolik (seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, obesitas, disfungsi tiroid), dan faktor terapi (jenis obat, dosis, titrasi, atau kombinasi terapi) (Morrone et al., 2012). Beberapa penelitian mengevaluasi pengaruh index massa tubuh (IMT) dalam keberhasilan terapi obat hipolipidemik. Hasil dari penelitian - penelitian tersebut tidak konsisten. Morrone et al. (2012) menyimpulkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap efek monoterapi statin atau kombinasi statin dan ezetimibe dalam menurunkan LDL-C. Akan tetapi, hasil penelitian Shigematsu et al. (2012) mengenai efektifitas kombinasi terapi simvastatin dan ezetimibe dalam memperbaiki profil lipid pada pasien dengan BMI 25 kg/m 2 dan <25 kg/m 2 menunjukkan bahwa persentase penurunan kolesterol total dan LDL-C lebih tinggi pada pasien dengan BMI 25 kg/m 2. Penelitian Robinson et al. (2013) memperoleh hasil penurunan LDL-C, kolesterol total, dan trigliserida setelah terapi atorvastatin atau pravastatin lebih

signifikan pada pasien obese (IMT >30 kg/m 2 ). Cheng et al. (2011) menyatakan bahwa pasien obesitas mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk mencapai target profil lipid dibanding pasien dengan IMT normal. Uraian latar belakang tersebut menunjukkan inkonsistensi pengaruh indeks massa tubuh terhadap efek obat hipolipidemik. Studi yang dilakukan sebelumnya sebagian besar membandingkan pasien obese dan nonobese, padahal prevalensi overweight juga meningkat. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui efek simvastatin, atorvastatin, dan fenofibrat dalam menurunkan kolesterol total, trigliserida, dan LDL-C, serta meningkatkan HDL-C pasien dislipidemia dengan index massa tubuh normal, overweight, dan obesitas berdasarkan data sekunder pasien. b. Rumusan masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana efek simvastatin, atorvastatin, dan fenofibrat terhadap profil lipid pasien dislipidemia dengan indeks massa tubuh normal, overweight, dan obesitas?

c. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek simvastatin, atorvastatin, dan fenofibrat terhadap profil lipid pasien dislipidemia dengan indeks massa tubuh normal, overweight, dan obesitas. 2. Tujuan Khusus 1) Mengetahui obat mana dari ketiga obat tersebut di atas yang paling berpengaruh dalam menurunkan kolesterol total, trigliserida, dan LDL-C, serta meningkatkan HDL-C pasien dislipidemia. 2) Mengetahui obat mana dari ketiga obat di atas yang paling banyak digunakan dalam penanganan pasien dislipidemia. d. Keaslian Penelitian 1. Penelitian oleh Shigematsu et al. (2012) mengenai efektifitas kombinasi terapi simvastatin dan ezetimibe dalam memperbaiki profil lipid pada pasien dengan BMI 25 kg/m 2 dan <25 kg/m 2, menyimpulkan bahwa persentase penurunan kolesterol total dan LDL-C lebih tinggi pada pasien dengan BMI 25 kg/m 2. 2. Penelitian oleh Morrone et al. (2012) menyimpulkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap efek monoterapi statin atau kombinasi statin dan ezetimibe dalam menurunkan LDL-C.

3. Penelitian Robinson et al. (2013) memperoleh hasil penurunan LDL-C, kolesterol total, dan trigliserida setelah terapi atorvastatin atau pravastatin lebih signifikan pada pasien obese (IMT >30 kg/m 2 ). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah untuk mengetahui efek simvastatin, atorvastatin, dan fenofibrat terhadap profil lipid pasien dislipidemia dengan indeks massa tubuh normal, overweight, dan obesitas dengan menggunakan data sekunder dari data medical check up (MCU) pasien. e. Manfaat Penelitian 1) Bagi dunia pendidikan Sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian mengenai efek simvastatin, atorvastatin, dan fenofibrat terhadap profil lipid pasien dislipidemia dengan indeks massa tubuh normal, overweight, dan obesitas. 2) Klinisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk meningkatkan kompetensi dari dokter dalam memilih obat hipolipidemik untuk mengatasi dislipidemia berdasarkan kategori indeks massa tubuh.

3) Bagi peneliti Sebagai sarana pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian efek IMT terhadap obat hipolipidemik dan farmakoepidemiologi obat hipolipidemik.