EVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS PADA INSTITUSI PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN KAPASITAS DALAM RANGKA MENDUKUNG DESENTRALISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan berimbang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan

BAB l PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan berbagai perubahan yang. cepat dalam aktivitas kehidupan modern, memberikan inspirasi bagi

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DAN INVESTASI PROVINSI PAPUA BARAT BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT

SAMBUTAN KEPALA BAPPENAS Dr. Djunaedi Hadisumarto

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

KOPERASI DALAM OTONOM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. komputer dapat menunjang pembuatan keputusan di dalam organisasiorganisasi. modern yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta harus tetap fokus pada tercapainya

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

Pedoman Koordinasi Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan Negara dan searah, diantaranya

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

BAB I PENDAHULUAN. sebagai target capaian organisasi dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

KEWENANGAN KEPALA DAERAH DALAM MELAKUKAN INOVASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI DAERAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan dengan tujuan akhir untuk. daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi beorientasi pada

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DI SURAKARTA. (Studi Empiris di Surakarta Tahun Anggaran )

POLA STRATEGI DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF AGRIBISNIS JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

EVALUASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KAPASITAS PADA INSTITUSI PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TUGAS AKHIR Oleh: WAWAN PURWANDI L2D 302 388 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO S E M A R A N G 2 0 0 6

Abstraksi UU No.32 dan UU No.33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah diharapkan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang sifatnya kedaerahan seperti kurangnya lapangan pekerjaan, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik (services provider), akan tetapi belum terselesaikan permasalahan tersebut stakeholders di daerah dihadapakan pada permasalahan ketidaksiapan aparat atau birokrasi di daerah untuk bisa mewujudkan keinginan desentralisasi, sehingga dirasa perlu untuk mengeluarkan kebijakan peningkatan kapasitas (capacity building) yang bersifat teknis untuk dapat mendukung kebijakan desentralisasi agar tujuan substansi kebijakan desentralisasi bagi Pemerintah Daerah dapat tercapai. Ketetapan MPR tahun 1999 hasil Pemilu 1999 secara jelas menggambarkan bidang-bidang kunci bagi pengembangan kapasitas oleh Pemerintah. Demikian pula dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 mengamanatkan untuk mengembangkan otonomi daerah yang luas dan nyata di dalam kerangka pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat, lembaga-lembaga ekonomi dan politik, badanbadan hukum dan keagamaan, lembaga-lembaga adat serta organisasi-organisasi kemasyarakatan. Dalam rangka penjabaran lebih lanjut dari GBHN, DPR telah menyetujui dan mengesahkan UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004. Dalam PROPENAS telah ditetapkan sejumlah program pembangunan yang harus dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah hingga tahun 2004, yang diantaranya adalah terdapat Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah. Sebelum penerapan kebijakan peningkatan kapasitas organisasi pemerintah daerah Kabupaten Sleman dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan kegiatan inisiasi implementasi kebijakan dengan melaksanakan technical assistance dilakukan oleh Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah/Center for Local Government Innovation (YIPD/CLGI) terhadap level peningkatan kapsitas organisasi pemerintah Kabupaten Sleman meliputi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Dinas Kimpraswilhub yang dilaksanakan antara tahun 2002-2004. Untuk mengetahui keberhasilan dari kegiatan tersebut sehingga pelaksanaan desentralisasi di Kabupaten Sleman dapat berjalan seperti yang diharapkan, maka dilakukanlah kajian tentang evaluasi inisiasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas di Kabupaten Sleman. Dalam kajian evaluasi inisiasi kebijakan peningkatan kapasitas organisasi Kabupaten Sleman alat analisisnya menggunakan pendekatan kualitatif dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar, transkip wawancara, foto-foto, dan catatan dari pengalaman manusia dalam berbagai bentuk untuk menilai seberapa jauh kesiapan organisasi pemerintah daerah dalam menghadapi desentralisasi. Kajian dalam penelitian ini cenderung mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan situasi sosial, sebuah peristiwa atau kegiatan, peranan, kelompok interaksi masnusia (sosial) dalam sebuah tatanan masyarakat. Kegiatan kebijakan peningkatan kapasitas merupakan sebuah peristiwa atau kegiatan yang banyak melibatkan interaksi sosial, antar manusia (dalam instansi) dengan manusia (dalam instansi) lainnya dan antara instansi dengan masyarakat dengan respon yang berbeda-beda. Proses analisis dalam penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi keterlibatan stakeholders yang terlibat dalam perumusan maupun dalam implementasi kebijakan peningkatan kapasitas. Proses selanjutnya adalah menganalisis perumusan kebijakan dengan hasil akhir yang diharapkan adalah mengetahui muatan kebijakan peningkatan kapasitas. Proses berikutnya adalah menganalisis implementasi kebijakan dengan mengidentifikasi kriteria-krtieria substansi kebijakan peningkatan kapsitas (capacity building) yang meliputi Misi dan Tujuan, Kultur, Struktur dan Kompetensi, Manajemen Proses, Sumber Daya Keuangan, Sumber Daya Manusia, Infrstruktur (Aset), Sumber Daya Informasi organisasi pemerintah daerah. Proses selanjutnya adalah mencoba menggambarkan lingkungan saaat yang mempengaruhi kebijakan peningkatan kapsitas baik dalam perumusan maupun ketika implementasi kebijakan. Dan terakhir adalah menganalisis evaluasi kegiatan dan materi substansi inisiasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Kesimpulan yang didapat dari penelitian evaluasi kebijakan peningkatan kapasitas pada PDAM dan Dinas Kimpraswilhub Kabupaten Sleman yang dilaksanakan oleh YIPD/CLGI Jakarta menunjukan bahwa pelaksanaan pendampingan sangat berguna sekali untuk dapat mempercepat proses desentralisasi di Kabupaten Sleman. Lingkungan kebijakan seperti isu globalisasi, desentralisasi dan tuntutan pelayanan publik diidentifikasi sebagai faktor luar yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Kebijakan peningkatan kapasitas merupakan kebijakan teknis, dari pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan amanat UU No.33 tahun 2004 tentang Pemeritnah Daerah. Stakeholders kegiatan inisiasi implementasi kebijakan sendiri meliputi Kementrian Dalam Negeri dan Bapenas sebagai institusi Pemerintah Pusat, Bappeda sebagai institusi Pemerintah Daerah dan YIPD/CLIi Jakarta sebagai penyedia penyelenggara pelayanan peningkatan kapasitas. Key words: Evaluasi Kebiajakan, Peningkatan Kapasitas dan Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional selama ini selain menghasilkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi sebagian orang, juga menimbulkan kesenjangan ekonomi baik antarpelaku, antargolongan, antardaerah, antardesa dan kota, antarkawasan, dan antarwilayah, karena selama 32 tahun pemerintahan Orde Baru yang sentralisitik dan memfokuskan pembangunan kepada fisik dan infrstruktur saja. Dengan era desentralisasi sekarang dan dengan semangat Otonomi Daerah diharapkan akan mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi daerah, serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi didaerah. Konsekuensi logis dari desentralisasi didaerah adalah meningkatnya perdagangan antarkawasan yang semakin kompetitif (competitif advantages) dan investasi dunia sehingga yang seharusnya dilakukan oleh negara berkembang seperti indonesia adalah dengan melakukan penyesuaian, atau bahkan perubahan, struktur aktivitas ekonominya untuk melakukan peningkatan kondisi sosio-ekonominya, lebih pro aktif dan mendorong berkembangnya peran swasta dan masyarakat dalam kegiatan ekonomi (Saxena, 2003). Hal lain yang perlu diantisipasi adalah mengenai tuntutan peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat di daerah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dalam hal manusia sebagai kumpulan dalam sebuah organisasi/institusi pemerintah daerah (Dinas) dalam penyediaan pelayanan publik (public services provider). Semenjak Otonomi Daerah bergulir dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan sesuai dengan desentralisasi melalui pengaturan sumberdaya administrasi dengan mempertimbangkan penerapan pemerintahan yang baik dan pencapaian kinerja pemerintah daerah yang efektif dan efisien. Di samping itu, desentralisasi juga bertujuan untuk mendekatkan fungsi-fungsi pemerintahan kepada masyarakat dengan melalui fungsi pembangunan (development), pemberdayaan (empowerment) dan pelayanan umum (public services) di daerah. Fenomena desentralisasi yang di dalamnya mengharuskan pemerintah daerah menjalankan fungsi politik, perencanaan pembangunan daerah, pelibatan masyarakat dalam pembangunan, menghadapi pelimpahan kewenangan dari pusat secara cepat, tuntutan profesionalitas dan manajemen pelayanan umum, rendahnya kualitas sumber daya manusia termasuk aspek mental dan moral, di Pusat maupun Daerah jelas merupakan faktor yang dominan dalam hal ketidakmampuan memberdayakan kapasitasnya masing-masing. Pegawai pemerintah ditingkat pusat belum sepenuhnya memahami luasnya cakupan kebijakan otonomi daerah dan implikasinya terhadap mekanisme kerja antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 1

2 Penyelenggeraan Desentralisasi dalam realitasnya masih mengalami kendala yang tidak kecil, kendala tersebut dapat didefiniskan seperti kelengkapan regulasi yang masih membutuhkan peraturan pelaksanaan operasionalisasi UU No.32 dan UU No.33 Tahun 2004 dan kendala keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) karena rendahnya kualitas SDM di daerah termasuk aspek mental dan moral serta daerah yang belum mempunyai penyedia layanan yang memadai untuk mendukung percepatan desentralisasi. Oleh karena itu diperlukan penguatan kapasitas (capacity building) pemerintah daerah yang meliputi sistem (system), pegawai/birokrasi (individual) dan organisasi/instansi (entity) untuk dapat mempercepat pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Pembangunan daerah dilaksanakan melalui pengembangan wilayah yang berdasarkan pada pemanfaatan keunggulan komparatif dan kompetitif disetiap daerah agar tercipta keserasian pertumbuhan ekonomi antardaerah. Dalam pengembangan wilayah tersebut diperlukan keterkaitan antara pembangunan perdesaan, perkotaan, wilayah tertinggal, daerah perbatasan, dan wilayah potensial lainnya dengan tetap memperhatikan penataan ruang, pertanahan, serta pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Salah satu program dalam kebijakan pembangunan daerah, sebagai bagian integral dari kebijakan pembangunan secara nasional yang tertuang dalam Propenas (Program Pembangunan Nasional 2001-2004) adalah upaya yang terencana untuk meningkatkan kapasitas (capacity building) pemerintahan daerah yang handal dan profesional dalam memberikan pelayanan umum (public services) kepada masyarakat dan mengelola sumberdaya daerah secara berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut berlaku untuk sebagian besar wilayah yang mengalami perkembangan, tidak terkecuali Kabupaten Sleman yang terletak di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk mendukung kebijakan dan program-program pembangunan yang optimal didaerah, pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri dirasa perlu untuk mengeluarkan kebijakan Peningkatan Kapasitas (capacity building) pemerintah daerah untuk mempercepat desentralisasi dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif (competitive advantage) dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik di daerah. Tujuan yang diharapkan dari kebijakan peningkatan kapasitas organisasi pemerintahan daerah mengacu kepada UU No.32 dan UU No.33 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, kebutuhan akan penyesuaian kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan, reformasi kelembagaan, modifikasi prosedurprosedur kerja dan mekanisme-mekanisme koordinasi, peningkatkan keterampilan dan kualifikasi sumber daya manusia, perubahan sistem nilai dan sikap atau perilaku sedemikian rupa, sehingga dapat terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan Otonomi Daerah, sebagai suatu cara pendekatan baru ke arah pemerintahan, pengadministrasian dan pengembangan mekanisme-mekanisme partisipatif yang tepat guna memenuhi tuntutan yang lebih demokratis. Penerapan inisiasi kebijakan peningkatan kapasitas institusi pemerintah daerah (organizational capacity) di Kabupaten Sleman diaksanakan sejak digulirkannya otonomi daerah tahun 2002-2004. Pelaksanaan inisiasi tersebut dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, pemerintah pusat

3 sebagai pengendali kegiatan dan Yayasan Inovasi Pemerintah Daerah/Center for Local Government Innovation (YIPD/CLGI) sebagai penyedia layanan peningkatan kapasitas dengan memberikan pelatihan (training for trainers). Training for trainers untuk peningkatan kapasitas organisasi pemerintah daerah tersebut dilakukan kepada Top Manajer meliputi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Dinas Kimpraswilhub dengan melakukan pendampingan (technical assistance) kepada Top Manajer di kedua dinas tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Pembangunan di daerah sendiri belum mempunyai mekanisme yang memadai untuk mendukung percepatan desentralisasi. Demikian juga dengan kesiapan sistem (regulasi), kelembagaan dan pegawai secara profesional dalam penyelenggaraan pembangunan, masih mengisyaratkan adanya keterbatasan terutama berhubungan dengan tingkat kecakapan, keahlian dan penguasaan teknologi modern. Karena alasan inilah kemudian menjadikan penguatan kapasitas pemerintah daerah sebagai suatu hal yang penting untuk dapat menjalankan roda pemerintahan di daerah. Dalam Kerangka Nasional Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Dalam Rangka Mendukung Desentralisasi (Bapenas dan Mendagri, 2002), peningkatan kapasitas didefinisikan peningkatan kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsifungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien. Hal ini harus didasarkan pada pengkajian terus menerus kondisi-kondisi kerangka (framework conditions) dan pada suatu penyesuaian dinamis dari fungsi dan tujuan. Untuk dapat mengatahui keefektifan dari inisiasi implemetasi kebijakan peningkatan kapasitas di Kabupaten Sleman harus dibuktikan sesuai dengan apa yang diformulasikan diawal kebijakan, sehingga didapat pertanyaan awal peneilitian atau Research Question yang terkait dengan evaluasi penerapan kebijakan peningkatan kapasitas adalah: Bagaimana hasil proses inisiasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas pada Institusi Pemerintahan Daerah di Kabupaten Sleman?. Hal tersebut sangat urgent mengingat salah satu keberhasilan Otonomi Daerah dapat dilihat dari kesiapan Pemerintah Daerah dalam mengelola institusinya. 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Penelitian Berangkat dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi keberhasilan proses inisiasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas institusi pemerintahan daerah yang sudah dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Sedangkan sasaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut diatas adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji lingkungan kebijakan pada saat perumusan dan poses inisiasi implementasi kebijakan peningkatan kapasitas. 2. Mengkaji Stakeholders dalam pelaksanaan kebijakan.